Anda di halaman 1dari 15

STUDI LITERATUR : PENINGKATAN PENGETAHUAN KELUARGA

TENTANG IMUNISASI PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DENGAN


MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL
Divasepti Uki Karisidiana1), Yustina Dwi Cahyanti1), Aghna Maula
Robiatinnisa1), Kharisma Anjar Nugraha1), Ade Linda Dita Cahyani1), Puji
Prihati1), Rokhilah Rizqil Ulla1), Slamet Purwanto1), Sudiarto2)
1)Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Dan Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Semarang
2)Dosen Jurusan Keperawatan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang
Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Imunisasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terdapat suatu antigen, sehingga jika ia terpapar
lagi dengan antigen yang sama maka tidak akan lagi menderita penyakit tersebut.
Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh anak.
Pengetahuan keluarga tentang imunisasi akan meningkat karena beberapa faktor,
salah satunya informasi dalam bentuk pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan diberikan dengan menggunakan alat bantu lihat dan dengan (audio
visual). Melalui media video merupakan sarana yang tepat karena dapat
memperjelas suatu materi dimana kedua media memiliki kelebihan masing-
masing dalam menstimulasi indera. Tujuan dari kajian ini adalah untuk
menganalisis literatur yang berhubungan dengan pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media video terhadap sikap ibu dalam pemenuhan imunisasi pada
anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Database yang
digunakan adalah jurnal penelitian terindeks nasional dan internasional seperti
Google Scholar, Pubmed, dan ProQuest. Artikel penelitian yang didapatkan
sebanyak 8 artikel, dianalisis dan disintesis dalam format tabel berisi judul,
penulis, tahun, metodologi, dan hasil. Pada semua artikel/jurnal yang ditemukan
menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audio visual
dalam upaya meningkatkan pengetahuan keluarga tentang imunisasi pada anak
usia 1-5 tahun.

Kata Kunci : imunisasi (imunization), anak (child), video (video).


Latar belakang

Salah satu bentuk atau usaha dalam pencegahan kematian neonatal, bayi
dan balita yaitu melalui pemberian imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara
yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga jika ia terpapar lagi dengan antigen yang sama maka tidak
akan lagi menderita penyakit tersebut (Kemenkes RI. 2013) Imunisasi bertujuan
untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh anak. Caranya adalah dengan
memberikan vaksin. Vaksin berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat
menimbulkan penyakit yang terlebih dahulu dilemahkan. Sehingga tidak
berbahaya lagi bagi kelangsungan hidup manusia (Riyadi, 2012)

Secara global, diperkirakan 2- 3 juta kematian per tahunnya berhasil


dicegah karena penyakit difteri, campak, pertusis, polio melalui imunisasi, tetapi
masih ada sekitar 22 juta bayi di dunia yang belum mendapat imunisasi lengkap
dan sebesar 9,5 juta adalah di wilayah Asia Tenggara, termasuk didalamnya
Indonesia. Situasi ini yang mendorong langkah global dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat dunia melalui pelaksanaan imunisasi.(kemenkes RI, 2013)

Pemerintah menargetkan cakupan IDL sebesar 91,5 persen, namun hingga


akhir tahun hanya 82,1 persen yang berhasil tercapai. Angka tersebut setara
3.589.226 bayi yang lahir sepanjang 2016. Pada tahun 2018 cakupan imunisasi
dasar lengkap di Indonesia dalam lima tahun terakhir selalu di atas 85%, namun
masih belum mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan yang ditentukan.
Pada tahun 2018 pula imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 90,61%.
Angka ini sedikit di bawah target Renstra tahun 2018 sebesar 92,5%. Sedangkan
menurut profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 capaian terendah di Indonesia
salah satunya di provinsi Papua (29,60%). Di papua capaian terendah berada di
kabupaten Pagai sebesar 7,1%.

Sebaiknya, pemberian imunisasi pada anak mengikuti jadwal yang ada.


Dengan memberikan imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan memberikan
hasil pembentukan kekebalan (antibody) yang optimal sehingga dapat melindungi
anak dari paparan penyakit. Di Indonesia, jadwal imunisasi di keluarkan oleh
kementrian kesehatan RI, yang mengharuskan orang tua memberikan imunisasi
dasar lengkap (Sekartini, 2011)

Sampai saat ini masalah imunisasi masih tetap ada, banyak keluarga/ibu
yang tidak datang ke posyandu memberikan imunisasi pada anaknya, hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja dipagi
hari tidak dapat melakukan kunjungan ke posyandu karena mereka sibuk bekerja
dan kurang memiliki waktu sehingga perhatian terhadap kesehatan anakpun
berkurang. Pengetahuan tentang imunisasi yang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan seperti masalah pengertian dan pemahaman karena masih banyak ibu
yang beranggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat.
Dan tidak sedikit orang tua khawatir terhadap efek samping dari beberapa vaksin.
Selain itu, dukungan keluarga sangatlah penting untuk ibu agar mempengaruhi
pengetahuan seorang ibu dan agar ibu termotivasi untuk membawa bayinya
imunisasi, agar bertambahnya kepercayaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar
pada bayi, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya.

Pada perilaku kesehatan mengacu kepada 3 hal yaitu pengetahuan, sikap


dan tindakan (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan keluarga akan meningkat karena
beberapa faktor, salah satunya informasi. Dengan memberikan informasi kepada
sesorang, dapat diberikan dalam beberapa bentuk salah satunya pemberian
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan membantu untuk mengontrol
kesehatan sehingga mempengaruhi pengetahuan. Pendidikan kesehatan diberikan
dengan menggunakan alat bantu lihat dan dengar (audio visual). Menurut Melina,
dkk (2014), media video merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
memperjelas suatu materi dimana kedua media tersebut mempunyai kelebihan
masing-masing dalam menstimulasi indra. Hasil persepsi berupa informasi akan
disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna, selanjutnya
informasi tersebut digunakan pada saat diperlukan. Sehingga peran petugas
Kesehatan dalam memberikan pengetahuan dan informasi tentang imunisasi
merupakan salah satu tindakan yang paling penting dan paling spesifik untuk
mencegah penyakit yaitu dengan memberikan informasi atau penyuluhan
kesehatan tentang imunisasi (Chandra, 2017)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu membangun Peningkatan


Pengetahuan Keluarga Tentang Imunisasi Pada Anak Usia 1-5 Tahun Dengan
Menggunakan Media Audiovisual.

Metode
Kajian ini menggunakan metode studi literatur. Database jurnal yang
digunakan adalah Proquest, Pubmed dan Google Scholar. Kata kunci yang
digunakan dalam pencarian artikel adalah “Video AND Imunisasi AND anak” dan
“Video AND Immunization AND Child”. Artikel bersumber pada jurnal nasional
maupun internasional dan dapat diakses secara penuh. Artikel dianalisis sehingga
ditemukan poin-poin yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Bagan Seleksi Artikel

17 judul atau abstrak

ProQuest : 6

PubMed : 8

Google Scholar : 3
Duplikasi

Dihapus : 3

14 artikel terskrining
Skrining inisial

Dihapus : 3
11 artikel direview
Review

Dihapus : 1
10 artikel lengkap dikaji sesuai
kriteria inklusi dan kualitas
Kriteria inklusi dan assessmen
kualitas

8 artikel Diekslusi : 2
HASIL
Peneliti menemukan 8 artikel yang sesuai dengan kriteria. Peneliti menggunakan artikel dengan rentang publikasi lima tahun
terakhir (2015-2020). Sampel yang digunakan merupakan artikel yang berhubungan dengan pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media video terhadap sikap keluarga dalam pemenuhan imunisasi pada anak. Peneliti menggunakan beberapa sumber
yaitu ProQuest, Pubmed, dan Google Scholar. Setelah menganalisis artikel yang ditemukan, peneliti menemukan beberapa tema
bahasan utama. Peneliti menyajikan data dalam table berikut :

Tabel Hasil Analis Artikel


NO. Nama Judul Tahun Desain Sampel Hasil
Pengarang
1. Wahyuni Faktor 2016 Penelitian ini Pengambilan Berdasarkan hasil analisis multivariate ditemukan bahwa
Hafid, SantiDeterminan dilakukan sampel dilakukan variabel sikap ibu (p=0,000) dan dukungan keluarga
Martini, Status dengan dengan teknik (p=0,000) sehingga terdapat pengaruh yang sangat kuat
Shrimarti R Imunisasi menggunaka simple random antara sikap ibu dan dukungan keluarga terhadap status
Devy Dasar n pendekatan sampling sebanyak imunisasi dasar lengkap pada bayi. Perlu dilakukan penelitian
Lengkap cross 275 bayi lebih lanjut terkait pengaruh program edukasi kepada
Pada Bayi sectional masyarakat secara intensif tentang pentingnya pemberian
Di imunisasi dasar pada bayi dalam upaya pencegahan dari
Puskesmas penyakit tertentu.
Konang Dan
Geger
2. Nurul Faktor Yang 2017 Jenis Teknik sampling Pengumpulan data menggunakan data primer dengan
Hidayah, Berhubunga penelitian ini menggunakan menggunakan lembar kuesioner. Analisa yang digunakan
Hetty Maria n Dengan adalah accidental adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji chi
Sihotang, Pemberian kuantitatif sampling, populasi square. Hasil penelitian diperoleh keterbatasan waktu (Pvalue
Wanda Imunisasi dengan dalam penelitian ini =0,001), dukungan keluarga (Pvalue=0,010), Informasi
Lestari Dasar desain cross berjumlah 1001 (Pvalue=0,001), komposisi vaksin (Pvalue=0,000). Hasil ini
Lengkap sectional. orang dan sampel menunjukkan ada hubungan keterbatasan waktu, dukungan
Pada Bayi berjumlah 91 orang keluarga, informasi dan komposisi vaksin terhadap
pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi.
3. Selvia Hubungan 2017 Cross Jumlah sampel 40 Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
Emilya1, Pengetahuan sectional orang dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis bivariat
Yuniar dan Sikap teknik pengambilan dilakukan dengan menggunakan uji separuh responden tidak
Lestari2, Ibu Balita sampel random memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya, memiki
Asterina terhadap sampling pengetahuan rendah dan sikap positif mengenai imunisasi.
Tindakan Sehingga dapat disimpulkan bahwa Terdapat hubungan
Imunisasi bermakna antara pengetahuan dan sikap ibu dengan imunisasi
Dasar dasar lengkap di Kelurahan lambung Bukit. Petugas
Lengkap di puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang imunisasi.
Kelurahan
Lambung
Bukit Kota
Padang

4. Atika Putri Hubungan 2015 Jenis Populasi adalah ibu Analisis uji Chi-Square pada α=0,05. Didapatkan 57,1%,
Dewi, Eryati Tingkat penelitian ini yang memiliki bayi responden memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya
Darwin, Pengetahuan adalah usia 1-2 tahun di dan 63,5%. responden yang mempunyai pengetahuan yang
Edison Ibu dengan analitik Kelurahan Parupuk cukup tentang imunisasi dasar lengkap. Sehingga dapat
Pemberian dengan Tabing. Jumlah disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
Imunisasi desain cross sampel 63 orang pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap
Dasar sectional diambil secara pada bayi di kelurahan Parupuk Tabing wilayah kerja
Lengkap Random Sampling puskesmas Lubuk Buaya. Sehingga disarankan kepada kader
pada Bayi di posyandu dan petugas puskesmas agar memberikan
Kelurahan penyuluhan tentang imunisasi, fungsi, dan jadwal pemberian
Parupuk imunisasi tersebut.
Tabing
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Lubuk
Buaya Kota
Padang
5. Karene Hoi Increasing 2018 A Dua sampel studi Sebanyak 833 pasangan ibu-bayi yang memenuhi syarat
Ting Yeung, influenza randomised yang terdaftar: terdaftar dari dua sampel. Paket intervensi meningkatkan
Marie vaccine controlled keluarga anak-anak serapan vaksin flu sebesar 22% pada satu tahun dan 25%
Tarrant b , uptake in trial yang telah pada usia dua tahun. Serapan vaksin influenza ibu pada
Kate Ching children berpartisipasi kelompok intervensi lebih tinggi selama periode dua tahun ini
Ching dalam studi pada mereka yang belum pernah divaksinasi sebelumnya.
Chan , Wing pengetahuan, sikap Kemandirian ibu terkait penggunaan vaksin influenza pada
Hung Tam c dan praktik anaknya yaitu keyakinan dan keyakinan akan kemampuannya
, E. Anthony sebelumnya; dan sendiri untuk mengambil keputusan yang baik, juga
S. Nelson pasangan ibu-bayi meningkat dengan intervensi.
yang direkrut dari
bangsal pascanatal.
6. Lori Cory, Effects of 2019 A Uji coba terkontrol Dari Maret 2017 hingga Agustus 2017, 256 wanita diacak ke
MD, MSCE, Educational Randomized secara acak pada salah satu dari tiga kelompok studi: kontrol (n 5 85), materi
Beda Cha, Intervention Controlled wanita berusia 12- pendidikan (n 5 84), atau video pendidikan (n 5 87).
Susan s on Human Trial 26 tahun di satu Demografi serupa di antara kelompok studi. Secara
Ellenberg, Papillomavir institusi telah keseluruhan, 51,7% peserta dalam kelompok video
PhD, Hillary us Vaccine diselesaikan. pendidikan melaporkan kesediaan untuk menerima vaksin
R. Bogner, Acceptabilit Ukuran sampel HPV dibandingkan dengan 33,3% dan 28,2% peserta dalam
MD, MSCE, y setidaknya 84 kelompok handout dan kontrol pendidikan ( P ,. 01). Mereka
Wei-Ting wanita di masing- yang berada dalam video pendidikan dan lengan handout
Hwang, masing dari tiga memiliki skor pengetahuan vaksin HPV rata-rata yang lebih
PhD, kelompok studi tinggi daripada mereka yang berada dalam kelompok kontrol
Jennifer S. (kontrol, materi (6 dan 5 vs 3, P ,. 01). Kedua intervensi dilaporkan
Smith, PhD, pendidikan, atau membantu dalam pembelajaran (97,7% vs 92,9%, P. 5. 15),
Ashley video pendidikan) tetapi kelompok video pendidikan lebih mungkin membantu
Haggerty, direncanakan untuk dalam memutuskan vaksinasi (86,2% vs 70,2%, P ,. 01).
MD, MSCE, mendeteksi
Mark perbedaan 20%
Morgan, dalam penerimaan
MD, Robert vaksin di antara
Burger, MD, kelompok.
Christina
Chu, MD,
and Emily
M. Ko, MD,
MSCR
7. Brian E. An 2019 A Cluster Orang tua remaja Sepertiga remaja mengunjungi klinik intervensi. Remaja yang
Dixon, Educational Randomized (11-17 tahun) menghadiri sebuah
MPA, PhD, Intervention Trial sebanyak 1.596 klinik intervensi lebih mungkin untuk menjadi lebih muda
Gregory D. to Improve remaja yang (11-12 tahun) dibandingkan mereka yang menghadiri a
Zimet, PhD, HPV memenuhi syarat klinik kontrol (72,4% vs 49,8%; P <0,001). Tidak ada
Shan Xiao, Vaccination diamati selama uji perbedaan ras atau jenis kelamin yang diamati. Itu
PhD, coba 7 bulan. proporsi remaja dengan perubahan status vaksin yang diamati
Wanzhu Tu, lebih tinggi untuk mereka
PhD, menghadiri klinik intervensi (64,8%) versus klinik kontrol
Brianna (50,1%; rasio odds, 1,82; 95%
Lindsay, interval kepercayaan, 1,47–2,25; P <.001). Remaja yang
PhD, Abby orang tuanya pernah menonton video itu
Church, kemungkinan 3 kali lebih besar untuk menerima dosis vaksin
MPH, HPV (78,0%; rasio odds, 3,07; 95%
Stephen M. interval kepercayaan, 1,47–6,42; P = 0,003).
Downs,
MD, MSc,
8. Pierre Vaccine- 2012 A pre and Empat puluh satu Mahasiswa kedokteran sering menggunakan YouTube untuk
Robichauda, critical post study mahasiswa semua tujuan, sementara 42% menggunakan YouTube untuk
, Steven videos on kedokteran diacak tujuan yang berhubungan dengan kesehatan dan 12%
Hawken, YouTube untuk melihat video menggunakan YouTube untuk mencari informasi kesehatan.
Leslie and their kritis vaksin Sementara mahasiswa kedokteran pada umumnya
Beard, impact on bergaya ilmiah mendukung imunisasi, ada serapan yang kurang optimal dari
Dante medical vaksin influenza tahunan yang dilaporkan, dan subset dari
Morra, students’ populasi penelitian kami menyatakan kritis terhadap sikap
George attitudes vaksin dan perilaku sehubungan dengan influenza musiman.
Tomlinson, about Secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan sikap
Kumanan seasonal sebelum sampai sesudah imunisasi influenza juga tidak ada
Wilson, influenza perbedaan saat membandingkan dua video kritis vaksin yang
Jennifer immunizatio berbeda. Hasil penelitian kami meyakinkan bahwa mereka
Keelana, n menyarankan mahasiswa kedokteran relatif resisten terhadap
pesan yang sebagian besar tidak akurat dan kritis terhadap
vaksin YouTube, meski pesannya dibingkai sebagai
penalaran ilmiah. Pekerjaan empiris lebih lanjut diperlukan
untuk menguji gagasan populer bahwa informasi yang
disebarkan melalui platform media sosial memengaruhi sikap
dan perilaku terkait kesehatan. Namun, penelitian kami
menunjukkan bahwa ada peluang bagi kesehatan masyarakat
memanfaatkan YouTube untuk menyampaikan informasi
yang akurat dan kredibel tentang influenza kepada medis
siswa dan lainnya
PEMBAHASAN
Keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dapat dinilai dari pencapaian tujuan
dari pendidikan kesehatan tersebut, seperti yang dimaksud dengan pendidikan
kesehatan merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis
yang didalamnya seseorang menerima atau menolah suatu informasi, sikap,
maupun praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat. Tujuan
pendidikan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga
dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Jadi pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya promotif dan
preventif dibidang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan dengan memperhatikan strategi pelaksanaan dan pemilihan media yang
tepat agar tujuan dapat tercapai (Notoatmodjo, 2012).
Media audio visual merupakan media pendidikan kesehatan yang menarik
perhatian dan merangsang lebih banyak indra para responden. Audio Visual
merupakan alat bantu dengar dan lihat untuk menstimulus indra pendengaran dan
penglihatan pada saat penyampaian bahan pengajaran (Notoatmodjo, 2012). Salah
satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
pentingnya Imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan.
Kegiatan ini perlu dilakukan secara berkesinambungan dan dilakukan dengan
koordinasi lintas program. Puskesmas melalui kader kesehatan yang ada disetiap
desa harus mampu melakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai seberapa pentingnya dilakukan imunisasi pada anak,
bahaya apasaja yang akan dihadapi apabila yang akan di alami oleh anak apabila
tidak diberikan imunisasi, biaya imunisasi dan tentu saja apasaja macam macam
imunisasi. Sehingga perlu dilakukan persiapan strategi pendidikan kesehatan yang
tertuang di dalam SAP (Satuan Acara Penyuluhan) dimana perlu dipersiapkan
media apa yang akan digunakan dalam menyampaikan informasi yang akan
disampaikan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Robichaud et al., 2012) dengan
judul vaccine-critical videos on Youtube and their impact on medical students
attitude about seasonal influenza immunization : pre and post study menjelaskan
bahwa vidio yang di upload di youtube dengan menjelaskan tentang apa itu vaksin
influensa dan bagaimana cara untuk memperoleh vaksin influensa yang bersubsidi
maupun tidak bersubsidi efektif untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa
kesehatan. Vidio yang di upload di youtub dirasa mudah untuk di akses dan murah
sehingga bukan hanya mahasiswa kesehatan namun juga banyak pihak lainnya
dapat mengakses vidio berkaitan dengan vaksin influensa di youtube. Namun
responden pada penelitian ini berharap agar vidio yang di upload di youtube dapat
disaring terlebih dahulu terutama yang berkaitan dengan imunisasi sehingga
informasi yang di dapatkan bisa lebih terpercaya.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh (Yeung et al., 2018) di
Hong Kong dengan judul Increasing Influenza Vaccine Uptake In Children : A
Randomised Controlled Trial menjelaskan bahwa dilakukan empat jenis intervensi
kepada empat kelompok intervensi berkaitan dengan metode apasajakah yang
paling efektif digunakan untuk memberikan pendidikan kesehatan berkaitan
dengan imunisasi influensa. Imunisasi influensa di negara Hong Kong bukan
termasuk kedalam imunisasi wajib yang harus diberikan kepada anak namun
merupakan salah satu jenis imunisasi tambahan yang baik untuk diberikan. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa pendidikan kesehatan berkaitan dengan
imunisasi influensa yang diberikan secara legkaplah yang efektif untuk
meningkatkan pengetahuan ibu.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Caroline Eubelen et
al., 2011) dengan judul Effect of an audiovisual message for tetanus booster
vaccination broadcast in the waiting room. Penelitian ini menjelaskan bahwa
informasi yang disampaikan secara lengkap melalui media audiovisual dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang berkaitan dengan vaksin tetanus. Pada
penelitian ini audio visual diberikan di ruang tunggu. Penelitian ini dilakukan
dengan memutarkan audio visual yang sama di 4 ruang tunggu selama 6 bulan
berturut turut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kedua tempat, yaitu ruang tunggu yang di berikan audio
visual dengan ruang tunggu yang tidak diberikan audio visual. Ruang tunggu yang
diberikan audio visual menunjukkan terdapat perubahan persepsi dan pengetahuan
yang signifikan berkaitan dengan pemberian vaksin tetanus lokal kepada anak.
Pengetahuan seseorang diperolah melalui persepsi yang muncul akibat
stimulus yang diterima oleh indra pendengarah dan indra penglihatan. Hasil
persepsi berupa informasi akan disimpan dalam sistem memori yang akan diolah
dan diberikan makna. Selanjutnya informasi tersebut akan digunakan ketika
diperlukan . seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan cara
mengoptimalkan kemampuan perseptual dan perhatiannya serta mengatur
informasi secara tertib (Hidayah et al., 2018).
Sebelumnya telah banyak dilakukan pendidikan kesehatan menggunakan
media leaflet, booklet serta brosur. Media ini hanya melibatkan indra penglihatan
dan kemampuan membaca dari partisipan sehingga media tersebut dirasa kurang
efektif apabila digunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan yang
partisipannya berjumlah besar dengan tingkat pendidikan yang lebih bervariasi.
Sedangkan media audio visual melibatkan seluruh panca indra sehingga
mempunyai peluang untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari
partisipan., media ini juga memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata
karena didalamnya terdapat contoh nyata dan hal hal yang mudah diingat untuk
dilakukan partisipan terhadap penatalaksanaan pemberian imunisasi lengkap pada
anak usia 1-5 tahun (Hafid et al., 2016).
Sedangkan menurut (Dewi et al., 2014) peningkatan pengetahuan keluarga
tentang pentingnya imunisasi lengkap pada anak setelah mendapatkan penyuluhan
dengan metode ceramah maupun menggunakan media audio visual film. Keadaan
ini menggambarkan bahwa penyuluhan kesehatan merupakan suatu kegiatan yang
dapat mempengaruhi perubahan perilaku pada responden meliputi perubahan
pengetahuan. Dengan diberikannya penyuluhan maka responden mendapat
pembelajaran yang menghasilkan suatu perubahan dari yang semula belum
diketahui menjadi diketahui, yang dahulunya belum dipahami menjadi dipahami.
Penyuluhan kesehatan menggunakan media audio visual film dapat lebih efektif
dalam meningkatkan pengetahuan dari pada metode ceramah dikarenakan
masyarakat lebih menerima informasi berupa suara dan gambar yang disampaikan
dalam penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan melalui komunitas ternyata paling efektif diantara
upaya kesehatan masyarakat lain, khususnya dalam pengembangan peningkatan
pengetahuan pemberian imunisasi pada anak. Hal ini dikarenakan lingkungan
masyarakat di tingkat RT maupun RW merupakan sebuah komunitas yang masih
dengan mudah dapat dijangkau dalam upaya meningkatkan kesehatan dan
kepatuhan ibu untuk memberikan imunisasi secara lengkap kepada anak(Emilya et
al., 2017). Peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan dapat
dilakukan dengan melibatkan kader kesehatan yang ada di wilayah setempat agar
masyarakat khususnya ibu lebih mempunyai rasa terbuka untuk menerima
perubahan atau pembaharuan. Selain itu media audio visual dapat diintegrasikan
pada program edukasi kesehatan yang diberikan kepada responden secara tidak
langsung, artinya media audiovisual dapat diberikan kepada responden dengan
menggunakan media sosial seperti Whats app, Instagram, Youtube dan lain
sebagainya. Hal ini dapat dijadikan suatu solusi di tengah terjadinya pandemi
covid-19. Sehingga pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajad hidup
masyarakat dapat tetap dilaksanakan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil literatur review yang dilakukan, dapat disimpilkan
bahwa pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan melalui media audio
visual lebih mudah tersampaikan dan pengetahuan ibu lebih meningkat karena
melibatkan seluruh panca indra. Media tersebut juga mudah diterima dan
dilaksanakan terkait dengan imunisasi pada anak usia 1-5 tahun. Media audio
visual menjadi sarana yang efektif untuk program edukasi kesehatan pada saat ini,
selain memanfaatkan pertemuan secara langsung di komunitas, media ini dapat
diberikan secara tidak langsung seperti melalui media sosial yang biasa digunakan
oleh masyarakat diantaranya twitter, whatsapp, facebook, instagram dan youtube.
Melalui media audio visual, pendidikan kesehtan dapat menjadi lebih fleksibel
dan menjangkau banyak orang yang tentunya dapat menjadi solusi di tengah
pembatasan pertemuan pada pandemic Covid19 saat ini.

SARAN
Media audio visual yang dapat diberikan melalui berbagai media sosial
diharapkan menjadi pilihan di tengah pandemi covid19. Dalam rangka pemberian
pendidikn kesehatan yang diberikan kepada ibu dengan anak usia 1-5 tahun atau
anak untuk mendapatkan imunisai, media ini diharapkan dapat membantu
pemahaman ibu dan dapat diperoleh dengan mudah mengenai pentingnya
imunisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Cory, L., Cha, B., Ellenberg, S., Bogner, H. R., Hwang, W. T., Smith, J. S.,
Haggerty, A., Morgan, M., Burger, R., Chu, C., & Ko, E. M. (2019). Effects
of Educational Interventions on Human Papillomavirus Vaccine
Acceptability: A Randomized Controlled Trial. Obstetrics and Gynecology.
https://doi.org/10.1097/AOG.0000000000003379

Dewi, A. P., Darwin, E., & Edison, E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Kelurahan
Parupuk Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun
2013. Jurnal Kesehatan Andalas. https://doi.org/10.25077/jka.v3i2.43

Dixon, B. E., Zimet, G. D., Xiao, S., Tu, W., Lindsay, B., Church, A., & Downs,
S. M. (2019). An educational intervention to improve HPV vaccination: A
cluster randomized trial. Pediatrics. https://doi.org/10.1542/peds.2018-1457

Emilya, S., Lestari, Y., & Asterina, A. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasi Dasar Lengkap di Kelurahan
Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Andalas.
https://doi.org/10.25077/jka.v6i2.709
Hafid, W., Martini, S., & Devy, S. R. (2016). Faktor Determinan Status Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Bayi Di Puskesmas Konang Dan Geger Determinant
Factor Status in Infants Are Fully Immunized in the Konang and Geger
Clinic. Wiyata.

Hidayah, N., Sihotang, H. M., & Lestari, W. (2018). Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun 2017. Jurnal
Endurance. https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2820

Robichaud, P., Hawken, S., Beard, L., Morra, D., Tomlinson, G., Wilson, K., &
Keelan, J. (2012). Vaccine-critical videos on YouTube and their impact on
medical students’ attitudes about seasonal influenza immunization: A pre and
post study. Vaccine. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2012.03.074

Yeung, K. H. T., Tarrant, M., Chan, K. C. C., Tam, W. H., & Nelson, E. A. S.
(2018). Increasing influenza vaccine uptake in children: A randomised
controlled trial. Vaccine. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2018.07.066

Anda mungkin juga menyukai