Anda di halaman 1dari 4

Delapan (8) Bintang Farmasi (The Eight Star Pharmacists)

by: apotecreative14-usu

Apoteker atau Farmasis bisa dikatakan manusia yang super kompleks dalam mempelajari
berbagai disiplin ilmu. Mengapa demikian?

Berikut penjelasannya. Awalnya dari OBAT.


Jika mengkaji obat, membutuhkan proses yang sangat panjang hingga menjadi sebuah
sediaan obat yang bisa digunakan oleh pasien yang sakit.

Mari kita lihat dari awal.


Obat bisa diperoleh dari tumbuhan, hewan, maupun dari sintesa murni dari bahan kimia.
Untuk penemuan awal ini saja sudah membutuhkan paling tidak tiga disiplin ilmu dasar.

Setelah bahan berkhasiat ditemukan, tidak mungkin bahan obat tersebut langsung diberikan
pada pasien. Misal diazepam 2 mg, diberikan tanpa diformulasi terlebih dahulu?? Bayangkan
saja sedikitnya 2 mg itu. Jadi, tahap selanjutnya yaitu harus dilakukan formulasi yang sesuai
dengan sifat fisika kimia bahan obat tersebut agar stabil dalam penyimpanannya. Selain,
pertimbangan sifat fisikakimia, keberterimaan pada manusia formulasi yang dibuat juga harus
dipertimbangkan. Misal, formulasi sirup dengan gula yang tinggi seharusnya tidak boleh
diperuntukkan untuk bayi-bayi neoatus. Jadi apoteker itu harus bisa menguasai ilmu
kimiafisika, fisiologi, dan psikologi.

Sediaan sudah jadi berarti hadirlah sebuah produk yang harus dipasarkan. Produk obat bukan
sembarang produk, kesalahan dalam penyimpanan saja sediaan obat bisa jadi tidak
berkhasiat. Sistem pemasarannya juga tidak bisa sama dengan produk lainnya, apalagi misal
dibuat MLM, wah, bisa jadi obat ini akan jatuh kepada tangan orang-orang yang salah (bukan
berkualifikasi, berkompetensi, dan bersertifikasi) dalam bidang hal kelola obat ini. Jadi,
apoteker tersebut harus mampu menguasai ilmu pemasaran dan strategi bisnis, agar produk
yang dibuat tepat sasaran dan bermanfaat.

Terakhir adalah penyerahan obat pada pasien. Disini apoteker akan berperan sebagai tenaga
kesehatan. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, serta berhadapan langsung
dengan pasien. Disini apoteker harus mampu berkomunikasi dengan baik, serta mampu
bekerja dalam tim.

Begitulah kira-kira gambaran umum pekerjaan-pekerjaan seorang apoteker. Dan, ini tidak
bersifat statis, namun dinamis seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi.

Merujuk pada WHO, dalam praktik profesi, seorang apoteker tersebut ada nilai-nilai minimal
yang harus dimiliki seorang apoteker yang disebut dengan Delapan (8) Bintang Farmasi,
yaitu:

1. Seorang Pemberi Asuhan (a caregiver)


Apoteker merupakan orang yang dipercaya ahli dalam masalah obat harus
memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dengan cara memberikan informasi,
edukasi, dan suatu anjuran pada individual maupun populasi mengenai obat serta
penggunannya.
2. Seorang Komunikator (a communicator)
Setiap apoteker harus mampu menggunakan media dan teknologi informasi agar dapat
berkomunikasi secara tertulis, serta verbal maupun nonverbal pada pasien maupun
tenaga kesehatan lainnya.
3. Seorang Pembuat Keputusan (a decision maker)
Seorang apoteker harus mampu memanfaatkan prinsip ilmiah, berfikir analisis, jelas,
kritis dalam memecahkan sebuah masalah dan mengambil keputusan dalam praktik
sehari-hari maupun yang terkait dengan riset.
4. Seorang Pemimpin (a leader)
seorang farmasis harus punya jiwa kepemimpinan yang kuat, baik memimpin diri
sendiri, atau orang lain dan tanggung jawab dalam semua hal yang menyangkut
kesejahteraan pasien dan masyarakat.
5. Seorang Pembelajar Sepanjang Hidup (a life-long learner)
Setiap apoteker harus memiliki konsep dan prinsip serta komintmen untuk belajar
sepanjang hayat. Seorang farmasis harus belajar bagaimana menjaga ilmu
pengetahuan dan keterampilan mereka tetap up to date untuk meingkatkan
profesionalitas praktik dalam masyarakat.
6. Seorang Pengelola Usaha (a manager-entrepreneur)
Seorang apoteker harus efektif dan kreatif dalam mengelola sumber daya dan
informasi untuk mengoptimalkan asuhan pada pasien. Apaoteker juga harus dapat
mendelegasikan tugas-tugas kepada orang lain.
7. Seorang Guru (a teacher)
Setiap lulusan apoteker bertanggungjawab membantu pendidikan dan training
generasi selanjutnya, sehingga apoteker muda memperoleh pengetahuan baru
sehingga ada peningkatan keahlian.
8. Seorang yang Berperan dalam Tim (a team-player)
Seorang apoteker harus memiliki rasa kesatuan dengan kolega. Memiliki identitas
profesional dan bekerja dengan konsisten pada prinsip nilai etika yang tinggi.

Pharmacist atau apoteker adalah sebuah profesi yang menyangkut kehidupan orang banyak
dalam hal kesehatan. Kesehatan adalah hal yang sangat vital bagi kehidupan seseorang. Oleh
karena itu, seorang apoteker harus mempunyai sifat-sifat dan nilai-nilai tertentu dalam
pelaksanaan tugasnya. Hal itu sangat diperlukan agar tercipta suasana yang dikehendaki.
Karena seorang apoteker memang harus profesional (iya tak? :) ).
Pharmacist atau apoteker mempunyai delapan (8) bintang, yaitu Teacher, Leader, Decision
Maker, Communicator, Life long learner, Care giver, Manager dan Research

Teacher
Tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga memberi peluang pada
praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan menyesuaikan ketrampilan yang telah
dimilikinya.

Leader
apoteker yang memegang peranan sebagai pemimpin harus mempunyai visi dan kemampuan
memimpin (tanggung jawab untuk menjadi pemimpin dalam semua hal yang menyangkut
kesejahteraan pasien dan masyarakat).
Decision Maker
apoteker bekerja berpondasikan kecocokan, kemanjuran, aman dan harga yang efektif serta
memainkan peran dalam penyusunan kebijaksanaan obat-obatan.

Communicator
menjelaskan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat
serta berpengetahuan dan percaya diri ketika berinteraksi dengan tenaga kesehatan.

Long life learner


apoteker harus belajar bagaimana menjaga ilmu pengetahuan dan ketrampilan mereka tetap
up to date.

Care giver
mampu menjelaskan gaya hidup sehat, simptom penyakit serta pelayanannya harus dengan
mutu yang tinggi.

Manager
apoteker harus dapat mengelola sumber daya (SDM, fisik dan keuangan) dan informasi
secara efektif serta tanggung jawab yang lebih besar untuk bertukar informasi tentang obat
dan produk yang berhubungan dengan obat serta kualitasnya.

Researcher
apoteker harus dapat menggunakan sesuatu berdasarkan bukti (ilmiah, praktek farmasi,
sistem kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat pada pengguna obat secara
rasional dalam tim tim pelayanan kesehatan. Dengan berbagai pengalaman apoteker, dapat
juga berkontribusi pada bukti dasar dengan tujuan mengoptimalkan dampak dan perawatan
pasien

Sebagai seorang farmasis, ternyata ada nilai-nilai yang harus kita penuhi. Agar bisa jadi
seorang farmasis sejati yang bisa memberikan kontribusi terbaik kita dalam pekerjaan,
bermasyarakat, atau bahkan bernegara. Semoga delapan bintang farmasi tersebut dapat
terpenuhi oleh semua apoteker sehingga dapat menjedi seorang profesional seperti yang
diharapkan.

8 star Farmasi

Untuk bisa efektif sebagai anggota tim kesehatan, apoteker butuh ketrampilan dan sikap
untuk melakukan fungsi-fungsi yang berbeda-beda. Konsep the seven-star pharmacist
diperkenalkan oleh WHO dan diambil oleh FIP pada tahun 2000 sebagai kebijaksanaan
tentang praktek pendidikan farmasi yang baik ( Good Pharmacy Education Practice )
meliputi sikap apoteker sebagai : pemberi pelayanan (care-giver), pembuat keputusan
(decision-maker) , communicator, manager, pembelajaran jangka panjang (life-long
learner), guru ( teacher ) dan pemimpin (leader). Pada buku pegangan ini penerbit
menambahkan satu fungsi lagi yaitu sebagai researcher ( peneliti ).
a. Care- giver.
Dalam memberikan pelayanan mereka harus memandang pekerjaan mereka sebagai bagian
dan terintegrasi dengan sistem pelayanan kesehatan dan profesi lainnya . Pelayanannya harus
dengan mutu yang tinggi.
b. Decision- maker
Penggunaan sumber daya yang tepat , bermanfaat , aman dan tepat guna seperti SDM, obat-
obatan, bahan kimia, perlengkapan, prosedur dan pelayanan harus merupakan dasar kerja dari
apoteker. Pada tingkat lokal dan nasional apoteker memainkan peran dalam penyusunan
kebijaksanaan obat-obatan. Pencapaian tujuan ini memerlukan kemampuan untuk
mengevaluasi, menyintesa informasi dan data serta memutuskan kegiatan yang paling tepat.
c. Communicator
Apoteker adalah merupakan posisi ideal untuk mendukung hubungan antara dokter dan
pasien dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat. Dia
harus memiliki ilmu pengetahuan dan rasa percaya diri dalam berintegrasi dengan profesi lain
dan masyarakat. Komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal ( langsung ) non verbal ,
mendengarkan dan kemampuan menulis.
d. Manager.
Apoteker harus dapat mengelola sumber daya ( SDM, fisik dan keuangan ) , dan informasi
secara efektif . Mereka juga harus senang dipimpin oleh orang lainnya , apakah pegawai atau
pimpinan tim kesehatan. Lebih-lebih lagi teknologi informasi akan merupakan tantangan
ketika apoteker melaksanakan tanggung jawab yang lebih besar untuk bertukar informasi
tentang obat dan produk yang berhubungan dengan obat serta kualitasnya.
e. Life-long learner
Adalah tak mungkin memperoleh semua ilmu pengetahuan di sekolah farmasi dan masih
dibutuhkan pengalaman seorang apoteker dalam karir yang lama. Konsep-konsep, prinsip-
prinsip , komitmen untuk pembelajaran jangka panjang harus dimulai disamping yang
diperoleh di sekolah dan selama bekerja. Apoteker harus belajar bagaimana menjaga ilmu
pengetahuan dan ketrampilan mereka tetap up to date.
f. Teacher
Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk membantu pendidikan dan pelatihan generasi
berikutnya dan masyarakat.. Sumbangan sebagai guru tidak hanya membagi ilmu
pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga memberi peluang pada praktisi lainnya untuk
memperoleh pengetahuan dan menyesuaikan ketrampilan yang telah dimilikinya.
g. Leader
Dalam situasi pelayanan multi disiplin atau dalam wilayah dimana pemberi pelayanan
kesehatan lainnya ada dalam jumlah yang sedikit, apoteker diberi tanggung jawab untuk
menjadi pemimpin dalan semua hal yang menyangkut kesejahteraan pasien dan masyarakat.
Kepemimpinan apoteker melibatkan rasa empati dan kemampuan membuat keputusan ,
berkomunikasi dan memimpin secara efektif. Seseorang apoteker yang memegang peranan
sebagai pemimpin harus mempunyai visi dan kemampuan memimpin.
h. Researcher
Apoteker harus dapat menggunakan sesuatu yang berdasarkan bukti ( ilmiah , praktek farmasi
, sistem kesehatan ) yang efektif dalam memberikan nasehat pada pengguna obat secara
rasional dalam tim pelayanan kesehatan.. Dengan berbagi pengalaman apoteker dapat juga
berkontribusi pada bukti dasar dengan tujuan mengoptimalkan dampak dan perawatan
pasien.. Sebagai peneliti , apoteker dapat meningkatkan akses dan informasi yang
berhubungan dengan obat pada masyarakat dan tenaga profesi kesehatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai