Anda di halaman 1dari 15

“TUGAS FITOTERAPI”

Nama : Muhammad Irsal Makkarennu


STB : 150 2016 0015
Kelas : C10

SKRINING FITOKIMIA

1. Tanin
a. Definisi
Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang tersebar luas dalam tumbuhan,
dan pada beberapa tanaman terdapat terutama dalam jaringan kayu seperti
kulit batang, dan jaringan lain, yaitu daun dan buah.
b. Struktur Kimia

c. Sifat Fisika-Kimia
1. Sifat Kimia
1) Tanin larut sangat baik dalam air dan akan meningkat dengan penambahan
suhu sehingga tanin dapat di ekstrak dengan air panas.tanin juga larut
dalam pelarut organic seperti alcohol, gliserol, aseton, dan pelarut organik
lainnya. Tetapi tanin tidak dapat larut dalam eter, petroleum eter, kloroform
dan benzene.
2) Kelarutan tanin dalam air dengan perbandingan 1:1 dan kelarutan dalam
alcohol dengan perbandingan 1:8.
3) Tanin memliki gugus fenol dan bersifat koloid dalam air (asam lemah) dan
alkohol.
4) Tanin merupakan komposisi kompleks dalam bentuk campuran polifenol
yang sulit disusun sehingga tidak mudah mengkristal.
5) Tanin membuat kompleks berwarna spesifik jika direaksikan dengan ion-ion
logam seperti Pb, Cu, Fe dan Sn. Dapat digunakan dalam Pb-asetat atau
Cu-asetat.
6) Tanin dapat dihidrolisis oleh asam, basa, dan enzim.
7) Tanin phloroglucinol bila dipanaskan sampai suhu 101O C.
8) Tanin mengendap dengan gelatin, alkaloid, albumin dan protein-protein
lainnya. saya. Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan
bersenyawa dengan protein tersebut, serta tidak diperlukan oleh enzim
protiolitik.
9) lkatan kimia yang mengandung protein atau polimer lainnya terdiri dari
ikatan hidrogen, ikatan ianik dan ikatan kovalen.
10) Senyawa astrigensia, antiseptik, dan pemberi warna erurai menjadi
pyrogallol, pyrocatechol, dan fenol dari tanin yang dimiliki aksi.
2. Sifat Fisika
1) Berwarna putih kekuning-kuningan sampai cokelat kemerah-merahan
tergantung dari sumbernya.
2) Mempunyai berat badan yang tinggi mudah dioksidasi menjadi polimer.
Hal ini yang menyebabkan tanin akan menjadi masalah hitam yang dapat
dibantah yang langsung atau dibiarkan di udara dan terbuka dengan solusi
alkali yang mampu mengoksidasi oksigen.
3) Scbahagian tanin besar tidak berbentuk (amorf) tidak dapat dikristalkan,
dan tidak memiliki titik leleh.
4) Berbau khas, ringan, memberikan rasa astrigensia atau sepat (zat yang
menciutkan).
5) Dalam air akan terbentuk koloid, diselesaikan airnya diuapkan maka akan
tinggal bubuk yang berwarna merah kecokelatan.
6) Memiliki sifat bakteriostatik, fungistatik dan penawar racun
d. Identifikasi
1. Uji Tanin dengan NaCl 10%
Sebanyak 1 × 105 µg ekstrak metanol dimasukkan ke dalam 10 × 10 3 µL
akuades panas kemudian didinginkan. Setelah itu ditambahkan 5 tetes NaCl
10% dan disaring. Filtrat dibagi 2 bagian A dan B. Filtrat A digunakan sebagai
blangko, ke dalam filtrat B ditambahkan garam gelatin. Endapan putih
menunjukkan hasil positif uji tanin.
2. Uji Tanin dengan FeCl3
Uji tanin dilakukan terhadap ekstrak nheksana, ekstrak kloroform, ekstrak
aseton dan ekstrak air. Masing-masing ekstrak dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan direaksikan dengan larutan FeCl 1 %, jika ekstrak mengandung tanin
akan terbentuk warna hijau kehitaman atau biru tua. Ekstrak ditambahkan
dengan larutan gelatin, jika terbentuk endapan putih maka positif mengandung
tanin.
2. Dioksiantrakuinon
a. Definisi
Antrakuinon merupakan golongan dari senyawa glikosida termasuk turunan
kuinon. Glikosida antrakinon ini aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena
yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9
dan C10) atau hanya C9 (antron) dan C9 ada gugus hidroksil (antranol). Adapun
dan jaringan lain, yaitu daun dan buah.
b. Struktur Kimia

c. Sifat Fisika-Kimia
a. Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampai
merah sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk
identifikasi digunakan reaksi Borntraeger.
b. Semua antrakinon memberikan warna reaksi yang khas dengan reaksi
Borntraeger jika Amonia ditambahkan: larutan berubah menjadi merah
untuk antrakinon dan kuning untuk antron dan diantron. Antron adalah
bentuk kurang teroksigenasi dari antrakinon, sedangkan diantron terbentuk
dari 2 unit antron.
c. Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat (rein) dapat diekstraksi
dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil
reduksi antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat bebas di alam atau
sebagai glikosida.
d. Antron bewarna kuning pucat, tidak menunjukkan fluoresensi dan tidak larut
dalam alkali, sedangkan isomernya, yaitu antranol bewarna kuning
kecoklatan dan dengan alkali membentuk larutan berpendar
(berfluoresensi) kuat.
e. Oksantron merupakan zat antara (intermediate) antara antrakinon dan
antranol. Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn, yaitu dengan
menambahkan hidrogen peroksida akan menujukkan reaksi positif.
Senyawa ini terdapat dalam Frangulae cortex.
f. Diantron adalah senyawa dimer tunggal atau campuran dari molekul
antron, hasil oksidasi antron (misalnya larutan dalam aseton yang diaerasi
dengan udara). Diantron merupakan aglikon penting dalam Cassia, Rheum,
dan Rhamnus; dalam golongan ini misalnya senidin, aglikon senosida.
Reidin A, B, dan C yang terdapat dalam sena dan kelembak merupakan
heterodiantron.
d. Identifikasi
Reaksi Warna
- Uji Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 mlair suling, saring, lalu filtrat
diekstraksi dengan 3 ml toluena dalam corong pisah. Ekstraksi dilakukan
sebanyak dua kali. Kemudian fase toluene dikumpulkan dan dibagi menjadi dua
bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB. Larutan VA sebagai blanko. Larutan
VB ditambah ammonia dan dikocok. Warna merah menunjukkan adanya
senyawa antrakinon.
- Uji Modifikasi Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 1 ml KOH 5N dan 1 ml
H2SO4encer. Dipanaskan dan disaring, filtrat ditambah asam asetat glasial,
kemudiandiekstraksi dengan toluena. Fase toluena diambil dan dibagi menjadi
dua sebagailarutan VIA dan VIB. Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB
ditambah ammonia.Warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis
menunjukkan adanya antrakinon.
3. Alkaloid
a. Definisi
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organic yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan, bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai system lingkar
eterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero atomnya.
b. Struktur Kimia

c. Sifat Fisika-Kimia
1. Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan
dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil,
maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat
basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin
lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang
berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka
ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan
alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam.
2. Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih
dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat
berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa
(tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan
kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti;
nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang
kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan
betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut
dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid
larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
d. Identifikasi
a. Ditambahkan 1 tetes pereaksi Mayer, adanya alkaloid ditandai dengan
terbentuknya endapan putih.
b. Ditambahkan 1 tetes pereaksi dragendorf dan terbentuknya endapan jingga
menandakan adanya alkaloid.
c. Ditambahkan 1 tetes pereaksi Wagner dan terbentuknya endapan berwarna
coklat menandakan adanya alkaloid.
4. Fenol
a. Definisi
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk
pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus
hidroksil. Fenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa
tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya.
b. Struktur Kimia

c. Sifat Fisika-Kimia
1. Sifat Kimia
1. Fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton yang jumlah atom
C-nya sama, karena gugus OH-nya terikat pada suatu atom C yang tidak
mengikat atom H lagi. Jadi fenol dapat dipersamakan dengan alkanol
tersier.
2. Jika direaksikan dengan H2SO4 pekat tidak membentuk ester melainkan
membentuk asam fenolsulfonat (o atau p)
3. Dengan HNO3 pekat dihasilkan nitrofenol dan pada nitrasi selanjutnya
terbentuk 2,4,6 trinitrofenol atau asam pikrat.
4. Larutan fenol dalam air bersifat sebagai asam lemah jadi mengion.
Karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan membentuk garam
fenolat
2. Sifat Fisika
1. Fenol murni berbentuk Kristal yang tak berwarna, sangat berbau dan
mempunyai sifat-sifat antiseptik
2. Agak larut dalam air dan sebaliknya sedikit air dapat juga larut dalam fenol
cair. Karena bobot molekul air itu rendah dan turun titik beku molal dari
fenol itu tinggi, yaitu 7,5 maka campuran fenol dengan 5-6% air telah
terbentuk cair pada temperature biasa. Larutan fenol dalam air disebut air
karbol atau asam karbol.
d. Identifikasi
- Uji Iodoform
Prinsip dalam uji iodoform adalah etanol dan alkohol sekunder dimana atom
C yang mengikat gugus OH juga dapat mengikat gugus ―CH3. Bila
ditambahkan I2 dan NaOH akan dapat memberikan endapan CHI3 yang
berwarna kuning dengan bau yang karakteristik.
- Uji Besi (III) Klorida
Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gugus fenolik dalam suatu
senyawa, uji ini menunjukkan hasil yang positif hanya pada fenol, hal ini
disebabkan karena pengaruh dari cincin benzene pada struktur molekulnya.
Sehingga uji ini dapat digunakan untuk membedakan alkohol dengan fenol.
Karena alkohol tidak memberikan hasil yang positif pada uji ini. Oksidasi dari
fenol sederhana menghasilkan campuran kompleks.
5. Steroid
a. Definisi
Steroid merupakan senyawa yang struktur kimianya mengandung cincin atau
lingkar siklopentanoperhidrofenantrena. Lingkar siklopentanoperhidrofenantrena
merupakan kombinasi antara lingkar siklopentana dan lingkar perhidrofenantrena
(fenantrena jenuh). Jadi, struktur kimia steroid memiliki empat buah lingkar.
Keempat lingkar diberi petunjuk dengan huruf besar A, B, C, dan D. Atom-atom
karbon dalam struktur kimia steroid diberi nomor yang dimulai dari lingkar A
menuju ke lingkar D.
b. Struktur Kimia
c. Sifat Fisika-Kimia
a. Sifat-sifat steroid, seperti senyawa organik lainnya, pada dasarnya harus
dipandang sebagai reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya.
b. Misalnya, gugus 3β-hidroksil menunjukkan semua sifat dari alkohol
sekunder, tak ubahnya seperti ditunjukkan oleh 2-propanol.
c. Bentuk geometri dari molekul steroid, sifat gugus 3β-hidroksil sedikit
berbeda dengan sifat dari gugus hidroksil yang terikat pada posisi lain.
d. Begitu pula karena faktor geometri molekul, gugus 3β-hidroksil
memperlihatkan sifat yang sedikit berbeda dengan 3α-hidroksil.
e. Misalnya, gugus 3β-hidroksil lebih sukar mengalami dehidrasi dibandingkan
denqan gugus 3α-hidroksil, walaupun prinsip dari reaksi yang terjadi adalah
sama.
f. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai struktur dari steroid, jika dikuasai
dengan baik, dapat memberikan petunjuk tentang sifat-sifat serta jenis
reaksi yang dapat dilakukannya.
d. Identifikasi
Adanya steroid dalam daun rimbang dapat diketahui dengan cara sebagai
berikut: 10 gram sampel dari daun rimbang dihaluskan selanjutnya dimaserasi
dengan metanol kemudian disaring, filtratnya diuji dengan pereaksi Lieberman
Burchard diatas plat tetes. Kedalam plat tetes dimasukkan ekstrak metanol
kemudian 5 tetes asam asetat anhidrida lalu diaduk, setelah kering
ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat, jika terbentuk warna hijau-biru berarti
sampel positif mengandung steroid.
6. Saponin
a. Definisi
Saponin adalah jenis glikosida yang mengandung gula (glukosa, galaktosa,
pentose, atau metilpentosa) dan sterol atau triterpenoid yang terdapat pada
berbagai tanaman banyak ditemukan pada tumbuhan. Saponin dapat ditemukan
di sebagian besar sayuran, kacang, dan rempah-rempah. Sumber saponin yang
paling dikenal adalah kacang polong, kacang kedelai, dan beberapa tanaman
dengan nama yang menunjukkan sifat berbusa seperti sabun. Sifat deterjen
saponin telah menyebabkan penggunaannya dalam shampoo, pembersih wajah,
dan krim kosmetik .
b. Struktur Kimia

c. Sifat Fisika-Kimia
a. Mempunyai rasa yang pahit.
b. Dalam larutan air membentuk buih stabil.
c. Merupakan racun yang sangat kuat untuk ikan, amfibi dan hewan predator.
d. Dalam pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk banyak keperluan,
misalnya dipakai untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri
pakaian, kosmetik, membuat obatobatan, dan dipakai sebagai obat
tradisional.
e. Dapat menghemolisis darah sehingga berbahaya apabila disuntikkan ke
dalam aliran darah dalam tubuh karena saponin mampu berinteraksi dengan
ikatan sterol membran sel darah merah dengan membebaskan hemoglobin
dari sel darah merah yang akan meningkatkan permeabilitas membran
plasma sehingga merusak sel-sel darah merah.
f. Beracun bagi binatang berdarah dingin tetapi tidak beracun bagi manusia
karena tidak diadsorpsi dari saluran pencernaan. Daya racun saponin akan
hilang dengan sendirinya dalam waktu 2-3 hari dalam air dan akan berkurang
daya racunnya jika digunakan pada larutan berkadar garam rendah.
g. Tahan terhadap pemanasan.
d. Identifikasi
1. Uji skrining fitokimia
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik
(jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, diencerkan 1 ml sediaan yang
diperiksa dengan 10 ml air dan dikocok kuat-kuat selama 10 menit). Reaksi
positif jika terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit,
setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N
buih tidak hilang.
2. Uji warna
Sampel sekitar 500 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisikan kloroform 10 ml, dipanaskan selama 5 menit dengan penangas air
sambil dikocok. Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liberman
Bouchardat (LB). Jika terbentuk cincin coklat atau violet maka menunjukkan
adanya saponin triterpen, sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan
adanya saponin steroid.
7. Flavonoid
a. Definisi
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol alam dan suatu golongan
metabolilt sekunder yang tersebar merata di dalam tumbuhan. Flavonoid
mempunyai kerangka dasar yang terdiri dari 15 atom C, 2 cincin benzene (C6)
terikat pada suatu rantai propan (C3) yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga, sehingga membentuk suatu konfigurasi C6-C3-C6. Flavonoid
adalah suatu golongan metabolit sekunder yang tersebar merata dalam dunia
tumbuh-tumbuhan, termasuk salah satu golongan fenol alam terbesar. Dalam
tumbuhan terdapat sebagai campuran dan jarang ditemukan sebagai flavonoid
tunggal. Terikat pada gula sebagai suatu senyawa glikosida dan aglikon flavonoid
dalam bentuk aglikosida.
b. Struktur Kimia

c. Sifat Fisika-Kimia
Flavonoid umumnya bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar seperti air,
etanol, methanol, butanol, aseton, dimetil sulfoksida dan lain – lainnya. Adanya
gula yang terikat pada inti flavonoid menyebabkan flavonoid glikosida lebih
mudah larut dalam air sehingga campuran pelarut organic diatas dengan air
merupakan pelarut yang baik untuk glikosida.
d. Identifikasi
Sampel dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan FeCl3 lalu
ditambahkan HCl, jika terbentuk warna merah keunguan berarti menunjukan
adanya flavanoid.
8. Minyak Atsiri
a. Definisi
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai
karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya
b. Struktur Kimia
c. Sifat Fisika-Kimia
1. Sifat Kimia
1. Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam
organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa
terdapat secara alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk
menentukan kualitas minyak.
2. Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan
bahwa minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis
diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode
kukus secara visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak
kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus menghasilkan
bilangan ester terendah.
2. Sifat Fisika
Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis, indeks
bias yang tinggi, bersifat optis aktif.
1) Bau yang karakteristik
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman
tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak
ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (25 0C) tanpa mengalami
dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya,
serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air.
2) Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25 0C
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot
jenis menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya
berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria
penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri
3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam
udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks
bias menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah
penyinaran yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang
berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat
perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu
zat dan deteksi ketidakmurnian
4) Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi
ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya
yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan alat Polarimeter
5) Kelarutan Dalam Alkohol

Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya


minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak
atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga
sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri.

6) Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda
hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak
berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990)
mengatakan bahwa minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan
flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.
d. Identifikasi
Minyak atsiri
Larutan uji sebanyak 1 mL dipipet lalu diuapkan di atas cawan porselin hingga
diperoleh residu. Hasil positif minyak atsiri ditandai dengan bau khas yang
dihasilkan oleh residu tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Achmad, 2000, “Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam, Depdikbud Ut,
Jakarta

Asmara AP., 2017, Uji Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Metanol
BungaTuri Merah (Sesbania grandiflora L. Pers), Al-Kimia, Darussalam Banda Aceh.

Dahlia, A.A, asni amin & rahayu lestari, 2012, Identifikasi Morfologi Dan Parameter
Spesifik Simplisia Dan Ekstrak Daun Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Asal Kab.
Enrekang (Sulawesi Selatan), As-Syifaa Vol 04 (02)

Handayani, S. & Abd. Kadir, Masdiana, 2018, Profil Fitokimia Dan Pemeriksaan
Farmakognostik Daun Anting-Anting (Acalypha Indica. L), Jurnal Fitofarmaka Indonesia,
Vol. 5 No.1

Hanani,Endang. 2014, Analisis Fitokimia, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Liem F. A, dkk, 2013, “Isolasi Senyawa Saponin dari Mangrove Tanjang (Bruguiera
gymnorrhiza) dan Pemanfaatannya sebagai Pestisida Nabati pada Larva Nyamuk,
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Cenderawasih, Jayapura, Vol 5, No. 1.

Ningsih., et al., 2014, Buku Petunjuk Praktikum Fitokimia, Bagian Biologi Farmasi,
Fakultas Farmasi, Universitas Jember, Jember.

Risty, T.A & suyatno, 2014, Aktivitas Antioksidan Dan Antikanker Ekstrak Metanol
Tumbuhan Paku Adiantum Philippensis L. UNESA Journal of Chemistry Vol. 3 No. 1

Sari PP., Rita WS., & Puspawati M., 2015, Identifikasi Dan Uji Aktivitas Senyawa Tanin
Dari Ekstrak Daun Trembesi (Samanea Saman (Jacq.) Merr) Sebagai Antibakteri
Escherichia Coli (E. Coli), Jurnal Kimia, Bali.

Sumardjao., 2008, Pengantar Kimia, EGC, Jakarta.

Suharman., 2018, Gambir: Peluang Pasar, Budidaya, dan Pengolahannya, Deepublish,


Yogyakarta.

Susilawati, 2014, Solasi dan Identifikasi Senyawa Steroid Dari Daun Rimbang (Solanum
torvum), Jurnal Prodi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP, Hal.2-8.

Anda mungkin juga menyukai