Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG “KEBUTUHAN ELIMINASI”


KEPERAWATAN DASAR 1 (KD1)

NAMA : RIZKY JAMIATUL FITRI


NIM : G1B120041

PRODI KEPERAWATAN FKIK UNJA


TA 2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
“DIARE”
A. DEFINISI

Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong,
2001 : 883).
Diare adalah pasase feses dan konsistensi lunak atau cair, sering dengan atau
tanppa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada
apitelium (Tusker, 1998 : 816).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behiman,
1999 : 1273).
Diare adalah keadanan frekuensi air besar lebih dari empat kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
adapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997 : 143).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001 : 123).
Jadi diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa buang air besar dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 x sehari
pada anak sehingga mengacu kehilangan cairan dan elektrolit.

B. KLASIFIKASI

Diare dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi
dan kualitas defekasi.
2. Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu.
C. ETIOLOGI

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :


1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
internal sebagai berikut:
- Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler,
tersinia, aeromonas
- Ifeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere,
poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
- Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong
Ylokles, protzoa
(Entamoeba histolytica, Giarella lemblia,
tracomonas homonis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan,
seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galatosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi.
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


4. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :


1. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi

Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus


akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus

Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk


menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut :
- Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
- Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam
usus halus.
- Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
- Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

Patogenesis diare kronis :


-Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan
terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (osidosis,
metabolik, hipokalamia).
- Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah).
- Hipoklikemia
- Gangguan sirkulasi darah (FK UI, 1995).
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nasfu


makan berkurang atau tidak ada.
- Kemudian disertai diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau
lendir darah.
- Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur empedu
- Anus dan daerah sektiar timbul lecet karena sering defekasi dan
tinja makin lama makin asam sehingga akibat makin lama
makin asam sehingga akibat makin banyak asam laktat yang
berasal dari latosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama
diare. Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata
dan ubun-ubun cekugn (pada bayi) selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 1997).
G. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan

Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat


dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan

Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa
untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar
natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut :
oralit.
b. Cairan parontenal

Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan tergantung berat /


rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan BB-nya.
- Belum ada dehidrasi
 Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
- Dehidrasi ringan
 1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral
 selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari
- Dehidrasi sedang
 1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde)
 selanjutnya 125 ml / kg BB / hari
- Dehidrasi berat
 Tergantung pada umur dan BB pasien.
2. Pengobatan dietetik

Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
- Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
- Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai
sedang / tidak sejuh.
3. Obat-obatan
- Obat anti sekresi

Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.


Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
-Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti
papaverin, ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan
untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti
kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi.
- Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50
mg / kg BB / hari.
.
H. KOMPLIKASI

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik)
2. Rinjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot, lemak,
bradikardia, perubahan elektrokardiagram).
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim laktasi.
6. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama
atau kronik).
(Ngastiyah, 1997 : 145)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata umum
Tempat tinggal : di daerah sanitasi buruk.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat gastroenteritis, glardiasis, penyakit seliakus, sindrom
iritabilitas kolon, otitis media akut, tondilitas, ensefalitis dan
lainnya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami diare, pernah menderita penyakit pencernaan.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pernah menderita penyakit saluran pencernaan.
6. Keluhan utama
Anak sering menangis, tidam mau makan dan minum, badan
lemas.
7. Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan

Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara


kuku anak, cuci tangan sebelum makan, makanan yang
dihidangkan tidak tertutup, makanan basi.
b. Nutrisi dan metabolik

Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia,


muntah.
c. Eliminasi BAB

Feces encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20 per hari.


d. Aktifitas

Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.


e. Sensori

Nyeri ditandai dengan menangis dan kaki diangkat ke abdomen.


8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

Tampak lemah dan kesakitan.


b. Tanda vital

Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan


Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang
Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
TD menurun karena dehidrasi
RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul)
Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
c. Mata: cekung
d. Mulut: mukosa kering
e. Abdomen: turgor jelek
f. Kulit: kering, kapilari refil > 2’

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang
air besar dan encer.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan
dan cairan.
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandi dengan
kerusakan pada mukosa usus.
4. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di
sekitar anus
5. Gangguan tidur berhubungan dengan rasa nyaman ditandai
dengan sering defekasi.
6. Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak.

C. INTERVENSI
1. Diagnosa : Kurangnya volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.

Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam


batas normal.
Hasil yang diharapkan :
a. Pengisien kembali kapiler < dari 2 detik
b. Turgor elastik
c. Membran mukosa lembab
d. Berat badan tidak menunjukkan penurunan.

Intervensi :
- Kaji intake dan output, otot dan observasi frekuensi defekasi,
karakteristik, jumlah dan faktor pencetus
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan.
- Kaji TTV
Rasional : membantu mengkaji kesadaran pasien.
- Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan membran
mukosa.
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuan cairan.
- Ukur BB setiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi.
- Anak diistirahatkan
Rasional : meningkatkan sirkulasi.
- Kolaborasi dengan pemberian cairan parenteral
Rasional : meningkatkan konsumsi yang lebih.
- Pemberian obat antidiare, antibiotik, anti emeti dan anti piretik
sesuai program.
Rasional : menurunkan pergerakan usus dan muntah.

2. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan menurunnya intake absorbsi makanan.

Tujuan : Anak-anak toleran diet yang sesuai.


Hasil yang diharapkan :
- BB dalam batas normal
- Tidak terjadi kekambuhan diare.

Intervensi :
- Timbang BB tiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan dalam pemberian nutrisi./
- Pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Rasional : mengurangi reyurtasi.
- Jaga kebersihan mulut pasien
Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
- Monitor intake dan output
Rasional : observasi kebutuhan nutrisi.

3. Diagnosa : Hiperermi berhubungan dengan infeksi ditandai


dengan kerusakan pada mukosa usus.

Tujuan : mengembalikan suhu tubuh menjadi normal.


Hasil yang diharapkan :
- Suhu tubuh kembali normal 36-37oC
Intervensi :
- Hindarkan dan cegah penggunaan sumber dari luar
Rasional : mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps
paskuler.
- Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan peningkatan dari
nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional : mendeteksi peningkatan suhu tubuh dan mulainya
hipertermi.
- Anjurkan pada anak agar tidak memakai pakaian / selimut tebal.
Rasional : mengurangi peningkatan suhu tubuh.
- Kolaborasi pemberian obat anti infeksi à anti gronik.

4. Diagnosa : Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan


kemerahan di sekitar anus

Tujuan : integritas kulit normal.


Hasil yang diharapkan :
- Iritasi berkurang
Intervensi :
- Kaji kerusakan kulit / iritasi setiap buang air besar
Rasional : menentukan intervensi lebih lanjut.
- Gunakana kapas lembab dan sabun bayi (pH normal) untuk
membersihkan anus setiap buang air besar.
Rasional : menghindari resiko infeksi kulit.
- Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
Rasional : mengurangi infeksi secara dini.

5. Diagnosa : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan


sering defekasi ditandai dengan mata merah dan sering menguap

Tujuan : Agar pola tidur pasien dapat terpenuhi.


Hasil yang diharapkan :
- Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap
malam
- Secara verbal mengatakan dapat lebih
rileks dan lebih segar.
Intervensi :
- Berikan susu hangat sebelum tidur
Rasional : meningkatkan tidur
- Anjurkan makanan yang cukup satu jam sebelum tidur.
Rasional : meningkatkan tidur.
- Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang
nyaman.
Rasional : meningkatkan tidur.
- Lakukan persiapan untuk tidur malam sesuai dengan pola tidur
pasien.
Rasional : mengatur pola tidur.

6. Diagnosa : Cemas berhubungan dengan kondisi dan


hospitalisasi pada anak

Tujuan : Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau


takut berkurang.
Hasil yang diharapkan :
- Orang tua aktif marawat anak dan bertanya
dengan perawat atau dokter tentang kondisi
atau klasifikasi dan anak tidak menangis.

Intervensi :
- Anjurkan pada orang tua mengekspresikan perasaan rasa takut
dan cemas, dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati
dengan sentuhan terapeutik.
Rasional : mengurangi rasa cemas dan takut yang dialami oleh
orang tua.
- Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan
sentuhan.
Rasional : orang tua anak merasa diperhatiakn akan rasa cemas
yang dihadapinya.
- Jelaskan setiap prosedur yang akan dlakukan pada anak kepada
orang tua.
Rasional : mengurangi rasa cemas orang tua.
- Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : anak tidak merasa kehilangan perhatian akan orang
lain.
- Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan orang tua dan agar orang
tua mengetahui kondisi anak.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas pasien
Nama : Tn. J
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Alamat : Dusun Teluk karang, Rt 004/Rw 007.
Sedau Singkawang selatan, kab Singkawang
Pekerjaan : wiraswasta
Tanggal Masuk : 03-02-15
Tanggal Pengkajian : 04-02-15
Diagnosa Medis : PLHA dengan komplikasi Diare
Kronis

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan : Adik Pasien

2. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk rumah sakit
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan lemah seluruh badan,
pasien mengatakan Babnya cair, dan sudah berlangsung 3 bulan SMRS.
Pasien juga mengatakan sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.

b. Keluhan utama
Pasien mengatakan Babnya cair dan sudah berlangsung selama 3 bulan
SMRS, pasien juga mengatakan seluruh badannya terasa sangat lemah.
c. Keluhan Saat dikaji
Pasien mengatakan babnya cair, pasien juga mengatakan sulit beraktifitas
normal dikarenakan seluruh badannya terasa sangat lemah, pasien juga
mengatakan sering merasa mual hingga muntah.
d. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien mengatakan bahwa ia telah mengetahui bahwa ia mengidap HIV
semenjak tahun 2014, namun ia jarang memeriksakannya ke rumah sakit
dikarenakan merasa kondisi tubuhnya masih fit. Bru setelah komplikasi
muncul pasien datang ke rumah sakit.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat. anggota keluarga yang
mengidap penyakit yang sama.

3. Genogram
Keterangan :

: Laki- laki meninggal

: perempuan meninggal

: : laki-laki hidup

: prempuan hidup

: pasien

Data Biologis.

a. Pola Nutrisi
SMRS : Pasien makan 3 kai sehari dengan menu
bervariasi satu porsi habis

MRS : Pasien tidak nafsu makan,pasien hanya


makan 1 kali sehari , dan porsi makan

rumah sakit tidak habis.

b. Pola Minum
SMRS : Pasien minum 6-7 gelas sehari (1,5-2) liter
per hari
MRS : Pasien minun 5-6 gelas sehari (0,8-1) liter
per hari

c. Pola Eliminasi
SMRS : Pasien sering BAB, Konsistensi
BAB cair dan sudah terjadi selama kurang lebih 3
bulan

MRS : konsistensi Bab pasien cair dan berlendir ,

frekuensi sering 3 kali sehari, Bak selalu

bersamaan dengan Bab.

d. Pola istirahat Tidur


SMRS : Pasien tidur 5-6 jam sehari
MRS : Pasien tidur hanya 2-3 jam sehari.

e. Pola Hygene
 Mandi
SMRS : Pasien mandi sendiri namun dengan bantuan
keluarga

MRS : Pasien tidak mandi dan menyikat gigi ketika

sakit
 Cuci Rmbut
SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat sakit
MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya sesekali

 Gosok gigi
SMRS : Pasien gosok gigi 2 kali sehari
MRS : Pasien menggosok gigi 1 kali bahkan jarang
bila tak ada yang membantu.

4. Pola Aktivitas

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Elimnasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Makan dan minum √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orng lain dan alat
4 : tergantung orang lain dan madiri.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV TD : 130/90 mmHg
N : 96 kali/menit
RR : 28 kali/menit
S : 39,1︒C
Berat Badan
SMRS : 52 kg ±pada 3 bulan yang lalu
MRS : 50 kg
Tinggi Badan : 165 cm
BB 50
IMT : 2 = 2 = 18,36
(T B ) (1,6 5 )
Keterangan : IMT Normal = 18,5-24,5 kg/m 2

b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris,rambut pirang,kulit
kepala lembab,tidak ada ketombe
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

c. Mata
Inspeksi : Sklera puti, dapat melihat jelas,bola mata
simetris,konjungtiva anemis, ada reaksi
terhadap cahaya, tidak menggunakan alat bantu,
fungsi pengelihatan normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret dan polip
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,benjolan,dan bengkak
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan, sedikit
terdapat serumen,dan tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

f. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak kuning,bibir pucat, lidah sedikit
kotor, mukosa mulut lembab
Palpasi : Otot rahang kuat

g. leher
Inspeksi : Terdapat pembesaran KGB Submandibula
sinistra ukuran 4,4 cm
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, arteri karotis teraba
lemah

h. Thorax
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi,respirasi 30
x/m , tampak retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
auskultasi : Suara nafas Ronkhi
perkusi : Batas paru normal

i. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba
auskultasi : S1 dan S2 regular
perkusi : Batas jantung normal

j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi,perut tampak kurus dan
distensi
Palpasi : Terdapat sedikit nyeri tekan pada bagian
Kuadran kanan atas
auskultasi : Bising usus 12 x/menit
perkusi : Supel

k. Genetalia
Pasien Menggunakan popok,dan menolak dikaji lebih lanjut karena
merupakan privacy.

l. Ekstremitas
kanan
kiri
4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4

keterangan : Terpasang infus di tangan kiri (Rl 20 tpm)


0 : Tidak Mampu bergerak sama sekali
1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ekstrimitas
2 : Hanya mampu menggeser sedikit
3 : Mampu menggerakkan tangan dengan bantuan,saat bantuan
dilepaskan tangan ikut jatuh
4 : kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi
sesaat lalu jatuh
5 : Kekuatan otot mampu melawan gravitasi

6. Pemeriksaan Laboratorium (2-02-15)

a. SGPT : 9,5 ul normal : 3 - 3,5


b. SGOT : 34,2 ul : 8 - 33
c. Creatinin : 1.14 mg/dl : 0,75 -1,5
d. Urea : 39,5 mg/dl : 15- 45
e. Gol darah :O
7. Pemeriksaan Medis
04-02-15

Ringer Laktat 20 tpm


Inj cefotaxime 1 gr/8 jam
Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
Inj Ondan 1 amp/ 12 jam
Inj Furosemid 50 mg/24 jam
Cotri 2 x 5 tab
Club 2 x 300 mg

05-02-15

Ringer Laktat 20 tpm


Inj cefotaxime 1 gr/8 jam
Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
Inj Ondan 1 amp/ 12 jam
Inj Novaldo 500 mg/ml

Inj Furosemid 50 mg/24 jam

06-02-15

Ringer Laktat 20 tpm


Inj cefotaxime 1 gr/8 jam
Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
Inj Ondan 1 amp/ 12 jam
Inj Novaldo 500 mg/ml
Antasida
Inj Furosemid 50 mg/24 jam
B. ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds : Pasien Mengatakan HIV masuk ke tubuh Gangguan
1 sudah 3 bulan ini eliminasi fekal
Babnya cair Penurunan kekebalan
Do : - Konsistensi Bab tubuh
tampak cair,
- Bab tampak Infeksi bakteri
berlendir
- Mata tampak Berkembang di usus
cekung
TD : 100/70 Hypersekresifitas air
mmHg dan elektrolit
N : 80 x/m
Gangguan elliminasi
fekal (diare)

2. Ds : Pasien mengatakan Diare Ketidakseimbang


sering merasakan an nutrisi kurang
mual dan tak jarang Distensi abdomen dari kebuutuhan
muntah tubuh
Mual dan muntah
Do : - Pasien tampak kurus
- Porsi rs sering Nafsu makan menurun
bersisa
- BB pasien menurun Ketidakseimbangan
dari 52-52 kg nutrisi kurang dari
- Pasien muntah kebuutuhan tubuh
sehari 2 kali
3. Ds : - Pasien mengatakan
tubuhnya terasa Frekuensi BAB
lemah dan sering meningkat Intoleransi
merasakan capek aktivitas
yang berlebih Kehilangan sejumlah
- Pasien juga cairan dan elektrolit
mengatakan susah
untuk beraktivitas Dehidrasi

Do : - Pasien tampak Kelemahan


lemah
- Pasien tampak Intoleransi aktivitas
hanya berbaring di
tempat tidur dan
sesekali duduk
TTV : TD : 100/70
N : 80 x/m
- Aktivitas pasien
tampak selalu
dibantu keluarga

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan infeksi bakteri
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan diare
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional
O
1 Gangguan Setelah dilakukan FefeverTreatment 1. Tanda-
eliminasi fekal tindakan keperawatan : tanda vital
berhubunan selama 3 x 24 jam, merupakan
1. Observasi
dengan infeksi pasien akan : acuan
tanda-
bakteri. untuk
 Pola eliminasi tanda vital
mengetahui
defekasi yang tiap 3
keadaan
normal jam.
umum
 Tidak ada 2. Kaji dan
pasien.
darah atau observasi
2. Membantu
lendir dalam pola BAB
membedak
feses (frekuensi,
an penyakit
 TTV normal. warna,
individu
konsistens
dan
i, jumlah
mengkaji
feses)
beratnya
3. Monitor
tiap
intake dan
defekasi
output
3. Untuk
4. Berikan
mengetahui
obat anti
adanya
piretik.
ketidaksei
5. Kolaboras
mbangan
i
cairan
pemberian
tubuh.
obat
4. Dapat
sesuai
menurunka
indikasi
n demam
5. Menurunka
n motilitas
atau
peristaltik
usus dan
menunjukk
an sekresi
degestif
untuk
menghilan
gkan kram
dan diare

2 Ketidakseimba Setelah dilakukan Fluid 1. Untuk


ngan nutrisi tindakan keperawatan Management memantau
kurang dari selama 3 x 24 jam, perubahan
1. Timbang
kebutuhan pasien akan : atau
BB klien
berhubungan penurunan
 Memperlihatk pada
dengan diare BB
an asupan interval
2. Untuk
makanan dan tepat
memberika
cairan yang waktu
n tindakan
adekuat 2. Identifikas
keperawata
 Pasien mampu i faktor
n
menghabiskan pencetus
mengatasi
diit satu porsi mual dan
mual
 Tidak ada muntah
muntah
mual muntah 3. Anjurkan
3. Untuk
pasien
menjaga
untuk
asupan
makan
makanan
dalam
porsi yang
kecil, dibutuhkan
tetapi tubuh
sering dan 4. Makanan
tingkatkan kesukaan
kepadatan yang tersaji
nya secara dalam
bertahap keadaan
4. Tanyakan hangat
makanan akan
kesukaan meningkat
pasien dan kan
sajikan keinginan
dalam untuk
keadaan makan.
hangat 5. Tempat
5. Ciptakan yang bersih
lingkunga akan
n yang mendukun
menyenan g pasien
gkan untuk
untuk peningkata
makan n nafsu
makan

3 Intoleransi Setelah dilakukan Pain management 1. Diare


aktivitas tindakan keperawatan sering
1. Observasi
berhubungan selama 3 x 24 jam, terjadi
/ catat
dengan pasien akan : setelah
frekuensi
frekuensi BAB memulai
 Menyatakan defekasi,
meningkat diet.
pemahaman karakterist
2. Mengetahu
faktor ik dan
i tingkat
penyebab dan jumlah
ketergantu
rasional 2. Kaji hal-
ngan klien
program hal yang
dalam
pengobatan mampu
memenuhi
dan dilakukan
kebutuhann
meningkatkan klien.
ya.
fungsi usus 3. Bantu
3. Bantuan
mendekati klien
sangat
normal. memenuhi
diperlukan
 Dapat kebutuhan
klien pada
berpartisipasi aktivitasn
saat
dalam ya sesuai
kondisinya
aktivitas fisik dengan
lemah
 Dapat tingkat
dalam
melakukan keterbatas
pemenuhan
aktivitas an klien
kebutuhan
sehari-hari 4. Libatkan
sehari-hari
keluarga
tanpa
dalam
mengalami
pemenuha
ketergantu
n ADL
ngan pada
klien
orang lain.
5. Jelaskan
4. Keluarga
pada
merupakan
keluarga
orang
dan klien
terdekat
tentang
dengan
pentingny
klien
a bedrest
ditempat 5. Untuk
tidur. mencegah
terjadinya
keadaan
yang lebih
parah

E. IMPLEMENTASI

NO HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


DX Tgl
1 04/05/10 1. Mengobserva S: Pasien fitri
15 si tanda- Mengatakan
tanda vital sudah 3 bulan ini
tiap 3 jam. Babnya cair
2. mengkaji dan O : - Konsistensi
observasi Bab
pola BAB tampak cair,
(frekuensi, - Bab
warna, tampak
konsistensi, berlendir
jumlah feses) - Mata
3. memonitor tampak
intake dan cekung
output TD :
4. memberikan 100/70
obat anti mmHg
piretik. N : 80 x/m
5. mengkolabor A : masalah belum
asi Teratasi
pemberian P : lanjutkan
obat sesuai intervensi 1-5
indikasi

2 04/05/10 1. mengtimbang S :Pasien fitri


15 BB klien mengatakan
pada interval sering
tepat waktu merasakan
2. mengidentifi mual dan tak
kasi faktor jarang
pencetus muntah
mual dan O : - Pasien tampak
muntah kurus
3. menganjurka - Porsi rs
n pasien sering bersisa
untuk makan - BB pasien
dalam porsi menurun
kecil, tetapi dari 52-52 kg
sering dan Pasien
tingkatkan muntah
kepadatannya sehari 2 kali
secara A : masalah belum
bertahap Teratasi
4. tanyakan P:lanjutkan
makanan intervensi 1-5
kesukaan
pasien dan
sajikan dalam
keadaan
hangat
5. menciptakan
lingkungan
yang
menyenangka
n untuk
makan

3 04/05/20 1. Mengbservas S:-Pasien


15 i / catat mengatakan
frekuensi Tubuhnya
defekasi, terasa
karakteristik lemah
dan jumlah dan sering
2. Mengkaji merasakan
hal-hal yang capek
mampu yang
dilakukan berlebih
klien. - Pasien juga
3. Membantu mengatakan
klien susah
memenuhi untuk
kebutuhan beraktivitas
aktivitasnya
sesuai O : - Pasien tampak
dengan lemah
tingkat - Pasien
keterbatasan tampak hanya
klien berbaring di
4. melibatkan tempat tidur
keluarga dan sesekali
dalam duduk
pemenuhan TTV :
ADL klien TD : 100/70
N : 80 x/m
5. menjelaskan - Aktivitas
padakeluarga pasien
dan klien tampak
tentang selalu
pentingnya dibantu
bedrestditem keluarga
pat tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika
Carpenito-Moyet, Linda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
13. Jakarta:EGC
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:EGC
Wilkonson, Judith M. 2009.Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai