Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NN. R DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG AZZAHRA 1
RSI JEMURSARI SURABAYA

Di susun oleh:
Ananda Yulistiya Kartini 1120023007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
A. Pengertian
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan tanpa darah dan atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAk. 2017).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2017).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali
disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air
besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang
cair. dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2015).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
kondisi atau penyakit yang tiba-tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya
menunjukkan gangguan yang serius.Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan (Utami, 2020)
B. Etiologi
Etiologi diare menurut (LeMone, 2016) dapat dibagi dalam beberapa faktor,
yaitu:
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencermaan yang merupakan
penyakit utama diare. Infeksi enternal ini meliputi :
1) Infeksi bakteri Vibrio. E. coli. Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus Enteroovirus (Virus ECHO. Coxsackie, C
Poliomyelitis). Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-
lain.
3) Infeksi parasit Cacing Ascaris. Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides). Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis). Jamur (Candida albicans)
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA). Tonsilofaringitis.
Bronkopneunomia, Ensefalitis, dan sebagainya. keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berusia dibawah usia 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa ), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan: Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada hal yang lebih besar.
C. Tanda dan Gejala
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat,
2. Nafsu makan berkurang
3. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
4. Wama tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
memrum), ubun-ubun dan mata ceking membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turum, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurum
(apatis, sanmolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai amuria). 7. Bila terjadi asidosis
metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.
(Kusmaul)
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula (Ida Ayu Made Utari, 2019)
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air
(output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi
karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempuma sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anaria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
3. Gangguan gizi. Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
singkat, hal ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang
tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun
susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama dan makanan yang diberikan sering
tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia. asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan
meninggal.
E. WOC/ Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dengan tinja dengan kertas lakmus dan tabler
clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila
memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai
kejang).
G. Komplikasi
Komplikasi diare menurut (Ngastiyah 2016) adalah :
1. Dehidrasi adalah suatu keadaan di mana tubuh kehilangan banyak
cairan dan elektrolit dalam waktu singkat.
2. Hipokalemia adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah rendah
(kurang dari 3,0 mMol/L) sebagai hasil dari kekurangan kalium yang
tidak mencukupi selama dehidrasi. Gejala hipokalemia meliputi
kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung.
Hipokalsemia, di sisi lain, adalah kondisi di mana kadar kalsium
dalam darah rendah (kurang dari 8,8 mg/dL darah).
3. Cardiac dysrhythmias adalah ketidaknormalan irama jantung yang
terjadi karena hipokalemia dan hipokalsemia, yang menyebabkan
detak jantung menjadi lebih cepat.
4. Hiponatremia adalah kondisi di mana kadar natrium dalam darah
rendah terjadi pada penderita diare akibat kekurangan cairan atau
cairan yang tidak mengandung natrium (Na). Penderita gizi buruk
memiliki risiko tinggi mengalami hiponatremia.
5. Syok hipovolemik adalah kondisi di mana jantung tidak mampu
memasok atau mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat
volume darah yang kurang. Asidosis, di sisi lain, adalah kondisi di
mana terjadi peningkatan kadar asam atau hilangnya cairan basa
ekstraseluler
H. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah cairan jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan:
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan muntah
muntah PWI (Previous Water Losses) ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pemafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung CWL (Concomitant water losses)
(Wicaksono, 2011)
b. Jenis cairan yaitu cairan Rehidrasi Oral (CRO). Cairan oralit
yang dianjurkan oleh WHO- ORS, tiap 1 liter mengandung
Osmolalitas 333 mOsm/L, karbohidrat 20 g/L,kalori 85 cal/L.
Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L.potassium 20 mEq/L. Chloride 80 mEq/L. bikarbonat
30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
c. Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL,
NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit
2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen diatas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-
cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO
tidak lengkap.
3) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat
sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal.
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empinis jarang dindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada:
Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan. Penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised.
3. Obat anti diare
Kelompok obat anti diare tersebut sebagai penghambatan
propulsi peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare.
I. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
1) Identitas klien : meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan identitas penanggung jawab.
2) Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat
keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif. Quality, Regio. Skala, dan Time) dan buang air
besar lebih dari 3 kali sehari dengan frekuensi sering dan konsistensi
encer.
3) Riwayat kesehatan sekarang: kaji status kesehatan pasien saat
dilakukannya pengkajian.
4) Riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir): riwayat kesehatan
dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan elektrolit, asam dan basa. Ataupun riwayat dirawat di
rumah sakit atau pembedahan.
5) Riwayat kesehatan keluarga: mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk
mengetahui apakah ada penyakit keturunan di keluarga pasien
b. Pemeriksaan fisik
1) Berat Badan (BB): peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan
penambahan atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah
keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat badan:
a) Ringan ±2%
b) Sedang ±5%
c) Berat ±10%
2) Keadaan Umum: tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental: termasuk obat-obat intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan: volume urin volume
(kejernihan/kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi) dan muntah
Pemeriksaan fisik difokuskan pada:
a. Integument: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah
c. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau,
alkohol, alergi, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara bebas atau resep
dokter
d. Pola nutrisi/metabolisme
Mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan BB. dan
gambaran diet pasien dalam sehari untuk mengetahui adanya konsumsi
makanan yang mengganggu keseimbangan cairan elektrolit, asam, dan
basa.
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang dialami.
Ada atau tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, retensi, dan gangguan
lainnya. Kaji penggunaan alat bantu.
f. Pola aktivitas olahraga
Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabkan oleh
kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi
kebutuhan pasien terhadap cairan elektrolit.
g. Pola istirahat tidur: kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
h. Pola kognitif – perseptif
Kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas, ketidaknyamanan.
pendengaran dan penglihatan.
i. Pola peran hubungan
Kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada tidaknya masalah keluarga
berkenaan dengan masalah di rumah sakit.
j. Pola seksualitas/ reproduksi
k. Pola koping-toleransi stress: keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika
ada masalah, dan penggunaan obat untuk menghilangkan stres.
l. Pola keyakinan-nilai: agama yang dianut pasien
J. Masalah Keperawatan / Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Diare
K. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Dx Keperawatan dan Kriteria Hasil Keperawatan (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Nyeri Akut L.08066 Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) Setelah dilakukan Observasi:
asuhan keperawatan a. Identifikasi lokasi,
Definisi: 3x24 jam diharapkan karakteristik, durasi,
Pengalaman tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas,
sensorik atau dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
emosional yang a. Keluhan nyeri dari b. Identifikasi skala nyeri
berkaitan skala 1 c. Identifikasi respon nyeri
dengan (meningkat) non verbal
kerusakan menjadi skala 5 Terapeutik
jaringan aktual (menurun) a. Berikan terapi non
atau fungsional, b. Meringis dari skala farmakologis untuk
dengan onset 1 (meningkat) mengurangi nyeri
mendadak atau menjadi skala 5 Edukasi
lambat dan (menurun) a. Jelaskan penyebab,
berintensitas c. Kesulitan tidur dari periode, dan pemicu
ringan hingga skala 1 nyeri
berat yang (meningkat) b. Ajarkan teknik
berlangsung menjadi skala 5 nonfarmakologis untuk
kurang dari 3 (menurun) mengurangi rasa nyeri
bulan. d. Mual dan muntah Kolaborasi
dari skala 1 a. Kolaborasi pemberian
Nyeri akut (meningkat) analgetik, jika perlu
berhubungan menjadi skala 5
dengan agen (menurun)
fisiologis e. Tekanan darah dari
(hiperperistaltik) skala 1
ditandai dengan (memburuk)
mengeluh nyeri menjadi skala 5
perut. (membaik)

2. Diare (D.0020) L.04033 Manajemen Diare (I.03101)


Setelah dilakukan Observasi:
Definisi: asuhan keperawatan a. Identifikasi penyebab
Pengeluaran 3x24 jam diharapkan diare
feses yang eliminasi fekal b. Monitor warna,
sering, lunak membaik dengan frekuensi dan konsistensi
dan tidak kriteria hasil: tinja
berbentuk. a. Kontrol Terapeutik
pengeluaran a. Berikan asupan cairan
Diare feses dari skala oral
berhubungan 1 (menurun) b. Berikan cairan intravena
dengan proses menjadi skala 5 Edukasi
infeksi ditandai (meningkat) a. Anjurkan makanan porsi
dengan BAB b. Konsistensi feses kecil dan sering secara
cair 7x, ada dari skala 1 bertahap.
darahnya 3x (memburuk)
menjadi skala 5
(membaik)
c. Frekuensi defekasi
dari skala 1
(memburuk)
menjadi skala 5
(membaik)
d. Peristaltik usus
dari skala 1
(memburuk)
menjadi skala 5
(membaik)

L. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana yang sudah dilakukan sebelumnya. Implementasi
keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan
dari asuhan keperawatan.
M. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam proses asuhan
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dan rencana
keperawatan tercapai atau tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku. EGC.
Ida Ayu Made Utari. (2019). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan
Gastroenteritis Akut (GEA). Politeknik Kesehatan Denpasar.
LeMone, P. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan
Gastrointestinal. EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta:
DPP PPNI
Utami. (2020). kebutuhan nutrisi dan cairan. STIK SINT CAROLUS.

Anda mungkin juga menyukai