Disusun Oleh :
YUSTINA DWI CAHYANTI
P133742061920181
A. Latar Belakang
Menua (aging process) merupakan proses universal yang terjadi pada
setiap manusia dan dimulai dari kelahiran sampai dengan menjadi tua
(Miller,2018). Perjalanan proses menua ini merupakan proses alami yang
mencakup penurunan fungsi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual (Touhy ,
2018). Individu secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi
dan akan semakin banyak mengalami kemunduran fungsi pada semua organ
tubuh (Awoke,Alemu, 2015).
Pada tahun 2012, Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk dunia rata-
rata adalah 70 tahun dan prosentase lanjut usia (lansia) sebesar 11%.
Penduduk lansia di Indonesia tahun 2013 sebanyak 18,86 juta orang atau 7,59
persen dari total penduduk Indonesia (Dinkes DIY, 2004). Di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), jumlah penduduk lansia tahun 2013 sebesar
4.482 atau 13,56% dari keseluruhan penduduk (Kemenkes, 2013). Bantul
merupakan wilayah yang memiliki lansia terbanyak di Propinsi DIY.
Berdasarkan data tahun 2013 jumlah lansia di Kabupaten Bantul sebanyak
162.518 jiwa (Dinkes DIY, 2014).
Berbagai macam perubahan yang dialami oleh lansia sebagai akibat
dari proses penuaan adalah adanya perubahan fisik, psikologi, maupun
psikososial akan menimbulkan masalah baru pada lansia salah satunya adalah
kecemasan (Maryam, 2012). Gejala kecemasan yang muncul pada lansia dapat
berupa gelisah, mudah emosi, kelelahan, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Gellis dan McCracken (2014) mendapatkan
bahwa kecemasan pada lansia dapat berdampak buruk seperti penurunan
kesehatan fisik, kepuasan hidup yang buruk, biaya medis yang lebih tinggi,
dan gangguan fungsional yang signifikan, kelelahan bahkan kematian.
Kecemasan dapat dikurangi dengan terapi farmakologis maupun psikoterapi.
Tehnik alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan
seseorang yaitu yoga, meditasi, aromaterapi, dan relaksasi melalui pijat
(massage) (Hadibroto & Alam, 2006).
Kondisi rileks yang dirasakan oleh lansia dikarenakan relaksasi dapat
memberikan pemijatan halus pada berbagai kelenjar pada tubuh, menurunkan
produksi kortisol dalam darah, mengembalikan pengeluaran hormon yang
secukupnya sehingga memberikan keseimbangan emosi dan ketegangan
pikiran (Olney, 2005). Terdapat bermacam-macam jenis terapi massage
seperti Shiatsu, Tsubo, akupoint, sport massage dan Swedish massage.
Swedish massage adalah manipulasi pada jaringan tubuh dengan teknik
khusus untuk mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot
(kelelahan), meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beba n kerja
jantung (Cassar, 2004; Maryam, 2012). Hermawan (2015) menemukan data
mengenai ada pengaruh Swedish massage terhadap perubahan denyut nadi dan
frekuensi pernafasan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui respon pasien yang mengalami ansietas pada
lansia dengan penerapan EBNP (Evidance Based Nursing Practice)
berupa tekhnik massage dalam mengatasi ansietas pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat ansietas sebelum dilakukan intervensi terapi
massage .
b. Mengetahui tingkat ansietas setelah dilakukan intervensi terapi
massage.
c. Mengevaluasi respon pasien selama pemberian massage therapy
dalam menurunkan ansietas pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ansietas
1. Definisi Ansietas
b. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan
2. Friction
3. Petrissage
5. Tapotement (memukul)
a) Beating
Memberi rangsang yang kuat terhadap pusat saraf spina,
serabut-serabut saraf, dan sekaligus dapat mendorong sisa-sisa
pembakaran yang masih tertinggal di sepanjang sendi ruas
tulang belakang beserta otot-otot di sekitarnya.
b) Clapping
Memberi rangsang serabut-serabut saraf tepi (perifer),
terutama di seluruh daerah pinggang dan punggung.
6. Hacking
Memberi rangsang serabut saraf tepi, melancarkan peredaran
darah dan juga merangsang organ-organ tubuh bagian dalam.
Bab ini menguraikan tentang laporan kasus kelolaan terhadap 2 klien yang
mengalami kecemasan mulai dari pengkajian, analisa masalah, dan analisa
intervensi sampai dengan evaluasi. Dalam laporan studi kasus ini dilakukan
kelolaan klien dengan menerapkan hasil penelitian sebelumnya berupa terapi
massage untuk menurunkan kecemasan pada lansia.
A. Hasil
1. Pengkajian
Hasil pengkajian terhadap 2 klien diuraikan sebagai berikut :
a. Klien 1
Klien pertama dengan inisial Ny. N (69 tahun), pendidikan
terakhir SMA, bertempat tinggal di Kelurahan Mangge. Klien
dengan diagnosa medis Hipertensi. Klien saat ini mengatakan lelah
dan mengeluh penyakitnya tidak kunjung sembuh. Klien pernah
dirawat di RS dengan diagnosa yang sama yaitu hipertensi. Klien
tidak memiliki penyakit diabetes mellitus, alergi, penyakit kronis
ataupun asma. Klien aktif mengikuti prolanis di puskesmas setempat.
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit kronis seperti diabetes mellitus, asma, dll. Pengkajian
kecemasan dengan skala HARS (Hamilton Rating Scale For
Anxiety) didapatkan skor 37 (kecemasan berat).
b. Klien 2
Klien kedua dengan inisial Ny.S (66 tahun), pendidikan terakhir
SMA, bertempat tinggal Kelurahan Rejomulyo. Klien dengan
diagnosa medis Hipertensi. Klien saat ini mengatakan pusing dan
mengeluh kenapa dirinya sakit-sakitan dan merepotkan banyak
orang. Klien mengatakn pernah dirawat di RS dengan diagnosa
hipertensi. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit kronis. Pengkajian kecemasan dengan skala
HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety) didapatkan skor 26
(kecemasan sedang).
2. Diagnosis
Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada Ny. N dan Ny.
S, maka ditegakkan diagnosa keperawatan ansietas b.d perubahan dalam
status kesehatan.
3. Intervensi
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. N dan Ny. S
dengan masalah ansietas yaitu dengan intervensi yang mengacu pada
Nursing Intervention Clasification (NIC) serta hasil penelitian
sebelumnya meliputi :
a. Anxiety reduction
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami prespektif klien terhadap situasi stress
5. Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa
takut
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Identifikasi tingkat kecemasan
8. Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
9. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
10. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
11. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada Ny. N dan Ny. S antara lain :
a. Klien 1
Implemetasi pertama dilakukan pada Ny. N yaitu dengan
menjelaskan tujuan, manfaat, waktu dan tahapan massage, mengkaji
ansietas klien sebelum dilakukan teknik massage. Satu tahapan
relaksasi massage dilakukan selama 15 menit. Kemudian langsung
dilakukan pengkajian ansietas menggunakan skala HARS (Hamilton
Rating Scale for Anxiety).
1. Klien Ny. N
a. Tabel 4.1 Pengkajian pada klien 1 sebelum perlakuan
Tanggal/Hari : Rabu, 7 Oktober 2020.
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total score : 37 (Kecemasan berat)
b. Tabel 4.2 Pengkajian pada klien 1 setelah perlakuan
Tanggal/Hari : Jumat, 9 Oktober 2020.
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total score : 19 (Kecemasan ringan)
b. Klien 2
Implemetasi pertama dilakukan pada Ny. S yaitu dengan
menjelaskan tujuan, manfaat, waktu dan tahapan massage, mengkaji
ansietas klien sebelum dilakukan teknik massage. Satu tahapan
relaksasi massage dilakukan selama 15 menit. Kemudian langsung
dilakukan pengkajian ansietas menggunakan skala HARS (Hamilton
Rating Scale for Anxiety).
a. Tabel 4.1 Pengkajian pada klien 2 sebelum perlakuan
Tanggal/Hari : Rabu, 7 Oktober 2020.
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total Score : 26 (kecemasan sedang)
b. Tabel 4.2 Pengkajian pada klien 2 setelah perlakuan
Tanggal/Hari : Jumat, 9 Oktober 2020.
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total score : 16 (Kecemasan ringan)
5. Evaluasi
Hasil evaluasi masalah ansietas pada Ny.N setelah dilakukan terapi
massage yaitu pasien mengatakan kecemasan berkurang, yang awalnya
skala HARS 37 (kecemasan berat) menjadi 19 (kecemasan ringan), TD
: 150/90 mmHg, RR : 20 x/menit, T : 36.5°C, N : 86 x/menit.
Sedangkan Ny.S setelah dilakukan terapi massage yaitu pasien
mengatakan kecemasan sudah sangat berkurang, yang awalnya skala
26 (kecemasan sedang) menjadi 16 (kecemasan ringan), TD : 150/80
mmHg, RR : 20 x/menit, T : 36.3°C, N : 80 x/menit.
B. Pembahasan
Masalah keperawatan yang dialami oleh klien adalah ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan. Ansietas adalah
perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa
cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki
firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi
yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi
sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992). Ansietas merupakan alat peringatan
internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. Salah satu
penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk meringankan atau
menghilangkan kecemasan adalah dengan terapi swedish massage
(Anastasia, 2018).
Intervensi secara umum untuk pengelolaan ansietas berat mengarah
kepada depresi yang tepat dan sesuai dengan pedoman dari WHO seperti
penggunaan medikasi farmakologis yang tepat, pemberian terapi relaksasi
serta terapi music klasik yang telah dilakukan penelitian oleh beberapa ahli.
Salah satu metode non-farmakologis yang dapat digunakan untuk mengurangi
dan mengatasi ansietas adalah dengan teknik swedish massage. Teknik ini
membantu tubuh, pikiran, dan jiwa untuk mencapai relaksasi.
Dasar yang digunakan sebagai untuk menyusun intervensi adalah
penelitian yang dilakukan oleh Anastasia (2018) bahwa ada pengaruh yang
signifikan pada pemberian teknik terapi swedish massage terhadap penurunan
skala ansietas pasien lansia dengan p-value 0,008 < 0,05. Selain itu penelitian
dari Rose Adams (2015) menunjukkan bahwa untuk teknik terapi swedish
massage signifikan untuk menurunkan tingkat intensitas nyeri dan
memberikan relaksasi dengan nilai p-value ≤ 0.05. Menurut penelitian
Hermawan (2015) menunjukkan bahwa swedish massage mampu
memanipulasi pada jaringan tubuh dan meningkatkan sirkulasi darah tanpa
meningkatkan beban kerja jantung.
Swedish massage adalah manipulasi pada jaringan tubuh dengan teknik
khusus untuk mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot
(kelelahan), mening- katkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beban kerja
jantung. Kondisi rileks yang dirasakan oleh lansia dikarenakan relaksasi
dapat memberikan pemijatan halus pada berbagai kelenjar pada tubuh,
menurun- kan produksi kortisol dalam darah, mengembalikan pengeluaran
hormon yang secukupnya sehingga memberikan keseimbangan emosi dan
ketegangan pikiran (Olney, 2005)
Efek terapi swedish massage membuat klien merasa rileks dan tenang.
Perlakuan terapi swedish massage akan mempunyai efek sensasi menenang-
kan anggota tubuh, ringan dan merasa kehangatan yang menyebar ke seluruh
tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi
mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan yang
ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi
dominan sistem parasimpatis. Dalam keadaan ini, hipersekresi katekolamin
dan kortisol diturunkan dan meningkatkan hormon parasimpatis serta
neurotransmitter seperti DHEA (Dehidroepinandrosteron) dan dopamine
atau endorfin. Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang mem- buat
seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary yang
terletak di bagian bawah otak. Hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan
dikatakan 200 kali lebih besar dari morphine. Endorfin atau Endorphine
mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat sese-
orang berenergi. Regulasi sistem parasimpatis ini akhirnya menimbulkan efek
ketenangan.
Hasil intervensi sejalan dengan penelitian yang berjudul “Massage
Therapy for Stress Management : Implications for Nursing Practice”,
yang menjelaskan bahwa tindakan perawatan sederhana dengan fokus
sentuhan, meskipun 5 menit pijatan tangan atau kaki sederhana, dapat berguna
dalam menurunkan tingkat stres yang dirasakan pasien. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan Purnomo (2013) yang berjudul “Pengaruh Circulo
Massage dan Swedia Massage Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat
Darah Pada Latihan Anaerob”, yang menunjukkan dengan manipulasi swedish
massage diperoleh hasil rata-rata kadar asam laktat dalam darah mengalami
penurunan sebesar sebesar 4,79. Pada penelitian ini penurunan tingkat
kecemasan pada kelompok perlakuan diduga sebagai pengaruh dari pijat. Pijat
merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf
otonom. Apabila seseorang mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus rileks
maka akan muncul respon relaksasi menyatakan bahwa pemberian sentuhan
terapeutik dengan menggunakan tangan akan memberikan aliran energi yang
menciptakan tubuh menjadi relaksasi, nyaman, nyeri berkurang, dan
membantu tubuh untuk segar kembali.
Hasil intervensi juga didukung oleh penelitian Hermawan (2015) yang
menyimpulkan ada pengaruh Swedish massage terhadap perubahan denyut
nadi dan frekuensi pernafasan. Swedish massege merupakan suatu kegiatan
yang dapat memberikan efek ketenangan karena adanya unsur relaksasi yang
terkandung di dalamnya. Rasa tenang ini selanjutnya akan memberikan respon
emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif.
Persepsi positif selanjutnya ditransmisikan dalam sisitem limbik dan korteks
serebral dengan tingkat konektifitas yang kompleks antara batang otak-
hipotalamusprefrontal kiri dan kanan-hipokampusa- migdala. Transmisi ini
menyebabkan keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter seperti
GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan antagonis GABA oleh hipokampus
dan amigdala. Persepsi positif yang diterima dalam sistem limbic akan
menyebabkan amigdala mengirimkan informasi kepada LC (locus coeruleus)
untuk mengaktifkan reaksi saraf otonom. LC akan mengendalikan kinerja saraf
otonom ke dalam tahapan homeostasis. Rangsangan saraf otonom yang
terkendali menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medulla
adrenal menjadi terkendali. Keadaan ini akan mengurangi semua manifestasi
gangguan kecemasan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengkajian pada klien sebelum dilakukan terapi swedish massage
menunjukkan skor HARS adalah 37 (kecemasan berat) dan setelah
dilakukan terapi swedish massage sebanyak 2 kali pengulangan skor
kecemasan menjadi 19 (kecemasan ringan). Pada pasien 2 sebelum
dilakukan terapi swedish massage menunjukkan skor HARS adalah 26
(kecemasan sedang) dan setelah dilakukan terapi swedish massage
sebanyak 2 kali pengulangan, skor menurun menjadi 16 (kecemasan
ringan).
2. Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan hasil pengkajian pada
klien adalah ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status
kesehatan.
3. Intervensi yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah terapi swedish
massage. Swedish Massage adalah manipulasi dari jaringan tubuh dengan
teknik khusus dengan mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan
otot (kelelahan), meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan
beban kerja jantung
4. Kedua klien sama-sama mengalami penurunan ansietas, namun skala
kecemasan yang dirasakan antara pasien 1 dan pasien 2 berbeda. Karena
kecemasan bersifat subjektif.
B. Saran
1. Klien
Diharapkan terapi swedish massage dapat diterapkan secara mandiri
dalam rangka menurunkan skala atau indeks ansietas.
2. Pelayanan Kesehatan
Terapi swedish massage dapat digunakan sebagai alternatif tindakan
dalam penanganan ansietas secara non-farmakologi.
3. Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi institusi
pendidikan terutama mahasiswa keperawatan agar dapat mengembangka
intervensi dalam mengatasi kecemasan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, NT. 2013. Pengaruh Circulo Massage dan Swedish Massage Terhadap
Penurunan Kadar Asam Laktat Darah Pada Latihan Anaerob. Journal of
Physical Education and Sports, vol. 2, No. 1(1). Dilihat 26 September 2016.,
<http://journal.unnes. ac.id/sju/index.php/jpes>.
Rose Adams, MHA, BSW, LMT. 2015. The Effects of Massage Therapy on
Pain Management in the Acute Care Setting. International journal of
therapeutic massage and bodywork-Volume 3, Number 1, March. USA