Dosen Pengampu :
Ns. Andika Sulistiawan, S.Kep., M.Kep.
Disusun Oleh :
Anggun Meiliani Aulia G1B120038
Daftar Isi
BAB I..............................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................1
1.1 Pendahuluan..............................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada beberap
pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat
dalam pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan penunjang sangat berguna
dalam menentukan jenis penyakitmaupun mengontrol perkembangan prose
spenyembuhan .Pemerikasaan Penunjang, dengan tujuan agar
memilikikemampuan diagnosis yang lebih akurat.
Peran Perawat ialah tingkah laku yg diharapkan oleh orang lain pada seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana bisa dipengaruhi oleh kondisi sosial
baik dari profesi perawat ataupun dari luar profesi keperawatan yg bersifat konstan
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang
perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan
melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional
adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan
Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai
dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002)
Dengan kata lain orang dinamakan perawat bukan dari keahlian turun temurun,
melainkan dengan melalui jenjang pendidikan perawat. Tugas perawat dalam
menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan tepat
tahapan dalam proses keperawatan.
1.2 Rumusan masalah
a) Apa tujuan pemeriksaan data penunjang?
b) Apa tujuan pemeriksaan laboratorium?
c) Apa tujuan pemeriksaan rontgen?
d) Apa tujuan pemeriksaan MRI?
1.3 Tujuan penulisan
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui peran perawat dalam pemeriksaan penunjang.
2) Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui pemeriksaan data penunjang
1
b) Mengetahui pemeriksaan laboratorium
c) Untuk mengetahui pemeriksaan rontgen
d) Untuk mengetahui pemeriksaan MRI
1.4 Manfaat
Agar dapat mengetahui tentang pemeriksaan data penunjang laboratorium,
rontgen, dan MRI serta berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Meliputi :
a. Darah yang diperiksa adalah HB, golongan, trombosit, leukosit, plasma.
b. Urine yang diperiksa adalah warna, urubilin, banyaknya, suhu, berat jenis,
kandungannya, protein, glukosa, Kristal urine.
c. Keringat yang diperiksa adalah zat, kandungannya.
d. Feses yang diperiksa adalah warna, kandungannya, konsistensinya,
bakteri, virus, apakah ada cacing atau tidak.
e. Rambut yang diperiksa adalah DNA.
f. Sputum (dahak) yang diperiksa adalah warna, kekentalan, kandungannya,
bakteri, virus.
g. Push (nanah) yang diperiksa adalah bakteri.
h. Serebrospinal yang diperiksa adalah kelainan pada otak, bakteri, virus, dan
diambil melalui tulang belakang.
i. Susum yang diperiksa adalah sel kanker, diambil melalui sternum atau
tulang belakang.
C. Angiograph
Alat Angiografi ini digunakan sebagai alat diagnosa dan pengobatan.
Alat ini menggunakan sinar X untuk melihat bagian dalam pembuluh darah
yang tersumbat dan dengan bantuan alat lainnya untuk tindakan balonisasi atau
pemasangan penyangga pembuluh darah/stent.
E. Roentgen Konvensional
Roentgen adalah alat / pesawat medik yang bekerjanya mengunakan radiasi
sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie.
F. Mammografi
Alat Mammografi digunakan untuk mendiagnosa kanker payudara pada
wanita, alat ini menggunakan sinar X untuk menciptakan gambarnya yang
dapat membedakan sel sehat dan sel ganas/kanker.
G. Roentgen Panoramik
Radiograf panoramik adalah scanning gigi X-ray panorama rahang atas dan
bawah
H. UltraSonoGraphy (USG)
Rumah sakit menyediakan USG 2-D, 3-D and 4-D. USG digunakan
untuk memeriksa organ bagian dalam dengan gelombang suara. Pemeriksaan
kehamilan, medical chek up dan keadaan organ bagian dalam, dsb.
J. EEG (ElectroEncephaloGrafi)
Pemeriksaan untuk mengetahui gelombang listrik dalam otak.
K. EMG (ElectroMyoGrafi)
Pemeriksaan Aktivitas listrik pada otot disaat istirahat dan bergerak.Rum
2.3 Rontgen
10. Fiestelography
Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel )kedalaman, hubungan dengan organ
lain) dengan menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel tersebut.
c. Pemeriksaan CT Scan
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh
operator akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah
suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut
kecil dari organ tulang tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara
suatu kelainan, yaitu :
1) Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
2) Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
3) Brain contusion.
4) Brain atrofi.
5) Hydrocephalus
6) Inflamasi
pemeriksaan CT Scan tanpa kontas maupun dengan kontras
1) CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4–5
mm infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline sebaiknya
dibuat potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect
fraktur tulang kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM,
aneurysma.
2) CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan
axial scan 2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil
/mikroadenoma atau kelenjar hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma)
F.O.V kecil (160-200) mulai dari procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
3) CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang
· kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm sejajar
dengan axis os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi
tulang (WW dan WL yang tinggi)
· kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum
tanpa dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm
sebagai tambahan, dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum
dan proses abnormalnya.
4) CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding
superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito
meatal line, tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm
mencakup seluruh cavum orbita. Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa
kontras, dicetak dalam kondisi soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil
(160-200).
5) CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak
tinggi (lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum.
Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm
sejajar corpus vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari
pembesaran kelenjar. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –
kecilnya kelainan dari choana sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior
nasoprynx F.O.V. 250mm, potongan coronal kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang
apabila ada destruksi basis cranii.
Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial
dimulai dari mandibula keatas.
Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar
pada potongan coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama
dengan nasopharynx, hanya axial dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.
Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu
tanpa dan dengan bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor
dipangkal lidah, sebaiknya dibuat axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada
potongan yang diperkirakan akan memberi informasi baik.
6) CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar
dengan pita suara.
Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas
sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post
bolus kontras (delayed scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.
7) CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah
biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras,
kemudian di ulang / delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi
yang lebih baik setelah seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-
200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR
(Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus
dibuat potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan
untuk potongan coronalya.
8) CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian
posterior, mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar
sinus maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue
(WW diatas 2000, WL diatas 200) F.O.V 200-250mm
Tumor sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai
nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari dasar
sinus sampai sinus frontalis / mencakup seluruh tumor, kondisi soft tissue / tulang dan
kondisi massa tumor dengan WW yang rendah.
9) CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi). Potongan axial
prekontras/ polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15.
Bolus kontras diberikan mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-
8mm. Bila proses dibawah hilus potongan post kontras diteruskan kebawah sampai
mengenai seluruh proses terpotong. Kondisi dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim
paru dan kondisi mediastinum. Permintaan khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb:
biasanya pada indikasi parenchymal lung disease / emphysema. Axial scan tanpa kontras
filter high resolusi, tebal potongan 2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak
paru sampai diafragma.
Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai
didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit
sebagai batas atas tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas atas
sampai batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital
dapat diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm sewaktu
dibolus).
10) CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10,
index 10-15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan.
Organ / kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-
12mm. Organ / kelainannya sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-
8mm. Organ / kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-
5mm.
Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk
hepar dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus
kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program
volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau
fase cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk
mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan fase excresi (untuk ginjal) dimana
system pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA pancreas pakai kontras negatife
(minum air saja).
11) CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate. Prekontras :
tebal potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan
tergantung besar kecilnya kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan
pasien sering tidak sampai mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan
kontras rectum. Khusus untuk Ca cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm
pada waktu bolus kontras. Delayed scan kadang diperlukan bila: batas tumor tidak jelas.
Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh melalui teknik MPR.
12) CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal,
disebut CT-Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar
dengan discus, tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk
penilaian canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae, tegal
lurus dengan axis corpus. Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan
sejajar dengan corpus vertebrae didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan
tulang . Bila perlu (umumnya harus) diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses
paravertebral atau untuk melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.
C. Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Rontgen
Perawat radiologis biasanya mengembangkan dan mengelola rencana perawatan
untuk membantu pasien memahami prosedur dan kemudian, memulihkan diri dari
prosedur. Hal ini mungkin juga termasuk bekerja dengan keluarga pasien. Perawat dapat
melakukan pemeriksaan atau melaksanakan tindakan kesehatan preventif dalam pedoman
yang ditetapkan dan instruksi dari ahli radiologi. Selain itu, perawat dapat merekam
temuan dokter dan mendiskusikan kasus dengan baik ahli radiologi atau profesional
kesehatan lainnya. Seringkali, seorang perawat radiologis akan membantu selama
pemeriksaan atau terapi.
2.4 MRI (M
A. Pengertian MRI
MRI adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip
resonansi magnetic inti atom hydrogen. Tehnik penggambaran MRI relative komplek
karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Alat tersebut
memiliki kemampuan membuat gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik
tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien bila pemilihan parameter tepat, kualitas
gambaran detil tubuh manusia akan tampak jelas, sehingga anatomi dan patologi jaringan
tubuh dapat dievaluasi secara teliti. Hampir sama dengan menurut hasil dari wawancara
yaitu menggambarkan bagian tubuh bagian dalam.V
B. Fungsi Pemeriksaan MRI
Dalam dunia medis, perkembangan teknologi MRI merupakan hal yang sangat
penting. Dokter, ilmuwan, dan peneliti kini dapat memeriksa bagian dalam tubuh manusia
dengan sangat detail tanpa perlu melakukan pembedahan.
Terdapat satu jenis pemeriksaan MRI yang bisa digunakan untuk mengamati struktur otak
dan menentukan bagian otak mana yang bermasalah, yakni MRI fungsional atau fMRI.
Pemeriksaan MRI ini digunakan untuk mengetahui kinerja otak dan menilai status
neurologis serta risiko bedah saraf.
Sebelum proses MRI, dokter akan menyuntikkan zat kontras ke pembuluh darah
di lengan. Zat kontras atau pewarna ini akan membantu dokter melihat struktur di dalam
tubuh Anda dengan lebih jelas. Zat yang sering digunakan dalam pemeriksaan MRI
disebut gadolinium. Pasien yang berbaring di meja periksa akan dimasukkan ke mesin
MRI. Tubuh pasien mungkin sepenuhnya berada di dalam mesin, tapi bisa juga tidak.
Tergantung tujuan pemeriksaan MRI yang dilakukan. Ketika tubuh di dalam tabung,
medan magnet dan suara akan muncul dan menghasilkan sinyal yang kemudian ditangkap
oleh komputer guna membuat serangkaian gambar.
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa pemeriksaan diagnostik (penunjang) adalah masalah kesehatan aktual
dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat mampu dan
mempunyai kewenangan standar praktik keperawatan dan kode etik keperawatan yang
berlaku di Indonesia.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat secara benar sesuai dengan
pemeriksaan penunjang.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hadisaputro, Soeharyo, dr Sp.PD. (2012). Buku Saku Pengenal Penyakit Melalui
Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books.
Manuba Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar kuliah obsetri. Jakarta :EGC