Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI II

DM, HIPERTENSI, DAN NEUROPATI DM

Disusun oleh:
1. Dilla Zulfah F (I1C017016)
2. Adinda Putri (I1C017032)
3. Ayu Sutiratna (I1C017066)
4. Fritzi Elian A (I1C017072)
5. Silfa Amorin Tyas (I1C017096)

Dosen Pembimbing Praktikum : Dewi Latifatul Ilma, M.Clin.Pharm., Apt.


Asisten Praktikum : Yosfian Junianto
Tanggal diskusi kelompok : 13 Mei 2020
Tanggal presentasi diskusi dosen : 3 Juni 2020
Jenis laporan : Utama

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. KASUS
Nama : Ny.S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 69 Tahun
BB :-
Tanggal MRS : 5/1/19
Keluhan utama : Badan lemas, kedua tangan dan kakai kesemutan, terasa tebal
dan berat jika dipakai berjalan
Riwayat penyakit : DM,HT
Riwayat obat : Valsartan 1 x 80 mg
Riyawat Lifestyle :-
Riwayat Alergi :-
Diagnosa : DM,HT,dan Neuropati DM
KRS :-

Terapi (Nama
No obat,
Aturan pakai 5/1 6/1 7/1 8/1 9/1 10/1
kekuatan)

1 √ √ √ √ √ √
Metformin
 3 x 500 mg PO
2 Acryos √ √ √ √ √ √
3 x 50 mg PO
3 Novorapid √ √ √
3 x 8 unit PO
4 Valesco √ √ √ √ √ √
1 x 80 mg PO
5 Mecobalamin √ √ √ √ √ √
3 x 500 mcg injeksi
6 Lantus √ √ √ √ √ √
1 x 10 unit malam
7 Furosemide √ √ √
2 x 20 mg injeksi

Tanda-Tanda Vital
Tanda- Nilai 5/1 6/1 7/1 8/1 9/1 10/1
Tanda Vital normal
TD 120/80
130/80 120/80 120/80 120/80 120/80 120/80
(mmHg) mmHg
Nadi 60-
(x/menit) 100x/meni 88 84 80 78 80 80
t
o
Suhu ( C) 35-36,5⁰C 36.5 36.6 36.3 36.5 36.6 36.5
Nafas 12-
18 20 18 18 18 18
(x/menit) 20x/menit

Data Laboratorium
Parameter Nilai normal 5/1 6/1 7/1 8/1 9/1 10/1
Hemoglobi 11.7-15.5 g/dL 14.9
n
Eritrosit 4.4-5.9x103/µL 4.83
Hematokrit 40-52% 43
Trombosit 150-450x103/ µL 180
Leukosit 3.6-11x103 / µL 5
Neutrofil 50-70% 65
Ureum 15-39 mg/dL 74 45
Kreatinin 0.6-1.3 mg/dL 1.1 1.11
GDS 348 268 262 265 277 221

II. ASSESMENT DRUG-RELATED PROBLEM


Problem S O Terapi A
Medik
DM Badan Nilai GDS - Metformin 3 x 1.DRP : ADR (Adverse drug
(Diabetes lemas tinggi yaitu 500 mg PO reaction)
Mellitus) 5/1 : 348 - Acryos 3 x 50 Pada kasus ini pasien
mg/dL mg PO mendapatkan terapi
6/1 : 268 - Novorapid 3 x kombinasi insulin basal
mg/dL 8 unit (lantus) dengan insulin
7/1 : 262 - Lantus 1 x 10 prandial (Novorapid)
mg/dL unit malam sedangkan berdasarkan
8/1 : 265 guideline ADA (2020) pasien
mg/dL geriatric dengan DM tipe 2
9/1 : 277 yang mendapatkan terapi
mg/dL kombinasi insulin basal
10/1:221 dengan insulin prandial dosis
mg/dL ≤ 10 unit direkomendasikan
untuk menggunakan insulin
basal pada pagi hari,
menghentikan penggunaan
insulin prandial dan
menambahkan agen non
insulin. Hal tersebut
dilakukan karena pasien
geriatric DM tipe 2 memiliki
resiko tinggi terjadi
hipoglikemia sehingga terapi
yang disarankan adalah terapi
dengan resiko rendah
hipoglikemia (ADA,2020)
2. DRP : Overdose
Pada kasus ini, pasien
mendapatkan terapi
metformin dengan dosis 500
mg 3 x sehari sedangkan
berdasarkan guideline ADA
(2020) dosis metformin yang
diberikan kepada pasien
geriatric DM tipe 2 dengan
nilai GFR ≥ 45 adalah 500
mg 1 x sehari sebagai dosis
awal dan dosis dapat
ditingkatkan setelah 2 minggu
penggunaan (ADA,2020)
3. DRP : ADR Adverse drug
reaction)
Berdasarkan guideline ADA
(2020) pasien geriatric DM
tipe 2 pada kasus ini
direkomendasikan untuk
menerima terapi insulin basal
dan metformin saja.
Selain itu, penggunaan acryos
(acarbose) dibatasi pada
pasien geriatric karena
menyebabkan efek samping
gastrointestinal yang dapat
memperburuk kormobiditas
pasien dan menghambat
kemampuan pasien untuk
mengelola diabetesnya
(Kezerle et al,2014)

CKD - - Kadar - DRP : Indikasi tanpa terapi


(Chronic ureum tinggi Pada kasus ini data
Kidney yaitu laboratorium menunjukkan
Disease) 5/1 : 74 bahwa pasien mengalami
mg/dL peningkatan kadar ureum
10/1 : 45 yaitu 74 mg/dL dan memiliki
mg/dL nilai GFR sebesar 51.79
- Nilai GFR : ml/min/1.73m2. Berdasarkan
51.79 guideline ADA (2020) pasien
ml/min/1.73 DM dengan nilai GFR 51.79
m2 ml/min/1.73m2 termasuk
klasifikasi CKD stage G3a
Hipertens - - 1. Valesco 1x80 DRP : Terapi tidak
i mg PO diperlukan
2. Inj.Furosemide Menurut ADA (2020), terapi
2x20 mg hipertensi pada pasien dengan
diabetes tanpa albuminuria
diawali dengan manajemen
gaya hidup dan menggunakan
1 agen terapi yaitu
ACEi/ARB/CCB/Diuretik.
Jika TD pasien belum
mencapai target dapat
ditambahkan terapi kombinasi
dengan ACEi atau
ARB/CCB/Diuretik. Pada
kasus ini, TD pasien telah
mencapai target (<140/90
mmHg) sehingga hanya perlu
diberikan monoterapi yaitu
ACEi/ARB/CCB/Diuretik.
ARB lebih efektif diberikan
karena memiliki efek
renoprotektif yang baik dan
merupakan terapi lini pertama
untuk mencegah
perkembangan nefropati pada
pasien hipertensi diabetes
(Tocci dan Volpe, 2011). Oleh
karena itu, Inj.Furosemide
(Diuretik) 2x20 mg
dihentikan dan hanya
diberikan monoterapi Valesco
yang berisi Valsartan 1x80 mg
PO.

Diabetes Kaki dan - DRP : overdose


neuropati tangan Mecobalamin Pasien sebelumnya
kesemuta 500 µg 3x sehari mendapatkan terapi
n dan secara injeksi mecobalamin 500 µg 3x
terasa sehari namun menurut Sil et
berat saat al (2018) mecobalamin
digerakan sebaiknya diberikan dengan
dosis 3x 500 µg setiap
minggu dengan rute
pemberian injeksi
intramuskular. Karena dosis
mecobalamin yang terlalu
tinggi akan menyebabkan
efek yang buruk berupa
pembekuan
darah,diare,rinitis, ataksia,
pruritis dan reaksi alergi
(Gupta dan Sana,2015).
Selain itu pemilihan rute
pemberian intramuskular
dikarenakan dapat
menghasilkan absorbsi
mecobalamin yang optimal
dibandingkan dengan
pemberian lain (oral) hal ini
disebabkan karena injeksi
mecobalamin intramuskular
dapat mencapai konsentrasi
plasma puncak dalam satu
jam dibandingkan dengan
dosis oral (3 jam) sehingga
injeksi intramuscular dapat
menghasilkan efek yang
lebih cepat (Sil et al,2018).

III. RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN


Masalah A P
Rekomendasi Edukasi
Medik
Terapi
DM 1.DRP : ADR (Adverse 1. Terapi insulin 1. Menekankan pentingnya
(Diabetes Drug Reaction) prandial keteraturan jadwal
Mellitus) Pada kasus ini pasien (Novorapid) makan, jenis, dan
mendapatkan terapi dihentikan dan jumlah kandungan
kombinasi insulin basal penggunaan kalori terutama pada
(lantus) dengan insulin insulin basal pasien yang
prandial (Novorapid) (lantus) 1 x 10 menggunakan obat
sedangkan berdasarkan unit diubah untuk meningkatkan
guideline ADA (2020) dari sebelum sekresi insulin atau
pasien geriatric dengan DM tidur (malam terapi insulin itu sendiri
tipe 2 yang mendapatkan hari) menjadi 2. Melakukan terapi nutrisi
terapi kombinasi insulin pagi hari medis dengan komposisi
basal dengan insulin makanan sebagai
prandial dosis ≤ 10 unit berikut:
direkomendasikan untuk - Karbohidrat (45-65%)
menggunakan insulin basal dan makan tiga kali
pada pagi hari, sehari dengan makanan
menghentikan penggunaan selingan seperti buah
insulin prandial dan atau makanan lain
menambahkan agen non sebagai kebutuhan
insulin. Hal tersebut kalori dalam sehari
dilakukan karena pasien - Lemak (20-25%)
geriatric DM tipe 2 - Natrium (<2300 mg
memiliki resiko tinggi perhari)
terjadi hipoglikemia - Serat (20-35
sehingga terapi yang gram/hari)
disarankan adalah terapi 3. Melakukan kegiatan dan
dengan resiko rendah latihan jasmani secara
hipoglikemia (ADA,2020) teratur
2. DRP : Overdose 2. Dosis
4. Menggunakan obat DM
Pada kasus ini, pasien metformin 500
dan obat lainnya pada
mendapatkan terapi mg 3 x sehari
keadaan khusus secara
metformin dengan dosis diturunkan
aman dan teratur
500 mg 3 x sehari menjadi 500 mg
5. Melakukan pemantauan
sedangkan berdasarkan 1 x sehari
glukosa darah secara
guideline ADA (2020)
rutin (Perkeni,2015)
dosis metformin yang
diberikan pada pasien
geriatric DM tipe 2 dengan
nilai GFR ≥ 45 adalah 500
mg 1 x sehari sebagai dosis
awal dan dosis dapat
ditingkatkan setelah 2
minggu penggunaan
(ADA,2020)
3. ADR Adverse drug 3.Terapi acryos
reaction) (acarbose)
Berdasarkan guideline dihentikan
ADA (2020) pasien
geriatric DM tipe 2 pada
kasus ini direkomendasikan
untuk menerima terapi
insulin basal dan metformin
saja. Selain itu, penggunaan
acryos (acarbose) dibatasi
pada pasien geriatric karena
menyebabkan efek samping
gastrointestinal yang dapat
memperburuk kormobiditas
pasien dan menghambat
kemampuan pasien untuk
mengelola diabetesnya
(Kezerle et al,2014)
CKD 1. DRP : Indikasi tanpa Terapi yang Terapi non farmakologi :
(Chronic terapi disarankan pada - Membatasi asupan
Kidney Pada kasus ini data pasien CKD stage protein yaitu
Disease) laboratorium G3a berdasarkan sebanyak 0.8g/kg
menunjukkan bahwa guideline ADA BB per hari
pasien mengalami (2020) adalah - Membatasi asupan
peningkatan kadar ureum mengoptimalkan natrium dan kalium
yaitu 74 mg/dL dan terapi sesuai dengan
memiliki nilai GFR pengendalian kondisi pasien
sebesar 51.79 glukosa darah dan (ADA,2020)
ml/min/1.73m2. tekanan darah - Menjaga berat
Berdasarkan guideline secara hati hati badan yang ideal
ADA (2020) pasien DM untuk (BMI yaitu 20-25)
dengan nilai GFR 51.79 memperlambat (KDIGO,2012)
ml/min/1.73m2 termasuk perkembangan
klasifikasi CKD stage CKD. Selain itu,
G3a perlu dilakukan
monitoring fungsi
ginjal minimal
satu kali dalam
setahun
(ADA,2020)
Hipertens DRP : Terapi tidak Inj.Furosemide -Terapi non-farmakologi:
i diperlukan (Diuretik) 2x20 Pasien dengan TD
Menurut ADA (2020), mg dihentikan >120/80 mmHg dengan
terapi hipertensi pada dan hanya diabetes perlu adanya
pasien dengan diabetes diberikan manajemen gaya hidup
tanpa albuminuria diawali monoterapi yang terdiri dari
dengan manajemen gaya Valesco yang penurunan BB bila
hidup dan menggunakan 1 berisi Valsartan kelebihan BB atau
agen terapi yaitu 1x80 mg PO obesitas (menargetkan
ACEi/ARB/CCB/Diuretik. berat badan ideal IMT
Jika TD pasien belum 18,5-22,9 dengan lingkar
mencapai target dapat pinggang <90 cm untuk
ditambahkan terapi laki-laki dan <80 cm
kombinasi dengan ACEi untuk perempuan),
atau ARB/CCB/Diuretik. mengikuti pola diet
Pada kasus ini, TD pasien DASH, mengurangi
telah mencapai target asupan natrium, asupan
(<140/90 mmHg) sehingga garam <50 mmol/hari,
hanya perlu diberikan meningkatkan asupan
monoterapi yaitu kalium, serta
ACEi/ARB/CCB/Diuretik. meningkatkan aktivitas
ARB lebih efektif diberikan fisik (olahraga teratur 30-
karena memiliki efek 60 menit/hari, min. 3
renoprotektif yang baik hari/minggu), melakukan
dan merupakan terapi lini terapi yang berkelanjutan,
pertama untuk mencegah serta konsultasi rutin
perkembangan nefropati (Pugh et al., 2019; ADA,
pada pasien hipertensi 2020).
diabetes (Tocci dan Volpe, - Pada penggunaan obat
2011). Oleh karena itu, golongan ARB harus
Inj.Furosemide (Diuretik) dilakukan monitoring
2x20 mg dihentikan dan serum kreatinin,
hanya diberikan monoterapi perkiraan laju GFR, dan
Valesco yang berisi kadar serum kalium
Valsartan 1x80 mg PO. setidaknya setiap tahun
karena pada pasien
dengan penurunan GFR
dapat meningkatkan
risiko terjadinya
hiperkalemia dan AKI
(ADA, 2020).
Diabetes DRP: overdose Diberikan Terapi - Lakukan kontrol
neuropati Pasien sebelumnya mecobalamin 500 glukosa secara
mendapatkan terapi µg 3x seminggu optimal
mecobalamin 500 µg 3x secara (ADA,2020)
sehari namun menurut Sil intramuskular (Sil - Dianjurkan
et al (2018) mecobalamin et al,2018). menggunakan alas
sebaiknya diberikan kaki yang nyaman
dengan dosis 3x 500 µg - edukasi perawatan
setiap minggu dengan kaki untuk
rute pemberian injeksi mengurangi risiko
intramuskular. Karena ulkus kaki
dosis mecobalamin yang (Perkeni,2015)
terlalu tinggi akan - perubahan gaya
menyebabkan efek yang hidup berupa diet
buruk berupa pembekuan dan olahraga
darah,diare,rinitis, (Kelsey dan
ataksia, pruritis dan Smith,2016).
reaksi alergi (Gupta dan
Sana,2015). Selain itu
pemilihan rute pemberian
intramuskular
dikarenakan dapat
menghasilkan absorbsi
mecobalamin yang
optimal dibandingkan
dengan pemberian lain
(oral) hal ini disebabkan
karena injeksi
mecobalamin
intramuskular dapat
mencapai konsentrasi
plasma puncak dalam
satu jam dibandingkan
dengan dosis oral (3 jam)
sehingga injeksi
intramuscular dapat
menghasilkan efek yang
lebih cepat (Sil et
al,2018).

IV. EVIDENCE-BASED MEDICINE


1. DM (Diabetes Mellitus)
Pada kasus ini pasien didiagnosa menderita DM tipe 2 yang ditandai dengan badan
lemas. Selain itu, data laboratorium juga menunjukkan adanya peningkatan GDS pada
hari pertama masuk rumah sakit yaitu 348 mg/dL dan sampai hari keenam di Rumah
Sakit, GDS pasien masih di atas normal yaitu 221 mg/dL. Pasien pada kasus ini termasuk
geriatric karena berusia >60 tahun yaitu pasien berusia 69 tahun (Kemenkes RI,2014).

Pada kasus ini pasien mendapatkan terapi kombinasi insulin basal (lantus 1x 10 unit
malam) dengan insulin prandial (novorapid 3 x 8 unit) sedangkan berdasarkan guideline
ADA (2020) apabila pasien geriatric dengan DM tipe 2 mendapatkan terapi kombinasi
insulin basal (long-or intermediate acting) dengan insulin prandial (shor-or-rapid acting)
direkomendasikan untuk mengubah waktu pemberian insulin basal dari sebelum tidur
(malam hari) menjadi pagi hari dan apabila insulin prandial yang sudah diberikan
dosisnya ≤ 10 unit maka direkomendasikan untuk menghentikan insulin prandial dan
menambahkan agen non insulin. Hal tersebut dilakukan karena pasien geriatric memiliki
resiko tinggi terjadi hipoglikemia sehingga terapi yang disarankan adalah terapi dengan
resiko rendah hipoglikemia. Dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini terjadi DRP
berupa ADR (Adverse Drug Reaction) karena terapi yang diberikan tidak sesuai dengan
kondisi pasien geriatric sehingga penggunaan terapi insulin basal (lantus) diubah
menjadi pagi hari serta diberikan agen non insulin berupa metformin dengan penghentian
terapi insulin prandial (Novorapid) (ADA,2020).

(ADA,2020)

Penggunaan agen non insulin berupa metformin lebih dipilih karena merupakan first
line terapi pada pasien geriatric dan aman digunakan pada pasien dengan nilai GFR ≥ 30
ml/min/1.73m2 (ADA,2020). Sebelumnya pada kasus ini pasien sudah mendapatkan
terapi metformin sehingga terapi metformin dapat dilanjutkan. Namun terdapat DRP
berupa overdosis karena pasien mendapatkan terapi metformin dengan dosis 500 mg 3 x
sehari sedangkan berdasarkan guideline ADA (2020) dosis metformin yang diberikan
kepada pasien geriatric DM tipe 2 dengan nilai GFR ≥ 45 adalah 500 mg 1 x sehari
sebagai dosis awal dan dosis dapat ditingkatkan setelah 2 minggu penggunaan. Oleh
karena itu, pada kasus ini dosis metformin diturunkan menjadi 500 mg 1 x sehari
(ADA,2020).
(ADA,2020)

Berdasarkan guideline ADA (2020) pasien geriatric DM tipe 2 pada kasus ini
direkomendasikan untuk menerima terapi insulin basal dan metformin saja, sehingga
terapi acryos (acarbose) dapat dihentikan. Menurut Kezerle et al (2014) acarbose
memiliki efektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan metformin dan penggunaan
acarbose dibatasi pada pasien geriatric karena menyebabkan efek samping
gastrointestinal yang dapat memperburuk kormobiditas pasien dan menghambat
kemampuan pasien untuk mengelola diabetesnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami DRP berupa ADR (Adverse Drug Reaction) (Kezerle et al,2014)

(Kezerle et al,2014)

2. CKD (Chronic Kidney Disease)


Pada kasus ini data laboratorium menunjukkan bahwa pasien mengalami
peningkatan kadar ureum yaitu 74 mg/dL dan memiliki nilai GFR sebesar 51.79
ml/min/1.73m2. Berdasarkan guideline ADA (2020) pasien DM dengan nilai GFR
51.79 ml/min/1.73m2 termasuk klasifikasi CKD stage G3a sehingga terdapat DRP
berupa indikasi tanpa terapi karena sebelumnya pada diagnosis pasien tidak terdapat
problem medik CKD. Terapi yang direkomendasikan pada pasien CKD stage G3a
berdasarkan guideline ADA (2020) adalah mengoptimalkan terapi pengendalian
glukosa darah dan tekanan darah secara hati hati untuk memperlambat perkembangan
CKD. Selain itu, perlu dilakukan monitoring fungsi ginjal minimal satu kali dalam
setahun (ADA,2020)
eGFR (ml/min/1.73m2) = 186 x (SCr)-1.154x(Age)-0.203
= 186 x 1.11-1.154 x 69-0.203x 0.742
= 51.79 ml/min/1.73m2
(HFHS,2011)

(ADA,2020)

(ADA,2020)
3. Hipertensi
(ADA, 2020)
Menurut ADA (2020), terapi hipertensi pada pasien dengan diabetes tanpa
albuminuria diawali dengan dengan manajemen gaya hidup serta menggunakan 1
agen terapi yaitu ACEi/ARB/CCB/Diuretik. Jika TD pasien belum mencapai target
dapat ditambahkan terapi kombinasi dengan ACEi atau ARB/CCB/Diuretik. Pada
kasus ini, TD pasien telah mencapai target (<140/90 mmHg) sehingga hanya perlu
diberikan monoterapi yaitu ACEi/ARB/CCB/Diuretik.

(ADA, 2020)
(Downie, 2012)
Pada pasien menunjukkan nilai ureum yang tinggi yaitu 74 mg/dL dan GFR di
bawah normal yaitu 51,79 ml/min/1,73m 2 yang menunjukkan pasien mengalami
kerusakan ginjal. ACEi atau ARB sangat direkomendasikan pada pasien hipertensi
diabetes dengan GFR <60 ml/min/1,73m2 (ADA, 2020). Selain itu, ACEi atau ARB
dipilih sebagai lini pertama karena memiliki efek renoprotektif yang baik (Downie,
2012).

(Tocci dan Volpe, 2011)

(Siddiqui et al., 2011)


Menurut Tocci dan Volpe (2011), ARB memberikan efek proteksi terhadap
renal yang baik dan merupakan terapi lini pertama untuk mencegah perkembangan
nefropati pada pasien hipertensi diabetes. Valsartan dari golongan ARB merupakan
pilihan yang tepat sebagai lini pertama pada pasien dengan hipertensi ringan hingga
sedang serta respon kemanjuran dari dosis yang diberikan dapat diprediksi sehingga
mudah dalam melakukan titrasi dosis dalam praktik klinis (Siddiqui et al., 2011).
Dengan begitu, terapi Valesco yang berisi Valsartan 1x80 mg sudah efektif untuk
diberikan kepada pasien dan dapat dilanjutkan sedangkan Inj. Furosemide 2x20 mg
dihentikan.

4. Diabetes Neuropati
Pada kasus ini, Ny.S memiliki keluhan seperti kedua tangan dan kaki
kesemutan,terasa tebal dan berat jika dipakai berjalan. Berdasarkan keluhan tersebut
diabetes neuropati yang dimiliki pasien termasuk diabetes neuropati perifer (Khalil
et al,2016). Penggunaan mecobalamin pada pasien sudah tepat karena mecobalamin
berfungsi untuk meningkatkan kecepatan konduksi saraf,mempromosikan regenerasi
saraf yang cedera, memulihkan fungsi neuromuskuler pada hiperalgesia perifer dan
allodynia,dan juga berfungsi menghambat pelepasan spontan ektopik dari neuron
sensorik primer perifer. Sebagai vitamin, mecobalamin merupakan kandidat
potensial untuk perawatan diabetes neuropati dengan keamanan yang baik (Zhang et
al,2013)

Selain itu juga karena pasien sebelumnya sudah menggunakan obat antidiabetik oral
yaitu metformin dimana penggunaan metformin pada pasien geriatri beresiko tinggi
mengalami defisiensi vitamin b12 sehingga membutuhkan suplemen (Fatima et
al,2013)

Namun pada kasus ini terdapat terapi overdose dimana mecobalamin diberikan 3x
sehari 500 µg sedangkan menurut Sil et al (2018) mecobalamin diberikan dengan
dosis 3x 500 µg setiap minggu dengan rute pemberian injeksi intramuskular. Karena
dosis mecobalamin yang terlalu tinggi akan menyebabkan efek yang buruk berupa
pembekuan darah,diare,rinitis, ataksia, pruritis dan reaksi alergi (Gupta dan
Sana,2015).
Selain itu, pada dosis dan rute pemberian tersebut dapat meningkatkan kadar serum
cobalamin lebih tinggi karena dapat menghasilkan absorbsi mecobalamin yang
optimal dibandingkan dengan pemberian lain (oral) hal ini disebabkan karena injeksi
mecobalamin intramuskular dapat mencapai konsentrasi plasma puncak dalam satu
jam dibandingkan dengan dosis oral (3 jam) sehingga injeksi intramuscular dapat
menghasilkan efek yang lebih cepat (Sil et al,2018).

V. PARAMETER PEMANTAUAN

Obat Efektivitas ESO

klinis TTV Lab Klinis TTV Lab


Badan - GDS : < 200 Reaksi alergi - -
lemas terhadap insulin
A1C : < 7% (53
dapat (Perkeni,2015)
mmol/mol)
teratasi
Lantus GDP : 80-130

GD 2 PP : <
180

(Perkeni,2015)
Metformin Badan - GDS : < 200 Dispepsia dan diare - -
lemas (Perkeni,2015)
A1C : < 7%
dapat (53 mmol/mol)
teratasi
GDP : 80-130

GD 2 PP : <
180

(Perkeni,2015)

Kesemutan -  Serum vitamin Mual,diare,sakit - -


teratasi B12 300 -350 kepala
pg / mL (Drugs.com,2020).
Mecobalamin
 Homocystein
e <15 μmol

Valesco Tekanan TD - Hiperkalemia dan - -


(Valsartan) darah <140/90 AKI (ADA, 2020)
kembali mmHg
normal (ADA,
2020)

VI. KESIMPULAN
1. Masalah terkait obat (drug related problems) yang ditemukan pada kasus ini
diantaranya ADR kombinasi insulin, overdose metformin, ADR acryos (acarbose),
Indikasi tanpa terapi pada CKD, Terapi tidak diperlukan Inj.furosemide, terapi
overdose mecobalamin.
2. Rekomendasi terapi yang diusulkan diantaranya lantus 1 x 10 unit pagi hari,
metformin 500 mg 1 x sehari PO, mecobalamin 500 µg 3xseminggu IM dan valesco
(Valsartan) 80 mg 1 x sehari PO
3. Rencana materi edukasi yang akan diberikan antara lain :
 Menekankan pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah
kandungan kalori terutama pada pasien yang menggunakan obat untuk
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri
 Melakukan terapi nutrisi medis
 Menggunakan obat DM dan obat lainnya pada keadaan khusus secara aman
dan teratur
 Melakukan pemantauan glukosa darah secara rutin
 Dianjurkan menggunakan alas kaki yang nyaman
 Edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki
 Membatasi asupan protein yaitu sebanyak 0.8g/kg BB per hari
 Pasien dengan TD >120/80 mmHg dengan diabetes perlu adanya manajemen
gaya hidup yang terdiri dari penurunan BB bila kelebihan BB atau obesitas
(menargetkan berat badan ideal IMT 18,5-22,9 dengan lingkar pinggang <90
cm untuk laki-laki dan <80 cm untuk perempuan)
 Mengurangi asupan natrium, asupan garam <50 mmol/hari

4. Rencana pemantauan terapi obat yang akan dilakukan adalah efektivitas terapi dan
monitoring ESO

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). 2020. Standards of Medical Care in Diabetes-2020.
The Journal of Clinical and Applied Research and Education. 43 (1) : S1-S212
Downie, P. 2012. Managing Hypertension in Diabetes: Updated NICE Guidance. Diabetes &
Primary Care. Vol. 14, No. 2.
Drugs.com.2020.Methylcobalamin Side Effects .https://www.drugs.com/sfx/methylcobalamin-
side-effects.html
Fatima,S., Noor,Sobia.2013. A Review on Effects of Metformin on Vitamin B12
Status.AJPCT.Vol.1,[8];652-660.
Gupta,J.K.,dan Sana,Q,S.2015. Potential Benefits of Methylcobalamin: A Review. Austin
Journal of Pharmacology and Therapeutics.Vol.3,issue.3;1-4.
HFHS. 2011. Chronic Kidney Disease. Clinical Practice Recommendations for Primary Care
Physicians and Healthcare Providers. Ed.6

KDIGO.2012. Clinical Practice Guideline for The Evaluation and Management of Chronik
Kidney Disease. Kidney International Supplements. 3 (1)

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kezerle,L., Shalev,L., & Barski,L. 2014. Treating The Elderly Diabetic Patient : Special
Considerations. Dovepress. 7 : 391-400

Kelsey Juster-Switlyk,K,J.,and Smith,G,A.2016. Updates in diabetic peripheral


neuropathy.F1000Research.738;1-7.

Khalil, H., Chambers, H., Khalil, V., & Ang, C. D.2016. Vitamin B for treating diabetic
peripheral neuropathy. Cochrane Database of Systematic Reviews. 

Perkeni. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta :
Perkeni.

Pugh, D., Gallacher, P.J., and Dhaun, N. 2019. Management of Hypertension in Chronic
Kidney Disease. Drugs. 79: 365-379.

Siddiqui, N., Husain, A., Chaudhry, L., Alam, M.S., Mitra, M., & Bhasin, P.S. 2011.
Pharmalogical and Pharmaceutical Profile for Valsartan: A Review. Journal of
Applied Pharmaceutical Science. 01(04): 12-19.

Sil,A.,Kumar,H.,Mondal,R.D.,Anand,S.S.,Ghosal,A.,Datta,A.,Sawant,S.W.,Kadhe,G.,danRa
o,S.2018.A randomized, open labeled study comparing the serum levels of
cobalamin after three doses of 500 mcg vs. a single dose methylcobalamin of
1500 mcg in patients with peripheral neuropathy.Korean J Pain. 31(3): 183–190

Tocci, G., dan Volpe, M. 2011. End-Organ Protection in Patients with Hypertension: Focus
on The Role of Angiotensin Receptor Blockers on Renal Function. Drugs.
71(8): 1003-1017.
Zhang M, Han W, Hu S, Xu H. Methylcobalamin: a potential vitamin of pain killer. Neural
Plast. 2013;2013:424651. doi:10.1155/2013/424651

Anda mungkin juga menyukai