Disusun Oleh :
Nim : 1801011074
Kelas : 3G
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat nya lah saya bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Agonis
Kolinergik ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah farmakologi II semester ganjil. Adapun topik yang dibahas dalam
tersajinya makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan kami, sehingga penulis sangat
Penulis
i
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
serta terdiri terutama dari jaringan saraf (Sloane, 2003). Sistem saraf merupakan
salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon perubahan yg
terjadi di dalam dan diluar tubuh atau lingkungan. Sistem saraf juga bertanggung
jawab sebagai sistem persepsi, perilaku dan daya ingat, serta merangsang
tingkah laku individu (Batticaca, 2008). Menurut anatomi sistem saraf terbagi
menjadi 2 bagian yaitu sistem saraf pusat ( SSP ) dan sistem saraf tepi. (
Ramadhan, 2016 ). Sistem saraf pusat memiliki peranan dalam mengatur berbagai
2009).
dari berbagai daerah pada sistem saraf pusat meliputi korteks serebral yang
waktu dari aktivitas motorik untuk menghasilkan efek yang cepat dari satu
jaringan otot menuju jaringan otot lainnya, serta ganglia basal yang membantu
1
(Guyton dan Hall, 2006). Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang
menghubungkan otak dengan dunia luar. Terdapat dua bagian utama dari sistem
saraf tepi yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonomik. (Syaifuddin,
2011). Telah disebutkan diatas, sistem saraf otonom dibagi menjadi dua yaitu
sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Pada saraf simpatik, sel
dengan reseptor adrenergik pada sel organ efektor maka sistem saraf simpatik juga
dinamakan dengan sistem saraf adrenergik. Di lain pihak, sel syaraf postganglion
sistem syaraf simpatik juga dinamakan dengan sistem saraf kolinergik. (Nugroho,
2012 ).
Penggolongan obat sistem saraf otonom mengacu pada dua sistem syaraf
adalah apakah golongan obat tersebut memacu atau menghambat kedua saraf
penggolongan utama daro obat – obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom
Oabat yang memicu yang disebut dengan kolinergik dapat meicu saraf
2
yang memicu saraf dari parasimpatik disebut dengan parasimpatomimetik ( agonis
Saraf simpatik adalah bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung
serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra ganglion adalah saraf yang
menuju ganglion dan serabut yang keluar dari ganglion disebut post
kerjanya antara lain yaitu menurunkan tekanan denyut nadi, relaksasi bronkiolus,
dialisis pupil mata, relaksasi uterus, meningkatkan gula darah. Saraf simpatim
Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan atau
medula obongata dan dari sakum yang merupakan saraf preganglion dan post
ganglion, sistem saraf ini disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral karena
saraf praganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral, fungsi dari saraf
kerja antara lain meningkatkan tekanan darah, meningkatka denyut nadi, kontriksi
tonus otot. Pada penekanan parasimpatis memiliki kerja sama ( Nisa, 2015).
3
1.2 Perumusan Masalah
adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu
Agonis Kolinergik serta bagaimana mekanisme kerja dari agonis kolinergik juga
untuk mengetahui klasifikasi dari agonis kolinergik beserta klasifikasi dari obat
agonis kolinergik serta efek kerja dari obatnya, indikasi dan dosis dari obat
Agonis Kolinergik.
segala bentuk informasi dari beberapa artikel atau referensi yang terdapat dalam
berbagai jurnal mengenai Agonis Kolinergik dan juga dari beberapa buku yang
dikemukakan oleh berbagai penulis yang masih berkaitan dengan topik makalah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
timbulah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur. Efek
memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (Hcl), juga
kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya
kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin, dilatasi pembuluh
Agonis Kolinergik ialah obat yang memicu atau meningkatkan aktivasi syaraf
yaitu asetikolin. Saraf perifer yang menghasilkan asetikolin adalah ujung sel
5
syaraf prostaglandin parasimpatik, ujung sel syaraf preganglion otonom dan ujung
sel syaraf somatik. Sehingga munculah istilahnya yang disebut juga dengan
dikarenakan beberapa hal yang perlu diketahui bahwa reseptor asetilkolin ada dua
reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik terdapat pada sel organ
efektor syaraf kolinergik yaitu sel perietel lambung, otot jantung, otot polos
saluran pencernaan, demikian pada sistem saraf adrenergik dijumpai berbeda yaitu
muskarinik pada sel kelenjar keringat sedangkan reseptor nikotin terdapat pada
postganglion), pada neuromuscular junction sistem syaraf somatik dan pada sel
Target aksi utama obat golongan ini adalah ada dua yaitu reseptor asetikolin
kolinesterese oleh karena itu obat agonis kolinergik dibagi menjadi dua
berdasarkan target aksinya antara lain agonis kolinergik langsung dan agonis
( Nugroho, 2012 ).
6
2.2 Klasifikasi Agonis Kolinergik.
yaitu :
a. Reseptor muskarinik
muskarin, yaitu suatu alkaloid yang terdapat pada jamur beracun. Reseptor
muskarinik ini menunjukkan afinitas yang lemah terhadap nikotin. Hasil studi-
studi ikatan (binding study) dan dengan memberikan penghambat tertentu, telah
dapat ditemukan beberapa subtype reseptor muskarinik yaitu M1, M2, M3, M4, dan
M5. Reseptor muskarinik dapat ditemukan dalam ganglia Sistem saraf efektor dan
organ efektor otonom seperti, jantung, otot polos, otak, dan kelenjar eksokrin.
Kelima reseptor M tersebut terdapat dalam neuron, dan juga ditemukan reseptor
M1 dalam didalam sel parietal lambung, reseptor M2 didalam otot jantung dan otot
polos, serta reseptor M3 di dalam kelenjar eksokrin dan otot polos. Reseptor
namun dalam dosis tinggi muskarinik dapat pula memacu reseptor nikotinik.
Selanjutnya kation ini akan berinteraksi atau memacu ion menghambat enzim-
7
Sebaliknya, aktivasi reseptor subtype M2 pada otot-otot jantung memacu
analisi respon sel dan jaringan periofer dan SSP. Efek dua agonis muskarinik yang
berbeda, betanikol dan McN-A343 pada tonus springfer esofagus bagian bawah
( sel efektor ) ( Goyal dan Rattan, 1978). Dasar selektivitas ini belum jelas karena
tidak ada bukti yang mendukung bahwa agonis membedakan berbagai subtipe
tersendiri subtipe reseptor muskarinik sebagai contoh pada daerah otak dan pada
populasi sel otot polos yang berbeda. Reseptor pusat yang berubah terhadap
menonjol dalam fenotip M1, M2, dan M4, reseptor M3 mempunyai lesi perifer
yang lebih jelas antara lain perubahan salivasi, kontriksi pupi, dan kontaksi
8
b. Reseptor Nikotinik
reseptor ini dapat menembus kation seperti natrium, kalium, dan kalsium. Ada dua
jenis tipe reseptor nikotinik yaitu N1 dan N2, reseptor N1 adalah reseptor tipe
atas kontaksi dan relaksai otot sedangkan reseptor N2 adalah reseptor tipe neuron
yang ditemukan dalam sinapsis antar neuron mereka terlibat dalam fungsi
2012 ).
Selain mengikat ACh, reseptor ini dapat mengenal nikotin , dan afinitasnya
lemah terhadap muskarin. Pada tahap awal, nikotin memang memacu reseptor
nikotinik, namun setelah itu nikotin akan menyekat reseptor nikotinik sendiri.
Reseptor nikotinik terdapat dalam SSP, medulla adrenal, ganglion otonom, dan
9
2.3 Mekanisme Kerja Agonis Kolinergik.
lain:
Beberapa hal yang perlu diingat kembali bahwa reseptor asetilkolin ada dua
efektor syaraf kolinergik misalnya sel parietal lambungm otot jantung, otot polos,
reseptor nikotinik terdapat pada semua ganglia syaraf otonom (pertemuan syaraf
somatic, dan pada sel kromafin medulla adrenal. Target aksi utama obat golongan
ini adalah dua yaitu Resptor asetilkolin postsinaptik dan enzim asetikolinesterase
atau sering dinamakan kolinesterase. Oleh karena itu, obat agonis kolinergik
dibagi menjadi dua berdasarkan target aksinya Agonis kolinergik langsung dan
10
Obat Agonis Kolinergik biasa bekerja secara langsung maupun tidak
langsung terikat dan mengaktivasi reseptor muskarinik atau nikotinik. Obat yang
acetic acid. Obat-obat ini efeknya sebagai penguat dari acetylcholine endogen dan
parasimpatomimetik yang bekerja secara tidak langsung karena enzim ini tidak
punya peran penting pada kerja acetylcholine secara fisiologis di akhir sinaps.
kolinergik nikotinik, sel – sel ini juga diketahui bersifat kolinoseptif bahwa semua
cabang neuron melepaskan zat transmiter yang samsa dan dalam hal ini
neuronal selanjutnya telah direplikasi pada banyak sel SSP sel ranshaw spinal
11
2.4 Klasifikasi Obat Agonis Kolinergik
aksinya yaitu :
Obat ini mempunyai aksi secara langsung pada reseptor asetikolin ( muskarinik
atau nikotinik ). Oleh karena itu agonis kolinergik dibedakan menjadi agonis
i. Agonis Muskarinik
mirip dengan asetikolin. Konsekuensinya obat golongan ester ini juga dapat
tahan terhadap enzim pendegradasi asetilkolin esterase karenanya efek obat dapat
lama dan selektivitas kerjannya, kerja dari metilkolin lebih lama karena
dihidrolisis oleh AchE dengan laju yang jauh lebih lambat daripada asetilkolin
dan hampir seluruhnya resisten terhadap hidrolisis oleh kolinerase nonseptik atau
dan kerja muskarinik yang dominan. Kerja muscarinik tersebut paling nyata pada
sistem kardiavascular.
12
ii. Karbacol dan Betanakol
hidrolisis oleh AchE atau kolisterase nonspesifik oleh karena itu waktu paruhnya
pada ganglia autonom, kemungkinan baik kerja perifer meupun kerja ganglion
karbokol disebabkan sebagian oleh pelepasan AchE endogen dari ujung serabut
kolinergik pada ventrikel, Ach yang dilepaskan dari stimulansi vagus atau
jauh lebih kecil dibandingkan yang teramati pada atrium. Pada manusia dan
negativ meskipunjauh lebih kecil dibandingkan yang teramati pada atrium pada
Obat golongan alkaloid merupakan senyawa yang tidak mirip dengan asetikolin
dan merupakan senyawa golongan alkaloid yang diisolasi dari tanaman. Obat
berarti obat muskarinik obat golongan ester yang strukturnya mirip dengan
13
sementara obat golongan ester hampir mempunyai spesivitas yang relatif tinggi
struktur kimia dari ketiga senyawa obat tersebut, setelah ditambah gugus metil
Efek samping obat agonis muskarinik adalah dapat peningkatan sekresi keringat,
Obat pada golongan ini selain strukturnya yang tidak mirip dengan asetikolin,
maka obat golongan ini tidak dapat dimetabolisme oleh enzim asetilkolinerase
salah satu contohnya yaitu pilokaprin obat ini hanya mempunyai spesifitas pada
reseptor asetikolin muskarinik yang terdapat merbagai jenis tipe nya antara lain:
reseptor M1 yang bekerja pada sistem saraf pusat, sistem saraf perifer dan juga sel
parietal lambung, reseptor M2 yang bekerja pada organ jantung, reseptor M3 yang
bekerja dan berefek eksitatori otot polos sistem pencernaan, mata, pembuluh
darah dan kelenjar endoktrin, maka obat tersebut mengikuti efek samping dari
14
ii. Agonis Nikotinik
lain nikotin, lobelin, epibatidin. Nikotin dan labelin merupakan senyawa alkaloid
yang terkandung berturut-turut dalam daun tembakau dan tanaman lobelia inflata,
katak beracun. Nikotin dan lobelin digunakan untukm membantu pasien dalam
ACh menjadi asetat dan kolin) sehingga ACh menumpuk ditempat reseptor ACh.
ester. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah ambenonium, edrofonium
masa kerja yang sangat lama, dan membentuk kompleks yang sangat stabil
15
Mekanisme Kerja:Obat-obat antikolinesterase meningkatkan kadar dan efek
ach pada tempat reseptor dalam SSP atau ganglia otonomik, pada sel-sel efektor
di viscera, dan pada motor end plate. Bergantung pada tempat kerja, dosis obat,
dan masa kerjanya, obat-obat ini dapat memberikan efek stimulasi atau efek
mata berupa penglihatan kabur, penurunan akomodasi, miosis; pada kulit akan
keluar banyak keringat; pada saluran cerna akan terjadi peningkatan salvias,
kembung, mual, muntah, kram usus dan diare.Efek brokontriksi: nafas terasa
c. Inhibitor Kolinesterase
Enzim ini berfungsi menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asetat sedangkan
pada hati. Enzim ini berfungsi mirip dengan AchE namun subsitratnya adalah
butirilk senyawa sintesik yang tidak dijumpai pada tubuh, enzim tersebut dapat
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim kolinesterase pada celah sinaptik.
16
Enzim kolinesterase ada dua tipe yaitu : asetilkolinesterase dan
a. Inhibitor Reversible
Obat golongan ini bersifat larut dalam air, beraksi menghambat engan
kompetisi dengan asetilkolin pada sisi anionik pada enzim AchE. Interaksi ini
utamanya maupun efek samping obat golongan ini sama dengan obat golongan
asetikolin pada celah sinaptik. Disamping itu obat ini juga mempunyai efek
reseptor pada nikotinik termasuk pada neuromuscalar junction. Obat glongan ini
pada penyakit tersebut bila penderita diberikan edroponium maka dengan cepat
17
Fisostigmin adalah suatu alkaloid yang merupakan amin tersier obat ini
kolinergik diseluruh tubuh, kerja dari fiostigmin sangat luas karena mampu
bisa sampai 2-4 jam. Obat ini meningkatkan gerakan usus dan kandung kemih
teteskan pada mata maka obat ini berfungsi untuk mengobati glukoma
( Nugroho, 2012).
obat ini lebih polar dan oleh sebab itu ditad dapat masuk ke dalam SSP.efeknya
lebih kuat terhadap otot rangka dibandingkan dengan fiostigmin dan dapat
memacu kontraktivitas sebelum terjadi kelumpuha, masa kerja obat ini sedang
biasa 2-4 jam, obat ini digunakan untuk memacu kandung kemih dan saluran
simtomatik pada miastenia gravis, suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh
antibodi terhadap reseptor nikotinik yang terikat pada reseptor asetilkolin dari
18
salivasi, muka merah dan panas, menurunkan tekanan darah, nyeri, mual, dan
pengobatan jangka panjang miastenia gravism massa kerjanya 3-6 jam dari
b. Inhibitor irreversiblel
ini adalah dyflos, ecitiofat, isoflofat, malation, paration, yang digunakan dalam
bentuk gas sebagai insektisida. Senyawa ini bersifat larut dalam lipid sehingga bis
menembus membran sel termasuk barier darah orak maupun kulit. Keracunan
19
Kelemahannya obat ini tidak mengobati penyebabnya yaitu penghambatan
kolinsterase yang tak terbalikkan oleh karen itu atropin ini nbersifat inrealiative
atau meredakan gejalannya aja. Cara yang lain menghidrolisis kompleks enzim
kolinesterases dengan inhibitor irreversible. Obat ini berinteraksi dengan sisi aktif
enzim AchE yang bersifat tak terbalik dan biasanya senyawa golongan ini bersifat
larut dalam lipid sehingga dapat menembus barrier darah otak, obat ini bereaksi
asetikolinerase maka enzim ini tidak aktif senhingga tidak dapat memecah
yang dapat digunakan adalah pralidoksin obat ini bereaksi dengan menarik kuat
inhibitor irreversible darisisi aktif enzim agar enzim tersebut aktif kembali, tapi
pada waktu yang cepat karena dalam waktu beberapa jam setelah keracunan
enzim menjadi tidak aktif secara permanen dan restorasi ( pemulihan kembali )
secara perlahan satu gugus isopropilnya kehilangan satu gugus alkali yang sering
disebut penuaan menjadi sulit sekali bagi reaktivator kimia seperti pradiloksin
20
2.5 Efek Obat, Indikasi, Dosis Obat Agonis Kolinergik
Banyak sediaan obat dalam iso yang bersifat agonis kolinergik antara lain :
Indikasi : terapi saluran kemih seperti pada pasien dengan idiopati atau
paraplegia.
frekuensi berkemih dan keingionan untuk berkemih pada pasien dengan sindrom
Efek asmping : mulut kering, konstipasi, mual, muntah, dipepsia, nyeri perut,
penglihatan kabur, mata kering, rasa lelah, edema pada tungkai bawah, kekeringan
21
c. Urispas ( Flavoksat hidroklorida )
Indikasi : mengurangi gejala akubat ggn sel kemih, urgensi, nokturia, nyeri
prostatistis, uretritis.
Kontraindikasi : penderita dengan obstruksi duodenal atau filorik, luka pada usus,
bawah .
Efek samping : mual, muntah, mulut kering, gelisah, fertigo, sakit kepala,
d. Uroksal
e. Batugin
Inidkasi : sakit pinggang dan kolik terutama karena batu ginjal dan batu
kemih
22
f. Nephrolit
g. Afitor
Indikasi : membantu meredakan pegal linu, sakit otot pinggang dan encok
Dosis : 1 X 2, 2 kapsul
Efek samping : napsu makan menurun, mual, muntah, diare dan gastrointernal
i. Mytelase
myasthenia gravis serta untuk mengobati kelemaha otot karena penyakit cacat
sambungan neuromuskuler.
j. Neostigmine
Efek samping : gatal-gatal, kesulitan bernafas, edema, keram perut, detak jantung
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolinergik ialah obat yang memicu atau meningkatkan aktivasi syaraf kolinergik.
yaitu asetikolin. Target aksi utama obat golongan ini adalah ada dua yaitu reseptor
kolinesterese oleh karena itu obat agonis kolinergik dibagi menjadi dua
berdasarkan target aksinya antara lain agonis kolinergik langsung dan agonis
reseptor muskarinik yaitu M1, M2, M3, M4, dan M5. Reseptor muskarinik
dapat ditemukan dalam ganglia Sistem saraf efektor dan organ efektor otonom
seperti, jantung, otot polos, otak, dan kelenjar eksokrin. Reseptor nikotonik yaitu
relaksai otot sedangkan reseptor N2 adalah reseptor tipe neuron yang ditemukan
dalam sinapsis antar neuron mereka terlibat dalam fungsi kognitif, memori,
24
Mekanisme Kerja:Obat-obat antikolinesterase meningkatkan kadar dan efek
ach pada tempat reseptor dalam SSP atau ganglia otonomik, pada sel-sel efektor
di viscera, dan pada motor end plate. Bergantung pada tempat kerja, dosis obat,
dan masa kerjanya, obat-obat ini dapat memberikan efek stimulasi atau efek
alkaloid yang senyawanya tidak mirip dengan aselkolin contohnya yaitu aekolin,
3.2 Saran
Sebagaimana yang telah kita ketahui dan kita bahas mengenai agonis
atau meningkatkan SSP maka dari itu berhati – hatilah kita dalam mengkonsumsi
obat – obatan agonis kolinergik yang sangat berbahaya bila dikonsumsi secara
berlebihan atau overdosis maka akan menyebabkan hal yang fatal seperti
kematian.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Sukohar, Asep. 2014. “ Farmakologi asetikolin “. Press Universitas Lampung :
lampung .
Riyanto, Asep. 2017. “kolinergik dan adrenergi
“.http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-TinjPus4.pdf. 10 November
2019.
Setiawati, Gustina. 2013. “ ketergantungan Nikotin “.http://e-
journal.usd.ac.id/index.php/JFSK/article/download/98/86. 10 November
2019.
27