Disusun Oleh
Nama : 1. Shesa Rahma Nurinda I1C018084
2. Dhana Iswara I1C018086
3. Zulfanida Akmelati I1C018088
4. Zahrah Noor Rafyda I1C018090
Kelas/Kelompok : B/9
Tanggal Praktikum : Kamis, 1 Oktober 2020
Dosen pembimbing : Dhadhang Wahyu K., M.Sc., Apt
Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt
Dr. Tuti Sri Suhesti, M.Sc., Apt
Asisten Praktikum : Lusylia Wahyu Refasiani
2020
PERCOBAAN 3
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan dan evaluasi tablet
effervescent dan tablet salut.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Timbangan Analitik
- Hardness tester
- Disintegration tester
- Friabilator
- Oven
- Pencetak tablet
- Ayakan
- Loyang
2. Bahan
- Vitamin C
- SDL
- Avicel 102
- Magnesium stearat
- Cab oxil
- NaHCO3
- PVP
- Laktosa
- NaCl
- Asam sitrat
- Asam tartrat
C. SKEMA PROSEDUR PEMBUATAN DAN EVALUASI
a. Pembuatan Tablet Salut
Alat
Larutan Gula
Tablet Vitamin C
Hasil
b. Pembuatan Tablet effervescent
- Disiapkan alat
- Ditimbang vitamin C 12,5 gr, NaHCO3 14,75 gr, Laktosa 5,36 gr, NaCl
500 gr, Asam sitrat 6,44 gr, Asam tatrat 4,37 gr, PVP 3 gr, dan kuning
lemon 95 mg
- Asam
Bahan
- Dicampur bahan asam
- Digerus hingga homogen
- Disemprot dengan etanol
Bahan Basa
Campuran Homogen
- Dimasukkan kedalam ayakan no 18
- Diayak menggunakan ayakan no 29
- Dimasukkan kedalam loyang
- Dikeringkan dengan oven pada suhu 59oC
- Dimasukkan kedalam mesin pencetak tablet
Evaluasi
Hasil
c. Evaluasi Tablet
1. Uji Organoleptis
Tablet
Hasil
Hasil
Tablet
Hasil
4. Uji Kerapuhan tablet
Tablet
Hasil
Hasil
D. PENYAJIAN DATA
1. Formulasi
R/ Vitamin C 50 mg
SDL 266,45 mg
Avicel 35 mg
Mg stearat 3,5 mg
Cab Oxil 1,05 mg
2. Uji Keseragaman bobot
Tablet Bobot
1 0,38
2 0,36
3 0,35
4 0,32
5 0,39
6 0,4
7 0,33
8 0,31
9 0,33
10 0,35
2 1,12 0,28
3 1,13 0,28
4 1,13 0,28
5 1,15 0,27
4,91 gr 4, 87 gr
4,75 gr 4,73 gr
4,88 gr 4,85 gr
5,58 3,5 cm 5 cm
5,31 3 cm 5 cm
5,04 3 cm 5 cm
1 5,06
2 5,27
3 5,43
4 4,53
5 5,17
6 4,49
7 4,25
8 4,14
9 4,03
178 𝑔𝑟
➢ Jumlah zat aktif/tablet = 125 𝑔𝑟 𝑥 50 𝑚𝑔 = 0,0722𝑔𝑟
Penimbangan formula
➢ Vitamin C = 50 mg x 500 tab = 250 gr
➢ SDL = 266,45 mg x 500 tab =133,2 gr
➢ Avicel = 35 mg x 500 tab = 17,5 gr
➢ Mg stearat = 3,5 mg x 500 tab = 1,75 gr
➢ Cab oxil = 1,05 mg x 500 tab = 0,525 gr
➢ Total massa sebenarnya = 402,975 gr/500 tablet
E. PEMBAHASAN
• Tablet Salut
Pada praktikum kali ini pembuatan tablet salut menggunakan metode rotating.
Pertama dilakukan penyiapan alat bahan. Mesin rotating disiapkan terlebih dahulu
dengan cara dibersihkan dan dipastikan bahwa mesin rotating tersebut sudah kering,
hal ini dilakukan agar saat pembuatan tablet salut gula nanti tidak terjadi cracking
of the coating (retak pada permukaan) yang dikarenakan terdapatnya absorpsi
lembab dari sekitar (mesin rotating) (Sabrina, 2010). Kemudian siapkan pula bahan
yang ingin digunakan, kali ini bahan yang digunakan adalah gula, asam glutamate,
aquades dan tablet yang akan disalut. Adapun fungsi dari bahan – bahan tersebut,
yaitu gula dan asam glutamate sebagai bahan untuk membuat larutan sub cutting,
aquades sebagai pelarut, dan tablet yang akan disalut (Fanny, 2008). Setelah alat
dan bahan sudah siap, mesin rotating dinyalakan. Kemudian ke dalam mesin
rotating dimasukkan gula, asam glutamate dan aquades lalu rotating hingga
terbentuk larutan sub coating. Setelah terbentuk larutan sub coating, masukkan
tablet yang akan disalut kemudian rotating kembali tablet dan larutan sub Waktu
(detik) Diameter Tinggi 5,58 3,5 cm 5 cm 5,31 3 cm 5 cm 5,04 3 cm 5 cm Waktu
larut (menit) 5,06 5,27 5,43 5,17 4,49 4,25 4,14 4,03 coating tersebut hingga
dihasilkan tablet dengan salut gula. Proses yang dilakukan pada praktikum ini masih
belum lengkap sebab prosesnya tidak hanya berhenti di pemberian larutan sub
coating pada tablet namun masih ada proses lainnya seperti pengkilapan
(polishing), penghalusan (smoothing) dan pewarnaan (colouring). Pengkilapan atau
polishing dilakukan hingga diperolah kilapan yang diinginkan. Penghalusan atau
smoothing dapat digunakan untuk menutupi dan mengisi cacat pada permukaan
tablet yang disebabkan oleh tahap subcoating. Dan pewarnaan atau colouring untuk
memberikan warna yang diinginkan (Sabrina, 2010).
Tablet adalah suatu sediaan padat baik yang mengandung maupun tidak
mengandung bahan-bahan tambahan seperti lubricant, disintegrant, diluents atau zat
pengisi, dan zat-zat tambahan lainnya. Ada beberapa macam tablet berdasarkan
proses pengerjaannya, yaitu : Tablet dengan Proses Granulasu Basah, Tablet dengan
proses Granulasi Kering, dan juga dengan Kempa Langsung. Seluruh macam tablet
tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Dan juga memiliki syarat-syarat
tersendiri dalam pembuatannya (Siregar, 2008). Proses penyalutan menggunakan
panic farmasetik didasarkan pada proses yang digunakan dalam industry permen,
yang tekniknya berkembang pesat, bahkan dalam abad pertengahan (Martindale,
1989).
Tablet salut gula adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan
tipis berturut-turut dengan larutan sukrosa dengan atau tanpa pewarna. Penyalut ini
berguna karena dapat melindungi bahan obat dengan berperan sebagai barrier
terhadap kelembaban dan udara, menutupi bahan obat yang rasa dan baunya tidak
enak dan memperbaiki penampilan tablet. Salut dapat bervariasi dalam ketebalan
dan warna dari tambahan bahan-bahan celupan ke salut gula (King, 1984).
Perbedaannya dengan salut guka adalah tablet salut gula merupakan tablet
kempa yang disalut dengan beberapa lapi-lapisan gula baik berwarna maupun tidak.
Supaya dapat menahan bantingan selama proses penyalutan tablet inti harus
memiliki resistensi dan kekerasan yang cukup didalam panci penyalut yang
berputar terus menerus selama proses berlangsung. Kekerasan yang cukup juga
akan berperan memperlambat penyalut pada waktu dilakukan penyalutan dan
sebaiknya permukaan tablet terbentuk. Bentuk tablet inti yang ideal untuk disalut
iala: sferis, elip, bikonvek bulat atau bikonvekoval. Tinggi antara permukaan tablet
sedapat mungkin agak rendah (Ansel, 1989)
Proses pembuatan tablet salut terbagi atas beberapa tahap yaitu : protective,
gum syrup, built up syrup, smoothing syrup, colouring syrup, da polishing. Lapisan
penutup merupakan tahap pemberian lapisan pelindung agar air dari larutan
berikutnya tidak masuk ke dalam tablet inti. Lapisan elastic merupakan lapisan
dasar dari salut gula yang bertujuan untuk melapisi gum syrup agar tablet tidak retak
selama proses atau selama penyimpanan. Bahan-bahan yang akan dituang diaduk
lebih dahulu kemudian masukkan CaCO₃ secukupnya, aduk kembali sampai semua
serbuk melapisi tablet baru kemudian dialirkan udara panas. Built up syrup
bertujuan untuk membuat permukaan tablet licin sehingga zat warna dapat melapisi
tablet secara merata. Colouring bertujuan untuk memberikan warna pada
permukaan tablet dan polishing merupakan proses pengkilatan permukaan tablet
sehingga menjadi mengkilat (Asmarini, 2007).
• Tablet effervescent
Tablet effervescent dibuat dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi
basah, granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi. Dalam metode kering atau
peleburan, molekul air yang ada pada setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai
pengikat campuran serbuk. Asam sitrat dijadikan serbuk, baru dicampurkan dengan
serbuk lainnya (setelah disalurkan melewati ayakan no 60 mesh) agar
pencampurannya homogen. (Siregar et al, 2010)
Pengadukan dilakukan secara cepat dan lebih baik dalam lingkungan yang
kelembabannya rendah, kelembaban relatif maksimal 25% untuk mencegah
terhisapnya uap air dari udara oleh bahan kimia sehingga reaksi kimia terjadi lebih
dini.Setelah pengaduka, serbuk diletakkan di atas nampan dan dipanaskan dalam
oven pada suhu 34 - C kemudian dibolak balik dengan memakai spatel tahan asam.
(Siregar et al, 2010)
Saat pemanasan berlangsung serbuk menjadi seperti spon dan setelah mencapai
kepadatan yang tepat (seperti adonan roti), serbuk dikeluarkan dari oven dan
dilewatkan pada suaatu ayakan tahan asam untuk membuat granul sesuai yang
diinginkan. Metode peleburan ini hampir dipakai untuk mengolah semua sediaan
effervescent yang diperdagangkan. Pada metode fluidisasi dengan metode wurster,
menggunakan suatu alat semprot khusus yang dilangkapi dengan saluran
penyemprot bahan pengikat (etanol 96%) dan saluran udara pemanas. (Siregar et
al, 2010)
Tablet effervescent memerlukan kondisi kerja dan metode khusus dalam
pembuatannya karena dalam tablet ini terdapat dua bahan yang tidak dapat
tersatukan yaitu garam natrium bikarbonat dan asam organik sebagai penghasil
karbondioksida. Reaksi kedua bahan ini akan dipercepat dengan adanya air, maka
dari itu tablet Efervescent selama perjalanannya mulai akhir produksi sampai ke
tangan pasien tidak boleh sedikitpun kontak dengan air. (Siregar et al, 2010)
Selain itu suhu tinggi juga dapat mempercepat perusakan bahan tablet, sehingga
juga harus dijaga pada suhu yang relatif rendah.Proses pembuatan tablet efervescen
membutuhkan kondisi khusus, kelembababan harus relatif rendah dan suhu harus
dingin untuk mencegah granul atau tablet melekat pada mesin karena pengaruh
kelembaban dari udara. (Siregar et al, 2010)
Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas (CO2) sebagai hasil
reaksi kimia bahan-bahan penyusun tablet dengan cairan pelarutnya (air). Tablet
effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk membuat minuman ringan
secara praktis. Tablet dapat melarut sendiri dengan adanya gas CO2 yang membantu
proses pelarutan. Bentuk sediaan seperti ini dapat meningkatkan tingkat kesukaan
produk dan mempengaruhi aspek psikologis konsumen. Disamping itu, kesannya
sebagai obat juga akan berkurang karena rasanya yang dapat menutupi rasa pahit
sehingga dapat menarik minat konsumen yang tidak suka mengkonsumsi obat-
obatan (Tanjung & Puspitasari, 2019).
Asam-basa tablet effervescent terdiri dari asam sitrat, asam fumarat dan
natrium karbonat. Reaksi antara asam sitrat dan natrium karbonat (1) serta asam
fumarat dan natrium karbonat (2) dapat dilihat sebagai berikut :
Reaksi diatas tidak boleh terjadi sebelum effervescent dilarutkan, oleh karena itu
kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu dikendalikan tetap rendah
untuk mencegah penguraian dan ketidakstabilan produk. Hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk tablet effervescent yang akan
membedakan dengan tablet biasa adalah sifat higroskopis bahan. Bentuk anhidrat
dengan sedikit atau tidak menyerap air atau dengan partikel air yang terikat pada
bentuk hidrat yang stabil dianjurkan untuk dipakai. Akan tetapi sedikit air juga
dibutuhkan untuk proses granulasi. Bahan tambahan merupakan bahan penolong
yang ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai fungsi dan tujuan
tertentu (Lachman, 1994).
Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah kemungkinan
penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat.
Sedangkan kerugian tablet effervescent adalah kesukaran untuk menghasilkan
produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan
produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent (Linberg,
1992). Selama reaksi berlangsung, air yang dibebaskan dari bikarbonat
menyebabkan autokatalisis dari reaksi. Kelembaban udara di sekitar tablet setelah
wadahnya dibuka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari
produk, setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu tablet effervescent dikemas
secara khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat
dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk
kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya telah dikempa sehingga cukup
mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat (Lachman,
1994).
a. Metode Peleburan
Dalam metode ini, molekul air yang ada pada setiap molekul asam sitrat
bertindak sebagai unsur penentu dalam pencampuran serbuk. Sebelum melakukan
pencampuran atau pengadukan, kristal asam sitrat dijadikan serbuk. Campuran
serbuk kemudian diayak melalui ayakan no. 60 untuk meratanya campuran. Ayakan
dan alat pengaduk harus terbuat dari stainless steel atau bahan lain yang harus tahan
terhadap pengaruh asam. Pencampuran atau pengadukan serbuk dilakukan cepat
dan pada lingkungan yang kadar kelembabanya rendah untuk mencegah terhisapnya
uap-uap air dari udara oleh bahan-bahan kimia dan oleh reaksi kimia yang terjadi
lebih dini (Ansel, 1989).
Setelah pengadukan selesai, serbuk diletakkan dalam sebuah oven atau
pemanas lainnya yang sesuai dan sebelumnya sudah dipanaskan pada suhu 33,8°-
40ºC. Selama proses pemanasan serbuk dibolak-balik dengan memakai spatel tahan
asam. Panas menyebabkan lepasnya air kristal dari asam sitrat, dimana yang pada
giliranya melarutkan sebagian dari campuran serbuk, memacu reaksi kimia dan
berakibat lepasnya beberapa karbondioksida. Ini menyebabkan bahan serbuk yang
dihaluskan menjadi agak seperti spon. Setelah mencapai kepadatan yang tepat
(seperti pada adonan roti), serbuk ini dikeluarkan dari oven dan dialirkan melalui
sebuah ayakan tahan asam untuk membuat granul-granul sesuai yang diinginkan.
Ayakan no. 4 dapat dipakai untuk membuat granul yang lebih besar, ayakan no. 8
untuk membuat granul ukuran sedang, dan ayakan no. 10 mengayak granul yang
lebih kecil. Ketika semua adonan telah melewati ayakan, granulgranul ini segera
mengering pada suhu tidak lebih dari 54ºC dan segera dipindahkan ke wadah lalu
disimpan secara tepat dan rapat (Ansel, 1989).
b. Metode Granulasi Basah
Metode granulasi basah tidak memerlukan air kristal asam sitrat akan tetapi
digunakan air yang telah ditambahkan ke dalam pelarut (seperti alkohol) yang
digunakan sebagai unsur pelembab untuk membuat adonan bahan yang lunak dan
larut untuk pembuatan granul. Dalam metode ini semua bahan yang tidak
mengandung air, tergantung dari air yang ditambahkan ke dalam campuran bahan
yang lembab. Begitu cairan yang cukup ditambahkan (sebagian) untuk mengolah
adonan bahan yang tepat, baru granul diolah dan dikeringkan dengan cara yang
diuraikan di atas. Dalam pembuatan tablet effervescent, hal yang harus diperhatikan
yaitu bagaimana menentukan formula yang tepat sehingga sediaan yang dihasilkan
dapat menghasilkan pembuihan yang efektif, tablet yang stabil dan menghasilkan
produk yang nyaman. Kesulitan dalam pembuatan tablet effervescent yaitu
mengendalikan kelembaban ruangan yang digunakan dalam pembuatan tablet.
Kelembaban berkaitan dengan stabilitas tablet effervescent yang dihasilkan.
Semakin tinggi kelembaban maka semakin sulit kita dalam penabletan, karena
dengan tingginya kelembaban maka asam basa yang ada dalam tablet akan lebih
cepat bereaksi sehingga tablet yang dihasilkan akan lebih cepat lembek, untuk itu
kelembaban relatif 40% harus tetap dijaga (Ansel, 1989).
Pada percobaan kali ini dibuat tablet effervescent vitamin C dengan formulasi
tiap tablet mengandung face internal yaitu vitamin C, SDL, dan avicel 102. Sedangkan
fase eksternalnya adalah Mg stearat dan Cab Oxil.
Srtuktur Vitamin C
Vitamin C digunakan sebagai zat aktif pada formula ini. Vitamin C adalah
Kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil,
tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara
(oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan adanya tembaga dan
besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam
(Almatsier, 2005). Vitamin ini mempunyai rasa asam, enak untuk di konsumsi sehari-
hari, dan fungsinya banyak sekali untuk kesehatan. Banyak bukti dari penilitian yang
mendukung fakta bahwa vitamin C memiliki peran penting dalam pelbagai mekanisme
imunologis Sifat fisika vitamin C yaitu hablur atau serbuk putih atau agak kuning oleh
pengaruh cahaya lambat laun menjadi warna gelap. Dalam keadaan kering stabil di
udara. Dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu ±190°C. Kelarutannya yaitu
mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, eter
dan benzene. Kelarutan dalam air 33 g/100 ml, dalam etanol 2 g/100 ml, dalam gliserol
1 g/100 ml, dalam propilen glikol 5 g/100 ml, larut dalam dietil eter, kloroform,
benzene, eter minyak bumi, minyak, lemak pelarut (Depkes RI, 2014).
Vitamin C adalah vitamin yang terlarut dalam air, vitamin C juga dikenal
dengan nama asam askorbat, asam L-xiloaskorbat, 3-ono- gulofuranolanton serta
vitamin antisorbutat. Vitamin C adalah vitamin yang paling mudah rusak dalam bentuk
cair, vitamin C dapat dengan mudah mengalami oksidasi (Mardalena, 2017). Penetapan
Kadar Vitamin C diperoleh 98,79%, menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979)
Kadar Vitamin C atau Asam Askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0%, maka
hasil praktikum yang dihasilkan sudah sesuai dengan literature.
Asam sitrat berfungsi sebagai sumber asam. Asam sitrat berbentuk anhidrat atau
mengandung satu molekul air. Mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih
dari 100,5 % C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian hablur bening tidak
berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak
berbau, rasa sangat asam, bentuk hidrat mekar dalam udara kering. Kelarutan sangat
mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sukar larut dalam ester. Asam sitrat
bersifat higroskopis sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan
dalam ruang dengan kelembaban udara yang tinggi (Lachman, 1994).
Natrium bikarbonat berfungsi sebagai bahan basa, bahan ini digunakan untuk
menimbulkan gas CO2 bila direaksikan dengan asam. Pemeriannya yaitu serbuk hablur,
putih, stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan-lahan terurai.
Larutan segar dalam air dingin, tanpa dikocok, bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan
bertambah bila larutan dibiarkan, digoyang kuat atau dipanaskan. Penggunaan natrium
bikarbonat dalam formulasi tablet effervescent sebesar 25-50% (Lachman. 1994).
Asam tartrat berfungsi sebagai sumber asam. Asam tartrat memiliki sifat lebih
mudah larut dalam air dibandingkan asam sitrat, yakni satu bagian yang larut dalam
kurang dari satu bagian air. Selain itu, higroskopisitas asam tartrat lebih kecil daripada
asam sitrat. Pemeriannya hablur tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus
sampai granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di udara (Lachman,
1994).
Uji waktu hancur tablet, lima tablet dimasukkan ke dalam tabung berbentuk
keranjang, kemudian dinaik turunkan secara teratur 30 kali setiap menit dalam medium
air dengan suhu 37oC. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal diatas kasa. Persyaratan uji waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah
kurang dari 15 menit ( Depkes, 1979 )
Uji kekerasan pada tablet ditujukan untuk mengetahui kekerasan suatu tablet,
agar tablet tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras sehingga dapat menghasilkan
sediaan yang baik. Kekerasan suatu tablet berkaitan dengan ketebalan tablet, bobot, dan
waktu hancur tablet. Jika tekanan diberikan secara berlebih maka kekerasan tablet akan
meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Umumnya batas minimum kekerasan
tablet berkisar 4-8 kg. Pada uji kekerasan tablet menggunakan alat pengukuran yang
dinamakan hardness tester (Lachman, 1994).
Uji keseragaman bobot dilakukan pada tablet vitamin C yang diambil secara
acak sebanyak 10 tablet, kemudian timbang tablet satu persatu setelah dilakukan
penimbangan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tablet Bobot
1 0,38
2 0,36
3 0,35
4 0,32
5 0,39
6 0,4
7 0,33
8 0,31
9 0,33
10 0,35
Uji waktu larut dilakukan dengan sampel sebanyak 9 tablet yang dimasukkan
ke dalam gelas hingga tablet habis larut, kemudian dihitung menggunakan stopwatch.
Diperoleh hasil sebagai berikut :
1 5,06
2 5,27
3 5,43
4 4,53
5 5,17
6 4,49
7 4,25
8 4,14
9 4,03
Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat 3 tablet yang memiliki waktu larut lebih
dari 5 menit hal tersebut tidak sesuai dengan literatur, waktu larut tablet effervescent
yang baik adalah kurang dari 5 menit (300 detik) pada suhu 25˚C (Dewi et al., 2014)
Uji keseragaman ukuran dilakukan pada 10 tablet dan diukur tiap tablet
diameter dan tebal tablet menggunakan jangka sorong. Persyaratan uji keseragaman
ukuran tablet menurut Farmakope Indonesia edisi V yaitu tablet dikatakan memiliki
keseragaman ukuran yang baik apabila memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali atau
tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet (Ulfa et al, 2018). Faktor yang mempengaruhi masalah
keseragaman ukuran adalah tidak seragamanya distribusi bahan obat pada
pencampuran bubuk atau granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau selama
proses pembuatan dan penyimpangan bobot tablet (Syamsia et al, 2017).
Berdasarkan perhitungan data yang diperoleh maka semua tablet menyimpang dari
persyaratan yang berlaku yaitu diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet. Hal ini
menunjukkan tampilan dari tablet tidak seragam dan tidak menunjukkan adanya
keseragaman bobot dan zat yang terkandung di dalam tablet seragam. Pengujian tablet
tidak sesuai literatur dan harus dilakukan evaluasi lebih lanjut mengenai formulasi
tabletnya (Depkes RI, 2014).
Sudut diam merupakan suatu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal jika sejumlah serbuk dituang kedalam alat
pengukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi sudut diam suatu granul adalah bentuk
ukuran serta kelembaban granul. Sudut diam diukur dengan rumus :
ℎ
𝑇𝑔 α =
𝑟
Keterangan :
α = sudut diam
h = tinggi kerucut
r = jari-jari
Sudut diam merupakan uji granul yang penting untuk mengetahui sifat alir dari granul.
Serbuk akan membentuk kerucut, semakin datar kerucut yang dihasilkan maka sudut
diamnya makin kecil. Nilai dari sudut diam yang dapat diterima antara 20-40° nilai dari
sudut diam jarang di bawah 20, dan nilai sampai 40° menunjukkan potensial aliran yang
baik serta di atas 50° serbuk hanya mengalir dengan sulit, itupun jika mungkin. Nilai
sudut diamnya lebih dari 40° yaitu dapat dikarenakan oleh merupakan serbuk halus
(fines). Semakin meningkatnya jumlah fines maka gaya tarik menarik antar partikel
akan semakin kuat sehingga akan terbentuk tumpukan granul akan sukar bergulir
(Mulyadi et al, 2011)
F. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pembuatan tablet salut dan effervescent ini didapat
kesimpulan bahwa tablet effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk
membuat minuman ringan secara praktis. Tablet dapat melarut sendiri dengan adanya
gas CO2 yang membantu proses pelarutan. Keuntungan tablet effervescent sebagai
bentuk obat adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang
mengandung dosis obat yang tepat Sedangkan kerugian tablet effervescent adalah
kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembaban
udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktivitas
effervescent
Pada proses evaluasi tablet vitamin C ini didapatkan beberapa uji yang tidak
sesuai dengan literatur yaitu pada uji keseragaman bobot dan keseragaman ukuran,
didapat bobot menyimpang pada kolom A sebanyak 6 tablet dan 2 tablet pada kolom
B, pada uji keseragaman ukuran tablet menyimpang dari persyaratan yang berlaku yaitu
diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet. Uji waktu larut diperoleh hasil yang tidak
sesuai dengan literatur karena waktu larut tablet lebih dari 5 menit. Pada uji sudut diam
didapat hasil lebih dari 40o , Nilai dari sudut diam yang dapat diterima antara 20-40. Uji
friksibilitas tablet tehadap 3 tablet yaitu dianggap baik karna %friabilitas yang baik
kurang dari 1%.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat. Jakarta: UI Press
Asmarini. 2007. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Bandung : Satu Bangsa.
Augsburger, L.L. & Hoag, S.W, 2008, Pharmaceutical Dosage Forms Tablets. 3rd Edition.
Informa Health care USA, New York.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dewi, Rosmala., Iskandarsyah, Devi Octarina. 2014. Tablet Effervescent Ekstrak Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Kadar Pemanis Aspartam. Pharm Sci Res
Vol 1(2). Depok: Universitas Indonesia.
Fanny Rahmawati. 2008. Pembuatan Tablet Salut Gula Dari Ekstrak Brotowali (Tinospora
crispa (L.) Miers ex Hook. F. Thems) Menggunakan Pragelatinisasi Pati Suksinat
Sebagai Bahan Penyalut. Jakarta : UI Press.
Hadisoewignyo , Lannie, Gracesya Florensya Teny, Elok Tri Handayani, dan Beby Yunita.
2011. Pengaruh bahan pengisi pada tablet ibuprofen dengan metode cetak langsung.
Majalah Farmasi Indonesia. (22)4: 279-285.
King, R. E., 1984, Dispending Of Medication, Ninth Edition. Philadelphia :Mack Publishing
Company.
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III,
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, UI Press.
Mardalena, Ida. 2017. Dasar - dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Martindale, 1989, The Extra Pharmacopeia, 29th Edition. London : The Pharmaceutical Press
Mulyadi, M. Dafit, Ika Yuni Astuti, dan Binar Asrining Dhiani. 2011. Formulasi Granul Instan
Jus Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dengan Variasi Konsentrasi
Povidon sebagai Bahan Pengikat serta Kontrol Kualitasnya. 8(3): 29-41.
Rowe, R.C., P. J. Shesky and S. C. Owen. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th
Ed. London: The Pharmaceutical Press.
Sabrina. 2010. Formulasi Tablet Salut Gula Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus altilis
(Parkinson) Fosberg. Jakarta : UI Press.
Siregar, C., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar Praktek,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Syamsia, Rani Dewi Pratiwi, dan Susana. 2017. Sifat Fisik Tablet Dihydroartemisinin-
Piperaquin (DHP) Sediaan Generik dan Sediaan dengan Nama Dagang yang Beredar di
Kotamadya Jayapura. Jurnal Ilmiah Farmasi. 6(3): 210-214.
Tanjung, Yenni dan Intan Puspitasari. 2019. Formulasi dan Evaluasi Fisik Tablet Effervescent
Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L.). Farmaka. 17(1): 1-14.
Ulfa, Ade Maria Ulfa, Nofita, dan Dhika Azzahra. 2018. Analisa Uji Kekerasan, Kerapuhan
dan Waktu Hancur Asam Mefenamat Kaplet Salut Generik dan Merek Dagang. Jurnal
Farmasi Malahayati. 1(2): 59-68.