Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

DEFINISI:
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).
Diare adalah keluarga tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume
tinja > 159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan
volume orang dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).
ETIOLOGI:
a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan


penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
- Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, astrovirus.
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides);
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis);
jamur (candida albicans).

2) Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak
berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat:

- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)

- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)


d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi

f. Faktor obat-obatan, antibiotik

g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

KLASIFIKASI

Diare dibagi menjadi 2:

- Diare akut

- Diare kronis

1. Diare Akut

Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari
pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis

Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:


a. Diare osmotik
- Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).

- Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik


utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
- Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya
bertambah besar (> 160 mOsm/L).
- Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein,
bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
- Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat
diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat
mulainya/pola tampilannya.
b. Diare sekretorik

- Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.

- Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.

- Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.

- Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan


osmotiknya < 20 mOsm/L
MANIFESTASI KLINIS

Tanda :

 Cengeng
 Anus dan daerah sekitar lecet
 BB menurun
 Turgor berkurang
 Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
 Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
 Nadi cupat dan kecil
 Denyut jantung jadi cepat
 TD menurun
 Kesadaran menurun
 Pucat, nafas cepat
 BAB 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa
 Suhunya tinggi

Gejala :

 Tidak nafsu makan


 Lemas
 Dehidrasi
 Gelisah
 Cengeng
 Oliguria
 Anuria
 Rasa haus

PATHOFISIOLOGI:
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:

1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik) Asidosis metabolik
terjadi karena:
a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam
tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada
orang dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi
pada anak sebelumnya pernah menderita lalep).

4) Gangguan gizi

Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5) Gangguan sirkulasi darah

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan


sirkulasi darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan
perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong
penderita dapat meninggal.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja

1. Makroskopis

Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.

2. Mikroskopis

Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 5595
mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja
( normal : 14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa
diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH normal kurang dari 6

2. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.

c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat


dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah
nilai jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih
tinggi dari nilai O2, sedangkan jika terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori
maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal

1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya


dehidrasi
2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap

Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya


dehidrasi. Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%.
Hemoglobin dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.

f. Duodeual Intubation

Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare


kronik. Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.

Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan


adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.

PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
 selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)

c. Dehidrasi sedang
 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)
 selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.

d. Dehidrasi berat
1. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
 1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml =
15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
 7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
 16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
2. Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
 1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
 7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4
tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
 16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 tetes).
3. Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
 1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
 7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
 16 jam berikutnya:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat
diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)  Untuk bayi baru lahir
(neonatus) dengan berat badan 2-3 g
• Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.

• Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

• Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit
(1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
4. Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan < 2 kg .

• Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam

• Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

• Jenis cairan: DG aa
• Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
• Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml
= 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit
(1 tetes).

20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau


2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1
ml = 20 tetes).

KOMPLIKASI
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik)
b. Hipernatremia
c. Hiponatremia
d. Demam
e. Asidosis Metabolic
f. Hipokalemia ( serum K,3,0 mMol/L)
g. Ileus paratukus
h. Intoleransi laktosa
i. Kejang
j. Malnutrisi energi protein
k. Cardiac dysrhythmias
l. Mutah

PROGNOSIS

Prognosis diare kronik ini sangat tergantung pada penyebabnya.Prognosis


adalah baik, Pada penyakit endokrin,prognosis tergantung pada penyakit
dasarnya.Pada penyebab obat-obatan,tergantung pada kemampuan untuk menghindari
pemakaian obat-obat tersebut.Pada pasca bedah prognosis tergantung pada sejauh
mana akibat tindakan operasi pada penderita di samping faktor penyakit dasarnya
sendiri.
POHON MASALAH

Faktor Infeksi Faktor Malabsorbsi Faktor Makanan Faktor Psikologi

Masuk dan Meningkatkan tekanan Toksin Tak Dapat Cemas


berkembang osmotik Diserap
dalam usus

Hiperperistaltik
Hipersekresi Air
dan Elektrolit Pergeseran air dan
(Meningkatkan elektrolit ke rongga
isi rongga usus) usus
Menurunnya kesempatan
usus menyerap makanan

DIARE

Frekuensi BAB meningkat Distensi Abdomen

Lesi pada kulit Kehilangan cairan dan Mual dan muntah


perianal elektrolit berlebihan

Nafsu makan menurun


Risiko Gangguan Gangguan Gangguan
integritas kulit asam keseimbangan
metabolisme cairan dan
elektrolit Gangguan BB
nutrisi menurun
Sesak kurang dari
kebutuhan
Risiko syok tubuh
hipovolemik
Gangguan
Oksigenasi Gangguan tumbuh
Kembang
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DIARE

1) Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

2) Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x

3) Riwayat Penyakit Sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).

4) Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5) Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,

6) Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7) Riwayat Kesehatan Lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.

8) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


1. Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan lingkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o Erupsi gigi : geraham perama menyusul gigi taring.
2. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan
bicara dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan
interpersonal, bermain).

o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.


Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler


dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya
untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.

o Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
a. Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun 2
hitungan
b. Meniru membuat garis lurus
c. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata
d. Melepas pakaian sendiri
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/
24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.
4. Pemeriksaan Penunjang
i. Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

ii. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare


atau output berlebihan dan intake yang kurang
2) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
sekunder terhadap diare
4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
5) Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB
menurun terus menerus.
6) Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24


jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara
maksimal

Kriteria hasil :

o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c,


RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit


R/ Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran
tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

3) Timbang berat badan setiap hari


R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt

4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal
ginjal (kompensasi).

- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur


R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)


R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
seimbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik
sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di


RS kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

o Nafsu makan meningkat


o BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,


berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi
lambung dan saluran usus.

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan


R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam


R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :


a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi


dampak sekunder dari diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam


tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil :

o Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)


o Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
leasa)
Intervensi :

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam


R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2) Berikan kompres hangat


R/ Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh

3) Kolaborasi pemberian antipirektik


R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 : Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan


peningkatan frekwensi BAB (diare)

Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawatan selama di rumah


sakit integritas kulit tidak terganggu

Kriteria hasil :

o Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga


o Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan
baik dan benar
Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur


R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah


dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritasi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces

3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak
terjadi iskemi dan irirasi .
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam,


klien mampu beradaptasi

Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak


tenang dan tidak rewel

Intervensi :

1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan


R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS


R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal


maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman
pada klien.

5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak


DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.


EGC. Jakarta.

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai