Oleh :
NIM. I1021141063
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
DAFTAR ISI
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
Melanin merupakan zat yang memberikan warna coklat atau coklat kehitaman
pada kulit. Pembentukan melanin akan lebih cepat apabila enzim tirosinase bekerja
aktif dengan dipicu oleh sinar ultraviolet. Pembentukan melanin dapat dihambat dengan
beberapa cara, diantaranya menurunkan sintesis tirosinase, menurunkan transfer
tirosinase dan menghambat aktivitas tirosinase. Maka untuk mengurangi efek
hiperpigmentasi dibutuhkan zat aktif yang berguna sebagai inhibitor tirosinase.
Menurut Erwin (2006) dalam Supriyanti (2009), senyawa yang menjadi inhibitor
tirosinase adalah senyawa golongan flavonoid yang biasanya banyak terdapat pada
tumbuhan(7).
Biji kakao (Theobroma cacao) mengandung senyawa flavonoid seperti katekin,
prosianidin, dan antosianidin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan(8). Dreosti
(2000) melaporkan bahwa 60% dari total fenolik pada biji kakao mentah adalah
monomer flavanol (epikatekhin dan katekhin) dan oligomer procyanidin (dimer hingga
decamer). Komponen senyawa ini dilaporkan menjadi kandidat yang berpotensi
sebagai perlawanan terhadap radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. Lee et al (2003)
dalam Erniati (2007:6) mengungkapkan bahwa kandungan polifenol total dalam kakao
lebih tinggi dibandingkan dalam anggur maupun teh. Antioksidan dapat menghambat
reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif
sehingga dapat menghambat kerusakan sel(9).
Senyawa bioaktif yang didapat dari ekstrak kulit batang nangka berupa senyawa
polifenol yang berperan sebagai agen depigmentasi (10). Senyawa yang dimaksud yaitu
artocaponone yang berkerja sebagai agen inhibisi tirosin-tirosinase dengan inhibisi
reversible dan bersifat inhibisi kompetitif.(11) Ekstrak kulit batang nangka akan dibuat
menjadi suatu sediaan kosmetik yang digunakan sebagai pemutih
Berdasarkan uraian diatas maka dibuatlah sedian masker gel ekstrak biji kakao
dan ekstrak batang nangka. Karena mengingat kebutuhan akan kosmetik semakin
meningkat dan para konsumen ingin kembali yang namanya back to nature . Dibuat
dalam bentuk gel agar dalam penggunaannya lebih nyaman dengan tekstur gel yang
unik.
I.3. Tujuan
a. Pembuatan masker gel dari ekstrak biji kakao dan ektrak batang nangka sebagai
antioksidan dan pemutih alami dalam skala industri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
antioksidan pada biji kakao lebih tinggi bila dibandingkan dengan anggur, teh hijau,
dan teh hitam (Lee, Kim, Lee,& Lee, 2003). Arts et al, melaporkan bahwa kakao
mengandung katekhin (kelompok senyawa flavan-3-ol) pada konsentrasi rata-rata
0,535 mg/g atau 4 kali lipat dari kandungan pada teh (139 mg/L). Menurut penelitian
yang dilakukan Wan. et al (2001) bahwa flavonoid menghambat oksidasi LDL dan
mengurangi tendensi trombotik secara in vitro. Hasil dari studi Ruzaidi et al,
menunjukkan bahwa ekstrak polifenol kakao memiliki potensial sebagai
hypoglycaemic agent.
II.1.1 Polifenol Kakao
Polifenol memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam
molekulnya (Gambar 2.3). Zat ini juga dikenal dengan nama soluble tanin, merupakan
metabolit sekunder yang terdapat dalam daun, biji dan buah dari tumbuhan tingkat
tinggi (16) dan bersifat antioksidan kuat. Polifenol kakao terutama adalah monomer dan
oligomer dari flavan-3-ol sebagai komponen dasar. Mereka juga mengklasifikasikan
polifenol kakao dalam tiga kelompok yaitu katekin (flavan-3-ols) 37%, antosianin 4%
dan proantosianidin 58% (17).
Gambar 2.2 Struktur kimia senyawa polifenol yang umum terdapat dalam kakao(16)
Tabel 2.1 Konstituen polifenol dalam Biji Kakao (17)
6
Melanin ialah suatu pigmen yang dibiosintesis dari asam amino tirosin. Melanin
tersebar secara luas di permukaan tubuh, antara lain di retina, otak, dan medulus
adrenal. Pigmen ini berperan penting dalam pembentukan warna kulit. Warna coklat
sampai kehitaman pada kulit disebabkan oleh jumlah melanin yang bervariasi. Proses
pembentukan melanin atau pigmen pada kulit manusia terjadi dengan bantuan
biokatalis (enzim) dan sinar ultraviolet yang terdapat dalam sinar matahari. Enzim
tirosinase atau fenol oksidase merupakan biokatalis utama yang terlibat dalam
biosintesis melanin (10). Proses kimia pembentukan senyawa melanin dapat dilihat pada
Gambar 2.6. Pigmen melanin yang diproduksi melalui proses fisiologis yang disebut
melanogenesis, memegang peranan yang sangat penting dalam melindungi kulit
terhadap fotokarsinogenesis. Tirosinase atau fenol oksidase adalah enzim utama yang
terlibat dalam biosintesis melanin(10).
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan ialah alat-alat gelas, pengayak mess 20, blender,
cawan penguap, erlenmeyer, kapas, penangas air, penggaris, rotary evaporator,
termometer, timbangan analitik, sarung tangan, masker, oven, pisau, aluminium foil,
kertas saring, pinset, label, pH meter, viskometer, water bath, rangkaian alat refluks
dan baskom.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan ialah biji kakao (Theobroma cacao L), PVA
(Polyvinil Alcohol), HPMC, gliserin, metil paraben, proopil paraben, aquades, etanol
96%, etanol PA, aseton dan n-heksan.
Penyaringan tahap kedua menggunakan kertas saring (kertas Wattman no. 52),
sehingga diperoleh maserat dan ditampung dalam wadah penampungan dan terhindar
dari cahaya matahri langsung. Maserasi dilakukan sampai warna maserat yang
diperoleh jernih atau mendekati jernih. Seluruh maserat yang diperoleh dipekatkan
dengan vacum rotary evaporator pada suhu 45oC sehingga diperoleh ektrak kental
etanol 96%.
III.4.2 Ekstraksi Kulita Batang Nangka
Serbuk kulit batang nangka ditimbang 1 kg kemudian di lakukan maserasi2x24
jam dengan pelarut methanol. Kemudian ekstrak di saring dengan corong Buchner
kemudian filtrari dengan rotary evaporator untuk menghasilkan ekstrak kental
methanol. Untuk memperoleh fraksi aseton, ekstrak kental methanol diekstraksi dengan
aseton 2 kali. Larutan aseton yang diperoleh di rotary evaporator hinggal diperoleh
ekstrak kental.
III.4.3 Formulasi Sediaan
Formula masker wajah gel dari PVA, HPMC, gliserin, metil paraben, propil
paraben, ekstrak etanol 96% etanol 96% biji kakao (Thebroma kakao L.) dan akuades.
Pembuatan sediaan masker wajah gel dimulai mengembangkan secara terpisah PVA
dan HPMC dalam akuades panas dengan pengadukan yang konstan hingga
mengembang. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam akuades panas.
Kemudian HPMC yang telah mengembang, gliserin dan campuran pengawet
dimasukkan secara berturut-turut ke dalam PVA yang telah mengembang kemudian
diaduk hingga homogen. Setelah itu ditambahkan ekstrak yang sebelumnya telah
dilarutkan dalam akuades sedikit demi sedikit, lalu diaduk hingga homogen (49).
12
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Scale Up
IV.1.1 Bahan
Sedian masker dibuat menjadi 10.000 tiap batch dimana setiap sedian volume 10ml,
sehingga bahan yang digunakan
Bahan Skala Laboratorium Skala Industri
Ekstrak biji kakao 1% 1000 ml = 1 L
Ekstrak kulit batang 2% 2000 ml = 2 L
nangka
PVA 10% 10.000 ml = 10 L
HPMC 2% 2000 ml == 2 L
Gliserin 12% 12.000 ml = 12 L
Metil paraben 0,1% 100 ml = 0,01 L
Propil paraben 0,05% 5 ml =0,005 L
Aqua Add 10ml Add 100.000 ml
IV.1.2 Kemasan
Kemasan Primer Masker gel dikemas dengan plastic aluminium dengan setiap
sachet @10ml, lalu dikemas sekunder dengan kotak kecil setiap kotak terdapat 10
sachet.
IV.2 Evaluasi Sedian Fisik Masker Gel
a. Pengujian Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menempatkan sejumlah sampel dalam
viskometer Brookfield DV-E. Ukuran spindel dan kecepatan putaran yang akan
digunakan diatur, dan selanjutnya alat dinyalakan, dan viskositas dari masker wajah gel
akan terbaca (50).
b. Pengujian Daya Sebar
Sebanyak 1 gram sediaan gel diletakkan dengan hati-hati di atas kaca berukuran
20 x 20 cm. Selanjutnya ditutupi dengan kaca yang lain dan digunakan pemberat
diatasnya hingga bobot mencapai 125 gram dan diukur diameternya setelah 1 menit (51).
c. Pengujian Waktu Sediaan Mengering
13
DAFTAR PUSTAKA
25. Supriyanti, F.M T. Isolasi dan identifikasi kandungan kimia dari daun dan kulit
batang tanaman Artocarpus heterophyllus., Laporan Penelitian Proyek
Pembinaan & Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, FPMIPA UPI
Bandung; 1996.
26. Rostamailis. Penggunaan Kosmetik Dasar Kecantikan dan Berbusana yang
sehat. Jakarta : PT Rineka Cipta; 2005.
27. Lieberman, Rieger, Banker. Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System,
vol 2, New York: Marcel Dekker Inc; 1989. 495-498.