Anda di halaman 1dari 71

TANIN

DEFINISI
Tanin ?
 Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada beberapa tanaman.
 Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik)
adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan,
berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan
menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik
lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa
polipenol yang mempunyai berat molekul tinggi lebih dari
1000 dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya
(seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks
dengan protein dan makromolekul lainnya di bawah
kondisi lingkungan tertentu.
Tanin dikenal sebagai senyawa antinutrisi karena kemampuannya
membentuk ikatan komplek dengan protein. Kemampuan tanin untuk
mengendapkan protein ini disebabkan tanin memiliki sejumlah group
fungsional yang dapat membentuk komplek kuat dengan molekul-molekul
protein, oleh karena itu secara umum tanin dianggap sebagai anti-nutrisi
yang merugikan. Ikatan antara tanin dan protein sangat kuat sehingga
protein tidak mampu tercerna oleh saluran pencernaan. Pembentukan
komplek ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik,
dan ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut
TANIN
KLASIFIKASI
Klasifikasi Tannin
Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan
menjadi dua kelas yaitu :
 Tanin terkondensasi (condensed tannins)
 Tanin-terhidrolisiskan (hydrolysable tannins)
1. Tanin terkondensasi
Tanin yang tidak mudah terhidrolisis,
merupakan polimer gallic atau ellagic
acid yang berikatan ester dengan sebuah
molekul gula. Tanin jenis ini biasanya tidak
dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
meghasilkan asam klorida.
Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid
yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol,
maka tanin akan dapat berkondensasi dengan
formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap
formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin
terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang
terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada
tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan
dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah
Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari
flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8dengan C4.
Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin,
senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin
dan catechin.

Sorghum procyanidin
Senyawa ini jika dikondensasi maka akan menghasilkan
flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa
floroglusinol.
2.Tanin Terhidrolisis
Tanin ini biasanya berikatan dengan
karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen,
maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah
satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang
merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat
dengan asam galat
Jalur
Pembentukan
Asam Galat.
Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk
tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Ellagitanin sederhana
disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat
terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat
merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin
yang sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat.
Gallotanin
Gallotanin terbentuk dari asam gallat atau gula, biasanya glukosa. Beberapa
asam gallat terikat pada satu molekul gula. Asam gallat mungkin terikat pada gugus
ester yang terbentuk antara gugus karboksil molekul 1 dan gugus hidroksi pada molekul
lain. (Luchner,1984)
Sifat fisik dari gallotanin berupa polimer amorf berwarna putih kekuningan,
mempunyai bau spesifik, dapat larut dalam air, gliserol dan sangat larut dalam
alkohol, aseton. Gallotanin tidak rut dalam benzena, kloroform, eter dan petroleum eter,
karbon disulfida, karbon tetra klorida. (Gohen,1976)
Sifat kimia berwarna coklat jika terkena cahaya, dengan albumin, tepung,
gelatin, alkaloid dan garam metalik memberikan endapan yang tidak larut, sedangkan
dalam FeCl3 memberikan warna biru kehitaman, pada suhu 215°C akan terdekomposisi
menjadi pirogalol dan Co2 (Tyler,1947)
Ellagitanin
Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam
hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi
asam galic jika dilarutkan dalam air. Ellagitanin tersebar secara
tidak merata pada dunia tumbuhan. Berbeda dengan tanin-
terkondensasi yang tersebar luas di paku-pakuan, gymnospermae,
dan angiospermae, ellagitanin hanya terdapat pada angiospermae,
khususnya pada tumbuhan dikotil, terutama Hammamelidae,
Dilleniidae, Rosidae, serta beberapa lainnya (Harbone, 1996, Bruyne
et al., 1999).
Biosisntesis
Ellagitanin
SIFAT
Sifat Umum Tanin
1. Tanin secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid.

2. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan

akan bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas.

Begitu pula dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton

dan pelarut organik lainnya.


3. Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini
digunakan untuk menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan
garam besi akan memberikan warna hijau dan biru kehitaman,
tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat
memberikan reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan
reaksi warna yang sama.
4. Tanin mulai terurai pada suhu 98,8oC
5. Tanin dapat dihidrolisis oleh asam, basa, dan enzim.
6. Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer
lainnya terdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan
kovalen.
7. Tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah
dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin amorf (tidak
berbentuk) dan tidak mempunyai titik leleh.
8. Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya atau
dibiarkan di udara terbuka.
9. Tanin mempunyai sifat bakteristatik dan fungistatik.
Sifat Tanin

Tanin memiliki berberapa sifat, yaitu:


 Sifat Fisika

 Sifat Kimia

 Sifat Tanin sebagai Pengkhelat Logam


1.Sifat Fisika
Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut:
a. Jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan
memiliki rasa asam dan sepat.
b. Jika dicampur dengan alkaloid dan glatin akan terjadi
endapan
c. Tidak dapat mengkristal.
d. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa
dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh
enzim protiolitik.
2. Sifat kimia
a. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk
campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga
sukar mengkristal.
b. Tanin dapat diidentifikasikan dengan
kromotografi.
c. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi
adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.
3. Sifat tanin sebagai
pengkhelat logam
Senyawa fenol yang secara biologis dapat
berperan sebagai khelat logam. Proses
pengkhlatan akan terjadi sesuai pola subtitusi
dan pH senyawa phenolik itu sendiri. Karena
itulah tanin terhidrolisis memiliki potensial
untuk menjadi pengkhelat logam.
Faktor Pembentukan ikatan antara
tanin-protein

1. karakteristik protein: seperti komposisi asam amino,


struktur, titik isoelektrik dan bobot molekul
2. karakteristik tanin: seperti berat molekul, struktur, dan
heterogenitas tanin
3. kondisi pereaksi: seperti pH, suhu, waktu, komposisi
pelarut.
IDENTIFIKASI
Metode Penetapan Kadar Tanin
Kadar tanin dapat ditetapkan dengan menggunakan berbagai macam metode.
Metode yang biasanya digunakan untuk menentukan kadar tanin total adalah
sebagai berikut :
1. Metode Gravimetri
Analisis dengan menggunakan metode gravimetri adalah cara analisis
kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Reagen atau pereaksi
yang ditambahkan adalah berlebih untuk menekan kelarutan endapan.
2. Metode volumetri/permanganometri
Berdasarkan reaksi kimianya, metode volumetri dikelompokkan menjadi 4 jenis
reaksi, yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi
pembentukan kompleks.
3. Metode Kolorimetri
Contoh metode penetapan kadar tanin dari sebuah paper,
misalnya dengan menggunakan metode kolorimetri dalam
menentukan jumlah tanin total pada daun Jati Belanda,
menggunakan pereaksi biru prusia. Prinsipnya yaitu reaksi
reduksi senyawa besi (III) menjadi senyawa besi (II) oleh
tanin membentuk warna biru-hitam selanjutnya dengan
penambahan pereaksi biru prusia, akan membentuk suatu
kompleks berwarna biru tinta yang dapat diukur
menggunakan spektrofotometer pada daerah sinar tampak.
Identifikasi Senyawa Tanin
Untuk analisis secara kualitatif dapat dilakukan dengan
mengunakan metode :
a. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam
kehijauan.
b. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna
coklat.
c. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan
Kalium Bikromat berwarna coklat.
d. Galotanin, Elagitanin + garam Feri warna rosa + hitam
kebiruan
e. Tanin terkondensasi + garam Feri coklat kehitaman
f. Galotanin + K-iodat warna rosa
g. Asam galat bebas + K-iodat warna jingga
h. Elagitanin + asam nitrit mula-mula rosa, kemudian ungu,
lalu berubah menjadi biru
i. Tanin terkondensasi + vanilin + HCl merah
Sedangkan untuk menganalisis secara kuantitatif
dapat dilakukan dengan mengunakan metode :
a. Metode analisis umum phenolik, karena tanin
merupakan senyawa phenolik (Metode blue prussian
dan Metode Folin).
b. Metode analisis berdasarkan gugus fungsinya
c. Dengan menggunakan HPLC, dan UV-Vis
d. Metode presipitasi menggunakan protein
(Hangerman, 2002)
Metode Volumetrik
Pereaksi :
1. Kalium Permanganat 0,1 N
2. Larutan indigokarmin : Larutkan 0,375 g dalam 250 ml air yang
mengandung 12,5 ml H2SO4 pekat.
3. Larutan gelatin : Larutkan 6,25 g dalam NaCl jenuh selama 1hari,
panaskan sampai gelatin larut, dinginkan dan encerkan dengan
NaCl jenuh sampai 250 ml.
4. Larutan natrium klorida : Pada 975 ml larutan NaCl jenuh
campur dengan 25 ml H2SO4 pekat.
Cara kerja :
Pada sample setara dengan 0,01 g tannin, tambah 20 ml
larutan indigokarmin dan sekitar 500 – 750 ml air. Tambah KMnO4
0,1 N dengan menggunakan buret, saat 1 ml dengan pengocokkan,
warna berubah menjadi hijau terang. Kemudian tambah setetes
demi setetes sampai warna berubah menjadi kuning terang atau
pink gelap (Volume KMnO4 sebagai A). Pada 50 ml larutan tersebut,
tambah 25 ml larutan gelatin dan larutan natrium klorida sampai
volume 250 ml. Saring larutan tersebut (kaolin, Kieselguhr atau
Supercel), kocok selama 15 menit dan saring. Pada 50 ml hasil
saringan, tambah 20 ml larutan indigokarmin dan 500 – 750 ml air.
Titrasi dengan KMnO4 0,1 N (Sebagai B).
Keterangan :
A : Total semua senyawa termasuk tanin
B : Non senyawa tanin
A – B : Tanin
1 ml KMnO4 0,1 N ~ 0,0042 Tanin
ISOLASI
Isolasi
Dibagi menjadi 2:
1. Isolasi cara Fisis
Isolasi cara ini berdasarkan sifat fisik bahan alam, seperti kelarutan
dan tekanan uap. Isolasi berdasarkan perbedaan kelarutan dalam
pelarut tertentu dapat dilakukan dengan pelarut dingin atau pelarut
panas. Pelarut dingin dilakukan dengan merendam selama beberapa
lama (jam/hari). Sedangkan pelarut panas teknik isolasi secara
kontinyu dengan alat soxhlet.
Isolasi berdasarkan penurunan tekanan uap dilakukan dengan cara
destilasi uap.
2. Isolasi secara Kimia
Isolasi cara ini berdasarkan sifat kimia atau kereaktifan bahan
alam terhadap pereaksi tertentu
Isolasi senyawa biasanya dilakukan dalam tiga
tahap yaitu :
1. Ekstraksi
2. Pemisahan dan pemurnian
3. Identifikasi
1. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu cara untuk mengambil atau
menarik komponen kimia yang terkandung dalam sampel
menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi yang benar dan
tepat tergantung dari jenis senyawa, tekstur dan kandungan air
bahan tumbuhan yang akan diekstraksi (Harbone, 1996). Dalam
mengekstraksi suatu tumbuhan sebaiknya menggunakan jaringan
tumbuhan yang masih segar, namun kadang-kadang tumbuhan
yang akan dianalisis tidak tersedia di tempat sehingga untuk itu
jaringan tumbuhan yang akan diekstraksi dapat dikeringkan
terlebih dahulu (Harbone, 1996; Robinson, 1991; Kristanti, 2008).
Ektraksi serbuk kering jaringan tumbuhan dapat dilakukan
secara maserasi,perkolasi, refluks atau sokhletasi dengan
menggunakan pelarut yang tingkat kepolarannya berbeda-beda.).
Ekstraksi senyawa tanin
Serbuk kulit batang bungur sebanyak ±1500 g diekstraksi
secara maserasi menggunakan pelarut etanol teknis 70% selama
24 jam, kemudian disaring. Ampas yang tersisa dimaserasi
kembali dengan pelarut etanol berulang kali sampai volume total
etanol 12L. Ekstrak etanol yang diperoleh dipisahkan dari
pelarutnya dengan menggunakan rotary vacuum evaporator pada
suhu ± 40 ºC, sehingga diperoleh ekstrak etanol.
2. Pemisahan dan pemurnian

Pemisahan dan pemurnian senyawa tanin dapat


dilakukan dengan teknik kromatografi seperti
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi
Kolom. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar
tergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan (Harborne, 1996).
Ekstrak yang positif mengandung tanin dipisahkan dengan
cara teknik kromatografi. Sejumlah ekstrak dilarutkan didalam
pelarut yang sesuai, selanjutnya dianalisis dengan
kromatografi lapis tipis untuk memilih eluen yang akan
digunakan dalam kromatografi kolom. Setelah diperoleh eluen
yang sesuai, ekstrak yang positif tanin dipisahkan dengan
kromatografi kolom menggunakan fasa diam silika gel 60. Tiap
fraksi yang dihasilkan dianalisis dengan kromatografi lapis
tipis (silika gel GF254), kemudian fraksi dengan pola noda yang
sama digabungkan, diuapkan, ditimbang dan selanjutnya setiap
fraksi diuji tanin. Fraksi yang positif tanin selanjutnya akan
diuji kemurniannya.
uji kemurnian

Uji kemurnian dilakukan dengan kromatografi


lapis tipis pada berbagai polaritas fase gerak . Jika
isolat tetap menunjukkan noda tunggal pada
kromatografi lapis tipis, analisis dilanjutkan dengan
spektrofotometer UV dan IR.
3. Identifikasi
Identifikasi suatu senyawa hasil isolasi
sebaiknya dimulai dari penentuan senyawa
dengan menggunakan uji fitokimia yaitu
pereaksi pendeteksi senyawa tanin, dan
dilanjutkan dengan mengukur spektra-spektra
yang khas dari suatu senyawa, misalnya dengan
menggunakan spektrofotometer ultraviolet-
tampak dan inframerah(Harborne, 1996).
BIOSINTESIS
Biosintesis Tanin
Contoh :
◦ Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin
◦ Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat
◦ Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)
◦ Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as.
Katekin
Kegunaan Tanin
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian

tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat

matang taninnya hilang.

2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan

fungi.

3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.


4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada
gastrointestinal dan pada kulit.
5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya
luka bakar, dengan cara mengendapkan protein.
6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan
asam tamak yang tidak larut.
Contoh Simplisia
1. Psidii Folium
Tanaman asal : Psidium guajava
Suku : Myrtaceae
Isi : Psidii Tanin, minyak atsiri,
euginol mengandung minyak
lemak, damar dan garam
mineral.
Kegunaan : Obat mencret, adstrigen
2. Granati Fructus Cortex (kulit buah delima)
Tanaman asal : Punica granatum
Suku : Punicaceae
Isi : Alkaloid cair terutama isopeleterina
dan pelleterina, alkaloid metal
peleterina dan metal iso peleterina,
Tanin, Co-oksalat dan pati.
Kegunaan : Sebagai adstrigensia, tainisida (obat
cacing) Tania saginata = cacing pita
3. Sappan Lignum (Kayu saccang)

Tanaman asal : Caesalpinea sappan

Suku : Caesalpineaceae
Isi : Asam tanat, asam gallat dan zat
merah sappan
Kegunaan : Adstrigensia, obat penyakit dalam
4. Murrayae Folium (Daun Kemuning)

Tanaman asal : Murraya paniculata


Suku : Rutaceae

Isi : Murayin, minyak atsiri, damar, tannin.


Kegunaan : Sebagai antigonorea dalam bentuk
dekogta dengan dosis 2-5 gram.
(Deogta merupakan proses infusa
namun lebih lama).
5. Polyanthi Folium (Daun Salam)
Tanaman Asal : Eugonia polyantha
Suku : Myrtaceae
Isi : Tanin, minyak atsiri
Kegunaan : - Adstrigensia dalam bentuk dekogta
dosis 5-12 gram.
- Menurunkan kadar gula darah (DM)
bumbu masak.
6. Areca Semen (Biji Pinang)
Tanaman Asal : Areca catechu

Suku : Palmae

Isi : Tanin 15 %, 0,25 % alkaloid,

terutama arekolin.

Kegunaan : Anthelmentik khususnya

cacing pita
7. Catechu (Gambir)
Tanaman Asal : Vurcaria gambir
Suku : Rubiaceae
Isi : 25-50 % asam katekutanat, 7-33 %
pirokatekol (katekin) dan
merakateku , gambir dan floresin
dan guarcein.
Kegunaan : Dilaboratorium farmasi digunakan
sebagai adstrigensia, digunakan dalam
penyamakan kulit dan juga bahan
pewarna.
8. Caemferia amustifolia rhizome (kunyit pepet)
Tanaman Asal : Caemferia amustifolia
Suku : Zingiberacea
Isi : Minyak atsiri, damar, tannin
dan pati mineral.
Kegunaan : Karminatif dan obat
pelangsing.
9. Cassiae folium (Ketepeng)
Tanaman Asal : Cassia alata
Suku : Leguminoceae
Isi : Zat samak, zat pahit.
Kegunaan : Obat demam adstrigensia.
Contoh Tanaman
Tannin Terkondensasi
DAUN
- Camelia sinensis (theaceae), daun teh
- Psidium guajava
- Rubus idaeus (Rosaceae), Raspberry
BIJI
- biji anggur
- coklat

BUAH
- Chamaerops humilis (palmae)
- Aesculus hippocastanum (Hippocastanaceae)
AKAR
- Ephedra spp (Ephedraceae)
- Agrimonia pilosa
- A. japonica
- Potentilla kleiniana (Rosaceae)
KULIT KAYU
- Chincona succirubra (Rubiaceae)
- Cinnamomum cassia (Lauraceae)
- Kandelia candel (Rhizophoraceae)
Tannin Terhidrolisa
DAUN
- Liquidambar formosana (Hamamelidaceae)
- Coriaria japonica (Coriariaceae)
- Poupartia fordii (Anacardiaceae)
- Acer. Sp (Aceraceae)
KULIT KAYU
- Chestnut ( Castanea. Sp )
- Witch hazel ( Hamamelis virginia )
BUAH
- Phyllanthus emblica (Euphorbiaceae)
- Termminalia chebula (Combretaceae)
- Alnus sieboldiana (Betulaceae)
- Caesalpinia Coriaria
AKAR
- Agrimonia pilosa
- A. japonica
- Potentilla kleiniana (Rosaceae)
PUCUK
Syzygium aromaticum (Myrtaceae)
DAUN BUNGA
- Rosa rugosa
- Filipendula ulmaria (Rosaceae)
KESIMPULAN
Tanin merupakan salah satu senyawa polifenol dengan berat
molekul lebih dari 1000 yang dapat diperoleh dari semua jenis
tumbuhan. Tanin memiliki sifat yang khas baik fisik maupun
kimianya.. Tanin juga dapat membentuk khelat dengan logam secara
stabil, sehingga jika manusia kebanyakan mengkonsumsi makan yang
memiliki tanin maka Fe pada darah akan berkurang sehingga
menyebabkan anemia.
Tanin diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tanin terhidrolisis
dan tannin terkondensasi. Masing-masing jenis memiliki struktur dan
sifat yang berbeda. Beberapa cara mengujinya bergantung pada
tujuanya apakah kualitatif atau kuantitatif, masing-masing dapat
dilakukan dilab dengan reagen dan metode tertentu.Tanin jenis
terhidrolisis lebih mudah untuk di murnikan daripada jenis
terkondensasi.

Anda mungkin juga menyukai