Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang 1.

Pemeriksaan urin 24 jam untuk melihat kadar kortisol bebas (24 hour urinary free cortisol level). Pada pemeriksaan ini urin pasien di tampung beberapa kali selama periode 24 jam dan diperiksa untuk mengetahui berapa kadar kortisol dalam urin tersebut. Apabila kadarnya lebih dari 50 100 mikrogram perhari untuk dewasa, maka ia merupakan suspek sindrom cushings. Kadar batasan normal bervariasi pada laboratorium yang berbeda, tergantung kepada teknik cara pemeriksaan yang mana yang digunakan.a,b 2. Pemeriksaan kortisol plasma pada saat tengah malam dan kortisol saliva dini hari (Midnight plasma cortisol and late night salivarycortisol measurements). Pemeriksaan ini ialah mengukur berapa kadar kortisol dalam darah. Produksi kortisol biasanya akan ditekan pada malam hari. Tetapi pada penderita sindrom cushings hal ini tidak terjadi. Apabila kadar kortisol lebih dari 50 nanomol per liter (nmol/L), maka pasien merupakan suspek sindrom cushings. Pemeriksaan pada umumnya dilakukan dengan menginap di rumah sakit selama 2 hari (48 jam) untuk menghindari peningkatan kadar kortisol yang salah yang berhubungan dengan stress. Tetapi pemeriksaan untuk mendapatkan sampel kortisol saliva dini hari, dapat dilakukan di rumah lalu di periksa berapa kadar kortisolnyaa,b 3. Pemeriksaan supresi dengan dexamethasone dosis rendah (Low Dose Dexamethasone Suppresion Test/LDDST). Pada pemeriksaan ini pasien diberikan dexamethasone dosis rendah, semacam glucocorticoid sintetik secara peroral setiap 6 jam selama 2 hari. Urin di tampung sebelum dexamethasone diberikan dan beberapa kali selama 2 hari pemeriksaan dilakukan. Kortisol dan glucocorticoids lain mengirim sinyal ke pituitary untuk melepaskan sedikit ACTH, jadi respon normal setelah menggunakan dexamethasone adalah penurunan kadar kortisol di dalam darah dan urin. Apabila kadar kortisol tidak turun maka, pasien merupakan suspek sindrom cushings. LDDST mungkin tidak menunjukkan penurunan jumlah kortisol pada orang orang dengan depresi, peminum alkohol, kadar estrogen yang tinggi, penyakit-penyakit akut, dan stress, hal ini bisa menyebabkan false positif. Obat-obatan seperti phenytoin dan Phenobarbital bisa menyebabkan kadar kortisol turun, hal ini bisa menyebabkan pasien seperti tidak menderita cushings padahalnya sebenarnya mereka menderita sindrom tersebut. Oleh karena itu dokter selalu menyarankan pasiennya agar menghentikan penggunaan obat-obatan ini paling tidak satu minggu sebelum dilakukan pemeriksaan.a,b 4. Pemeriksaan dengan Dexamethasone-corticotropin releasing hormone (CRH). Beberapa orang memiliki kadar kortisol yang tinggi tetapi hal ini tidak berkembang menjadi efek progresif dari sindrom cushings, seperti lemah otot, fraktur, dan penggelapan kulit. Orang-orang ini mungkin hanya akan menderita pseudoCushings syndrome, suatu kondisi yang terkadang ditemukan pada orang yang depresi atau gangguan kecemasan, peminum alkohol yang berlebih, diabetes yang tidak terkontrol, obesitas yang parah. Psudo Cushings tidak memiliki efek jangka panjang

untuk sembuh yang sama seperti sindrom cushings dan tidak membutuhkan pengobatan yang langsung ditujukan pada kelenjar endokrin. Pemeriksaan dengan dexamethasoneCRH dapat memisahkan pseudo-Cushings dari kasus sindrom Cusihings yang ringan. Pemeriksaan ini mengkombinasikan pemeriksaan stimulasi LDDST dan CRH. Pada pemeriksaan stimulasi dengan Injeksi CRH yang menyebabkan kelenjar pituitary mensekresikan ACTH. Pengobatan awal dengan dexamethasone mencegah CRH untuk menyebabkan peningkatan kadar kortisol pada orang-orang dengan pseudo-Cushings. Peningkatan kortisol ketika melakukan pemeriksaan ini menunjukkan bahwa pasien merupakan suspek sindrom Cushings.a,b Pemeriksaan untuk mengetahui penyebab dari sindrom Cushings Setelah diagnosis sindrom Cushings ditegakkan, pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk mengetahui letak lokasi pasti dari abnormalitas yang menyebabkan produksi kortisol menjadi sangat berlebih.a,b 1. Pemeriksaan Stimulasi CRH (CRH Stimulation test) Pemeriksaan dengan CRH, apabila tanpa pengobatan awal dengan dexamethasone, maka hal ini akan membantu memisahkan orang-orang dengan adenoma pituitary dari mereka yang memiliki sindroma ektopik ACTH atau tumor adrenal. Sebagai hasil dari injeksi CRH, orang dengan adenoma pituitary biasanya akan mengalami peningkatan ACTH dan kortisol di dalam darah karena CRH bekerja langsung pada pituitary. Respon ini sangat jarang ditemukan pada orang-orang dengan sindroma ACTH ektopik dan tidak pernah ditemukan pada orang-orang dengan tumor adrenal.a,b 2. Pemeriksaan suppresi dengan dexamethasone dosis tinggi (High Dose Dexamethasone Suppresion Test/HDDST). HDDST sama dengan LDDST, hanya saja pada pemeriksaan ini digunakan dosis dexamethasone yang lebih tinggi. Pemeriksaan ini membantu memisahkan orang-orang dengan produksi ACTH berlebih yang berhubungan dengan adenoma pituitary dari mereka dengan ectopic ACTH-producing tumors. Dexamethasone dengan dosis tinggi biasanya akan menekan kadar kortisol pada orang-orang dengan adenoma pituitary tetapi tidak pada mereka dengan ectopic ACTH-producing tumors.a,b 3. Pencitraan Radiologi : visualisasi langsung pada kelenjar endokrin. Pencitraan akan memperlihatkan ukuran dan bentuk dari pituitary, kelenjar adrenal, dan akan membantu untuk memperlihatkan bilamana terdapat tumor. Pencitraan yang paling sering digunakan ialah Computerized Tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prosedur pencitraan digunakan untuk menemukan tumor setelah diagnosis ditegakkan. Jadi pencitraan bukan digunakan untuk mendiagnosa sindrom Cushings karena tumor jinak secara umum dapat ditemukan pada pituitary dan kelenjar adrenal. Tumor ini disebut dengan incidentalomas. Tumor ini tidak perlu diangkat, terkecuali apabila dari hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa tumor ini merupakan penyebab timbulnya gejala atau ukurannya yang sudah terlalu besar.a,b Referensi:

a. U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES National Institutes of Health, b.

2008. Cushings Syndrome, Dalam: National Endocrine and Metabolic Diseases Information Service Lynnette K Nieman, MD, 2008 UpToDate Journal : Establishing the diagnosis of Cushing's syndrome

Anda mungkin juga menyukai