Anda di halaman 1dari 69

FLAVONOID

PENDAHULUAN
• Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa
fenol alam yang terbesar.
• Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau.
• Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar,
bunga, buah, dan biji.
Pengertian Flavonoid

• grup terbesar dari senyawa fenolik yang mempunyai struktur benzo-


γ-pyrone, terdapat di mana-mana, disintesa melalui jalur
phenilpropanoid.
• mempunyai aktifitas farmakologi, aktifitas infeksi terhadap mikroba
• Struktur tergantung dari kelas strukturnya, hidroksilasi, subtitusi
yang lain maupun konjugasinya maupun polimerisasinya.
• Memiliki kemampuannya dalam menstimuli kesehatan karena
aktifitas antioksidannya seperti halnya senyawa polifenol.
• Fungsi grup hidroksil pada flavonoid adalah aktifias antioksidan
melalui ikatan dengan radikal atau ion logam (Kumar & Pandey,
2013)
• Mempunyai kemampuan menginduksi system enzim yang
berperan sebagai agen protektif pada manusia. Penelitian
menunjukkan efek perlindungan flavonoid untuk melawan
banyak agen infeksi (bakteri dan virus) dan penyakit generatif
seperti jantung, kanker dan penyakit yang berhubungan
dengan penuaa
• Merupakan antioksidan sekunder yang merupakan system
pertahanan dalam jaringan tanaman. Terdapat di inti dari
mesofil dan terdapat dalam inti dari generasi ROS. Mereka
juga meregulasi factor pertumbuhan dari tanaman seperti
auxin. (Kumar & Pandey, 2013)
• Termasuk dalam golongan senyawa phenolik
dengan struktur kimia C6-C3-C6.
Kerangka : satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan
cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan
bentuk teroksidasi cincin ini
dijadikan dasar pembagian
flavonoid ke dalam sub-sub
kelompoknya.
• Sistem penomoran digunakan
untuk membedakan posisi
karbon di sekitar molekulnya
(Redha, 2010)
FLAVONOID C6 – C3 – C6

2'
8
O
2 B 4'
A
6
5
3 Flavon
O
Sinamoil (I):
Benzoil (II): 300-380 nm
240-280 nm

O
Flavonol

OH

O
FLAVONOID
Senyawa flavonoid berdasarkan oksidasi dan saturasi pada

cincin heterosiklik terbagi menjadi beberapa grup, yaitu :


2. Penggolongan Flavonoid
(Sumber : Grotewold, n.d,2006)
Berdasarkan posisi cincin aromatik pada
Benzopyron, flavonoid dibagi menjadi 3 kelas:
1. Flavonoid (2 phenylbenzopyran)

2. Isoflavonoid (3-benzopyran)

3. Neoflavonoid (4-benzopyran)
FLAVONOID

• Berdasarkan oksidasi
dan saturasi pada
cincin heterosiklik,
terbagi menjadi
beberapa grup,
yaitu :
ISOFLAVANOID

• Isoflavonoid merupakan subklas dari flavonoid yang khas.


Senyawa ini memiliki 3- phenylchroman yang secara biogenetic
berasal dari 1,2-aryl yang bermigrasi dari prekrusor 2-
phenylchroman.
• Meskipun jumlah mereka terdistribusi terbatas pada tanaman,
variasi dari isoflavonoid sangat beragam.
• Hal ini tidak saja karena kompleksitas dari substitusi pada dasar 3-
phenylchroman, tetapi juga karena oksidasi dan penambahan pada
cincin heterosiklik.
• Isoflavonoid terbagi dalam grup :
ISOFLAVONOID
Letak OH Flavon Flavonol

5,7 Khrisin Galangin

5, 7, 4’ Apigenin Kaemferol

5,7, 3’, 4’ Luteolin Kuersetin

5,7,3’, 4’, 5’ Trisetin Mirisetin


NEOFLAVONOID
• Neoflavonoid mempunyai
struktur umum dan sifat-sifat
seperti flavonoid.
• Diperkirakan terbentuk
dengan cara seperti yang
dialami isoflavon
• Mempunyai kemampuan
menghalangi dekomposisi
dari kayu terutama dari
genus Dalbergia
MINOR FLAVONOID
• Flavonoid minor : : kalkon, auron,
flavonon, dihidrokhalkon dan isoflavon
• Khalkon dan auron merupakan
“antoklor” yaitu pigmen kuning yang
dapat dideteksi dengan bunga kuning
yang diasapi dengan basa dari cerutu
atau diuapi dengan uap amonia akan
memberikan warna jingga atau merah.
• Contoh khlakon : lutein, contoh auron :
aureusidin. Keduanya di alam dalam
bentuk glikosida.
• Flavonon merupakan isomer khlakon.
Beberapa flavonon mempunyai rasa
yang penting yaitu sangat pahit,
contoh: naringin (Citrus aurantium S
EKSTRAKSI:
MeOH, EtOH, Aseton, Air

FRAKSINASI :
EtOAc, Amilalkohol, BuOH

PEMISAHAN : KKo KKt, KLT:


Silika gel, Selulosa, BAW : 4:1:5
Poliamid, Sefadex
Ekstrak kental EtOH Simplisia

Air panas, eter


Ekstraksi Flavonoid
(Charaux-Paris)
Eks Eter Eks Air
(aglikon)
EtOAC

Eks EtOAc Eks Air


(glik dgn 1-2 gula) n-BuOH

Eks BuOH Eks Air (senyawa


(C-glik., glik dgn gula>2) amat polar)
Reaksi SHINODA
Mg/HCl  warna merah (1-2 mnt) kuning
IDENTIFIKASI
jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon, auron
Zn/HCl  merah (3-5 mnt) (3-flavonol) AlCl3/MeOH 
kuning

Reaksi Tauboock NH3/NaOH 


+ as borat + as oksalat + eter Kuning
 Florosensi kuning pada 366 nm
H2SO4 
Reaksi Wilson Kuning sp merah
+ as borat + as sitrat + aseton kebiruan
 Warna kuning
Identifikasi glikosida flavonoid

a. Uji glikosida 3-flavonol


• Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan
dalam 2 ml etanol 95% dan ditambahkan logam Zn, 2 ml HCl 2N, diamkan
selama 1 menit. Kemudian tambahkan HCl pekat, jika dalam waktu 2-5
menit terjadi perubahan warna menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol.
b. Uji shinoda
• Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan
dalam 1 ml etanol 95% dan ditambahkan logam magnesium dan 10 ml HCl
pekat. Jika terjadi warna merah sampai merah ungu, menunjukkan adanya
flavonoid, sedangkan jika terjadi warna kuning jingga menunjukkan adanya
flavon, kalkon, auron
c. Reaksi Taubeck untuk flavonoid
Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering sisa dibasahi
dengan aseton, tambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat.
Panaskan hati-hati di atas penangas air, hindari panas yang berlebihan. Ke
dalam sisa ini tambahkan eter. Pengamatan dilakukan dibawah UV 366 nm,
floresensi kuning.
d. Reaksi Wilson untuk flavonoid
Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering sisa dibasahi
dengan aseton, tambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam sitrat.
Panaskan hati-hati di atas penangas air, hindari panas yang berlebihan. Ke
dalam sisa ini tambahkan aseton, warna kuning tetapi tidak floresensi.
e. Asam sulfat :
Flavon dan flavonol dilarutkan dalam asam sulfat pekat akan memberikan
warna kuning. Kalkon dan auron akan memberikan warna merah atau merah
kebiru-biruan. Flavanon memberikan warna orange sampai merah
f. Reaksi yang lain untuk flavonoid
Uapkan sebanyak 1 ml larutan percobaan hingga kering, larutkan sisanya ke dalam 2 ml etanol 95%.
Lakukan reaksi warna atau pengendapan dengan pereaksi berikut dan amati warna endapan yang terjadi :
• Larutan FeCl3 2% dalam air
• Larutan Pb-asetat 25% dalam air
• Amonia atau larutan NaOH 0,2 N.
g. Identifikasi glikosida flavonoid dengan KLT
• Bahan yang diperiksa : Aurantii pericarpium
• Fase diam : silikagel GF 254
• Fase gerak : etilasetat-asam formiat-air (10:2:3) v/v
• Deteksi : dilihat dibawah UV 254 dan UV 366, sebelum dan sesudah diuapi amonia.
• Larutan percobaan: 1 gram serbuk bahan disari dengan 10 ml metanol hangat selama 5 menit. Dinginkan
dan disaring, kemudian langsung ditotolkan.
KADAR FLAVONOID

MeOH, p. air
saring
Serbuk simplisia Ekst MeOH

+Camp. AlCl3 dan


Catatan: Na asetat
Lakukan percobaan blanko
Perlu pembandingg
Diamkan 30 mnt

Abs ukur 415 nm


Antosianin

• Merupakan pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air.


• Antosianidin adalah aglikon dari antosianin yang terbentuk bila
antosianin terhidrolisis oleh asam.
• Beberapa faktor yang berpengaruh: pH, sifat alami aglikon,
panjang glikosilasi, kompleksasi dengan logam, keberadaan
pektin & gula, serta kompleks (pada posisi 4) dengan tannin dan
fenolik lainnya.
• pH: asam-merah & basa-biru
Contoh
antosianin
Identifikasi senyawa-senyawa flavonoid
Identifikasi Antosianin K kertas
Fase gerak
HCl p, ▪ BAA (BuOH-A aset air=4;1:5),
Simplisia MeOH ▪BuHCl (n-BuOH:HCl 2M=1:1),
Ekstrak
▪HCl 1% (HCl pekat:air=3:97).

Pemisahan jaringan
antosianin bunga KCKT
kolom fase balik µBondpack C18
fase gerak:
Klt air: asam asetat:metanol (71:10:19)
Selulose atau
Selulose + silika gel H3PO4 5%, asam asetat 20%, dan
Fase gaerak :sama dengan
asetonitril 25% dalam air.
antosianin
Identifikasi Antosianin

• Antosianin diekstraksi dari tumbuhan menggunakan metanol yang


mengandung HCl pekat 1% selama 10-15 menit kemudian langsung di
kromatografi kertas satu arah dengan pengembang BAA (n-butanol:Asam
asetat:air=4;1:5), BuHCl (n-Butanol:HCl 2M=1:1), dan HCl 1% (HCl
pekat:air=3:97).
• Antosianin dapat dipisahkan dengan KLT pada selulosa atau campuran
selulosa dan silika gel dengan pengembang yang sama pada KKt.
• Antosianin dalam jaringan bunga dapat dideteksi dengan KCKT
menggunakan kolom fase balik µBondpack C18 menggunakan fase gerak
air:asam asetat:metanol (71:10:19) atau H3PO4 5%, asam asetat 20%, dan
asetonitril 25% dalam air.
Flavonol dan flavon
Flavonol (C3—OH) Flavonol dan flavon
(kamferol,
kuersetin,miresetiin) Bentuk glikosida
(rutin)

Serapaan uv &
Flavon reaksi warna
(apigenin, luteolin) berbeda
Flavonol dan flavon
• Flavonol sering terdapat dalam bentuk glikosida
• Aglikon flavonol yang umum ada 3, yaitu: kaemferol, kuersetin dan
mirisetin.
• Dalam tumbuhan banyak sekali glikosida kuersetin, yang paling umum,
kuersetin 3-rutinosida (yang dikenal sebagai rutin) untuk mengobati
kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia
• Flavon berbeda dengan flavonol karena tidak terdapat substitusi 3-hidroksi.
Hal ini mempengaruhi serapan UV nya, gerakan kromatogramnya, dan reaksi
warnanya sehingga dapat digunakan unutk membedakan keduanya.
• Ada 2 flavon umum, yaitu : apigenin dan luteolin
pemisahan dan identifikasi Flavonol dan flavon

KKt
Campuran Fase gerak :
Apigenin, ▪ Forestal (HCl pekat: As. asetat:
luteolin, air=3:30:10),
kemferol, ▪ BAA (n-BuOH : as. Asetat :air (4:1:5),
▪ PhOH (fenol:air=3:1).
kuersetin, dan
mirisetin
KLT, selulosa mikrokristal
Fase gerak :sama dengan KKt.
pemisahan dan identifikasi Flavonol dan flavon
• Apigenin, luteolin, kemferol, kuersetin, dan mirisetin mudah
dipisahkan dan diidentifikasi dengan KKt menggunakan
pengembang Forestal (HCl pekat:Asam asetat:air=3:30:10), BAA
(n-butanol:asam asetat:air=4:1:5), dan PhOH (fenol:air=3:1).
• Bila digunakan KLT, sebagai penjerap digunakan selulosa
mikrokristal dan pengembang yang sama dengan pada KKt.
Flavonoid minor : kalkon, auron, flavonon, dihidrokhalkon dan isoflavon

Flavonoid minor

isomerisasii Flavonon
auron Kalkon (cont: naringin
(cont:aureusidin) (cont; lutein) pada Citrus)

amonia
Pigmen kuning Merah-kuning
“antoklor”
Flavonoid minor : kalkon, auron, flavonon,
dihidrokhalkon dan isoflavon

• Isoflavon terdapat ada tumbuhan Leguminosae dan Iridacea.


• Khalkon dan auron merupakan “antoklor” yaitu pigmen kuning yang
dapat dideteksi dengan bunga kuning yang diasapi dengan basa
dari cerutu atau diuapi dengan uap amonia akan memberikan
warna jingga atau merah.
•Contoh khlakon : lutein, contoh auron : aureusidin. Keduanya di
alam dalam bentuk glikosida.
• Flavonon merupakan isomer khlakon. Beberapa flavonon mempunyai
rasa yang penting yaitu sangat pahit, contoh: naringin (Citrus
aurantium)
• Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi lebih langka

• Isoflavon berdasarkan sifat fisiologinya : 7-4’ dihidroksiisoflavon


(daidzein) dan 5,7’,4’ trihidroksiisoflavon (genistein) merupakan
estrogen lemah di alam.

• Isoflavon lain yaitu rotenon (insektisida alam yang kuat) dan


kumestan (misalnya: piastin, adalah fitoaleksin yang merupakan
pelindung tumbuhan dari serangan penyakit).
Identifikasi khalkon
1. pigmen kuning kr kertas,
Identifikasi Khalkon disinari UV  coklat kuat.

2. Kr kertas, 3. KLT silika gel memakai Na asetat


pengembang: dan pengembang
BAA, Air, PhOH. benzena-etil asetat-asam format (9:7:4).
4. Puncak spektrum : 365 dan 390 nm
5. + basa dan garam auron (spektrum tampak max
logam  batokrom 390-430 nm).

6. Waktu isolasi suasana asam , kemungkinan


isomerisasi  flavon .
7. Beberapa khalkon teroksidasi menjadi auron
Identifikasi khalkon
• Khalkon adalah pigmen kuning yang bila dikromatografi kertas dan disinari dengan UV
akan berwarna coklat kuat.
• Pemisahan khalkon dengan KKt dengan pengembang BAA, Air, PhOH. Hanya pigmen
dalam bentuk glokosida yang dapat bergerak pada KKt dengan pengembang air.
• Klt dapat dilakukan dengan silika gel memakai natrium asetat dan pengembang benzena-
etil asetat-asam format (9:7:4).
• Puncak spektrum khalkon pada 365 dan 390 nm pada spektrum tampak, sedangkan
berbeda dengan auron (spektrum tampak max 390-430 nm).
• Spektrum mengalami pergeseran batokrom besar bila ada basa dan garam logam
• Harus diingat ketika menangani khlakon pada waktu isolasi, kemungkinan senyawa ini
akan berisomerisasi menjadi flavon dalam suasana asam.
• Beberapa khalkon juga teroksidasi secara perlahan menjadi auron.
Identifikasi Auron

KKt berupa bercak kuning

sinar UV : auron berwarna kuning kuat


dan menjadi merah jingga bila diuapi
amonia (beda dengan khalkon)
Identifikasi auron

• Senyawa ini tampak pada KKt berupa bercak kuning


• Dengan sinar UV auron tampak berbeda dengan khalkon, warna auron
kuning kuat dan berubah menjadi merah jingga bila diuapi amonia.
Identifikasi flavanon

• Flavanon adalah senyawa tanwarna yang tidak dapat dideteksi


dengan pemeriksa kromatografi kecuali dengan penyemprot
kromogen.

• Uji warna yang penting dalam larutan alkohol ialah reduksi dengan
serbuk Mg dan HCl pekat, diantara flavonoid, hanya flavon yang
memberikan warna merah ceri kuat.

• Sifat spektrum flavanon berbeda dengan flavonoid lain, yaitu satu


puncak kuat terdapat pada kira-kira 255 nm, puncak lain pada 278
atau 288 nm, dan puncak lemah di atas 300 nm.
Identifikasi dihidrokhalkon

• Dihidrokhalkon dipisahkan dengan cara KKt.

• Dihidrokhalkon dideteksi dengan penyemprot p-nitroanilin yang


terdiazotasi dan dengan AlCl3 dalam alkohol.

• Contoh: Floridzin menghasilkan warna merah jingga dengan


penyemprot p-nitroanilin yang terdiazotasi dan fluoresensi
kehijauan yang kuat dengan AlCl3 dalam alkohol.
Identifikasi isoflavon
• Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi
warna manapun.
• Isoflavon (misalnya: daidzein) memberikan warna biru muda
cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan
yang lain (misalnya: genistein) tampak sebagai bercak lembayung
pudar dan berubah menjadi coklat pudar.
• Pemeriksaan dengan KLT pada silika gel dengan pengembang
metanol 11% dalam kloroform dan dideteksi dengan pereaksi Folin-
Ciocalteu.
• Identifikasi dengan mengukur spektrum.
Identifikasi xanthon

• Dipisahkan dengan KLT pada silika gel dengan pengembang


kloroform-asam asetat (4:1), kloroform-benzen (7:3) atau kloroform-
etil asetat (dalam berbagai perbandingan).

• Dideteksi dengan sinar UV akan menghasilkan warna dengan atau


tanpa amonia atau dengan penyemprot fenol umum.

• Xanthon mempunyai spektrum yang berbeda dengan maksimum


pada 230-245, 250-265, 305-330 dan 340-400 nm.
Pemeriksaan aglikon flavonoid dalam
ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis
Modifikasi yang dikembangkan oleh Bate-Smith (1962) :

• Jaringan tumbuhan (daun/bunga) direndam dalam HCl 2M panaskan


30-40 m pada 100 C, bila perlu disaring, ekstraksi dengan etil asetat.
• Bila larutan berwarna (jika mengandung antosianin atau antosianidin
jika dalam suasana asam), maka ekstrak air dipanaskan
(menghilangkan sisa etil asetat), kemudian ekstraksi ulang dengan
amil alkohol.
• Etil asetat diuapkan dan ditambahkan etanol 1-2 tetes
Lanjutan..

• Kemudian di kromatografi dengan pengembang


1. Forestal (asam asetat-HCl pekat-air ; 30:3:1)
2. asam asetat 50% dalam air
2. BAA (butanol-asam asetat-air ; 4:1:5, lapisan atas)
3. PhOh (fenol yang dijenuhkan dengan air)

• Ekstrak amil alkohol, yang harus berwarna, dipekatkan sampai kering,


tambahkan beberapa tetes HCl 1% dalam metanol, dan di
kromatografi dengan pengembang Forestal dan asam format (asam
format-HCl pekat-air =5:2:3)
Pemeriksaan flavonoid dalam
ekstrak tumbuhan

• Telaah flavonoid dari ekstrak etanol pekat dengan metode KKt dua arah,
digunakan pengembang BAA dan asam asetat 5%.

• Pembanding baku adalah rutin (suatu glikosida flavonol).

• Pemeriksaan lainnya dengan plat selulosa MN 300 (ekstraksinya menggunakan


serbuk jaringan tumbuhan dengan etanol 70%, suhu kamar selama 8-24 jam,
kemudian ditotolkan pada plat atau kromatografi kertas). Keuntungan: waktu
pemisahan lebih singkat.
Contoh isolasi senyawa flavonoid
ISOLASI FLAVONOID 1
 Ubi jalar (Ipomoea batatas) (SPL) adalah sayuran komersial yang
kurang dimanfaatkan dengan bioaktif yang cukup banyak. Uji
aktifitas dilakukan terhadap inhibitor α-glukosidase dan uji aktifitas
antioksidan dengan DPPH.
 Tujuh (7) senyawa diisolasi dan diidentifikasi masing-masing.
Diantaranya, trans-N- (p-coumaroyl) tyramine (1), trans-N-
feruloyltyramine (2), cis-N-feruloyltyramine (3), 4,5-
feruloylcourmaoylquinic acid (8), caffeicEtil ester asam (10), 7-
hidroksi-5-metoksiolinum (11), 7,30-dimetilquercetin (13) dan
indole-3- Karboksaldehida (15), pertama kali diidentifikasi dari
ipomea batatas, dan empat di antaranya (1, 2, 3 dan 10) pertama kali
diidentifikasi dari genus Ipomoea.
 Phenethyl cinnamides dan 3,4,5-triCQA menunjukkan penghambatan
terkuat pada α-glukosidase, sedangkan 3,4,5-triCQA dan diCQAs
adalah antioksidan yang dominan. Hubungan aktivitas struktur
menunjukkan bahwa caffeoylasi lebih tinggi dari asam kuinat.
 Metoksilasi flavonol yang lebih rendah menghasilkan aktivitas
antioksidan yang lebih kuat, dan struktur metilasi dan konfigurasi cis
phenethyl cinnamides menurunkan penghambatan α -glukosidase.
Hasil yang disebutkan di atas dapat membantu menjelaskan aktivitas
antioksidan  dan aktivitas anti-diabetes SPL, dan memberikan dasar
teoritis untuk penerapan lebih lanjut.
Fraksinasi
• Untuk fraksinasi yang dipandu aktivitas, serbuk SPL kering (1,0 kg)
Diekstraksi dengan mikrofluidisasi dinamis bertekanan tinggi sesuai
parameter yang dioptimalkan sebelumnya (Huang et al., 2013).
• Suspensi disentrifugasi, dan didapatkan ekstrak kasar/crude extract
244,0 g (CE). Kemudian, 100,0 g CE disuspensi dengan 100 mL air dan
dipartisi secara berturut-turut dengan kloroform (1.0 L x 3), ethyl acetate
(1.0 L x 3) dan n-butanol (1.0 L x 3) dan didapatkan 4 fraksi.
• Fraksi etil asetat (EAF= 21,5 g) dipisahkan dengan resin XAD-16
Amberlite dan dielusi berturut-turut dengan 40%-90% MeOH : H2O
(46%, v / v) pada kenaikan 10% (1,0 L untuk setiap gradien) dan
didapatkan enam sub-fraksi (EA1- EA 6) berdasarkan spektrum HPLC.
Fraksinasi dan isolasi

• Sub fraksi EA-1 dan EA-4 dipisahkan menggunakan kromatografi


Sephadex LH-20, eluen MeOH dan dikumpulkan setiap tabung 8,0 mL.
Berdasarkan data spectra HPLC, sub fraksi EA-1a-EA-1c disebut sebagai
EA-1, sub fraksi EA-4a-EA-4c dan senyawa 4 (103,2 mg) diperoleh dari
fraksi EA-4. Fraksi EA-1a dimurnikan menggunakan Semi-HPLC dengan
34% MeOH : 0,1% TFA dalam air (v / v) untuk mendapatkan senyawa 9
(20,3 mg, tR = 14,21 menit).
Fraksi EA-1b dimurnikan dengan Semi-HPLC dengan 38% MeOH : 0,1%
TFA dalam air (v / v), menghasilkan senyawa 5 (8,1 mg, tR = 18,61
menit), senyawa 6 (7,14 mg, tR = 19,85 menit) Dan senyawa 12 (7,3 mg,
tR = 30,19 menit). Fraksi EA-1c dipisahkan dengan MPLC (20-60% MeOH,
v / v) dilanjutkan dengan pemurnian dengan Semi-HPLC untuk
menghasilkan senyawa 7 (2,9 mg, tR = 11,58 min), senyawa 8 (6,0 mg,
tR = 16,27 menit),senyawa 13 (2,3 mg, tR = 19,13 menit), senyawa 14
(5,8 mg, tR = 22,08 menit) dan senyawa 4 (5,7 mg, tR = 24,71 menit).
Fraksi EA-4a dipisahkan dengan Semi-HPLC dan dengan eluen 43%
MeOH : 0,1% TFA dalam air untuk menghasilkan senyawa 3 (1,8 mg, tR
= 19,15 menit). Fraksi EA-4b dimurnikan lebih lanjut dengan Semi-HPLC
yang dielusi dengan 48-50% MeOH : 0,1% TFA dalam air untuk
mendapatkan senyawa 1 (7,6 mg, tR = 17,85 menit) senyawa 2 (28,2
mg, tR = 19,04 menit), 10 (27,7 mg, tR = 26,87 menit), senyawa 11 (3,6
mg, tR = 12,71 menit) dan senyawa 15 2,8 mg, tR = 14,98 menit).
Diagram alir diberikan pada Gambar dibawah ini
SKEMA
ISOLASI
Phenethyl cinnamides dan 3,4,5-
triCQA menunjukkan glukosidase UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN
terkuat Penghambatan, sedangkan
3,4,5-triCQA dan diCQAs adalah DAN INHIBITOR
antioksidan yang dominan.
Identifikasi senyawa
• Semua senyawa yang dimurnikan dipekatkan dengan tekanan rendah dan liofilisasi,
dilanjutkan melarutkan dengan metanol deuterasi (CD3OD) atau dimetil sulfoksida
(DMSO-d6). Cairannya dipindahkan ke tabung NMR dan dianalisis dengan NMR.
Spektrum 1H NMR dan 13C NMR dari senyawa diperoleh dengan instrumen Bruker 300
MHz atau Varian 500 MHz menggunakan tetramethylsilane (TMS) pada suhu kamar,
sedangkan NMR 2D diperoleh dengan instrumen Varian 500 MHz. Setelah analisis NMR,
semua isolat diuapkan dengan evaporator vakum putar untuk menghilangkan pelarut.
dan dilarutkan dengan metanol untuk HPLC dan disentrifugasi pada 10.000 rpm selama
dua menit. Spektrum massa diperoleh dengan spektrometer massa Q-Star Elite
(Terapan Biosystems MDS) yang digabungkan dengan ke Turbo Ion Spray source di
bawah ion positif dan negatif langsung untuk setiap senyawa murni.(Zhang et al., 2016)
• Struktur senyawa didapatkan yaitu :
SENYAWA YANG DIISOLASI
ISOLASI FLAVONOID 2
 Coronopus didymus Linn. (Brassicaceae) adalah tanaman
obat yang digunakan secara tradisional sebagai
antipiretik, ekspektoran, untuk memurnikan darah dan
untuk mengurangi gejala nyeri, radang, Malaria, luka dan
kanker.
 Pencarian senyawa aktif dilakukan secara bioassay
guided isolation dengan cara ekstraksi dan fraksinasi.
Struktur senyawa diketahui dengan UV Spektroskopi
(dengan pereaksi bergeser), data spektra ESI-MS dan
NMR.
 Aktivitas antikanker awal dilakukan terhadap ekstrak
etanol, fraksi dan senyawa isolat melalui uji MTT secara
in vitro terhadap sel kanker manusia (HeLa dan LN18)
dan sel normal 293T.
 Hasil isolasi didapatkan tiga senyawa flavonoid yaitu
5,7,4'-trihidroksi-3'-methoxyflavone-4'-O-β-D-glukosida
(1), 5,7,4'-trihidroksi-3'-methoxyflavone-4 ' -O- (6 '' -
asetil) -β-D-glukosida (2) dan 5,7,4'-trihidroksi-3'-
metoksi flavon (3), dari bagian udara.
 Senyawa 1 diidentifikasi untuk pertama kalinya dari
genus Coronopus. Semua Senyawa 1-3 menunjukkan
Ekstraksi

• Bagian tanaman C. didimus (1,0 kg) dipotong dan diekstraksi dengan


maserasi dengan etanol (3 × 10 L) pada suhu kamar selama 7 hari.
Ekstrak disaring dan diuapkan menggunakan evaporator (EYELA N-
11 Rotavapor, Tokyo Rikakikai Co, Ltd Jepang) pada suhu 45 ° C.
Ekstrak etanol kasar (CDA 11, 200 g) di uji aktivitas sitotoksik.
• 200 g dari Ekstrak etanol kemudian dilarutkan dalam jumlah minimum
MeOH :H2O (7: 3, v / v) untuk mendapatkan ekstrak fenolik (CDA MW,
67 g), untuk selanjutnya isolasi senyawa sitotoksik dengan
menggunakan Size Exclusion Chromatography (SEC). Bioassay-
guided chromatographic fractionation dimulai dari ekstrak ini.
Purifikasi

• Ekstrak fenolik (CDA MW) dikromatografi berulang kali dengan Size Exclusion
Chromatography pada kolom Sephadex LH-20 (Sigma Life Science, Swedia)
(90 cm x 2,2 cm) dengan menggunakan metanol : air dengan perbandingan 7:
3 (v / v) sebagai Eluen, dengan kecepatan laju alir 1 mL / menit. Didapatkan
sepuluh (10) Fraksi (CDA F1-CDA F10).
• Fraksi-fraksi ini dipisahkan berdasarkan warna pita di bawah cahaya UV,
komponen-komponen dengan ukuran lebih besar dielusi terlebih dahulu pada
fraksi-fraksi sebelumnya (CDA F1-F6).
• Sedangkan yang dari ukuran yang relatif lebih kecil di kemudian eluting fraksi
(CA F7-F10). Semua fraksi disatukan, dipekatkan dalam vakum dan diuji
aktivitas sitotoksik. Fraksi murni CDA F10 mengandung satu flavonoid
aglycone (senyawa 3) dengan efek sitotoksik yang lebih poten Terhadap sel
HeLa dan LN18.
FLOW CHART ISOLASI C. DIDYMUS
Struktur senyawa yang diisolasi
ISOLASI FLAVONOID 3
EKSTRAKSI DAN ISOLASI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai