Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM PENCERNAAN (DIARE)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB (Keperawatan Medikal Bedah)

Dosen Pengampu : Dina Putri Utami Lubis, S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
NAMA : JUNAEDI
NIM : 20310191

PROGRAM STUDI NERS 2020/2021


STIKES YOGYAKARTA
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. PENGERTIAN
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam (Juffrie, 2010).
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada
kandungan air dan volume kotoran itu. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan
dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011).
Diare didefinisikan secara klinis sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar)
lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis dibedakan
menjadi tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diarepersisten
(WHO, 2010).
B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi internal
sebagai berikut
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, tersinia, dsb
2) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, poliomyelitis ), adenovirus,
rotavirus, dll.
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, oxyuris), jamur (candida albican)
b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti otitis
media akut, tonsilitis tonsilofasingitis, bronkopneumonia, dsb.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monosakarida
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
a. Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan
C. MENIFESTASI KLINIS
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), menyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh atau sering kali
disebut dengan diare, maka diare dapat dibagi menjadi :
1. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare
masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun,
aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang
minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,
tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang
dingin dan pucat.
D. PATOFIOLOGI
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam
lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam lumen usus oleh
tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air
menjadi lambat.Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air (dehidrasi) terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak dari
pemasukan air, hal ini merupakan penyebab kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena kehilangan
natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan,
produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium dari ekstrasel ke dalam intrasel.
Secara klinis asidosis dapat dilihat dari pernapasan kussmaul.
3. Gangguan sirkulasi terjadi sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah, dapat
terjadi gangguan sirkulasi berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak ditangani
segera akan terjadi kematian.
E. PATHWAY
F. PENATALAKSAAN
1. Medis
a. Pemberian cairan
1) Cairan per oral : pada pasien  dengan dehidrasi ringan dan Na, HCO, K dan
glukosa kurang. Untuk diare akut di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan
atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat di buat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam.
2) Cairan parenteral :
a. Untuk  dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 25-50 ml/kgBB/hari.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan parenteral 125 ml/kgBB
b. Untuk  dehidrasi sedang pada 1 jam pertama diberikan 50-100 ml/kgBB/hari.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan parenteral  125 ml/kg BB
c. Untuk dehidrasi berat
1. Anak usia 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg
1) 1 jam pertama diberikan 40ml/kgBB/jam atau10 tetes/kg BB/menit
2) 7 jam berikutnya diberikan 12 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kg BB/menit
3) 16 jam berikutnya diberikan 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau
minum, teruskan dengan cairan  intra vena 2 tetes/kg BB/menit atau 3
tetes/kg BB/menit
2. Anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1) 1 jam pertama diberikan 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit atau
10 tetes/kgBB/menit
2) 7 jam kemudian diberikan 127 ml/kg BB oralit per oral, bila anak tidak
mau minum dapat diteruskan dengan cairan intra vena 2 tetes/kgBB/menit
atau 3 tetes/kg BB/menit
3. Anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg
1) 1 jam pertama diberikan 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes /kgBB/menit
2) 16 jam berikutnya diberikan 105 ml/kg BB oralit per oral
b. Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada pasien dengan
tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan pasien. Hal-hal yang
perlu diperhatikan yaitu dengan  memberikan ASI, bahan makanan yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin serta makanan harus
bersih.
c. Obat-obatan
1) Obat anti spasmolitik
2) Obat antibiotik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut :
1) Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi.
Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur
organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium
Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle
harus diperiksa.
2) Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric
atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam
harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat
(>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare
tanpa malabsorbsi lemak.
3) Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses
>300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan
proses malabsorbstif.
4) Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange
per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat
terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses
selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari
lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi
pancreas.
5) Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic
atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.
Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290
mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai
normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit
karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap,
terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak
rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam
suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa,
osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah
biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi
menunjukkan suatu diare osmotic.
6) Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia E
Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang
dideteksi dengan modifikasi noda asam.
7) Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan
mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining
awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas
absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK).
Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium
luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa.
Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin
mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika
malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
8) Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat
diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome),
calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda
urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9) Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses
dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses
terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya.
Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti
MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi dan psikal
assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg adalah :
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan sekarang
 Keluhan awal yaitu gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
 Keluhan utama yaitu Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-
ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut
dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan
anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah
dan merasa bersalah.
5) Kebutuhan dasar.
 Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
 Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
 Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
 Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
 Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
6) Pemerikasaan fisik.
a) Head to toe
b) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
c) Pemeriksaan sistematik :
1. Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan
2. Perkusi : adanya distensi abdomen
3. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
4. Auskultasi : terdengarnya bising usus
5. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
6. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah lengkap dan doodenum intubation
yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Hipertermia b.d proses penyakit
3. Nyeri akut b.d agen injury biologis
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa PLANING (NOC) INTERVENSI (NIC)
O Keperawatan
1 Kekurangan  Fluid balance   Fluid Management
volume   Nutritional Status : Food 1.      Monitor tanda – tanda
cairan b.d and Fluid Intake vital
kehilangan Setelah dilakukan 2.      Monitor status hidrasi
cairan aktif tindakan keperawatan (kelembaban membrane
selama 2x 24 jam, resiko mukosa,nadi
kekurangan volume adekuat,tekanan darah ),
cairan dapat teratasi3.      Monitor masukan
dengan kriteria hasil : makanan/cairan
  Mempertahankan urine 4.      Kolaborasikan
output sesuai dengan usia pemberian cairan IV
dan BB,BJ urine
5.      Kolaborasikan dengan
normal,HT normal dokter
  Tidak ada tanda dehidrasi,      Infus Rl 25tpm
elastisitas turgor kulit
baik, membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
  Tanda tanda vital normal

2 Hipertermia  Thermoregulation   Fever Treatment


b.d proses Setelah dilakukan1.      Monitor tanda – tanda
penyakit perawatan selama 2x24 vital
jam diharapkan Pasien 2.      Monitor masukan
mengalami keseimbangan makanan/cairan
suhu tubuh dengan kriteria
3.      Kompres pasien pada
hasil : lipatan paha dan aksila
  Suhu tubuh dalam rentang 4.      Kolaborasi dengan
normal 36,5-37,5 c dokter
  Nadi dan RR dalam          Berikan Infus
rentang normal Sanmo 1000mg K/p
  Tidak ada perubahan
warna kulit
  Tidak pusing
3 Nyeri akut   Pain level   Pain Management
b.d   Pain control
agen 1.      Monitor tanda-tanda
injury Setelah dilakukan vital
biologis perawatan selama 2x24 2.      Lakukan pengkajian
jam diharapkan nyeri yang komprehensif
berkurang kriteria hasil : (meliputi lokasi,
dengan karakteristik, durasi,
  Mampu mengontrol nyeri frekuensi.
  Melaporkan bahwa nyeri 3.      Berikan posisi yang
berkurang dengan nyaman
menggunakan manajemen 4.      Ajarkan teknik non
nyeri farmakologi misalnya
  Menyatakan rasa nyaman relakssasi, distraksi,
setelah nyeri berkurang nafas dalam
5.      Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
anlagetik
DAFTAR PUSTAKA

Avikar, Anupkumar, dkk. 2018. Role of Escherichia coli in acute diarrhoea in tribal
preschool children of central India. Journal Compilation Paediatric and Perinatal
Epidemiology, No. 22, 40–46.
Chakraborty, Subhra, dkk. 2011. Concomitant Infection of Enterotoxigenic Escherichia coli
in an Outbreak of Cholera Caused by Vibrio cholera O1 and O139 in Ahmedabad, India.
JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY Vol. 39, No. 9 p. 3241–3246.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Buku Saku
Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Doengoes, M.E., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Johnson, M., et all. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2015. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito.
Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Mattingly, David., Seward,Charles. 2016. Bedside Diagnosis 13th Edition. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
KASUS :
Seorang anak laki-laki berusia 26 bulan,datang diantar ibunya ke puskesmas
rawat inap Panjang dengan keluhan BABcair seperti air sejak 7 hari lalu. Dalam
sehari pasien dapat BAB cair sebanyak 7-9 kali, dengan jumlah kira-kira setengah
gelas. BAB berbentuk encer berampas, berwarna kuning, sedikit berlendir, dan tidak
disertai darah. Keluhan disertai muntah-muntah 1-2 kali dalam sehari. Selain itu,
pasien juga muntah setiap kali makan atau minum. Muntahan berwarna putih disertai
makanan yang dimakan dan berasa asam. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
tidak demam dan tidak sedang batuk pilek namun nampak rewel. Pasien diakui ibunya
belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Ibu pasien memberikan obat diare yang
dibelinya di warung namun keluhan tidak juga membaik, lantas pasien dibawa ke
puskesmas rawat inap Panjang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ..A.. DENGAN KASUS DIARE AKUT

1. BIODATA
NAMA : AN.A
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
UMUR : 26 BULAN
STATUS PERKAWINAN : BELUM KAWIN
PEKERJAAN : TANGGUNGAN ORANG TUA
AGAMA : ISLAM
PENDIDIKAN TERAKHIR : -
ALAMAT :-
TANGGAL/JAM : 19 Desember 2016 / 09:00
TANGGAL/JAM PENGKAJIAN : 19 januari 2016 / 09:30
2. DIAGNOSA MEDIS : DIARE AKUT
3. KELUHAN UTAMA :
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami BAB cair seperti air sejak 7 hari lalu.
4. KELUHAN SEKARANG :
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami BAB cair disertai muntah-muntah 1-
2 kali dalam sehari. Selain itu, pasien juga muntah setiap kali makan atau minum.
5. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU :
Ibu pasien mengatkan aknya belm pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu pasien mengatakan keluarga tidak memilik riwayat penyakit.
7. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

NO AKTIVITAS DIRUMAH DI RS
a Makan dan minum ASI, nasi dan sayuran ASI nasi dan sayuran
3x sehari seblum sakit sebanyak 2-3x sehari
b Pola eliminasi -BAB 7x sehari -BAB 7x
-BAC 7-8x sehari -BAC 8-9x
c Pola istrahat/tidur Jarang tidur karena terus Jarang tidur karena
rewel masih rewel
d Kebersihan diri Bersih Bersih
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
 Kesadaran : tampak sakit ringan dengan menangis kuat
 Kesadaran : kompasmetis
b. Tanda-tanda vital
 Nadi : 100x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 37,2
c. Pemeriksaan kepala dan leher
 Kepala: normocephali
 Mata : tidak terlihat cekung, sklera putih, konjungtiva kemerahan tidak pucat,
didapatkan air mata
 Mukosa mulut : nampak basah.
 Leher: Pada regio colitidak ditemukan adanya peningkatan Jugular Venous
Pressure (JVP),
 tidak ditemukan pembesaran limfonodi di regio coli.
d. Pemeriksaan dada/thorax
Jantung :
 Inspeksi : terlihat iktus kordis
 Palpasi : dalam batas normal
 Perkusi :terdapat bunyi sonor serta suara napas vesikuler pada kedua
lapangparu
 Auskultasi : Ronkidan wheezing tidak ditemukan
e. Abdoment
Regio abdomen turgor kulit tidak melambat, tidak ditemukan hepatomegali
maupun splenomegali, danfrekuensi bising usus meningkat yaitu 14x/menit
f. Genetalia
Genetalia pasien bersih
g. Ekstermitas
Ektremitas superior dan inferior dalam batas normal.Pada pemeriksaan neurologis,
refleks fisiologis normal, dan refleks patologis tidak ditemukan
9. PENATALAKSANAAN (TERAPI/PENGOBATAN)
Pengobatan yang diberikan berupa suplementasi tablet zink 20mg perhari selama 10
hari, oralit 1 bungkus setiap setelah BAB cair, dan sirup domperidon 3x1 sendok teh.
10. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS: Diare Proses penyakit
-ibu pasien mengatakan anaknya
BAB cair sejak 7 hari yang lalu
-ibu pasien mengatakan anaknya
rewel dan terus menangis
-ibu pasien mengatakan anaknya
disertai muntah pada saat makan
dan minum
DO:
-ttv :
 Nadi : 100x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 37,2

-defekasi lebih dari 3x dalam 24


jam

-feses berbentuk encer


berampas

-berwarna kuning, sedikit


berlendir, dan tidak disertai
darah
2 DS: Gangguan Kekurangan
-ibu pasien mengatakan anaknya integritas kulit volume cairan
muntah setiap kali makan dan
minum
DO:
-ttv :
 Nadi : 100x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 37,2
-mata pasien tampak cekung
-sklera mata pasien tampak
putih, konjungtiva kemerahan
tidak pucat, didapatkan air mata

-pasien tampak BAB lebih dari


3x dalam sehari

-pasien muntah-muntah saat


makan dan minum

-pasien tampak gelisa dan


menangis

11. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Diare berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan
12. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO TGL/J DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL TTD


1 19/12/1 Diare Setelah dilakukan askep 1x24 O: -untuk mengetahui
6 10:00 jam pasien diharapkan -ambil spesimen feses kulyur dan sensitivitas
menunjukan eliminasi vekal untuk diuji kultur dan jika diare berlanjut
dengan indikator : sanitasivitas jika diare -untuk mengetahui
indikator awal tujuan berlanjut frekuensi, warna dan
Pola 2 5 -kaji dan dokumentasi jumlah feses
eliminasi N: -agar perawat
Pengendalia 2 5
-anjurkan keluarga mengetahui tindakan yg
n defekasi
Diare 2 5 pasien untuk dilakukan terdapat
Darah dan 3 5 melaporkan ke petugas perubahan atau tidak
lendir di kesehatan setiap kali -agar usus dapat istrahat
feses diare pada anak untuk mengolah
Keterangan :
-lakukan tindakan untuk makanan
1. Gangguan ekstrim
mengistragatkan usus -agar dokter dapat
2. Berat
E: melakukan tindakan
3. Sedang
-anjurkan keluarga selanjutnya
4. Ringan
pasien untuk
5. Tidak ada gangguan
melaporkan kepada
perawat setiap kali
BAB
C:
-konsultasikan kepada
dokter jika tanda dan
gejala diare menetap

2 19/12/1 Gangguan Setelah dilakukan askep 1x24 O: -untuk mengetahui


6 10:30 integritas kulit jam pasien diharapkan -inspeksi adanya apakah ada kemerahan
menunjukan integritas jaringan kemerahan -agar tidak terjadi
dengan indikator : pembengkakan atau infeksi pada area lain
indikator awal tujuan tanda2 dehidrasi atau -agar keluarga pasien
Fungsi 2 5 eviserasi pada area mengetahui tanda dan
jaringan insisi gejala infeksi
Keutuhan 2 5
N: -agar ahli gizi
kulit
suhu 2 5 -pertahanan jaringan menyiapkan makanan
Elastitasi, 2 5 sekitar terbatas dari yang tinggi protein,
hidrasi, dan drainase dan mineral, kalori dan
sensasi kelembapan yang vitamin.
Keterangan :
berlebihan
1. Gangguan ekstrim
-lindungi pasien dari
2. Berat kontaminasi feses atau
3. Sedang urin
4. Ringan E:
5. Tidak ada gangguan -ajarkan perawatan
tanda dan gejala infeksi
C:
-konsultasi pada ahli
gizi tentang makanan
tinggi protein, mineral,
kalori dan vitamin

13. IMPLEMENTASI

NO TGL/J DIAGNOSA IMPLEMENTASI TTD


1 19/12/1 Diare -mengambil spesimen feses untuk diuji kultur dan sanitasivitas jika
6 11:00 diare berlanjut
-mengkaji dan dokumentasi
-menganjurkan keluarga pasien untuk melaporkan ke petugas kesehatan
setiap kali diare pada anak
-melakukan tindakan untuk mengistragatkan usus
-menganjurkan keluarga pasien untuk melaporkan kepada perawat
setiap kali BAB
-mengkonsultasikan kepada dokter jika tanda dan gejala diare menetap
2 19/12/1 Gangguan -menginspeksi adanyaS kemerahan pembengkakan atau tanda2
6 11:30 integritas kulit dehidrasi atau eviserasi pada area insisi
-mempertahanan jaringan sekitar terbatas dari drainase dan kelembapan
yang berlebihan
-melindungi pasien dari kontaminasi feses atau urin
-mengajarkan perawatan tanda dan gejala infeksi
-mengkonsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,
kalori dan vitamin

14. EVALUASI

NO TGL/J KETERANGAN TTD


1 19/12/16 S:
15:00 -ibu pasien mengatakan anaknya masih mengalami BAB cair
-ibu pasien mengatakan anaknya masih rewel dan terus menangis
O:
-ttv :
 Nadi : 100x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 37,2

-defekasi lebih dari 3x dalam 24 jam

-feses berbentuk encer berampas

- indikator :
indikator awal tujuan
Pola eliminasi 2 3
Pengendalian defekasi 2 3
Diare 2 2
Darah dan lendir di 3 3
feses

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
-melakukan tindakan untuk mengistrahatkan usus
-memberikan obat yang dianjurkan dokter
-laporkan kepada dokter jika gejala diare menetap

2 19/12/16 S:
15:30 - ibu pasien mengatakan anaknya masih muntah setiap kali makan dan minum
O:
-ttv :
 Nadi : 100x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 37,2

-pasien tampak BAB lebih dari 3x dalam sehari

-pasien muntah-muntah saat makan dan minum

indikator :
indikator awal tujuan
Fungsi 2 4
jaringan
Keutuhan 2 5
kulit
suhu 2 5
Elastitasi, 2 4
hidrasi, dan
sensasi

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
-mengajarkan kembali adanya tanda dan gejala infeksi
-mengkonsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin

Anda mungkin juga menyukai