Anda di halaman 1dari 7

GASTROENTERITIS

Pengertian
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja. (Sudaryat Suraatmaja.2005)
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan perubahan bentuknya yang encer atau cair.
(Suriadi, 2001)
Gastroenteritis adalah suatu kondisi pada gaster yang ditandai dengan adanya muntah
dan diare yang disebabkan infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau
mencerna toksin. (Tucker,1998)
C.

Etiologi

Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:


1. Infeksi
a.
Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada
anak yang disebabkan infeksi bakteri (E. Colli, Salmonella,Shigella, Vibrio dll) parasit
(protozoa:E. hystolitica , G. lamblia; cacing:Askaris, trikurus; Jamur :kandida ) melalui fecal
oral : makanan , minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita
b.
Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti
otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit : cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi
pada bayi dan anak umur dibawah 2 tahun.
2. Malabsorsi
a.
Mal absorpsi kalbohidrat, disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada
bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b.
Mal absorpsi lemak
c.
Mal absorpsi protein
3. Makanan
Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologik
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang
telah besar.
D.

Patofisiologi
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan
dan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus
enterik, norwalk virus serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit
dengan menginfeksi sel-sel). Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang
merusak sel atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah
organ yang palilng banyak terkena.

Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa
fasilitas perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula merupakan
media penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ka dalam
usus halus. Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit,
mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan
area permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit.
Peradangan dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal
ini terjadi pada sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari
absorbsi dan sekresi cairan dan elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat
berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi,
kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis metebolik. (Suriadi,2004: 83)
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi
produk sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga
terjadi peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu
yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang.
E.

Manifestasi Klinik
Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan menurun kemudian timbul diare tinja cair, mungkin mengandung
darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu,
anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam
laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala
dehidrasi.berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a.
Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB)
Kesadaran komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-ubun
besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b.
Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar
cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering
c.
Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernafasan kusmaul, ubunubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering dan sianosis
Gangguan keseimbangan asam dan basa dan elektrolit :
a.
Cairan yang banyak keluar melalui BAB menyebabkan kehilangan bikarbonat,
sehingga PH menurun, PCO2 meningkat, asidosis metabolik yang ditandai pernafasan
kusmaul.
b.
Terjadi hipo/hipertermi (< 130 atau > 150 mEq/L), hipokalemia (< 3 mEq).
c.
Hipoglikemi gangguan gizi
d.
Syok hipovolemi.

F.

Klasifikasi
Klasifikasi
Tak ada dehidrasi

Dehidrasi tak berat

Dehidrasi berat

G.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Tanda dan Gejala


Tak ada tanda dan gejala dehidrasi :
Keadaan umum baik, sadar
Tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan)
dalam batas normal
Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
Gelisah, rewel
Mata cekung
Air mata kurang
Haus (minum banyak)
Mulut dan bibir sedikit kering
Cubitan kulit perut kembali lambat
Tangan dan kaki hangat
Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
Kondisi umum lemas
Kesadaran menurun tidak sadar
Mata cekung
Air mata tidak ada
Tidak mampu untuk minum/minum lemah
Mulut dan bibir kering
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( 2
detik)
Tangan dan kaki dingin

Komplikasi
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Kejang
Bakterimia
Mal nutrisi
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang meliputi :
1.
Pemeriksaan Feses
Makroskopis dan mikroskopis.
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
Kultur fese (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses atau diare yang
berkepanjangan), untuk menentukan patogen
Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses
2.
Pemeriksaan Darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.


Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada gastroenteritis
yang berasal dari bakteri)
Hitung darah lengkap dengan diferensial
3.
Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
4.
Uji antigen immunoassay enzim, untuk memastikan adanya rotavirus
5.
Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme Shigella
keluar melalui urine)
I.
Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan klien dengan gastroenteritis adalah :
1)
Pemberian cairan
2)
Dietetik (pemberian makanan)
3)
Obat-obatan
4)
Education : memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu tentang anak-anak yang
sehat atau makanan untuk anak diare
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui feses dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)

Penatalaksanaan :
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang akan digunakan
Cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah dibandingkan dengan kadar kalium cairan feses.
Jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul
Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.
Pada keadaan diare akut awal yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha
awal agar tidak terjadi dehidrasi. Atau dapat dengan pengganti oralit : air teh + 1 sendok gula
+ seujung sendok garam atau air tajin + gula + garam
2) Jumlah cairan yang akan diberikan :
Pada prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari tubuh.
Kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:
B.D. plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml
0,001

3) Kembali makanan semula secara bertahap, setelah dehidrasi hilang.


Misal : SGM diencerkan 1/3 takaran semula, biasanya makan nasi tim di ganti bubur dahulu.

Keperluan cairan
Dehidrasi ringan
: 150 cc / kg BB / hari
Dehidrasi sedang
: 200 cc / kg BB / hari
Dehidrasi berat
: infus RL, nacl, D10 %.

untuk anak umur 1 bulan 2 tahun, BB 3 10 kg.


o 1 jam I : 4 ml / kg BB / jam = 10 tts / kg BB / mnt (jika set infus 1 ml = 15 tts)
o 7 jam berikutnya : 12 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt (jika set infus 1 ml = 15 tts)
o 16 jam kemudian
: 125 ml / kg BB, oralit per oral.

untuk anak umur 2-5 tahun, dengan BB 10 15 kg


o 1 jam I : 30 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt. (makro).
o 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB oralit per oral

untuk anak 5 tahun, dengan BB 15 25 kg.


o 1 jam I : 20 ml / kg BB / jam = 5 tts / kg BB / mnt (makro)
o 7 jam berikutnya : 10 ml / kg BB / jam = 2-3 tts / kg BB / mnt (makro).
o 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB, oralit peroral.
b. Memberikan terapi simptomatik
Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan karena lebih banyak
kerugiannya daripada keuntungannya :
Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat
memperbutuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan diberikan dalam
jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat
menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat
diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamiddalam waktu singkat. Pada diare berat,
obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang singkat dan
dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.
Pada penderita diare mungkin disertai denganLactose intolerance, oleh karena itu
hindari makanan/ minuman yang mengandung susu sapai diare membaik dan hindari
makanan yang pedas atau banyak mengandung lemak.
c. Memberikan terapi defenitif
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
Kolera eltor:
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon
S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari
Salmonellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari atau
Kortimoksazol 2x2 tab atau
Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
Shigellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari
Injeksi Helicobacter jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari
Amubiasis:
Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau

Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau


Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari
Giardiasis:
Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau
Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau
Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari
Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari
Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari
Virus : simtomatik dan suportif
d.
Therapi
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidarat lain (gula, air, tajin, dan lain-lain).
(a)
Obat-obatan Anti Sekresi
Asetosal dosis 25 mg / hari dengan dosis minimal 30 mg.
Klorpromazin dosis 0,5 1 mg / kg BB / hari
(b) Obat Spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, tidak boleh di gunakan
(c)
Obat Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera dibeirkan tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga
diberikan bila terdapat penyakit penyerta, spt : OMA, faringitis, bronkitis atau
bronkopneumonia.
J.
Pencegahan
Dalam pencegahan penyakit Gastroenteritis dapat dilihat dalam lima tingkat pencegahan
(five levels of prevention) sebagai berikut :
1)
Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya
tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan Agent penyakit yang akan masuk kedalam
tubuh, seperti mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan
diperlukan oleh tubuh.
2)
Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung
kalori, protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan
untuk membentuk system kekebalan tubuh sehingga terlindung dari berbagai penyakit infeksi
seperti Gastroenteritis.
3)
Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
4)
Pemberantasan Cacat (Disability Limitation)
Penyakit Gastroenteritis ini jika tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat
menyebabkan kematian. Pembatasan kecacatan (Disability Limitation) dalam mencegah
terjadinya penyakitGastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :
Mencegah proses penyakit lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara
berkesinambungan sehingga tercapai proses pemulihan yang baik.
Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan kesehatan
yang lebih cepat.
Mencuci tangan sebelum makan
5)
Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi (Rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat


dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat
penyakit Gastroenteritis

Anda mungkin juga menyukai