Disusun oleh:
1. Dilla Zulfah F (I1C017016)
2. Adinda Putri (I1C017032)
3. Ayu Sutiratna (I1C017066)
4. Fritzi Elian A (I1C017072)
5. Silfa Amorin Tyas (I1C017096)
Terapi (Nama
No obat,
Aturan pakai 5/1 6/1 7/1 8/1 9/1 10/1
kekuatan)
1 √ √ √ √ √ √
Metformin
3 x 500 mg PO
2 Acryos √ √ √ √ √ √
3 x 50 mg PO
3 Novorapid √ √ √
3 x 8 unit PO
4 Valesco √ √ √ √ √ √
1 x 80 mg PO
5 Mecobalamin √ √ √ √ √ √
3 x 500 mcg injeksi
6 Lantus √ √ √ √ √ √
1 x 10 unit malam
7 Furosemide √ √ √
2 x 20 mg injeksi
Tanda-Tanda Vital
Tanda- Nilai 5/1 6/1 7/1 8/1 9/1 10/1
Tanda Vital normal
TD 120/80
130/80 120/80 120/80 120/80 120/80 120/80
(mmHg) mmHg
Nadi 60-
(x/menit) 100x/meni 88 84 80 78 80 80
t
o
Suhu ( C) 35-36,5⁰C 36.5 36.6 36.3 36.5 36.6 36.5
Nafas 12-
18 20 18 18 18 18
(x/menit) 20x/menit
Data Laboratorium
Parameter Nilai normal 5/1 6/1 7/1 8/1 9/1 10/1
Hemoglobi 11.7-15.5 g/dL 14.9
n
Eritrosit 4.4-5.9x103/µL 4.83
Hematokrit 40-52% 43
Trombosit 150-450x103/ µL 180
Leukosit 3.6-11x103 / µL 5
Neutrofil 50-70% 65
Ureum 15-39 mg/dL 74 45
Kreatinin 0.6-1.3 mg/dL 1.1 1.11
GDS 348 268 262 265 277 221
Pada kasus ini pasien mendapatkan terapi kombinasi insulin basal (lantus 1x 10 unit
malam) dengan insulin prandial (novorapid 3 x 8 unit) sedangkan berdasarkan guideline
ADA (2020) apabila pasien geriatric dengan DM tipe 2 mendapatkan terapi kombinasi
insulin basal (long-or intermediate acting) dengan insulin prandial (shor-or-rapid acting)
direkomendasikan untuk mengubah waktu pemberian insulin basal dari sebelum tidur
(malam hari) menjadi pagi hari dan apabila insulin prandial yang sudah diberikan
dosisnya ≤ 10 unit maka direkomendasikan untuk menghentikan insulin prandial dan
menambahkan agen non insulin. Hal tersebut dilakukan karena pasien geriatric memiliki
resiko tinggi terjadi hipoglikemia sehingga terapi yang disarankan adalah terapi dengan
resiko rendah hipoglikemia. Dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini terjadi DRP
berupa ADR (Adverse Drug Reaction) karena terapi yang diberikan tidak sesuai dengan
kondisi pasien geriatric sehingga penggunaan terapi insulin basal (lantus) diubah
menjadi pagi hari serta diberikan agen non insulin berupa metformin dengan penghentian
terapi insulin prandial (Novorapid) (ADA,2020).
(ADA,2020)
Penggunaan agen non insulin berupa metformin lebih dipilih karena merupakan first
line terapi pada pasien geriatric dan aman digunakan pada pasien dengan nilai GFR ≥ 30
ml/min/1.73m2 (ADA,2020). Sebelumnya pada kasus ini pasien sudah mendapatkan
terapi metformin sehingga terapi metformin dapat dilanjutkan. Namun terdapat DRP
berupa overdosis karena pasien mendapatkan terapi metformin dengan dosis 500 mg 3 x
sehari sedangkan berdasarkan guideline ADA (2020) dosis metformin yang diberikan
kepada pasien geriatric DM tipe 2 dengan nilai GFR ≥ 45 adalah 500 mg 1 x sehari
sebagai dosis awal dan dosis dapat ditingkatkan setelah 2 minggu penggunaan. Oleh
karena itu, pada kasus ini dosis metformin diturunkan menjadi 500 mg 1 x sehari
(ADA,2020).
(ADA,2020)
Berdasarkan guideline ADA (2020) pasien geriatric DM tipe 2 pada kasus ini
direkomendasikan untuk menerima terapi insulin basal dan metformin saja, sehingga
terapi acryos (acarbose) dapat dihentikan. Menurut Kezerle et al (2014) acarbose
memiliki efektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan metformin dan penggunaan
acarbose dibatasi pada pasien geriatric karena menyebabkan efek samping
gastrointestinal yang dapat memperburuk kormobiditas pasien dan menghambat
kemampuan pasien untuk mengelola diabetesnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami DRP berupa ADR (Adverse Drug Reaction) (Kezerle et al,2014)
(Kezerle et al,2014)
(ADA,2020)
(ADA,2020)
3. Hipertensi
(ADA, 2020)
Menurut ADA (2020), terapi hipertensi pada pasien dengan diabetes tanpa
albuminuria diawali dengan dengan manajemen gaya hidup serta menggunakan 1
agen terapi yaitu ACEi/ARB/CCB/Diuretik. Jika TD pasien belum mencapai target
dapat ditambahkan terapi kombinasi dengan ACEi atau ARB/CCB/Diuretik. Pada
kasus ini, TD pasien telah mencapai target (<140/90 mmHg) sehingga hanya perlu
diberikan monoterapi yaitu ACEi/ARB/CCB/Diuretik.
(ADA, 2020)
(Downie, 2012)
Pada pasien menunjukkan nilai ureum yang tinggi yaitu 74 mg/dL dan GFR di
bawah normal yaitu 51,79 ml/min/1,73m 2 yang menunjukkan pasien mengalami
kerusakan ginjal. ACEi atau ARB sangat direkomendasikan pada pasien hipertensi
diabetes dengan GFR <60 ml/min/1,73m2 (ADA, 2020). Selain itu, ACEi atau ARB
dipilih sebagai lini pertama karena memiliki efek renoprotektif yang baik (Downie,
2012).
4. Diabetes Neuropati
Pada kasus ini, Ny.S memiliki keluhan seperti kedua tangan dan kaki
kesemutan,terasa tebal dan berat jika dipakai berjalan. Berdasarkan keluhan tersebut
diabetes neuropati yang dimiliki pasien termasuk diabetes neuropati perifer (Khalil
et al,2016). Penggunaan mecobalamin pada pasien sudah tepat karena mecobalamin
berfungsi untuk meningkatkan kecepatan konduksi saraf,mempromosikan regenerasi
saraf yang cedera, memulihkan fungsi neuromuskuler pada hiperalgesia perifer dan
allodynia,dan juga berfungsi menghambat pelepasan spontan ektopik dari neuron
sensorik primer perifer. Sebagai vitamin, mecobalamin merupakan kandidat
potensial untuk perawatan diabetes neuropati dengan keamanan yang baik (Zhang et
al,2013)
Selain itu juga karena pasien sebelumnya sudah menggunakan obat antidiabetik oral
yaitu metformin dimana penggunaan metformin pada pasien geriatri beresiko tinggi
mengalami defisiensi vitamin b12 sehingga membutuhkan suplemen (Fatima et
al,2013)
Namun pada kasus ini terdapat terapi overdose dimana mecobalamin diberikan 3x
sehari 500 µg sedangkan menurut Sil et al (2018) mecobalamin diberikan dengan
dosis 3x 500 µg setiap minggu dengan rute pemberian injeksi intramuskular. Karena
dosis mecobalamin yang terlalu tinggi akan menyebabkan efek yang buruk berupa
pembekuan darah,diare,rinitis, ataksia, pruritis dan reaksi alergi (Gupta dan
Sana,2015).
Selain itu, pada dosis dan rute pemberian tersebut dapat meningkatkan kadar serum
cobalamin lebih tinggi karena dapat menghasilkan absorbsi mecobalamin yang
optimal dibandingkan dengan pemberian lain (oral) hal ini disebabkan karena injeksi
mecobalamin intramuskular dapat mencapai konsentrasi plasma puncak dalam satu
jam dibandingkan dengan dosis oral (3 jam) sehingga injeksi intramuscular dapat
menghasilkan efek yang lebih cepat (Sil et al,2018).
V. PARAMETER PEMANTAUAN
GD 2 PP : <
180
(Perkeni,2015)
Metformin Badan - GDS : < 200 Dispepsia dan diare - -
lemas (Perkeni,2015)
A1C : < 7%
dapat (53 mmol/mol)
teratasi
GDP : 80-130
GD 2 PP : <
180
(Perkeni,2015)
VI. KESIMPULAN
1. Masalah terkait obat (drug related problems) yang ditemukan pada kasus ini
diantaranya ADR kombinasi insulin, overdose metformin, ADR acryos (acarbose),
Indikasi tanpa terapi pada CKD, Terapi tidak diperlukan Inj.furosemide, terapi
overdose mecobalamin.
2. Rekomendasi terapi yang diusulkan diantaranya lantus 1 x 10 unit pagi hari,
metformin 500 mg 1 x sehari PO, mecobalamin 500 µg 3xseminggu IM dan valesco
(Valsartan) 80 mg 1 x sehari PO
3. Rencana materi edukasi yang akan diberikan antara lain :
Menekankan pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah
kandungan kalori terutama pada pasien yang menggunakan obat untuk
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri
Melakukan terapi nutrisi medis
Menggunakan obat DM dan obat lainnya pada keadaan khusus secara aman
dan teratur
Melakukan pemantauan glukosa darah secara rutin
Dianjurkan menggunakan alas kaki yang nyaman
Edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki
Membatasi asupan protein yaitu sebanyak 0.8g/kg BB per hari
Pasien dengan TD >120/80 mmHg dengan diabetes perlu adanya manajemen
gaya hidup yang terdiri dari penurunan BB bila kelebihan BB atau obesitas
(menargetkan berat badan ideal IMT 18,5-22,9 dengan lingkar pinggang <90
cm untuk laki-laki dan <80 cm untuk perempuan)
Mengurangi asupan natrium, asupan garam <50 mmol/hari
4. Rencana pemantauan terapi obat yang akan dilakukan adalah efektivitas terapi dan
monitoring ESO
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). 2020. Standards of Medical Care in Diabetes-2020.
The Journal of Clinical and Applied Research and Education. 43 (1) : S1-S212
Downie, P. 2012. Managing Hypertension in Diabetes: Updated NICE Guidance. Diabetes &
Primary Care. Vol. 14, No. 2.
Drugs.com.2020.Methylcobalamin Side Effects .https://www.drugs.com/sfx/methylcobalamin-
side-effects.html
Fatima,S., Noor,Sobia.2013. A Review on Effects of Metformin on Vitamin B12
Status.AJPCT.Vol.1,[8];652-660.
Gupta,J.K.,dan Sana,Q,S.2015. Potential Benefits of Methylcobalamin: A Review. Austin
Journal of Pharmacology and Therapeutics.Vol.3,issue.3;1-4.
HFHS. 2011. Chronic Kidney Disease. Clinical Practice Recommendations for Primary Care
Physicians and Healthcare Providers. Ed.6
KDIGO.2012. Clinical Practice Guideline for The Evaluation and Management of Chronik
Kidney Disease. Kidney International Supplements. 3 (1)
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kezerle,L., Shalev,L., & Barski,L. 2014. Treating The Elderly Diabetic Patient : Special
Considerations. Dovepress. 7 : 391-400
Khalil, H., Chambers, H., Khalil, V., & Ang, C. D.2016. Vitamin B for treating diabetic
peripheral neuropathy. Cochrane Database of Systematic Reviews.
Perkeni. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta :
Perkeni.
Pugh, D., Gallacher, P.J., and Dhaun, N. 2019. Management of Hypertension in Chronic
Kidney Disease. Drugs. 79: 365-379.
Siddiqui, N., Husain, A., Chaudhry, L., Alam, M.S., Mitra, M., & Bhasin, P.S. 2011.
Pharmalogical and Pharmaceutical Profile for Valsartan: A Review. Journal of
Applied Pharmaceutical Science. 01(04): 12-19.
Sil,A.,Kumar,H.,Mondal,R.D.,Anand,S.S.,Ghosal,A.,Datta,A.,Sawant,S.W.,Kadhe,G.,danRa
o,S.2018.A randomized, open labeled study comparing the serum levels of
cobalamin after three doses of 500 mcg vs. a single dose methylcobalamin of
1500 mcg in patients with peripheral neuropathy.Korean J Pain. 31(3): 183–190
Tocci, G., dan Volpe, M. 2011. End-Organ Protection in Patients with Hypertension: Focus
on The Role of Angiotensin Receptor Blockers on Renal Function. Drugs.
71(8): 1003-1017.
Zhang M, Han W, Hu S, Xu H. Methylcobalamin: a potential vitamin of pain killer. Neural
Plast. 2013;2013:424651. doi:10.1155/2013/424651