Anda di halaman 1dari 23

AN SI E TAS

Ansietas
Kelompok 4

KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
AN SI E TAS

NAMA ANGGOTA
G1B120017 PUTRI FADILA
G1B120018 SHERLI APRILIA
G1B120024 RIFKI WAHYUDI
G1B120029 NUR CAHAYA KUSUMA
G1B120037 VEBYOLA VIONA
G1B120038 ANGGUN MEILIANI AULIA
G1B120039 NURLILI
G1B120049 BIRGITA ARTA MILAWATI
G1B120050 NYIMAS AISYAH AL MAINI
G1B120051 AHMAD SYAHDAD
G1B120052 ELLIZA PUSPIKA SARI
G1B120054 SYIFA YUNIDA IHSANI
G1B120056 PEBRIYANTI PUTRI
G1B120057 AULIA SURA
G1B120058 TRI HESTU HARYANI
G1B120059 STEFI MAIZU PUTRI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
konsep teori ansietas

keperawatan kesehatan
jiwa
Definisi AN SI E TAS

Ansietas adalah perasaan tidak tenang yang

samar–samar karena ketidaknyamanan atau rasa

takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak


01
spesifik atau tidak diketahui oleh individu) (Yusuf,

Fitryasari, & Tristiana, 2019).

KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
AN SI E TAS

Etiologi
Menurut Stuart & Suddent (2017) :
Faktor Predisposisi
1. Faktor psikoanalitik : dikelompokkan menjadi 2 elemen (ide dan
superego)
2. Faktor interpersonal : timbul dari rasa takut karena tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal.
3. Faktor perilaku : menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
4. Kajian keluarga : menunjukan bahwa ganguan ansietas biasanya
terjadi dalam keluraga.
5. Kajian biologis

02
KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
AN SI E TAS

Lanjutan...
Menurut Stuart & Suddent (2017) :
Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan
eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua
kategori :
1. Ancaman terhadap intergritas fisik meliputi disabiltitas
fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari
2. Ancaman terhadap sistim diri dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi social yang terintregasi pada
individu.

03
KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
04

Manifestasi Klinis

Menurut PPNI (2016) tanda dan gejala ansietas adalah sebagai berikut:

Gejala dan Tanda Mayor :


1. Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibbat dari kondisi yang dihadapi, dan
sulit berkonsentrasi.
2. Objektif : tampak gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor :


1. Subjektif : mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, dan merasa tidak berdaya.
2. Objektif : frekuensi (nadi, TD, pernapasan) meningkat, diaphoresis, muka tampak pucat, suara
bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih dan berorientasi pada masa lalu

KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
05 Mekanisme Terjadinya
Ansietas

Menurut Owen, 2016 :


Sistem syaraf pusat menerima suatu persepsi ancaman yamg timbul akibat rangsangan dari luar & dalam

berupa pengalaman masa lalu & faktor genetik. Lalu rangsangan dipersepsi oleh panca indra, diteruskan &

direspon oleh sistem syaraf pusat yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise untuk mensekresi mediator

hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal lalu memicu syaraf otonom melalui mediator hormonal

yang lain. di dalam system syaraf pusat yang merupakan mediator utama dari gejala kecemasan ialah

norepinephrine dan serotonin. Neurotransmitter dan peptide lain, corticotropin-releasing factor juga terlibat.

Sistem saraf otonom yang berada di perifer terutama system saraf simpatis juga memperantarai banyak gejala

kecemasan.
AN SI E TAS

KLASIFIKASI
Menurut Halter (2014) ada 4 klasifikasi tingkat ansietas yaitu:

1. ansietas ringan: individu akan mengalami ketidaknyamanan, mudah marah, gelisah,

atau adanya kebiasaan untuk mengurangi ketegangan (seperti menggigit kuku,

menekan jari-jari kaki atau tangan).

2. ansietas sedang: lapang pandang individu menyemit. Selain itu individu mengalami

penurunan pendengaran, penglihatan, kurang menangkap informasi dan menunjukkan

kurangnya perhatian pada lingkungan.

3. ansietas Berat: lapang pandang seseorang akan semakin menurun atau menyempit.

Seseorang yang mengalami ansietas berat hanya mampu fokus pada satu hal dan

06
mengalami kesulitan untuk memahami apa yang terjadi.

4. Pada tahap panik ini individu dapat mengalami kelelahan.


Alat Ukur Ansietas

Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur


kecemasan yang disebut HARS (Hamilton
Anxiety Rating Scale).

Terdapat empat belas kategori gejala,


dimana setiap item mendapat skor antara 0
dan 4 (total 0-56).

Kecemasan ringan <17, kecemasan


menengah 18-24; kecemasan parah memiliki
poin ≥25. Total skor 7 atau di bawah 7 (≤7)
menunjukkan kecemasan minimal atau tidak
ada kecemasan (Selami, 2020).

07
Pencegahan AN SI E TAS

Upaya untuk mengurangi dampak gejala jika Anda mengalami


kecemasan:
1. Cari bantuan lebih awal.
2. Buat jurnal.

08 3. Prioritaskan masalah dalam hidup.


4. Hindari penggunaan zat yang tidak sehat.
5. Melakukan kegiatan atau latihan relaksasi secara teratur, seperti
yoga, meditasi, atau tai chi.
6. Melakukan hobi atau kegiatan menenangkan yang disukai.

KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
Penatalaksanaan
09
Psikoterapi
Berbagai terapi psikologis dapat dilakukan, seperti penyelesaian
masalah, relaksasi, terapi interpersonal, modifikasi bias kognitif,
perhatian ataupun pendekatan psikodinamik

Farmakoterapi
Terapi ini banyak direkomendasikan karena memiliki cukup banyak
keuntungan, diantaranya yaitu mudah untuk peresepan pada
pengobatan primer, mudah didapatkan dengan harga yang relatif
murah, dan efek terapinya terjamin (Andrews et al. 2018).

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


ansietas

asuhan keperawatan

keperawatan kesehatan
jiwa
AN SI E TAS

CONTOH KASUS

Seorang perempuan berusia 45 tahun, tinggal di jln Sunan Kalijaga kota jambi, klien
tinggal bersama anak,menantu dan cucunya,klien datang ke Poli Jiwa diantar oleh anaknya
dengan alasan cemas dengan kondisi penyakit yang dialaminya,klien mengidap penyakit
diabetes melitus,klien mengatakan kadar gula darahnya selalu turun naik, klien
mengatakan setiap makan gula darahnya pasti naik yang mengakibatkan klien takut untuk
makan makanan yang ada. Klien merasa lemas,khawatir,nafsu makan menurun,klien
merasa takut dengan kondisi penyakitnya, Pada saat pengkajian klien mengatakan cemas
karna kadar gula darahnya selalu naik, kadar gula darah 350 mg/dl, Tekanan darah 140/90
mmHg, klien mengatakan mengeluh takut bila terjadi komplikasi pada penyakitnya, klien
mengatakan gemetar,tegang pada bagian otot,dan berkeringat. berdasarkan observasi
klien tampak gelisah, klien tampak tegang, klien tampak gemetar,dan klien tampak
kelelahan.

keperawatan kesehatan jiwa


AN SI E TAS
ANALISA DATA

Data penyebab masalah

DS: Penyakit kronis progresif Ansietas


• Klien mengatakan kadar gula darahnya selalu naik turun. (diabetes melitus)
• Klien mengatakan setiap makan gula darahnya pasti naik yang mengakibatkan
klien takut untuk makan makanan yang ada.
• Klien merasa lemas,khawatir,nafsu makan menurun
• Klien merasa takut dengan kondisi penyakitnya,
• Klien mengatakan mengeluh takut bila terjadi komplikasi pada penyakitnya.
• Klien mengatakan gemetar, tegang pada bagian otot,dan berkeringat

DO:
• Kadar gula darah 350 mg/dl
• Tekanan darah 140/90 mmHg
• Berdasarkan observasi klien tampak gelisah, tegang, gemetar dan kelelahan.
AN SI E TAS
ANALISA DATA

Data penyebab masalah

DS: Resistensi insulin Ketidakstabilan kadar


• Klien mengatakan kadar gula darahnya selalu naik turun glukosa darah
• Klien mengatakan setiap makan gula darahnya pasti naik

DO:
• Kadar glukosa darah 350 mg/dL
AN SI E TAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas b.d Penyakit kronis progresif (diabetes melitus) d.d Klien mengatakan kadar gula darahnya
selalu naik turun, Klien mengatakan setiap makan gula darahnya pasti naik yang mengakibatkan klien
takut untuk makan makanan yang ada, Klien merasa lemas,khawatir,nafsu makan menurun, Klien
merasa takut dengan kondisi penyakitnya, Klien mengatakan mengeluh takut bila terjadi komplikasi
pada penyakitnya, Klien mengatakan gemetar, tegang pada bagian otot,dan berkeringat, Kadar gula
darah 350 mg/dl, Tekanan darah 140/90 mmHg, Berdasarkan observasi klien tampak gelisah, tegang,
gemetar dan kelelahan.
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Resistensi insulin d.d Klien mengatakan kadar gula darahnya selalu naik
turun, Klien mengatakan setiap makan gula darahnya pasti naik, Kadar glukosa darah 350 mg/dL
AN SI E TAS
INTERVENSI

Diagnosa tujuan dan kriteria hasil intervensi

Ansietas b.d Penyakit kronis Tujuan: Reduksi Ansietas


progresif (diabetes melitus) Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 2x24 jam, • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,waktu dan
diharapkan tingkat ansietas stressor)
klien menurun dengan kriteria • Monitor tanda-tanda ansietas
hasil:
1. Verbalisasi khawatir akibat Terapeutik
kondisi yang dihadapi menurun • Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Perilaku tegang menurun • Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
3. Diaphoresis menurun • Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Tremor menurun • Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Tekanan darah normal • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

lanjutan
intervensi
AN SI E TAS
INTERVENSI

Diagnosa tujuan dan kriteria hasil intervensi

Ansietas b.d Penyakit kronis Tujuan: Edukasi


progresif (diabetes melitus) Setelah dilakukan tindakan • Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan
keperawatan 2x24 jam, pprognosis
diharapkan tingkat ansietas • Anjurkan keluarga tetap bersama klien
klien menurun dengan kriteria • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
hasil: • Latih teknik relaksasi
1. Verbalisasi khawatir akibat • Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
kondisi yang dihadapi menurun
2. Perilaku tegang menurun Kolaborasi
3. Diaphoresis menurun • Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu
4. Tremor menurun
5. Tekanan darah normal

lanjutan
intervensi
AN SI E TAS
INTERVENSI

Diagnosa tujuan dan kriteria hasil intervensi

Ansietas b.d Penyakit kronis Tujuan: Terapi Relaksasi


progresif (diabetes melitus) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 2x24 jam, • Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu
diharapkan tingkat ansietas sebelum dan sesudah latihan.
klien menurun dengan kriteria
hasil: Terapeutik
1. Verbalisasi khawatir akibat • Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan
kondisi yang dihadapi menurun pencahayaan dan suhu yang nyaman.
2. Perilaku tegang menurun • Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
3. Diaphoresis menurun relaksasi
4. Tremor menurun • Gunakan pakaian longgar
5. Tekanan darah normal • Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama

lanjutan
intervensi
AN SI E TAS
INTERVENSI

Diagnosa tujuan dan kriteria hasil intervensi

Ansietas b.d Penyakit kronis Tujuan: Edukasi


progresif (diabetes melitus) Setelah dilakukan tindakan • Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang dipilih (mis.
keperawatan 2x24 jam, music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
diharapkan tingkat ansietas • Jelaskan secara rinci intervensi yang dipilih
klien menurun dengan kriteria • Anjurkan mengambil posisi nyaman
hasil: • Anjurkan rileks
1. Verbalisasi khawatir akibat • Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
kondisi yang dihadapi menurun
2. Perilaku tegang menurun
3. Diaphoresis menurun
4. Tremor menurun
5. Tekanan darah normal

lanjutan
intervensi
AN SI E TAS
INTERVENSI

Diagnosa tujuan dan kriteria hasil intervensi

Ketidakstabilan kadar glukosa Tujuan : Manajemen Hiperglikemia


darah b.d Resistensi insulin Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 2x24 jam, • Monitor kadar glukosa darah
diharapkan kestabilan kadar
glukosa darah klien meningkat Edukasi
dengan kriteria hasil : • Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
1. Kadar glukosa dalam darah • Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral,
membaik monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan
2. Gemetar klien berkurang professional kesehatan
3. Keringat klien berkurang
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
keperawatan kesehatan
jiwa

Thank You

Anda mungkin juga menyukai