Anda di halaman 1dari 30

EVIDENCE BASED PRACTICE

PENERAPAN TERAPI SWEDISH MASSAGE UNTUK MENURUNKAN


TINGKAT ANSIETAS / KECEMASAN PADA LANSIA

Disusun Oleh :
YUSTINA DWI CAHYANTI
P133742061920181

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua (aging process) merupakan proses universal yang terjadi pada
setiap manusia dan dimulai dari kelahiran sampai dengan menjadi tua
(Miller,2018). Perjalanan proses menua ini merupakan proses alami yang
mencakup penurunan fungsi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual (Touhy ,
2018). Individu secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi
dan akan semakin banyak mengalami kemunduran fungsi pada semua organ
tubuh (Awoke,Alemu, 2015).
Pada tahun 2012, Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk dunia rata-
rata adalah 70 tahun dan prosentase lanjut usia (lansia) sebesar 11%.
Penduduk lansia di Indonesia tahun 2013 sebanyak 18,86 juta orang atau 7,59
persen dari total penduduk Indonesia (Dinkes DIY, 2004). Di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), jumlah penduduk lansia tahun 2013 sebesar
4.482 atau 13,56% dari keseluruhan penduduk (Kemenkes, 2013). Bantul
merupakan wilayah yang memiliki lansia terbanyak di Propinsi DIY.
Berdasarkan data tahun 2013 jumlah lansia di Kabupaten Bantul sebanyak
162.518 jiwa (Dinkes DIY, 2014).
Berbagai macam perubahan yang dialami oleh lansia sebagai akibat
dari proses penuaan adalah adanya perubahan fisik, psikologi, maupun
psikososial akan menimbulkan masalah baru pada lansia salah satunya adalah
kecemasan (Maryam, 2012). Gejala kecemasan yang muncul pada lansia dapat
berupa gelisah, mudah emosi, kelelahan, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Gellis dan McCracken (2014) mendapatkan
bahwa kecemasan pada lansia dapat berdampak buruk seperti penurunan
kesehatan fisik, kepuasan hidup yang buruk, biaya medis yang lebih tinggi,
dan gangguan fungsional yang signifikan, kelelahan bahkan kematian.
Kecemasan dapat dikurangi dengan terapi farmakologis maupun psikoterapi.
Tehnik alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan
seseorang yaitu yoga, meditasi, aromaterapi, dan relaksasi melalui pijat
(massage) (Hadibroto & Alam, 2006).
Kondisi rileks yang dirasakan oleh lansia dikarenakan relaksasi dapat
memberikan pemijatan halus pada berbagai kelenjar pada tubuh, menurunkan
produksi kortisol dalam darah, mengembalikan pengeluaran hormon yang
secukupnya sehingga memberikan keseimbangan emosi dan ketegangan
pikiran (Olney, 2005). Terdapat bermacam-macam jenis terapi massage
seperti Shiatsu, Tsubo, akupoint, sport massage dan Swedish massage.
Swedish massage adalah manipulasi pada jaringan tubuh dengan teknik
khusus untuk mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot
(kelelahan), meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beba n kerja
jantung (Cassar, 2004; Maryam, 2012). Hermawan (2015) menemukan data
mengenai ada pengaruh Swedish massage terhadap perubahan denyut nadi dan
frekuensi pernafasan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui respon pasien yang mengalami ansietas pada
lansia dengan penerapan EBNP (Evidance Based Nursing Practice)
berupa tekhnik massage dalam mengatasi ansietas pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat ansietas sebelum dilakukan intervensi terapi
massage .
b. Mengetahui tingkat ansietas setelah dilakukan intervensi terapi
massage.
c. Mengevaluasi respon pasien selama pemberian massage therapy
dalam menurunkan ansietas pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ansietas
1. Definisi Ansietas

Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak nyaman


seakan-akan akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman
Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian
intelektual terhadap ssuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat, 2012). Ansietas
merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik
sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah
ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-
gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Stuart dan
Laraia,1998) dalam buku (Pieter,dkk,2011).

Sedangkan menurut (Riyadi&Purwanto,2010) Ansietas adalah


suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan
merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidak mampuan mengatasi
suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu
tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman,
2010).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respon


seseorang berupa rasa khawatir, was-was dan tidak nyaman dalam
menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.
2. Klasifikasi Ansietas
a. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

b. Tingkatan Ansietas

a. Ansietas Ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa

kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan


bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas
ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respons-
respons fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah
sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan
nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada
lambung. Respons kognitif orang yang mengalami ansietas ringan
adalah lapang persepsi yang melebar, dapat menerima rangsangan
yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan
masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan emosi dari
orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk tenang,
tremor halus pada tangan, suara kadang- kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada
lingkungan menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting
saat itu juga dan menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis
dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah sering napas
pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut kering, anoreksia,
diare, konstipasi dan gelisah.Respon kognitif orang yang
mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang
menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada apa
yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi
adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit
tidur, dan perasaan tidak aman .
c. Ansietas Berat

Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit,


individu cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan
hal-hal lain. Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan
banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Respons-respons fisiologis ansietas berat adalah napas pendek,
nadi dan tekanan darah darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit
kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respon
kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat adalah lapang
persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat dari
perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah
sangat sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa
mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia
sudah diberikan pengarahan. Respons-respons fisiologis panik
adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi
dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respons-
respons kognitif penderita panik adalah lapang persepsi yang
sangat pendek sekali dan tidak mampu berpikir logis. Adapun
respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk dan
marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking,
kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau.
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
yang dapat menimbulkan kecemasan.
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau
antara keinginan dan kenyataan yang menimbulkan kecemasan
pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu
Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon
terhadap konflik yang dialami karena pola.
B. Massage

Swedish massage adalah teknik massage yang sering dipakai oleh


atlet sebelum, selama, dan sesudah pertandingan atau latihan. Setelah
melaksanakan latihan atau setelah pertandingan atlet sangat merasakan
manfaat massage ini untuk mengatasi kelelahan dan mengembalikan
kebugaran ( Johnson, 1995; Salvano, 1999). Swedish Massage ditemukan
atau diciptakan oleh seorang atlet senam yang bernama Heinrink Ling
pada abad ke 19, yang memiliki metode untuk atlet supaya dapat
meningkatkan kemampuan fisik untuk melakukan olahraga sesuai dengan
bidang masing-masing (Ken Gray, 2009: 1). Sedangkan menurut Ali Satya
graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 11), Swedish Massage
dikembangkan oleh seorang dokter dari Belanda yaitu Johan Mezger
(1839-1909), yang lahir pada tahun yang sama dengan tahun
meninggalnya Ling. Ling dan para pengikutnya menggunakan suatu sistem
yang panjang dan halus yang membuat suatu pengalaman/rasa yang sangat
rileks/santai. Massage merupakan suatu bentuk senam pasif, yang
dilakukan pada bagian tubuh dan sebaliknya dengan bagian tubuh atau
seperti halnya jarak/tingkat gerakan (Ali Satya Graha dan Bambang
Priyonoadi, 2009: 10). Swedish Massage adalah manipulasi dari jaringan
tubuh dengan teknik khusus dengan mempersingkat waktu pemulihan dari
ketegangan otot (kelelahan), meningkatkan sirkulasi darah tanpa
meningkatkan beban kerja jantung (Ken Gray, 2009: 1).
Menurut Rahmi Primadiati (2002: 119), prinsip utama Swedish
Massage adalah melakukan pemijatan pada jaringan lunak tubuh.
Sehingga Swedish Massage dapat bermanfaat yaitu: (1) Memperlancar
peredaran darah, (2) Pemulilhan tubuh akibat kelelahan, (3) Meningkatkan
aliran oksigen dan relaksasi.
a. Macam Manipulasi dan Pengaruh Swedish Massage
Gerakan Swedish Massage yang utama dan fungsinya adalah sebagai
berikut:
1. Gerakan effleurage

Menggunakan ritme yang pelan. Gerakan ini membuat penerima


santai dan menghangatkan jaringan otot dan mempersiapkan
untuk gerakan selanjutya.

2. Friction

Manipulasi friction dimaksudkan untuk merangsang serabut saraf


dan otot-otot yang terletak di dalam dari permukaan tubuh.

3. Petrissage

Manipulasi petrissage dapat meningkatkan peredaran darah,


melemaskan otot yang berkontraksi, menghilangkan zat sisa dari
otot.
4. Kneading
Manipulasi kneading melepaskan jaringan otot yang melekat pada
tulang belakang akibat kontraksi.

5. Tapotement (memukul)
a) Beating
Memberi rangsang yang kuat terhadap pusat saraf spina,
serabut-serabut saraf, dan sekaligus dapat mendorong sisa-sisa
pembakaran yang masih tertinggal di sepanjang sendi ruas
tulang belakang beserta otot-otot di sekitarnya.
b) Clapping
Memberi rangsang serabut-serabut saraf tepi (perifer),
terutama di seluruh daerah pinggang dan punggung.
6. Hacking
Memberi rangsang serabut saraf tepi, melancarkan peredaran
darah dan juga merangsang organ-organ tubuh bagian dalam.

b. Tujuan dan Manfaat Swedish Massage


Manfaat Swedish massage yang dilakukan pada tubuh
memberikan efek fisiologis berupa: peningkatan aliran darah, aliran
limfatik, stimulasi sistem saraf, meningkatkan aliran balik vena.
menghilangkan rasa sakit dengan cara meningkatkan ambang rasa sakit,
oleh karena merangsang peningkatan produksi hormon endorphin.
Penelitian yang dilakukan oleh Dubrouvsky (1990) menunjukkan
bahwa massage secara langsung dapat meningkatkan aliran vena di
kulit serta meningkakan aliran balik vena. Meningkatnya aliran balik
vena ini akan membantu secara efisien pengembalian darah ke jantung,
serta membantu mengalirkan asam laktat yang tertimbun dalam otot
sehingga membantu mepercepat eliminasi asam laktat dalam darah dan
otot (Cafarelli & Flint, 1992; Corrigan, 1997).
Dalam penelitian Izreen Supa’at dan Zaiton Zakaria (2013) yang
berjudul “Effect of Swedish Massage Therapy on Blood Pressure, Heart
Rate, and Inflammatory Markers in Hypertensive Women” disebutkan
bahwa dengan melakukan Swedish Massage satu jam per minggu dapat
menurunkan tekanan darah, denyut jantung, dan mengurangi gejala
hipertensi pada wanita.
BAB III
METODE PENULISAN

A. Rancangan Solusi Yang ditawarkan


Penulisan ini disusun menggunakan design studi kasus atau case study.
Case study adalah metode yang digunkan untuk memahami individu yang
dilakukan secara integrative dan menyeluruh, dengan tujuan didapatkannya
pemahaman yang mendalam mengenai kondisi individu tersebut beserta
masalah yang dihadapinnya, dengan tujuan untuk menyelesaikan
permasalahan dan memperoleh perkembangan diri yang baik (Rahardjo &
Gudnanto 2010).
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Klien yang termasuk dalam kriteria inklusi kemudian dimintakan
persetujuan untuk dilakukan tindakan atau intervensi massage
2. Klien mendapat penjelasan mengenai mekanisme dan tujuan massage
3. Apabila klien setuju kemudian dilakukan intervensi
4. Catat hasil atau evaluasi setelah dilakukan tindakan atau intervensi.
C. Luaran Pasien
1. Mengetahui penerapan massage
2. Menganalisis bagaimana penerapan massage untuk menurunkan ansietas
pada lansia
3. Melaporkan hasil yang didapatkan selama studi kasus ini mengenai
penerapan massage untuk menurunkan ansietas pada lansia.
D. Kriteria Pasien
Populasi dalam studi kasus ini adalah lansia, sedangkan sampel
dalam studi kasus ini yaitu lansia yang mengalami ansietas yang akan di
ambil 2 orang klien dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat
mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian (hijijah, 2012)
kriteria inklusi dalam studi kasus ini yaitu :
a. Klien dengan orientasi baik
b. Klien dengan ansietas
c. Klien kooperatif
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi yaitu kriteria di luari inklusi (Hijijah, 2012),
kriteria ekslusi dalam studi kasus ini yaitu :
a. Klien dengan penurunan kesadaran
b. Klien dengan gangguan pendengaran dan gangguan konsentrasi
c. Klien tidak kooperatif

E. Evidance Based Practice


1. Analisa PICO
P (Population) : Populasi yang diambil yaitu lansia yang mengalami
ansietas
I (Intervention) : Intervensi yang dilakukan yaitu dengan pemberian
terapi massage selama 15-30 menit kepada klien
C (comparison): Pada studi kasus ini tidak ada studi pembanding
O (Outcame) : Outcame pada studi kasus ini yaitu adanya pengaruh
pemberian massage terhadap tingkat ansietas pada
lansia.
2. Metode telusur Artikel
Mencari jurnal dari berbagai sumber terpercaya dan jurnal yang sudah
terindeks, seperti Pubmed, ebsco publisher, proquest ,elsevier, direct,
RLAE.
3. Analisis Artikel
a. Jurnal 1
Judul : The Effects of Massage Therapy on Pain Management in
The Acute Care Setting.
Peneliti: Rose Adams (2015)
P : Nyeri pada pasien
I : Massage
C : Tidak ada pembanding atau intervensi lain
O : Keberhasilan massage dalam mengatasi nyeri
b. Jurnal 2
Judul : Terapi Swedish Massage Menurunkan Tingkat Kecemasan
Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha (BPSTW)
Unit Budi Luhur Yogyakarta.
Peneliti : Anastasia Suci Sukmawati (2018)
P : Kecemasan pada lansia
I : Swedish massage
C : Tidak ada pembanding atau intervensi lain
O : Keberhasilan swedish massage terhadap gejala ansietas pada
lansia ditujukkan dengan penurunan terhadap tingkat kecemasan
pada lansia secara signifikan pada kelompok intervensi dengan
p-value 0,008 < 0.05.
4. Implementasi EBP
Evidance Based Practice yang akan diterapkan pada studi kasus
ini yaitu penerapan massage therapy dalam menurunkan nyeri serta
ansietas pada lansia.
5. Evaluasi EBP
Evaluasi yang akan dilakukan pada studi kasus penerapan
massage therapy untuk menurunkan nyeri dan ansietas pada lansia
yaitu berkurangnya tingkat ansietas.
F. Prosedur Intervensi Keperawatan Mandiri berdasarkan EBP.
1. Penulis melakukan melakukan penilaian tingkat ansietas.
2. Penulis meminta persetujuan kepada pasien untuk dilakukan terapi
massage kepada klien yang mengalami ansietas dengan menejelaskan
metode dan cara pelaksanaan tersebut.
3. Melaksanakan intervensi sesuai dengan jurnal-jurnal terkait
4. Menilai ulang ansietas pasien dengan instrument yang sama setelah
dilakukan intervensi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang laporan kasus kelolaan terhadap 2 klien yang
mengalami kecemasan mulai dari pengkajian, analisa masalah, dan analisa
intervensi sampai dengan evaluasi. Dalam laporan studi kasus ini dilakukan
kelolaan klien dengan menerapkan hasil penelitian sebelumnya berupa terapi
massage untuk menurunkan kecemasan pada lansia.
A. Hasil
1. Pengkajian
Hasil pengkajian terhadap 2 klien diuraikan sebagai berikut :
a. Klien 1
Klien pertama dengan inisial Ny. N (69 tahun), pendidikan
terakhir SMA, bertempat tinggal di Kelurahan Mangge. Klien
dengan diagnosa medis Hipertensi. Klien saat ini mengatakan lelah
dan mengeluh penyakitnya tidak kunjung sembuh. Klien pernah
dirawat di RS dengan diagnosa yang sama yaitu hipertensi. Klien
tidak memiliki penyakit diabetes mellitus, alergi, penyakit kronis
ataupun asma. Klien aktif mengikuti prolanis di puskesmas setempat.
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit kronis seperti diabetes mellitus, asma, dll. Pengkajian
kecemasan dengan skala HARS (Hamilton Rating Scale For
Anxiety) didapatkan skor 37 (kecemasan berat).
b. Klien 2
Klien kedua dengan inisial Ny.S (66 tahun), pendidikan terakhir
SMA, bertempat tinggal Kelurahan Rejomulyo. Klien dengan
diagnosa medis Hipertensi. Klien saat ini mengatakan pusing dan
mengeluh kenapa dirinya sakit-sakitan dan merepotkan banyak
orang. Klien mengatakn pernah dirawat di RS dengan diagnosa
hipertensi. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit kronis. Pengkajian kecemasan dengan skala
HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety) didapatkan skor 26
(kecemasan sedang).
2. Diagnosis
Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada Ny. N dan Ny.
S, maka ditegakkan diagnosa keperawatan ansietas b.d perubahan dalam
status kesehatan.
3. Intervensi
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. N dan Ny. S
dengan masalah ansietas yaitu dengan intervensi yang mengacu pada
Nursing Intervention Clasification (NIC) serta hasil penelitian
sebelumnya meliputi :
a. Anxiety reduction
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami prespektif klien terhadap situasi stress
5. Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa
takut
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Identifikasi tingkat kecemasan
8. Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
9. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
10. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
11. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada Ny. N dan Ny. S antara lain :
a. Klien 1
Implemetasi pertama dilakukan pada Ny. N yaitu dengan
menjelaskan tujuan, manfaat, waktu dan tahapan massage, mengkaji
ansietas klien sebelum dilakukan teknik massage. Satu tahapan
relaksasi massage dilakukan selama 15 menit. Kemudian langsung
dilakukan pengkajian ansietas menggunakan skala HARS (Hamilton
Rating Scale for Anxiety).
1. Klien Ny. N
a. Tabel 4.1 Pengkajian pada klien 1 sebelum perlakuan
Tanggal/Hari : Rabu, 7 Oktober 2020.

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total score : 37 (Kecemasan berat)
b. Tabel 4.2 Pengkajian pada klien 1 setelah perlakuan
Tanggal/Hari : Jumat, 9 Oktober 2020.

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total score : 19 (Kecemasan ringan)
b. Klien 2
Implemetasi pertama dilakukan pada Ny. S yaitu dengan
menjelaskan tujuan, manfaat, waktu dan tahapan massage, mengkaji
ansietas klien sebelum dilakukan teknik massage. Satu tahapan
relaksasi massage dilakukan selama 15 menit. Kemudian langsung
dilakukan pengkajian ansietas menggunakan skala HARS (Hamilton
Rating Scale for Anxiety).
a. Tabel 4.1 Pengkajian pada klien 2 sebelum perlakuan
Tanggal/Hari : Rabu, 7 Oktober 2020.

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total Score : 26 (kecemasan sedang)
b. Tabel 4.2 Pengkajian pada klien 2 setelah perlakuan
Tanggal/Hari : Jumat, 9 Oktober 2020.

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total score : 16 (Kecemasan ringan)

5. Evaluasi
Hasil evaluasi masalah ansietas pada Ny.N setelah dilakukan terapi
massage yaitu pasien mengatakan kecemasan berkurang, yang awalnya
skala HARS 37 (kecemasan berat) menjadi 19 (kecemasan ringan), TD
: 150/90 mmHg, RR : 20 x/menit, T : 36.5°C, N : 86 x/menit.
Sedangkan Ny.S setelah dilakukan terapi massage yaitu pasien
mengatakan kecemasan sudah sangat berkurang, yang awalnya skala
26 (kecemasan sedang) menjadi 16 (kecemasan ringan), TD : 150/80
mmHg, RR : 20 x/menit, T : 36.3°C, N : 80 x/menit.
B. Pembahasan
Masalah keperawatan yang dialami oleh klien adalah ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan. Ansietas adalah
perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa
cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki
firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi
yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi
sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992). Ansietas merupakan alat peringatan
internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. Salah satu
penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk meringankan atau
menghilangkan kecemasan adalah dengan terapi swedish massage
(Anastasia, 2018).
Intervensi secara umum untuk pengelolaan ansietas berat mengarah
kepada depresi yang tepat dan sesuai dengan pedoman dari WHO seperti
penggunaan medikasi farmakologis yang tepat, pemberian terapi relaksasi
serta terapi music klasik yang telah dilakukan penelitian oleh beberapa ahli.
Salah satu metode non-farmakologis yang dapat digunakan untuk mengurangi
dan mengatasi ansietas adalah dengan teknik swedish massage. Teknik ini
membantu tubuh, pikiran, dan jiwa untuk mencapai relaksasi.
Dasar yang digunakan sebagai untuk menyusun intervensi adalah
penelitian yang dilakukan oleh Anastasia (2018) bahwa ada pengaruh yang
signifikan pada pemberian teknik terapi swedish massage terhadap penurunan
skala ansietas pasien lansia dengan p-value 0,008 < 0,05. Selain itu penelitian
dari Rose Adams (2015) menunjukkan bahwa untuk teknik terapi swedish
massage signifikan untuk menurunkan tingkat intensitas nyeri dan
memberikan relaksasi dengan nilai p-value ≤ 0.05. Menurut penelitian
Hermawan (2015) menunjukkan bahwa swedish massage mampu
memanipulasi pada jaringan tubuh dan meningkatkan sirkulasi darah tanpa
meningkatkan beban kerja jantung.
Swedish massage adalah manipulasi pada jaringan tubuh dengan teknik
khusus untuk mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot
(kelelahan), mening- katkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beban kerja
jantung. Kondisi rileks yang dirasakan oleh lansia dikarenakan relaksasi
dapat memberikan pemijatan halus pada berbagai kelenjar pada tubuh,
menurun- kan produksi kortisol dalam darah, mengembalikan pengeluaran
hormon yang secukupnya sehingga memberikan keseimbangan emosi dan
ketegangan pikiran (Olney, 2005)
Efek terapi swedish massage membuat klien merasa rileks dan tenang.
Perlakuan terapi swedish massage akan mempunyai efek sensasi menenang-
kan anggota tubuh, ringan dan merasa kehangatan yang menyebar ke seluruh
tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi
mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan yang
ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi
dominan sistem parasimpatis. Dalam keadaan ini, hipersekresi katekolamin
dan kortisol diturunkan dan meningkatkan hormon parasimpatis serta
neurotransmitter seperti DHEA (Dehidroepinandrosteron) dan dopamine
atau endorfin. Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang mem- buat
seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary yang
terletak di bagian bawah otak. Hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan
dikatakan 200 kali lebih besar dari morphine. Endorfin atau Endorphine
mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat sese-
orang berenergi. Regulasi sistem parasimpatis ini akhirnya menimbulkan efek
ketenangan.
Hasil intervensi sejalan dengan penelitian yang berjudul “Massage
Therapy for Stress Management : Implications for Nursing Practice”,
yang menjelaskan bahwa tindakan perawatan sederhana dengan fokus
sentuhan, meskipun 5 menit pijatan tangan atau kaki sederhana, dapat berguna
dalam menurunkan tingkat stres yang dirasakan pasien. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan Purnomo (2013) yang berjudul “Pengaruh Circulo
Massage dan Swedia Massage Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat
Darah Pada Latihan Anaerob”, yang menunjukkan dengan manipulasi swedish
massage diperoleh hasil rata-rata kadar asam laktat dalam darah mengalami
penurunan sebesar sebesar 4,79. Pada penelitian ini penurunan tingkat
kecemasan pada kelompok perlakuan diduga sebagai pengaruh dari pijat. Pijat
merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf
otonom. Apabila seseorang mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus rileks
maka akan muncul respon relaksasi menyatakan bahwa pemberian sentuhan
terapeutik dengan menggunakan tangan akan memberikan aliran energi yang
menciptakan tubuh menjadi relaksasi, nyaman, nyeri berkurang, dan
membantu tubuh untuk segar kembali.
Hasil intervensi juga didukung oleh penelitian Hermawan (2015) yang
menyimpulkan ada pengaruh Swedish massage terhadap perubahan denyut
nadi dan frekuensi pernafasan. Swedish massege merupakan suatu kegiatan
yang dapat memberikan efek ketenangan karena adanya unsur relaksasi yang
terkandung di dalamnya. Rasa tenang ini selanjutnya akan memberikan respon
emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif.
Persepsi positif selanjutnya ditransmisikan dalam sisitem limbik dan korteks
serebral dengan tingkat konektifitas yang kompleks antara batang otak-
hipotalamusprefrontal kiri dan kanan-hipokampusa- migdala. Transmisi ini
menyebabkan keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter seperti
GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan antagonis GABA oleh hipokampus
dan amigdala. Persepsi positif yang diterima dalam sistem limbic akan
menyebabkan amigdala mengirimkan informasi kepada LC (locus coeruleus)
untuk mengaktifkan reaksi saraf otonom. LC akan mengendalikan kinerja saraf
otonom ke dalam tahapan homeostasis. Rangsangan saraf otonom yang
terkendali menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medulla
adrenal menjadi terkendali. Keadaan ini akan mengurangi semua manifestasi
gangguan kecemasan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengkajian pada klien sebelum dilakukan terapi swedish massage
menunjukkan skor HARS adalah 37 (kecemasan berat) dan setelah
dilakukan terapi swedish massage sebanyak 2 kali pengulangan skor
kecemasan menjadi 19 (kecemasan ringan). Pada pasien 2 sebelum
dilakukan terapi swedish massage menunjukkan skor HARS adalah 26
(kecemasan sedang) dan setelah dilakukan terapi swedish massage
sebanyak 2 kali pengulangan, skor menurun menjadi 16 (kecemasan
ringan).
2. Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan hasil pengkajian pada
klien adalah ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status
kesehatan.
3. Intervensi yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah terapi swedish
massage. Swedish Massage adalah manipulasi dari jaringan tubuh dengan
teknik khusus dengan mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan
otot (kelelahan), meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan
beban kerja jantung
4. Kedua klien sama-sama mengalami penurunan ansietas, namun skala
kecemasan yang dirasakan antara pasien 1 dan pasien 2 berbeda. Karena
kecemasan bersifat subjektif.

B. Saran
1. Klien
Diharapkan terapi swedish massage dapat diterapkan secara mandiri
dalam rangka menurunkan skala atau indeks ansietas.
2. Pelayanan Kesehatan
Terapi swedish massage dapat digunakan sebagai alternatif tindakan
dalam penanganan ansietas secara non-farmakologi.
3. Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi institusi
pendidikan terutama mahasiswa keperawatan agar dapat mengembangka
intervensi dalam mengatasi kecemasan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Suci, 2018. Terapi Swedish Massage Menurunkan Tingkat Kecemasan


pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha (BPSTW) Unit Budi
Luhur Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, No.2 Agustus,
2018. DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p117-122

Hermawan, S. 2015. Perbandingan Pengaruh Sport Massage Dan Swedish


Massage Terhadap Perubahan Denyut Nadi dan Frekuensi Pernafasan.
Skripsi. Program Studi Ilmu Keolahragaan Jurusan Pendidikan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
eprints.uny.ac.id/.../Skripsi_Soni%20hermawan_116031410.

Kemenkes. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes


RI.

Olney, C.M. 2005. The Effect of Therapeutic Back Massage in Hypertensive


Persons: A Preliminary Study. Biological Research for Nursing.

Purnomo, NT. 2013. Pengaruh Circulo Massage dan Swedish Massage Terhadap
Penurunan Kadar Asam Laktat Darah Pada Latihan Anaerob. Journal of
Physical Education and Sports, vol. 2, No. 1(1). Dilihat 26 September 2016.,
<http://journal.unnes. ac.id/sju/index.php/jpes>.

Rose Adams, MHA, BSW, LMT. 2015. The Effects of Massage Therapy on
Pain Management in the Acute Care Setting. International journal of
therapeutic massage and bodywork-Volume 3, Number 1, March. USA

Saseno. 2013. Efektifitas Relaksasi Terhadap Tingkat Kecemasan pada Lansia di


Posyandu Lansia Adhi Yuswa RW. X Kelurahan Kramat Selatan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 9 No.3 Oktober.

Wilkinson, Juddith M., Ahern, Nancy R. 2012. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai