I. Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konstriksi feses enceer dan berwarna hijau dan dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1998)
II. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksai enteral adalah infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak meliputi:
Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, Poliomyelitis), adenovirus, rota
virus, astro virus dll.
Infeksi bakteri : vibrio E. coli, Salmonella shigella, Cairpylobacter, dsb.
Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris, trichures, strongylordes ), protozoa ( E.
Hystolitica, ginardia lambtica, trichomonas hominis ) dan jamur ( candida
albicans)
b. Infeksi Parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : OMA,
Tonsilitis / tonsilofaringitis, Bronchopneumonia, Encephalitis dsb. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi Karbohidrat : disakarida ( Intoleransi lactosa, maltosa dan
sukrosa ), monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galactosa ). Pada
bayi dan anak yang sering adalah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas, dapat terjadi pada anak yang lebih besar.
III.Patofisiologi
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misal : toksin ) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
SKEMA:
MAKANAN
DIARE
Cairan Parenteral
- DG aa ( 1 bag. Lar. Darrow + 1 bag. Glukosa 5 % )
- RLg ( 1 bag. RL + 1 bag. Glukosa 5 % )
- RL
- DG 1 : 2 ( 1 bag. Lar. Darrow + 2 bag. Glukosa 5 % )
- RLg 1 : 3 ( 1 bag. RL + 3 bag. Glukosa 5 – 10 % )
Dehidrasi Berat
- Untuk anak 1 bln – 2 tahun dengan BB 3 – 10 kg 1 jam I : 40 ml /
kgBB
- 7 jam berikutnya : 12 ml / kg BB / jam
- 16 jam berikutnya : 125 ml / kg BB oralit per oral atau
intragastrik.
2. Dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB < 7 kg, jenis
makanan :
Susu ( ASI atau susu formula yang mengandung lactosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh mis : ( LM )
Makanan ½ padat ( bubur susu ) atau makanan padat ( nasi tim )
Susu khusus ( susu yang tidak mengandung laktose atau susu dengan asam
lemak berantai sedang / tidak jenuh sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
3. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare ialah penggantian cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.
Obat Anti Sekresi
- Autosal : Dosis 25 mg / tahun dengan dosis minuman 30 mg.
- Anti biotika : Dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
Antibiotika
Diberikan hanya bila diketahui penyebabnya. Bila kolera, diberikan
Tetracyclin 25 – 50 mg / kg BB / hari
V. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Diare pada usia 0 – 2 tahun, pre valensi terbanyak pada usia 6 – 11 bulan. Hal ini
berkaitan dengan pemberian makanan tambahan yang sering berubah dari buah,
bubur susu, dan nasi tim, sehingga pencernaan bayi harus menyesuaikan dengan
perubahan tersebut, disamping faktor higiensi yang kurang terjaga.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan / tanpa darah / dan atau lendir
dalam tinja. Pada diare akut keluhan terjadi secara mendadak pada bayi atau
anak yang sebelumnya sehat, disertai peningkatan suhu.
e. Kesehatan Lingkungan
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang
tercemar. Penyebaran penyakit dari manusia ke manusia dengan berbagai
faktor seperti makanan, air, lalat, kebersihan makanan. Kebersihan
lingkungan hidup ( Higiene sanitasi ) yang baik sangat penting terhadap
pencegahan penularan penyakit.
f. Riwayat Immunisasi
Immunisasi campak dapat mencegah timbulnya diare.
g. Riwayat Nutrisi
- Usia 0 – 4 bulan bayi hanya diberikan ASI saja atau PASI dengan
frekuensi tiap 2 jam atau setiap bayi menangis
- Usia 4 – 6 bulan bayi mulai diperkenalkan makanan tambahan berupa
buah dan bubur susu, ASI / PASI tetap diberikan
- Usia 7 – 9 bulan, bayi diperkenalkan dengan makanan tambahan
disamping buah dan bubur susu juga diberikan tim saring
- Usia 9 – 12 bulan, bayi diberikan nasi tim biasa
3. Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan
Berat badan :
Berat Badan lahir bayi normal 2500 - 3500 gram dan terjadi penurunan
pada minggu I secara fisiologis dan pada hari ke 10 ( minggu II ) akan
kembali dan akan mengalami kenaikan.
Pada triwulan I kenaikan BB bayi 700 – 1000 gram / bulan.
Triwulan II 500 – 600 gram / bulan.
Triwulan III 350 – 450 gram / bulan dan triwulan ke IV 250 – 350 gram /
bulan. Pada usia 5 bulan BB bayi menjadi 2 kali BB lahir dan menjadi 3
kali BB lahir pada usia 1 tahun.
Panjang Badan
PB lahir rata-rata 50 cm. Pada umur 1 tahun 75 cm atau 1,5 X PB lahir.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala waktu lahir rata-rata 34 cm. Pada usia 6 bulan LK rata-rata
44 cm ( mengalami kenaikan 10 % pada 6 bulan pertama ) dan pada usia 1
tahun menjadi 47 cm.
Lingkar Lengan Atas
Pada saat lahir LLA 11 cm dan pada usia 1 tahun menjadi 16 cm.
b. Perkembangan
3 – 6 bln Mengangkat kepa- Mulai belajar me- Tertawa dan Belajar menaruh
la 90o dan me- raih benda-benda menjerit karena benda-benda ke
ngangkat dada de- yang ada dalam gembira bila di- mulutnya
ngan bertopang jangkauan atau ajak bermain
tangan diluar jangkauan-
nya
4. Pengkajian Fisik
a. Sistem Kardiovaskuler
Nadi : Pada dehidrasi ringan : normal ( 120 X / menit )
Dehidrasi sedang : cepat ( 120 – 140 X / menit )
Dehidrasi berat : sangat cepat ( > 140 X / menit )
Bila dehidrasi bertambah berat nadi tidak teraba.
Tekanan Darah : Pada dehidrasi hipotonik sangat rendah, Isotonik : rendah
dan hipertonik : rendah.
Sirkulasi :
Pada saat dehidrasi hipotonik : jelek sekali, isotonik jelek dan hipertonik
relatif masih baik.
Dapat terjadi gangguan sirkulais darah berupa renjatan ( syok ) hipovolemik
yang terjadi karena output > input sehingga perfusi jaringa berkurang
perubahan pada EKG, pradikardia akibat hipokalemia.
Bila dehidrasi bertambah berat nadi tidak teraba. Pada dehidrasi hipotonik :
sangat lemah, Isotonik : cepat dan lemah, Hipertonik : cepat dan keras.
Sirkulasi :
Pada D Hipotonik : jelek sekali, Isotonik : jelek, Hipertonik relatif masih baik.
Dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa rejatan ( syok ) hipovolemik
yang terjadi karena output > input sehingga perfusi jaringan berkurang.
Perubahan pada EKG, bradicardia akibat hipokalemia.
b. Sistem Pernafasan
Pada dehidrasi ringan, RR normal : 25 – 350 X / menit
Dehidrasi sedang : agak cepat
Dehidrasi berat : sesak nafas, pada pemeriksaan didapatkan hipoksia, terdapat
tanda asidosis yaitu pernafasan Kusmaul yang merupakan homeostasis
respiratorik adalah usaha dari tubuh mempertahankan pH darah.
c. Sistem Persyarafan
Pada dehidrasi ringan : Kesadaran baik ( composmentis ), dehirasi sedang :
gelisah, dehirasi berat : apatis, kadang : Soporokomateus. Pada dehidrasi
hipotonik : apatis, isotonic : koma, Hipertonik : Iritable, kejang. Bila terjadi
renjatan perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan
bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
d. Sistem Pencernaan
Mulut
- Mengeluh haus, nafsu makan menurun.
- Dehidrasi ringan : Haus +, selaput lendir normal.
- Dehidrasi Sedang : Rasa haus ++, selaput lendir agak kering.
- Dehidrasi Berat : Rasa haus +++, selaput lendir kering.
Lambung
Mual, segala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit.
Abdomen
Mengeluh perut kembung, sakit / kram pada perut pada pemeriksaan
didapatkan perut kembung, Hiperperistaltik, Meteorismus karena
hipokalemi.
Anus
Tinja cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja
menjadi kehijau-hijauan.
BB
Mengalami penurunan karena terjadinya diare sehingga makanan tidak
dapat dicerna dan di absorbsi dengan baik.
e. Sistem Perkemihan
Dalam keadaan dehidrasi ringan produksi urine normal, pada dehidrasi sedang
terjadi oliguri dan pada dehidrasi berat dapat terjadi anuri.
f. Sistem Integumen
Suhu : pasien mengeluh badan panas , pada pemeriksaan biasanya didapatkan
suhu tubuh meningkat ( 37oC – 40oC )
Turgor : pada dehidrasi ringan turgor agak kurang ( jika kulit kembali cepat )
Dehidrasi sedang : turgor kurang
Dan dehidrasi berat : turgor sangat kurang.
UUB : Pada dehidrasi ringan : agak cekung, dehidrasi sedang : cekung dan
dehidrasi berat : cekung sekali.
Anus dan kulit sekitarnya berwarna kemerahan dan lecet karena sering
defekasi.
g. Sistem Muskuloskeletal
Tonus otot : Dehidrasi Ringan : normal
Dehidrasi Sedang : agak kurang
Dehidrasi Berat : sangat kurang
Dapat terjadi kejang otot abdomen dan ekstremitas.
ANALISA DATA
Nutrisi Kurang
Diagnosa Keperawatan
No. & Hasil yang Intervensi Rasional
diharapkan
1. Resiko terjadinya defisit 1. Pantau tanda dan gejala 1. Penurunan volume cairan
volume cairan berhubungan dari defisit volume cairan menyebabkan kekeringan
dengan kehilangan cairan yang Membran mukosa jaringan dan pemekatan
berlebihan . kering urine.
Tujuan : Urine kuning Pemantauan tanda dan
Klien mendapat hidrasi yang kecoklatan gejala merupakan defeksi
adekuat B. J. Urine > 1.025 dini terhadap defisit cairan
Kriteria hasil : sehingga dapat segera
1. Turgor kulit : normal diberikan terapi
2. Membran mukosa lembab penggantian cairan
3. Input dan Output seim- 2. Anjurkan untuk 2. Minuman tersebut
bang memberikan cairan > mengantikan natrium dan
4. B. J. Urine : 1.010 – 1.025 sering dalam jumlah kecil kalsium yang hilang pada
Air daging diare dan muntah
Minuman ringan
berkarbonat
Jus apel
3. Pantau Input dan Output 3. Dehidrasi dapat
menyebabkan laju filtrasi
glumorulus membuat
keluaran tidak adekuat.
4. Timbang BB setiap hari 4. Deteksi dini penurunan BB
dalam waktu yang sama yang berlebihan dan status
dengan alat penimbang gizi
yang sama
5. Kolaborasi dalam
pemberian cairan
parenteral sesuai indikasi
dan obat-obatan
2. Resiko ketidakseimbangan ca- 1. Pantau tanda dan gejala 1. Volume sirkulasi yang
iran dan elektrolit berhu- dehidrasi : rendah menyebabkan
bungan dengan peningkatan Kulit dan membran kekeringan mukosa dan
pengeluaran yang berlebihan mukosa kering rasa haus.
Tujuan : Rasa haus 2. Mendeteksi dini terjadinya
Cairan dan elektrolit dalam B. J. Urine meningkat ketidakseim-bangan cairan
tubuh tetap seimbang 2. Pantau input dan output dalam tubuh
secara cermat.
3. Kolaborasi :
Pemberian cairan
parenteral sesuai indikasi
Diagnosa Keperawatan
No. & Hasil yang Intervensi Rasional
diharapkan
4. Gangguan integritas kulit 1. Bersihkan area prianal 1. Feses yang asam dapat
berhubungan dengan pening- dengan air dan dikering- mengiritasi kulit perianal
katan frekuensi defekasi dan kan secara lembut setiap
feses yang bersifat asam selesai defekasi
Tujuan : 2. Beri lotion pada daerah 2. Membantu kelembaban
Tidak terjadi ruam atau perianal daerah perianal dan tetap
integritas kulit tidak terjadi kering
Kriteria :
Tidak tampak kemerahan 3. Ganti popok yang lembut 3. Kain menyerap air
pada kulit prianal ( dari kain )
Bebas dari infeksi
sekunder
5. Kecemasan / ketakutan anak 1. Beri kesempatan orang tua 1. Dapat menurunkan kece-
yang berhubungan dengan untuk mendampingi anak masan anak
perpisahan dengan kebiasaan 2. Ciptakan lingkungan pera-
rutin dan sistem pendukung watan yang tenang 2. Memberikan rasa aman
Tujuan : 3. Libatkan orang tua / orang pada anak
Anak tidak merasa cemas / terdekat dalam tindakan
takut selama dalam perawatan keperawatan 3. Menciptakan suasana se-
Kriteria Hasil : 4. Lakukan komunikasi seca- perti di rumah sendiri
Anak tenang, tidak me- ra lembut, penuh perhatian
nangis / berontak dan kasih sayang 4. Menjalin rasa percaya anak
Anak dapat tidur / istira- sehingga anak tidak merasa
hat cukup takut.
Kooperatif dengan petu-
gas
Daftar Pustaka
Lab / UPF Ilmu Kesehatan Anak ( 1994 ). Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD
Dr. Soetomo Surabaya.