Anda di halaman 1dari 13

Tugas SP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE

Oleh

Kelompok IV ( Empat )

Andi Herman : 909312906105 267

Yuyun Erwina U : 909312906105 261

Sartika : 909312906105289

Santi : 909312906105 281

Lusmida : 909312906105 279

Wa Ode Hudina :909312906105315

Hasmiani :909312906105295

Jumriati :909312906105265

Rezka Fitriani :909312906105295

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna

Kendari
2012

KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).Menurut WHO (1980)
diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah
diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7
atau 14 hari.

2. ETIOLOGI

a.       Infeksi (virus, bakteri dan parasit)


b.      Non Infeksi
         Alergi makanan : susu, protein
         Gangguan metabolic atau mal-absorbsi
         Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
         Penyakit gangguan endokrin
         Menurunnya daya tahan tubuh
         Kekurangan gizi
         Obat-obatan : antibiotika

3. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.

4. MANIFESTASI KLINIS DIARE


1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
4. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
5. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
6. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
7. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
.
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:

1)      Jenis cairan yang hendak digunakan.


Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn
NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5%
50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang
ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala
akibatnya.
2)      Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
 Mengukur BJ Plasma

Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:


BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
           0,001
 Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni: 


* diare ringan, kebutuhan cairan      = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan     = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan      = 10% x kg BB  

3)      Jalan masuk atau cara pemberian cairan


Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan
orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5
g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya
pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

4)      Jadual pemberian cairan


Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor
diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal
secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3
didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya.
Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

2.  Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.


Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan
dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui
pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja
lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas
melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin
dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan
biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni
sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan
Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1)   Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2)   Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-
kadang darah.

7. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).


2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
KONSEP KEPERAWATAN
1.Pengkajian

1. Identitas Klien
2. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-      Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
-      Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
-      Gelisah dan ansietas

3. Sirkulasi:
Tanda:
-      Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri)
-      Hipotensi
-      Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah

4. Integritas ego:
Gejala:
-       Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya
Tanda:
-       Respon menolak, perhatian menyempit, depresi

5. Eliminasi:
Gejala:
-       Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
-       Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tanda:
-        Bising usus menurun atau meningkat
-        Oliguria/anuria

6. Makanan dan cairan:


Gejala:
-        Haus
-        Anoreksia
-        Mual/muntah
-        Penurunan berat badan
-        Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan
berlemak
Tanda:
-        Penurunan lemak sub kutan/massa otot
-        Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk
-        Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
7. Hygiene:
Tanda:
-        Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
-        Badan berbau

8. Nyeri dan Kenyamanan:


Gejala:
-        Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi
Tanda:
-        Nyeri tekan abdomen, distensi.

9. Keamanan:
Tanda:
-        Peningkatan suhu pada infeksi akut,
-        Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
-        Lesi kulit sekitar anus

10. Seksualitas
Gejala:
-        Kemampuan menurun, libido menurun

11.Interaksi sosial
Gejala:
-       Penurunan aktivitas sosial

12.     Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
-       Riwayat anggota keluarga dengan diare
-       Proses penularan infeksi fekal-oral
-       Personal higyene
-        Rehidrasi
Pathways

Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik

Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik


merusak mukosa
usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri
dan elektrolit ke sempat diserap
lumen usus Endotoksin berlebih

Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Isi lumen usus ↑

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia


Hipokalemia
Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum
mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit
kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin, ubun-
ubun cekung, peningkatan suhu tremor
tubuh, penurunan berat badan
kejang, peka rangsang, denyut jantung
cepat dan lemah
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

3. Intervensi Keperawatan

Dx.1  Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi

Intervensi dan Rasional:

* Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi


- Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
* Pantau intake dan output.
- Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
* Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
- Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
* Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
- Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare
diketahui.

Dx.2  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi dan Rasional:


* Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
- Menurunkan kebutuhan metabolik.
* Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut/ketetapan medis dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
-Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan
sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
* Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat.
-Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya
malabsorbsi vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi depresi sum
sum tulang, meningkatkan produksi SDM.
- Defisiensi asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi.
* Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
- Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan
nutrisi lebih lanjut.
Dx.3    Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Intervensi dan Rasional:

* Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
- Menurunkan tegangan abdomen.
* Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung dan kompres hangat abdomen
- Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
kemampuan koping.
* Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
- Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
* Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
-  Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
* Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan
non verbal
- Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis , Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Buku 1, Ed.4, EGC,
Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai