Bentuk Reaksi
KARAKTER Kelarutan
senyawa kimia
Senyawa polifenol
mampu membentuk ikatan hydrogen
O
Interaksi intramolekular dan H
intramolekular
O
Membentuk komplek dengan logam
Interaksi Intramolekuler :
(o-dihidroksi atau orto terhadap carbonil) 2-hidroksiasetofenon
• menurunkan reaktifitas ggs hidroksi
• Menurunkan kemampuan membentuk eter
atau ester
• Mengurangi kelarutan pada alkohol
• terjadi pembentukkan cincin
Interaksi Intermolekul :
- meningkatkan titik lebur
- menurunkan kelarutan
- menyulitkan dalam pemurnian
senyawa
- Senyawa cenderung berupa OH
padatan pd suhu kamar
OH
HO OH HO
resorsinol phloroglusinol
Pembentukan komplek dengan logam :
- Penting : di alam ataupun di laboratorium
- Logam yang terlibat biasanya Al, Mg, Fe membentuk
senyawa berwarna tergantung dari pola substitusinya
Sifat Asam Senyawa Fenol
Reaksi dengan basa (Na bikarbonat atau Na Karbonat) fenolat (larut air)
Sifat Planaritas senyawa Fenol
flavone flavanonol
ASAM FENOLAT
Asam : C
H
- HCl
H
- Asam sulfat
- Asam phosporatHO OCH3
OH Vanilin
HO
H
-H2O
H3CO
HO
H3CO
HO
Pereaksi Gibbs
(2,6-dibromokuinon-kloroimida 2% dlm CHCl3)
Deteksi Kumarin : o O H O O
diamati pada
UV366 O
flourescensi HIJAU
KUNING c is -a s a m s in a m a t
O H
HIDROKSI SINAMAT DAN KUMARIN
• Umumnya isolasi didahului dengan hidrolisis asam atau
basa
• Hidroksi sinamat dan kumarin dapat diekstraksi dengan
eter atau etil asetat
• Ekstrak dicuci, diuapkan hngga kering
• Deteksi
• KLT fase diam selulosa 2 arah terjadi pemisahan
Fg 1 : benzene – HAc – air (6 – 7 – 3)
Fg 2 : asam asetat 15% dalam air
• KKt (1 arah)
Fg : - n-butanol – HAc – air ( 4 : 1: 5 )
- air
- HAc 10% (untuk kumarin)
Fenilpropanoid
Asam hidroksisinamat & hidroksikumarin
metode mirip fenol sederhana.
• ekstrak tumbuhan dihidrolisis dg asam/basa, dan diekstraksi dg
eter/etilasetat.
• sisa penguapan dipisahkan dg KKt atau KLT, dideteksi : dibawah uv
flouresens , jika diuapi NH3 warna makin kuat
• Asam sinamat, fase gerak :
• BAA = n-BuOH-HOAc-H2O (4:1:5, lapisan atas)
• BN = n-BuOH-NH4OH 2M (1:1, lapisan atas)
• BEA = n-BuOH-EtOH-H2O (4:1:2,2)
p- dan o-Kumarat, kafeat, ferulat, sinaptat, metoksisinamat dll.
• Hidroksikumarin, fase gerak :
• BAA, HOAc 10%
Aglikon : kumarin, umbeliferon, eskulentin dll
Glikosida : eskulin, skopolin dll
Senyawa kuinon
Senyawa dengan struktur 1,4 kuinon di alam sebagai produk
akhioksidasi.
Atom karbon dengan struktur kuinon dapat berasal dari beberapa
kemungkinan :
• asam asetat (kuinon poliketida)
• asam mevalonat (kuinon terpen)
• asam sikimat
Dialam berupa :
Senyawa bebas
Terikat dengan gula : glikosida
TAHAPAN PEMISAHAN SENYAWA FENOL
Ekstraksi asam fenolat dari bahan tanaman :
1. Langkah awal
Sampel digiling/diserbuk :
• untuk meningkatkan luas permukaan
• memungkinkan kontak lebih baik dgn pelarut
• membantu pencampuran sampel untuk memastikan
bahwa bagian diekstrak merupakan perwakilan dari
seluruh sampel
• senyawa fenolik terjadi sebagai glikosida atau ester.
Prosedur :
• 5 ml ekstrak air ditambahkan 5 ml larutan asam yang
mengandung ferro sulfat (77 mg of FeSO4.7H2O dissolved in
500 mL of 2:3 HCl/n-butanol) dipanaskan di water bath
95°C for 15 min.
• The absorbance is read at 530 nm.
• Konsentrasi prothoanthocyanidin dinyatakan sebagai as
cyanidin equivalents (used for the standard curve). The
molecular extinction coefficient εmol that can be used to
convert the absorbance values to a concentration is equal
to 34700 L mol-1cm-1.
Penetapan Tanin Terkondensasi :
2. The vanillin assay
Metode colorimetric berdasar reaksi dengan vanillin pada
suasana asam
Prinsip :
• A 2-mL aliquot of a freshly prepared solution of vanillin (1
g/100 mL) in 70% sulfuric acid is added to 1 mL of aqueous
plant extract.
• The mixture is incubated in a 20°C-waterbath and after exactly
15 min. the absorbance at 500 nm read.
• The concentration of proanthocyanidins is expressed as (+)-
catechin equivalents (used for the standard curve).
Asam : C
H
- HCl
H
- Asam sulfat
- Asam phosporatHO OCH3
OH Vanilin
HO
H
-H2O
H3CO
HO
H3CO
HO
Penetapan Gallotanin (tanin terhidrolisa):
Rhodanine assay
Prinsip :
• Rhodanine (2-thio-4-ketothiazolidine)
reacts with the vicinal hydroxyl groups of
gallic acid to produce a red complex that
can be detected spectrophotometrically at
520 nm.
• This reaction is specific for gallic acid, and
can thus be used for the detection of
gallotannins.
• This requires acid hydrolysis of the
gallotannins before the reaction with
rhodanine.
Penetapan Ellagitanin
The NaNO2/HCl assay
Prinsip :
Didasarkan pada reaksi pembentukan electophile NO+, yang
dapat bereksi dengan asam ellagat pada 2 sisi melalui reaksi
substitusi (4.3) atau adisi (4.4 ) yang akhirnya membentuk
quinine
oxime (4.5) yang pada kondisi basa menghasikan warna
merah (4.6).
deteksi :
dengan KLT pereaksi gibbs bercak berwarna.
• Nitrobenzene oxidation degrades the phenylpropane
structure from a C6-C3 unit to a C6-C1 unit. After
incubation the soluble fraction is acidified and
extracted with ether.
• The degradation products can be separated on an
HPLC column to determine the lignin composition.
Alternatively, gas chromatography (GC) or gas
chromatography-mass spectrometry (GC-MS) can be
used.
The degradation
products :
–p-hydroxy
benzaldehyde (4.13),
vanillin (4.14), and
syringaldehyde (4.15),
and the corresponding
acids p-hydroxybenzoic
acid (4.16), vanillic acid
(4.17), and syringic acid
(4.18)
Lignin-Acetylbromide
Prinsip :
Menggunakan
acetyl bromide
(4.10) untuk :
• asetilasi gugus
hidroksil bebas
dalam lignin dan
• mensubstitusi
gugus hidroksi
bebas pada α-
carbon dengan
bromine .
Lignin tersubstitsi
larut asam dan
konsentrasinya
dapat ditetapkan
dengan
spectropho-
tometer pada 280
nm.
FLAVONOID
FISIKO KIMIA, ISOLASI DAN
ANALISIS
FLAVON
Senyawa fenol
Modifikasi lebih lanjut dapat berupa :
• penambahan (pengurangan) ggs –OH
• metilasi ggs –OH(1) atau pada inti flavonoid (2);
• isoprenilasi ggs- OH(1) atau pada inti flavonoid (2);,
• metilasi pada ggs orto-dihidroksi.
• glikosilasi ggs hidroksi (O-glikosida) (1) atau inti flavonoid
(C-glikosida) (2);
• dimerisasi (biflavonoid)
• pembentukkan flavonoid sulfat
Jenis Flavonoid
1. Aglikon polimetil/metoksi
2. Aglikon polihidroksi
gugus –OH
• paling banyak di alam.
• sering dijumpai : OH
ggs –OH pada C5 C7 C3 C4’ C3’
HO O
OH
OH O
2. Glikosida
Gula (glikosida flavonoid).
O-glikosida
• frekuensi paling banyak, gula terikat pada C3 C7 C4’ C3’ C5
• Gula umum : glukosa, dijumpai juga galaktosa, ramnosa, xilosa,
arabinosa, fruktosa, asam glukoronat, galakturonat.
• Modifikasi glikosida : asilasi.
Glikosida terasilasi satu gugus hidroksi gula (atau lebih) berikatan
dg asam asetat atau ferulat.
ROH2C OH
O
HO
HO O O
OH
OH O
(1) (R=H) Apigenin 7-O-B-D-glukopiranosida
(2) (R=OCOCH3) Apigenin 7-O-B-D-(6"-O-asetil)glukopiranosida
C-glikosida
• Aglikon yang paling lazim : HO
flavon, dijumpai juga pada
flavanon, flavonol dan CH2OH
HO
isoflavon.Pada gula dapat
mengalami asilasi. H
pada C6 C8.
HO O
OH
OH O
Apigenin 8-C-B-D-glukopiranosa (viteksin)
3. Biflavonoid
flavonoid dimer.
• Yang lazim dijumpai : flavon dan flavanon.
• Ikatan antar flavonoid : ikatan eter atau carbon-carbon.
• Jenis monomer dapat sama atau berbeda dg dengan
letak ikatan berbeda.
• sukar dikenali, sifat menyerupai monoflavonoid
pembentuknya.
4. Flavonoid sulfat
• suatu flavon-O-SO3K
• Mengandung ion sulfat (satu/lebih) terikat pd ggs –OH
fenolik atau pada gula.
SIFAT FISIK FLAVONOID
1. Flavonoid aglikon polimetoksi/polimetil
- aglikon flavonoid non polar
- larut heksan, PE, eter
- sedikit larut methanol
- tidak larut methanol-air
2. Flavonoid polihidroksi
- aglikon flavonoid semi polar
- tidak larut heksan, PE
- larut eter, etil asetat dan methanol
- tidak larut air, sedikit larut air panas
3. Flavonoid O-glikosida
Flavonoid C-glikosida
- glikosida polar
- tidak larut heksan, PE dan eter
- sedikit larut etil asetat
- larut metanol dan alkohol pada umumnya.
- Sangat larut air
HO O HO O
HCl
+ Glukosa +
Ramnosa
O -GLUKOSIL - RAMNOSIL
OH
OH O
Rutin OH O
Quercetin
KKt ?
• Pada fase gerak BAW
a. Rf aglikon dibanding glikosida ?
b. efek hidroksilasi dan metilasi pada gugus hidroksil ?
• pada fase gerak berair (HAc encer)
a. Rf aglikon dibanding glikosida ?
Floresensi Flavonoid pada UV366nm
pedoman umum
1. Flavonol atau glikosidanya yg mengandung gugus -OH bebas pada C3
berfloresensi kuning (kecuali kuersetagenin)
OR
OR
RO O
kuning
UV 366
R'O OH
OR O
R = H atau alkil
R'= alkil
OH
OH
HO O
coklat
UV 366
HO OH
OH O
2. Flavon atau flavonol yg mengandung ggs –OH pada C3 yang
tersubstitusi berflorescensi coklat hitam (coklat gelap/ungu gelap)
berubah menjadi kuning jika diuapi amoniak.
OH
OH
HO O
Coklat gelap
UV 366
HO OR
OH O
3. Flavonoid yang tidak mengandung gugus –OH pada
C5 berflorescensi kuning hijau.
OH
OH
HO O
Kuning hijau
UV366
OH
HO O
biru terang
UV 366
OR
O
4. Isoflavon & Flavanon sedikit yang telah diisolasi,
sulit dibuat pedoman floresensi
5. Auron, berflorescensi kuning terang baik pada UV
atau visibel dan berubah merah terang jika diuapi
amoniak.
O
CH Kuning NH3 Merah
terang terang
UV
Auron 366
O
6. Chalkon, berflouresensi coklat hitam pada UV dan
kuning pada visible, jika diuapi amoniak menjadi
merah.
HO OH
OH
UV 366 Coklat
hitam NH3 Merah
terang
OH O Kuning
Khalkon Vis
Sifat Flavonoid pada spektra UV
pedoman umum
1. Spektra flavonoid terdiri dari 2 pita atau 2 λmax.
- Pita I cincin B (sinamoil)
- Pita II cincin A (benzoil)
OH
O O O
Benzoil ---(II)
HO
Sinamoil ----(I)
O
O
Rentang serapan UV flavonoid
HO O
HO O
HO
O O
7-hidroksi flavon OH Apigenin OH
mak : 252, 307 mak : 267, 336
OH OH
HO O HO O
OH O-Glukosil-ramnosil
OH O OH O
Quercetin Rutin
mak : 255, 370 mak : 259, 359
Efek Penambahan Pereaksi Geser
Flavonoid asam lemah, dg basa akan membentuk garam
a. NaOH/NaOMe
pergeseran batokromik karena ggs –OH terionisasi.
Untuk deteksi ggs –OH pada C4’, terjadi pergeseran
batokomik (45 – 65 ) & juga terjadi hiperkromik.
b. NaOAc
Natrium acetat, basa lemah.
hanya mengionisasi gugus hidroksi yang paling asam
(OH pada C7)
NaOAc untuk deteksi adanya ggs 7-OH bebas, terjadi
pergeseran batokromik pita II, pergeseran flavon dan
flavonol 5 – 20 nm.
a. NaOMe
Gugus 4’-OH bebas
a. NaOMe
Gugus 4’-OH terikat
b. NaOAc
7-OH bebas
Flavonoid, senyawa dengan gugus OH mampu
membentuk komplek
a. asam borat
Asam borat dengan
keberadaan NaOAc, akan HO
OH
mengkelat ggs o-di-OH B
pada semua lokasi pada O
inti flavonoid (kecuali O
C5,6)
O
Ekstrak MeOH
dipekatkan dg rotaevaporator
Ekstrak pekat
disuspensi H2O dan PE
Fs. Air
Fs. n-BuOH OH
KK, silika gel,
gradienelusi CHCl3:EtOH
HO O
Fraksi CHCl3-EtOH (4:1)
Sephadex LH20, air-MeOH (95:5)
O-glukosil-galaktosil
Kaemferol 3-O--D-glucosyl--D-galaktosil
OH O
Uji Shinoda/Shibata/Wilstater
• Deteksi inti γ-benzopiron mereduksi karbonil
• Sampel + beberapa potongan kecil Mg+ 3 tetes larutan HCl
pekat Warna kuning, oranye, jingga, merah
Jingga sampai merah (flavon)
merah sampai merah tua (flavanol)
merah tua sampai magenta (merah keunguan) flavanon
• warna terlihat lebih jelas jika di+ amil alkohol
FLAVANOID
O
Meliputi, al :
1. Flavan-3,4-diol (leukoantosianidin) Flavan
Reaksi :
penambahan asam larutan merah (antosian) dan endapan merah
(phlobafen)
OH
OH
R1 R2 R3
HO O OH OH H = leukosianidin
R2
OH OH OH= leukodelfinidin
OH
R1 OH
2. Flavan-3-ol (Katekin)
• Sifat khas polihidroksi flavon :
• cenderung membentuk polimer karena pengaruh asam/enzim.
• Sifat senyawa polimer berbeda dengan monomernya.
R2
OH
R1 R2
HO O OH H = Katekin
OH
OH OH = gallokatekin
OH
R1
OH OH
OH
O
O O
OH
OH
OH
warna lembayung
Warna Antosianin :
Cincin B :
• Penambahan gugus hidroksi bebas pada cincin B suatu
molekul antosianin menyebabkan lebih pekatnya warna
biru yang ditimbulkan.
• Penambahan gugus metoksi akan makin besar pergeseran
kearah merah
pH Medium :
• Antosianin berwarna merah pada asam dan akan beubah
menjadi biru jika pH naik dan akhirnya akan rusak dalam
larutan alkali kuat.
Sifat Antosianin
Prinsip Isolasi
diekstraksi dengan pelarut yang mengandung asam
(HCl atau asam asetat), larutan disimpan dalam gelap
ANTOSIANIDIN
Isolasi
• Jaringan segar dipanaskan dalam HCl 2M dalam
tabung reaksi 40 menit 100°C.
• Ekstrak berwarna didinginkan dan
diendaptuangkan
• Ekstrak dicuci dengan etil asetat, lapisan etil asetat
dibuang dan lapisan air dipanaskan 80°C.
• Pigmen antosianin dalam air diekstraksi dengan
amil alcohol, dipekatkan dan dikeringkan.
Identifikasi ANTOSIANIDIN
• Sisa kering dilarutkan dalam metanol – HCl,
dilakukan KKt dengan fase gerak forestal (HCl pkt -
asam asetat - air = 3 : 30 : 10), pengembangan 1
arah.
• Antosianidin dapat terpisahkan (pelargonidin,
sianidin, peonidin, deifinidin, peltunidin, malvidin)
ANTOSIANIN
• Jaringan segar diekstraksi dengan sedikit metanol
yang mengandung HCl %.
• Ekstrak pekat dapat langsung didentifikasi dengan
kromatografi kertas