Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTRITIS DEHIDRASI SEDANG (GEDS)

A. PENGERTIAN
Gastroentritis atau diare akut adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih
dari 3 kali perhari dengan tinja berbentuk cair /setengah padat dan
banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang
air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair (Suradi & Rita
2001).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus

B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya (Wong, Donna L.
2003).
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi
dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas)
( Wong, Donna L. 2003).

C. PATOFISIOLOGI
1. Gangguan absorbsi
Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan, KKP, atau bayi
berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir, selain itu toxin dari
rotavirus menghancurkan vili sehingga fungsi absorbsinya terganggu dan
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap ke duanya
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare (Wong, Donna L. 2003).
2. Gangguan sekresi
Diare akibat rangsangan tertentu (misalnya: toxin akibat infeksi
rotavirus,kuman pathogen dan apatogen) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Wong, Donna L.
2003).

1
Untuk membedakan penyebab diare akibat gangguan absorbsi atau
ekskresi adalah dengan cara bayi dipuasakan sementara. Jika dipuasakan
dan bayi tetap diare, maka terdapat gangguan fungsi sekresinya. Jika
dipuasakan dan diare berhenti , maka menunjukan terjadinya gangguan
pada fungsi absorbsi

D. GAMBARAN KLINIK
1. Defekasi cair lebih dari 3 kali
2. Anak menjadi rewel dan gelisah
3. Tonus otot menurun
4. Muntah
5. Demam sub febris
6. Nyeri abdomen
7. Membran mukosa mulut kering
8. Fontanela anterior cekung ( bayi yang kurang 18 bln)
9. Kehilangan berat badan
10. Lemah
11. Haus
12. Mata cekung,
13. Lidah kering,
14. Tulang pipi tampak lebih menonjol,
15. Turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

2
16. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya
dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH
darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi
pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
17. Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120
x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai
gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.
Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung.
18. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi
akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu
keadaan gagal ginjal akut (Wong, Donna L. 2003).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Feces lengkap
1) Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli)
2) PH dan kadar gula
3) Biakan dan uji resistensi
b. Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
c. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin: untuk mengetahui faali ginjal
d. Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang
memungkinkan terjadi penuruna kesadaran dan kejang.
2. Pemeriksaan intubasi duedenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif.

3
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit
penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA
Lateral (Price & Wilson 1995).

F. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.
a. Jenis cairan
1) Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa
dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik
diberikan peroral berupa cairan yang berisi Na ( 75 mMol/l),
Cl ( 65 mMol/l),  glukosa ( 75 mMol/l), K (20 mMol/l),
HCO3 (30 mMol/l), Sitrat (10 mMol/l) dan osmolitas (245
mMol/l). Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan
sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)
hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa).
Tabel 1.1 Kebutuhab Air Total
Usia BB Kebutuhan air total per 24 jam
(kg) (ml)
3 hari 3,0 250-300
10 hari 3,2 400-500
3 bln 5,4 750-850
6 bln 7,3 950-1100
9 bln 8,6 1100-1250
1 thn 9,5 1150-1300
2 thn 11,8 1350-1500
4 thn 16,2 1600-1800
6 thn 20,0 1800-2000
10 thn 28,7 2000-2500
14 thn 45,0 2000-2700
18 thn 54,0 2200-2700
Bisa dengan rumus berikut ini :

4
BB Kebutuhan air (perhari)
sampai 10 kg 100ml/kgBB
11 – 20 kg 1000ml+50ml/kgBB
> 20 kg 1500ml+20ml/kgBB
a) Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap
defekasi.
b) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik).
Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari. Secara IV      
c) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik
(sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari.
d)  Dehidrasi berat
(1) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10
kg    yaitu
(a)  1 jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg
BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes)
atau 13 tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20
tetes).
(b) 7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes /
kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral
atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan dengan intravena 2 atau 3
tetes/kgBB/menit.
(2) Untuk anak lebih dari 2,5 tahun dengan BB 10 - 15 kg :
(a) 1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 atau 10
tetes/kgBB/menit.
(b) 7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 Atau 4
tetes/kgBB/menit.

5
(c) 16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral
atau intragastrik.
(3) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 20 -25 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml /kg bb /24 jam.
Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian
NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25
ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit, 8
tetes/kgBB/menit.
20 jam berikutnya 150 ml /kgBB/20 jam = 2
tetes/kgBB/ menit atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
Tabel 1.2. Kebutuhan Cairan
Derajat Kebutuhan
Jenis cairan Cara/lama pemberian
dehidrasi cairan
Berat (10%) +30ml/kg/jam RL IV / 1 jam
RL IV / 3 jam
Sedang (6-9%) +70ml/kg/jam
½ Darrow IG / 3 jam (oralit)
½ Darrow IV / 3 jam
Ringan (5%) +50ml/kg/jam
Oralit IG / oralit
Tanpa 10-20 ml/kg Oralit / cairan rumah
Oral
dehidrasi setiap diare tangga

2) Pemberian cairan intravena (biasanya RL).  RL mengandung


Na+  130 mEq/liter, K+  4 mEq/liter, Cl- 109 mEq/liter dan Ca+

 mEq/liter.  Pemberian cairan infuse :
a) Water set : factor tetesan 20 dan 15 tts. Diindikasikan
untuk pasien dewasa atau anak-anak usia sekolah,
digunakan untuk pemakaian pemberian cairan infuse
seperti RL,D 5%, NaCl 0,9%. Jumlah cairan yang
diberikan adalah dalam jumlah banyak dan untuk waktu
yang cepat ( grojok ).
b)  Precetion set : factor tetesan 60 tts. Biasanya digunakan
untuk obat-obatan atau kemoterapi seperti manitol dan
pada bayi digunakan untuk pembatasan cairan.

6
Penggunaannya untuk jumlah cairan yang sedikit dan
dibutuhkan dalam waktu yang singkat.
c) Pediatric set: factor tetesan 60 tts. Digunakan pada
bayi/anak.
d) Blood set: factor tetesan 15 tts. Digunakan untuk tranfusi
darah
Rumus penghitungan tetesan infuse:
Jumlah cairan X factor tetesan
                                                   Waktu(jam) X 60
2. Dietetik
a. Pada bayi dengan  ASI
ASI dilanjutkan  bersama – sama dengan oralit, selang – seling.
Pada bayi berumur lebih dari 4 bulan (sudah mendapat buah –
buahan,makan tambahan I & II) dilanjutkan dengan fase
readaptasi, sedikit demi sedikit makanan diberikan kembali
seperti sebelum sakit.
b. Pada bayi dengan susu formula
Diberikan oralit, selang – seling dengan susu formula. Jika bayi
telah mendapat makanan tambahan (umur > 4 bln) untuk
sementara dihentikan, diberikan sedikit demi sedikit mulai hari ke
3.
c. Anak – anak berumur lebih dari 1 tahun
1) Dengan gizi jelek (BB < 7 kg), realimentasi sama dengan bayi
2) Dengan gizi baik, realimentasi diberikan sbb:
a) Hari 1 : oralit dan bubur tanpa sayur serta pisang
b) Hari 2 : bubur dengan sayur
c) Hari 3 : makanan biasa.
3. Obat-obatan.
a. Zink
1) 10 mg untuk usia < 6 bulan
2) 20 mg untuk usia > 6 bulan

7
b. Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30
mg.  Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
c. Antibiotik :
1) Kolera            
a) Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 2 hari )
b) Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 3 hari )
2) Shigella           : Trimetoprim 5-10mg/kg/hari
3) Sulfametoksasol 25-50mg/kg/hari   Dibagi 2 dosis ( 5 hari )
4) Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hr , 4 dosis (5 hr )
5) Amebiasis :     Metronidasol 30mg/kg/hr, 4 dosis ( 5-10 hari)
6) Giardiasis  :     Metronidasol 15mg/kg/hr, 4 dosis ( 5 hari )
( Soeparman & Waspadji, 1990).

G. KOMPLIKASI
1. Akut:
a. Dehidrasi:
Tabel 1.3. Derajat dehidrasi
Ringan Sedang Berat
BB 4-5 6-9 7-10
( % kehilangan )
Keadaan Umum Haus, sadar Haus, gelisah, letargi Mengantuk, dingin,
berkeringat
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Turgor jaringan Normal Tidak ada Tidak ada
Membran mukosa Basah Kering Sangat kering
Tekanan darah Normal Normal / rendah < 90mmHg,
mungkin tidak dapat
diukur
BAK Normal Menurun / keruh Oliguria
Nadi Normal Cepat Cepat, lemah,
mungkin tidak teraba
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Fontanela anterior Normal Cekung Sangat cekung
Defisit cairan ( ml/ 40-50 60-90 >100
kg )

8
Skor Mavrice King

Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan


Yang diperiksa
0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng Mengigau, koma, atau


Apatis, ngantuk syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
besar Normal Kering Kering & sianosis
Mulut Kuat <120 Sedang (120- Lemas >40
Denyut 140)
nadi/mata
Keterangan
 Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
 Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
 Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

b.  Intoleran laktosa
Laktosa adalah karbohidrat terpenting dalam ASI dan susu
formula. Hampir semua laktosa yang masuk usus halus
dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase
yang terdapat pada mikrovili sel epitel usus halus. Hasil hidrolisis
akan diabsorpsi dan masuk ke dalam aliran darah sebagai nutrisi.
Pada diare (terutama akibat rotavirus) terjadi kerusakan mikrofili
sehingga terjadi defisiensi laktase sekunder.  Intoleransi laktosa

9
adalah gejala klinis akibat tidak terhidrolisisnya laktosa secara
optimal di dalam usus halus akibat defisiensi laktase, yaitu diare
profus, kembung, nyeri perut, muntah, sering flatus, merah di
sekitar anus, dan tinja berbau asam.
c.  Kejang
Disebabkan oleh kuman shigela yang mengeluarkan toksik berupa
Shigatoksik yang dapat menembus sampai ke SSP.
d.  Hipovolemik
2. Kronik:
a.  Malnutrisi
b.  Hipoglikemi
c. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus (Price &
Wilson 1995)

H. ASUHAN KEPERAWATAN (Heather Herdman. 2012)


N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o keperawatan

1 Defisit volume cairan NOC: NIC :


b/d kehilangan cairan  Fluid balance Fluid management
aktif  Hydration  Timbang
 Nutritional Status : Food popok/pembalut jika
Definisi : Penurunan and Fluid Intake diperlukan
cairan intravaskuler, Kriteria Hasil :  Pertahankan catatan
interstisial, dan/atau  Mempertahankan urine intake dan output yang
intrasellular. Ini output sesuai dengan akurat
mengarah ke dehidrasi, usia dan BB, BJ urine  Monitor status hidrasi
kehilangan cairan normal, HT normal ( kelembaban membran
dengan pengeluaran  Tekanan darah, nadi, mukosa, nadi adekuat,
sodium suhu tubuh dalam batas tekanan darah
normal ortostatik ), jika
Batasan Karakteristik :  Tidak ada tanda tanda diperlukan
- Kelemahan dehidrasi, Elastisitas  Monitor vital sign
- Haus turgor kulit baik,  Monitor masukan
- Penurunan turgor membran mukosa makanan / cairan dan
kulit/lidah lembab, tidak ada rasa hitung intake kalori
- Membran haus yang berlebihan harian
mukosa/kulit kering  Kolaborasikan
- Peningkatan denyut pemberian cairan
nadi, penurunan intravena IV
tekanan darah,  Monitor status nutrisi
penurunan
 Dorong masukan oral
volume/tekanan
 Berikan penggantian

10
nadi nesogatrik sesuai output
- Pengisian vena  Dorong keluarga untuk
menurun membantu pasien makan
- Perubahan status  Tawarkan snack ( jus
mental buah, buah segar )
- Konsentrasi urine  Kolaborasi dokter jika
meningkat tanda cairan berlebih
- Temperatur tubuh muncul meburuk
meningkat  Atur kemungkinan
- Hematokrit tranfusi
meninggi  Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan berat
badan seketika Hypovolemia Management
(kecuali pada third  Monitor status cairan
spacing) termasuk intake dan
Faktor-faktor yang ourput cairan
berhubungan:  Pelihara IV line
- Kehilangan volume  Monitor tingkat Hb dan
cairan secara aktif hematokrit
- Kegagalan  Monitor tanda vital
mekanisme  Monitor responpasien
pengaturan terhadap penambahan
cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan Iv
monitor adanya tanda
dan gejala
kelebihanvolume cairan
 Monitor adanya tanda
gagal ginjal
2 Risiko kerusakan NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure Management
integritas kulit b/d and Mucous Membranes  Anjurkan pasien untuk
ekskresi/BAB sering Kriteria Hasil : menggunakan pakaian
 Integritas kulit yang yang longgar
Definisi : Perubahan baik bisa  Hindari kerutan padaa
pada epidermis dan dipertahankan tempat tidur
dermis (sensasi, elastisitas,  Jaga kebersihan kulit
temperatur, hidrasi, agar tetap bersih dan
Batasan karakteristik : pigmentasi) kering
- Gangguan  Tidak ada luka/lesi  Mobilisasi pasien (ubah
pada bagian pada kulit posisi pasien) setiap dua
tubuh  Perfusi jaringan baik jam sekali
- Kerusakan  Menunjukkan  Monitor kulit akan
lapisa kulit pemahaman dalam adanya kemerahan
(dermis) proses perbaikan  Oleskan lotion atau
- Gangguan kulit dan mencegah minyak/baby oil pada
permukaan terjadinya sedera derah yang tertekan
kulit berulang  Monitor aktivitas dan
(epidermis)  Mampu melindungi mobilisasi pasien
Faktor yang kulit dan  Monitor status nutrisi
berhubungan : mempertahankan pasien
Eksternal : kelembaban kulit  Memandikan pasien
- Hipertermia atau dan perawatan alami dengan sabun dan air

11
hipotermia hangat
- Substansi kimia
- Kelembaban udara
- Faktor mekanik
(misalnya : alat
yang dapat
menimbulkan
luka, tekanan,
restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan
dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan
sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
3 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management
nutrisi kurang dari  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d  Nutritional Status : makanan
penurunan intake food and Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli
makanan  Nutritional Status : gizi untuk menentukan
nutrient Intake jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : Intake nutrisi  Weight control yang dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme  Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
tubuh. berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan meningkatkan protein
Batasan karakteristik :  Beratbadan ideal dan vitamin C
- Berat badan 20 % sesuai dengan tinggi  Berikan substansi gula
atau lebih di bawah badan  Yakinkan diet yang
ideal  Mampumengidentifika dimakan mengandung
- Dilaporkan adanya si kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
intake makanan  Tidk ada tanda tanda mencegah konstipasi
yang kurang dari malnutrisi  Berikan makanan yang
RDA (Recomended  Menunjukkan terpilih ( sudah
Daily Allowance) peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan

12
- Membran mukosa pengecapan dari ahli gizi)
dan konjungtiva menelan  Ajarkan pasien
pucat  Tidak terjadi bagaimana membuat
- Kelemahan otot penurunan berat badan catatan makanan harian.
yang digunakan yang berarti  Monitor jumlah nutrisi
untuk dan kandungan kalori
menelan/mengunya  Berikan informasi
h tentang kebutuhan nutrisi
- Luka, inflamasi  Kaji kemampuan pasien
pada rongga mulut untuk mendapatkan
- Mudah merasa nutrisi yang dibutuhkan
kenyang, sesaat
setelah mengunyah
makanan Nutrition Monitoring
- Dilaporkan atau  BB pasien dalam batas
fakta adanya normal
kekurangan  Monitor adanya
makanan penurunan berat badan
- Dilaporkan adanya  Monitor tipe dan jumlah
perubahan sensasi aktivitas yang biasa
rasa dilakukan
- Perasaan  Monitor interaksi anak
ketidakmampuan atau orangtua selama
untuk mengunyah makan
makanan  Monitor lingkungan
- Miskonsepsi selama makan
- Kehilangan BB  Jadwalkan pengobatan
dengan makanan dan tindakan tidak
cukup selama jam makan
- Keengganan untuk  Monitor kulit kering dan
makan perubahan pigmentasi
- Kram pada  Monitor turgor kulit
abdomen  Monitor kekeringan,
- Tonus otot jelek rambut kusam, dan
- Nyeri abdominal mudah patah
dengan atau tanpa  Monitor mual dan
patologi muntah
- Kurang berminat  Monitor kadar albumin,
terhadap makanan total protein, Hb, dan
- Pembuluh darah kadar Ht
kapiler mulai rapuh  Monitor makanan
- Diare dan atau kesukaan
steatorrhea  Monitor pertumbuhan
- Kehilangan rambut dan perkembangan
yang cukup banyak  Monitor pucat,
(rontok) kemerahan, dan
- Suara usus kekeringan jaringan
hiperaktif konjungtiva
- Kurangnya  Monitor kalori dan
informasi, intake nuntrisi
misinformasi  Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
Faktor-faktor yang papila lidah dan cavitas
berhubungan : oral.
Ketidakmampuan  Catat jika lidah berwarna

13
pemasukan atau magenta, scarlet
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

4 Cemas b/d perubahan NOC : NIC :


status kesehatan  Anxiety control Anxiety Reduction
 Coping (penurunan kecemasan)
Definisi :  Impulse control  Gunakan pendekatan
Perasaan gelisah yang Kriteria Hasil : yang menenangkan
tak jelas dari  Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
ketidaknyamanan atau mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
ketakutan yang disertai mengungkapkan gejala pasien
respon autonom cemas  Jelaskan semua prosedur
(sumner tidak spesifik  Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
atau tidak diketahui mengungkapkan dan selama prosedur
oleh individu); perasaan menunjukkan tehnik  Pahami prespektif pasien
keprihatinan untuk mengontol terhdap situasi stres
disebabkan dari cemas  Temani pasien untuk
antisipasi terhadap  Vital sign dalam batas memberikan keamanan
bahaya. Sinyal ini normal dan mengurangi takut
merupakan peringatan  Postur tubuh, ekspresi  Berikan informasi
adanya ancaman yang wajah, bahasa tubuh faktual mengenai
akan datang dan dan tingkat aktivitas diagnosis, tindakan
memungkinkan menunjukkan prognosis
individu untuk berkurangnya  Dorong keluarga untuk
mengambil langkah kecemasan menemani anak
untuk menyetujui
 Lakukan back / neck rub
terhadap tindakan
 Dengarkan dengan
Ditandai dengan
penuh perhatian
 Gelisah
 Identifikasi tingkat
 Insomnia
kecemasan
 Resah
 Bantu pasien mengenal
 Ketakutan situasi yang
 Sedih menimbulkan kecemasan
 Fokus pada  Dorong pasien untuk
diri mengungkapkan
 Kekhawatiran perasaan, ketakutan,
 Cemas persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

14
Departemen Kesehatan RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Gloria MB, etc. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition. Iowa:
Mosby Elsevier.
Hambleton, Garry. 1995. Manual Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta:
Binarupa Aksara
Heather Herdman. 2012. NANDA International NURSING DIAGNOSES:
Definitions & Classification 2012-2014. USA: Wiley-Blackwell.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed 4. Jakarta:
Media Aesculapius
Neilson, Joan. 1987. Perawatan Bayi Tahun Pertama/Joan Nelson;Alih
bahasa,Yustina Rostiawati dan Gianto Widianto. Jakarta: Arcan
Ngastiyah,1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition,
Clarinda company, USA
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai