Anda di halaman 1dari 82

SIFAT FISIKO KIMIA

ISOLASI & IDENTIFIKASI


SENYAWA FENOL
FISIKO KIMIA

Bentuk Reaksi
KARAKTER Kelarutan
senyawa kimia

kurang larut air, Bentuk dialam : Mudah


Umumnya teroksidasi (jika
kelarutan bertambah bebas atau terikat
Padatan tak murni)
jika gugus hidroksil dg gula (glikosida)
berwarna Bersifat asam
makin banyak, atau sebagai
(murni) lemah.
Kelarutan dalam ester/eter Bereaksi dg basa
pelarut organic polar  fenolat,
umumnya tinggi. kelarutan??
. Berpengaruh pada Dengan logam
Kelarutan??  komplek
Efek ikatan hidrogen

Senyawa polifenol
 mampu membentuk ikatan hydrogen
O
Interaksi intramolekular dan H
intramolekular
O
 Membentuk komplek dengan logam

Interaksi Intramolekuler :
(o-dihidroksi atau orto terhadap carbonil) 2-hidroksiasetofenon
• menurunkan reaktifitas ggs hidroksi
• Menurunkan kemampuan membentuk eter
atau ester
• Mengurangi kelarutan pada alkohol
• terjadi pembentukkan cincin
Interaksi Intermolekul :
- meningkatkan titik lebur
- menurunkan kelarutan
- menyulitkan dalam pemurnian
senyawa
- Senyawa cenderung berupa OH
padatan pd suhu kamar

OH
HO OH HO
resorsinol phloroglusinol
Pembentukan komplek dengan logam :
- Penting : di alam ataupun di laboratorium
- Logam yang terlibat biasanya Al, Mg, Fe membentuk
senyawa berwarna tergantung dari pola substitusinya
Sifat Asam Senyawa Fenol

Reaksi dengan basa (Na bikarbonat atau Na Karbonat) fenolat (larut air)
Sifat Planaritas senyawa Fenol

• Struktur 3 dimensi molekul penting karena berpengaruh pada


reaktifitas kimia dan aktivitas biologi. Ikatan rangkap antara atom
karbon dapat mempengaruhi suatu molekul planar atau non planar.
• Sudut antara orbital sp3 adalah 109,5 °, alkana (rantai atom karbon
yang terhubung melalui ikatan tunggal) tidak terletak pada bidang
datar. Namun dalam inti aromatis terdapat sistem terkonjugasi, maka
cincin benzena adalah planar.

flavone flavanonol
ASAM FENOLAT

• mengandung ggs –OH  sehingga bersifat


seperti fenol (lebih asam)
• kelarutan dalam air rendah
• Dapat dijumpai dalam bentuk :
• bebas (misal asam-p hidroksi benzoat, asam
vanilat, protokatekuat, vanilat) atau
• terikat dengan gula (asam galat sebagai
gallotannin) dalam ikatan ester
Pemisahan senyawa fenol dan asam fenolat
• Ekstraksi dengan air (larutan garam atau asam), MeOH, EtOH, aceton,
etilacetat.
• Sebelum pemisahan dan identifikasi  umumnya dilakukan hidrolisis
• Jaringan (segar/kering) atau ekstrak pekat dengan asam atau basa.
• Hidrolisis asam : HCl 2N, dipanaskan 30 menit
• Hidrolisis basa : NaOH 2N, suhu kamar 4 jam
(hati-hati terjadi oksidasi)
• Fenol yang terbebas dari hidrolisis diekstraksi dg eter  dilakukan deteksi
dengan pereaksi untuk golongan fenol.
• Deteksi :
• KLT silika gel pengembangan 2 arah
• Fg 1 : HAc – CHCl3 (1:9), fg 2 :EtOAc – benzene (9: 11)
• KLT selulosa pengembangan 2 arah
• Fg 1 : benzene – metanol – HAc (45 : 8 : 4)
• Fg 2 : HAc 6%

Note : Hac : asam asetat , EtOAc : etil asetat


EKSRAKSI CAIR-CAIR
• Ekstraksi asam fenolat dari bahan tanaman
dipengaruhi oleh sifat kimianya (misalnya, polaritas,
keasaman, ikatan hidrogen).
• Asam fenolat umumnya tersimpan di vakuola , dan
dapat diekstraksi dengan pelarut organik atau alkohol.
• Pelarut umum untuk ekstraksi : air panas, etanol,
aseton, dietil eter, kloroform, etil asetat, dan metanol
(atau berair metanol).
DETEKSI / IDENTIFIKASI FENOL
KLT :
pengembangan 2 arah :
• fase diam silika gel
fase gerak : Asam asetat-CHCl3 (1:9) dan EtOAc-benzena (9:11)
• Fase diam selulosa
Fase gerak benzena-metanol-asam asetat (45:8:4) dan asam asetat
6%
Deteksi :
- Mengabsorbsi UV pendek dg indikator fluoresensi 254nm
• Pereaksi Folin –Ciocalteu mixture of phosphotungstic dan
phosphomolybdic.
 biru (fenol inti katekol, hidrokuinon dll)
• Vanilin – asam (HCl atau H2SO4)
• Pereaksi Gibbs, diikuti dg amonia  warna bervariasi
dapat untuk membedakan asam vanilat (mm) dg asam isovanilat
(biru)
Pereaksi vanillin-asam
O

Asam : C
H

- HCl
H
- Asam sulfat
- Asam phosporatHO OCH3

OH Vanilin

HO
H
-H2O
H3CO
HO

H3CO
HO
Pereaksi Gibbs
(2,6-dibromokuinon-kloroimida 2% dlm CHCl3)

Reaksi : dg fenol pada posisi p- yang tak tersubstitusi


Fenilpropan (C6C3)
asam sinamat, kumarin, fenilpropene
Asam sinamat
sering dijumpai dalam bentuk ester :
• Dipisahkan dengan hidrolisis basa lemah, jika dg asam (panas)
terjadi dekarboksilasi.
• Hasil hidrolisis diekstraksi dg eter atau etil asetat  ekstrak
diuapkan
• Fenilpropene
seperti : eugenol, anetol, miristisin,
sering terdapat sebagai senyawa yang mudah
menguap, sulit larut air dan sering bersama dengan
terpen yang atsiri.
Kumarin :
Hidroksikumarin :
• Dalam bentuk bebas sulit larut air
• sering dijumpai dalam bentuk glikosida larut air
• pembukaan cincin lakton mjd natrium kumarinatlarut air.
Furanokumarin :
• larut lipid atau pelarut organik (eter), kadang sbg glikosida

Deteksi Kumarin : o O H O O

• Kertas saring ditetesi


KOH atau NaOH  N a O H 1 0 %
dikeringkan, K u m a rin c is -a s a m s in a m a t
kemudian sampel
diteteskan 
U V 3 6 6 n m

diamati pada
UV366 O
flourescensi HIJAU
KUNING c is -a s a m s in a m a t
O H
HIDROKSI SINAMAT DAN KUMARIN
• Umumnya isolasi didahului dengan hidrolisis asam atau
basa
• Hidroksi sinamat dan kumarin dapat diekstraksi dengan
eter atau etil asetat
• Ekstrak dicuci, diuapkan hngga kering
• Deteksi
• KLT fase diam selulosa 2 arah  terjadi pemisahan
Fg 1 : benzene – HAc – air (6 – 7 – 3)
Fg 2 : asam asetat 15% dalam air
• KKt (1 arah)
Fg : - n-butanol – HAc – air ( 4 : 1: 5 )
- air
- HAc 10% (untuk kumarin)
Fenilpropanoid
Asam hidroksisinamat & hidroksikumarin
metode mirip fenol sederhana.
• ekstrak tumbuhan dihidrolisis dg asam/basa, dan diekstraksi dg
eter/etilasetat.
• sisa penguapan dipisahkan dg KKt atau KLT, dideteksi : dibawah uv
 flouresens , jika diuapi NH3 warna makin kuat
• Asam sinamat, fase gerak :
• BAA = n-BuOH-HOAc-H2O (4:1:5, lapisan atas)
• BN = n-BuOH-NH4OH 2M (1:1, lapisan atas)
• BEA = n-BuOH-EtOH-H2O (4:1:2,2)
p- dan o-Kumarat, kafeat, ferulat, sinaptat, metoksisinamat dll.
• Hidroksikumarin, fase gerak :
• BAA, HOAc 10%
Aglikon : kumarin, umbeliferon, eskulentin dll
Glikosida : eskulin, skopolin dll
Senyawa kuinon
Senyawa dengan struktur 1,4 kuinon  di alam sebagai produk
akhioksidasi.
Atom karbon dengan struktur kuinon dapat berasal dari beberapa
kemungkinan :
• asam asetat (kuinon poliketida)
• asam mevalonat (kuinon terpen)
• asam sikimat

Dialam berupa :
Senyawa bebas
Terikat dengan gula : glikosida
TAHAPAN PEMISAHAN SENYAWA FENOL
Ekstraksi asam fenolat dari bahan tanaman :
1. Langkah awal
Sampel digiling/diserbuk :
• untuk meningkatkan luas permukaan
• memungkinkan kontak lebih baik dgn pelarut
• membantu pencampuran sampel untuk memastikan
bahwa bagian diekstrak merupakan perwakilan dari
seluruh sampel
• senyawa fenolik terjadi sebagai glikosida atau ester.

2. pemurnian dari ekstrak kasar


metode yang umum diterapkan : ekstraksi cair-cair,
kromatografi kolom, ekstraksi fase padat (SPE)
PENETAPAN KADAR
FENOL TOTAL
Metode Folin and Ciocalteau
• Untuk menentukan fenol total (termasuk antosianin, tanin hidrolisa dan tanin tak
terhidrolisa). Dapat untuk menentukan kandungan tirosin dan triptophan dalam
protein hidrolisat
• Prinsip reaksi : terjadi reduksi campuran reagen phosphotungstat dan
phosphomolybdat oleh gugus fenol produk warna biru, intensitas warna dapat
dikuantifikasi berdasarkan serapan yang terbaca pada spectrophotometer pada
750nm.
• Merupakan metode spectrophotometric  memerlukan kurva
standar yg menghubungkan antara kadar dan serapan. Umumnya
digunakan asam gallat atau klorogenat.
• Konsentrasi senyawa fenol yang dilaporkan relatif terhadap asam
gallat atau klorogenat.

Hasil tergantung kondisi sample yg disebabkan variasi fenol


(mempengaruhi efisiensi reduksi reagen)
 Dibandingkan dengan metode lain hasil bisa berbeda
PRINSIP METODE
• Pereaksi Folin-Ciocalteu berisi larutan kompleks ion polimerik dari
asam fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungstat. (Pereaksi
terbuat dari air, natrium tungstat, natrium molibdat, asam fosfat, asam
klorida, litium sulfat, dan bromin)
• Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah :
• Oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi mengoksidasi menjadi
fenolat (garam alkali), dan terjadi reduksi asam heteropoli
menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W).
• Selama reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi
dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks
fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru (dengan
struktur yang belum diketahui), dapat dideteksi dg
spektrofotometer.
• Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan
konsentrasi ion fenolat yang terbentuk,
Prosedur Folin and Ciocalteau
1. Dilute an aliquot of the sample (9 parts water to 1 part sample). This
is not necessary if the phenol content is low.
2. Add 2 ml of freshly prepared 2% (w/v) sod. carbonate (anhyd) to 0.1
ml of the sample extract (diluted if necessary).
3. Mix vigorously on a Vortex mixer. Let stand for 5 min.
4. While mixing on a Vortex add 0.1 ml of a 1:1 dilution of Folin-
Ciocalteu reagent. This reagent can be purchased from chemical
supply companies,such as Merck. If the reagent has a green color, it is
no longer good and should be replaced.
6. Allow the sample to stand for a minimum of 30 minutes, but not more
than one hour.
7. Read the absorbance in a spectrophotometer at 750 nm.

Metode serupa  Folin-Denis


Reagent berisi campuran sodium tungstate dan asam (phospho)
molibdat dalam asam phosphat
PENETAPAN
KADAR TANIN
Penetapan Tanin
• Tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis  variasi kimiawi tinggi,
ikut berpengaruh terhadap efisiensi metode.
• Adanya kandungan non tanin (favonoid) dapat memberikan hasil yang
bias.

Penetapan Tanin Terkondensasi :


1. The butanol-HCl assay
2. The vanillin assay

Penetapan Tanin Terhidrolisis


1. PK Gallotanin
 Rhodanine assay
2. PK Ellagitanin
The NaNO2/HCl assay
Penetapan Kadar (PK) Tanin Terkondensasi :
1. Metode : Butanol-HCl assay
Prinsip PK :
dengan Metode colorimetri yang melibatkan pemutusan
oksidasidatif protoantocyanidin menjadi antocyanidin.

Prosedur :
• 5 ml ekstrak air ditambahkan 5 ml larutan asam yang
mengandung ferro sulfat (77 mg of FeSO4.7H2O dissolved in
500 mL of 2:3 HCl/n-butanol)  dipanaskan di water bath
95°C for 15 min.
• The absorbance is read at 530 nm.
• Konsentrasi prothoanthocyanidin dinyatakan sebagai as
cyanidin equivalents (used for the standard curve). The
molecular extinction coefficient εmol that can be used to
convert the absorbance values to a concentration is equal
to 34700 L mol-1cm-1.
Penetapan Tanin Terkondensasi :
2. The vanillin assay
Metode colorimetric berdasar reaksi dengan vanillin pada
suasana asam
Prinsip :
• A 2-mL aliquot of a freshly prepared solution of vanillin (1
g/100 mL) in 70% sulfuric acid is added to 1 mL of aqueous
plant extract.
• The mixture is incubated in a 20°C-waterbath and after exactly
15 min. the absorbance at 500 nm read.
• The concentration of proanthocyanidins is expressed as (+)-
catechin equivalents (used for the standard curve).

monomeric flavonols, such as catechin and epicatechin,


can interfere
Pereaksi vanillin-asam
O

Asam : C
H

- HCl
H
- Asam sulfat
- Asam phosporatHO OCH3

OH Vanilin

HO
H
-H2O
H3CO
HO

H3CO
HO
Penetapan Gallotanin (tanin terhidrolisa):

Rhodanine assay
Prinsip :
• Rhodanine (2-thio-4-ketothiazolidine)
reacts with the vicinal hydroxyl groups of
gallic acid to produce a red complex that
can be detected spectrophotometrically at
520 nm.
• This reaction is specific for gallic acid, and
can thus be used for the detection of
gallotannins.
• This requires acid hydrolysis of the
gallotannins before the reaction with
rhodanine.
Penetapan Ellagitanin
The NaNO2/HCl assay
Prinsip :
Didasarkan pada reaksi pembentukan electophile NO+, yang
dapat bereksi dengan asam ellagat pada 2 sisi melalui reaksi
substitusi (4.3) atau adisi (4.4 ) yang akhirnya membentuk
quinine
oxime (4.5) yang pada kondisi basa menghasikan warna
merah (4.6).

Keuntungan Metode NaNO2/HCl :


• sensitif terhadap asam ellagitannin
• tidak sensitif terhadap senyawa fenol lain seperti asam
gallat, phloroglucinol, hidroksisinamat. Dengan senyawa
fenol lain membentuk warna kuning  tidak mengganggu
deteksi dengan spektrofotometri.
,
Deteksi lignin dan asam fenolat
unit penyusun lignin : - p-coumaryl alkohol,
- coniferil alkohol,
- sinapyl alkohol
Prinsip deteksi :
dilakukan hidrolisis asam diikuti oksidasi nitrobenzen
membentuk aldehide dan produk yang berkaitan (asam fenolat) :
- p-hidroksi benzoat,
- asam vanilat,
- asam siringat

deteksi :
dengan KLT pereaksi gibbs  bercak berwarna.
• Nitrobenzene oxidation degrades the phenylpropane
structure from a C6-C3 unit to a C6-C1 unit. After
incubation the soluble fraction is acidified and
extracted with ether.
• The degradation products can be separated on an
HPLC column to determine the lignin composition.
Alternatively, gas chromatography (GC) or gas
chromatography-mass spectrometry (GC-MS) can be
used.
The degradation
products :
–p-hydroxy
benzaldehyde (4.13),
vanillin (4.14), and
syringaldehyde (4.15),
and the corresponding
acids p-hydroxybenzoic
acid (4.16), vanillic acid
(4.17), and syringic acid
(4.18)
Lignin-Acetylbromide
Prinsip :
Menggunakan
acetyl bromide
(4.10) untuk :
• asetilasi gugus
hidroksil bebas
dalam lignin dan
• mensubstitusi
gugus hidroksi
bebas pada α-
carbon dengan
bromine .

Lignin tersubstitsi
larut asam dan
konsentrasinya
dapat ditetapkan
dengan
spectropho-
tometer pada 280
nm.
FLAVONOID
FISIKO KIMIA, ISOLASI DAN
ANALISIS
FLAVON
 Senyawa fenol
Modifikasi lebih lanjut dapat berupa :
• penambahan (pengurangan) ggs –OH
• metilasi ggs –OH(1) atau pada inti flavonoid (2);
• isoprenilasi ggs- OH(1) atau pada inti flavonoid (2);,
• metilasi pada ggs orto-dihidroksi.
• glikosilasi ggs hidroksi (O-glikosida) (1) atau inti flavonoid
(C-glikosida) (2);
• dimerisasi (biflavonoid)
• pembentukkan flavonoid sulfat
Jenis Flavonoid
1. Aglikon polimetil/metoksi
2. Aglikon polihidroksi
gugus –OH
• paling banyak di alam.
• sering dijumpai : OH
ggs –OH pada C5 C7 C3 C4’ C3’
HO O

OH

OH O
2. Glikosida
 Gula (glikosida flavonoid).
O-glikosida
• frekuensi paling banyak, gula terikat pada C3 C7 C4’ C3’ C5
• Gula umum : glukosa, dijumpai juga galaktosa, ramnosa, xilosa,
arabinosa, fruktosa, asam glukoronat, galakturonat.
• Modifikasi glikosida : asilasi.
Glikosida terasilasi  satu gugus hidroksi gula (atau lebih) berikatan
dg asam asetat atau ferulat.
ROH2C OH
O
HO
HO O O
OH

OH O
(1) (R=H) Apigenin 7-O-B-D-glukopiranosida
(2) (R=OCOCH3) Apigenin 7-O-B-D-(6"-O-asetil)glukopiranosida
C-glikosida
• Aglikon yang paling lazim : HO
flavon, dijumpai juga pada
flavanon, flavonol dan CH2OH
HO
isoflavon.Pada gula dapat
mengalami asilasi. H

• Glikosilasi paling banyak HO


O OH

pada C6 C8.
HO O

OH

OH O
Apigenin 8-C-B-D-glukopiranosa (viteksin)
3. Biflavonoid
 flavonoid dimer.
• Yang lazim dijumpai : flavon dan flavanon.
• Ikatan antar flavonoid : ikatan eter atau carbon-carbon.
• Jenis monomer dapat sama atau berbeda dg dengan
letak ikatan berbeda.
•  sukar dikenali, sifat menyerupai monoflavonoid
pembentuknya.
4. Flavonoid sulfat
• suatu flavon-O-SO3K
• Mengandung ion sulfat (satu/lebih) terikat pd ggs –OH
fenolik atau pada gula.
SIFAT FISIK FLAVONOID
1. Flavonoid aglikon polimetoksi/polimetil
- aglikon flavonoid non polar
- larut heksan, PE, eter
- sedikit larut methanol
- tidak larut methanol-air
2. Flavonoid polihidroksi
- aglikon flavonoid semi polar
- tidak larut heksan, PE
- larut eter, etil asetat dan methanol
- tidak larut air, sedikit larut air panas
3. Flavonoid O-glikosida
Flavonoid C-glikosida
- glikosida polar
- tidak larut heksan, PE dan eter
- sedikit larut etil asetat
- larut metanol dan alkohol pada umumnya.
- Sangat larut air

Jumlah gula yang terikat semakin banyak  sifat ?

Pemilihan solven untuk ekstraksi :


berdasarkan jenis flavonoid yang dikehendaki
SIFAT KIMIAWI FLAVONOID
• mampu bereaksi dengan logam berat  senyawa
kompleks
• pada gugus o-dihidroksi
• pada gugus –OH dekat karbonil
• mempunyai sifat seperti senyawa fenol, yi :
dapat terionisasi menghasilkan ion H+.
 dapat diidentifikasi dengan basa (NaOH/NH4OH)
• Dapat dihidrolisis
Flavonoid O-glikosida  mudah dihidrolisis dengan
asam (dengan pemanasan). Produk hasil hidrolisis?
Flavonoid C-glikosida tidak dapat dihidrolisis
Kromatogram Flavonoid
Kromatografi Kertas
Fase gerak :
 2 jenis fase gerak yang umum digunakan :
a. fase gerak alkoholik
• n-butanol – asam asetat –air (4 : 1: 5)
b. fase gerak berair
• asam asetat 15%, 30% dan 50%

Kromatografi Lapis Tipis


Fase diam :
• Selulosa = avicel (fase gerak sama dengan KKt)
• Silika gel
(fase gerak relatif polar misal CHCl3 – MeOH : 8 : 2)
• Poliamida
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
contoh fase diam & fase gerak yang lain:

Jenis flavonoid Fase diam Eluen


Glikosida flavonoid Selulosa t-butanol-asam asetat-air (4 :1:5)
Poliamid Air-metanol-asam asetat (1:18:1)
Silika gel Etil asetat-piridin-air-metanol
(80:20:10:5)
Aglikon flavonoid polar Selulosa Benzen-asam asetat-air (125:72:5)
Poliamid Metanol-asam asetat-air (18:1:1)
Silika Benzen-piridin-asam asetat (36:9:5)
Kloroform – metanol (8 : 2) atau (9 : 1)
Aglikon flavonoid non- Selulosa Asam asetat 10-30%
polar (isoflavon, flavon
termetilasi) Silika Kloroform : Metanol (15 : 1) atau (3:1)
Pola Gerakan pada KKt
• Efek glikosilasi terhadap Rf?
OH
OH
OH
OH

HO O HO O
HCl

+ Glukosa +
Ramnosa
O -GLUKOSIL - RAMNOSIL
OH
OH O
Rutin OH O
Quercetin
KKt ?
• Pada fase gerak BAW
a. Rf aglikon dibanding glikosida ?
b. efek hidroksilasi dan metilasi pada gugus hidroksil ?
• pada fase gerak berair (HAc encer)
a. Rf aglikon dibanding glikosida ?
Floresensi Flavonoid pada UV366nm
 pedoman umum
1. Flavonol atau glikosidanya yg mengandung gugus -OH bebas pada C3 
berfloresensi kuning (kecuali kuersetagenin)
OR
OR

RO O
kuning
UV 366
R'O OH

OR O
R = H atau alkil
R'= alkil
OH
OH

HO O
coklat
UV 366
HO OH

OH O
2. Flavon atau flavonol yg mengandung ggs –OH pada C3 yang
tersubstitusi berflorescensi coklat hitam (coklat gelap/ungu gelap)
 berubah menjadi kuning jika diuapi amoniak.

OH
OH

HO O
Coklat gelap
UV 366

HO OR

OH O
3. Flavonoid yang tidak mengandung gugus –OH pada
C5  berflorescensi kuning hijau.
OH
OH

HO O
Kuning hijau
UV366

OH

Flavon atau flavonol 3-O-tersubstitusi yg tidak mengandung


gugus 5-OH  berflorescensi biru.
OH
OH

HO O
biru terang
UV 366
OR

O
4. Isoflavon & Flavanon  sedikit yang telah diisolasi,
sulit dibuat pedoman floresensi
5. Auron, berflorescensi kuning terang baik pada UV
atau visibel dan berubah merah terang jika diuapi
amoniak.

O
CH Kuning NH3 Merah
terang terang
UV
Auron 366
O
6. Chalkon, berflouresensi coklat hitam pada UV dan
kuning pada visible, jika diuapi amoniak menjadi
merah.

HO OH
OH
UV 366 Coklat
hitam NH3 Merah
terang
OH O Kuning
Khalkon Vis
Sifat Flavonoid pada spektra UV
 pedoman umum
1. Spektra flavonoid terdiri dari 2 pita atau 2 λmax.
- Pita I  cincin B (sinamoil)
- Pita II  cincin A (benzoil)

OH

O O O
Benzoil ---(II)

HO
Sinamoil ----(I)
O
O
Rentang serapan UV flavonoid

No. Flavonoid Pita II (nm) Pita I (nm)


1 Flavon 250 - 280 310 - 350

2 Flavonol 250 - 280 330 - 380

3 Flavanon dan dihidroflavonol 275 - 295 (s) 300 - 330


4 Isoflavon 245 - 275 (s) 310 - 330

5 Khalkon 230 - 270 340 -390

6 Auron 230 - 270 380 - 430

7 Antosianin 270 - 280 465 - 560


2. Hidroksilasi menyebabkan pergeseran batokromik pita I
3. Metilasi dan glikosilasi gugus –OH menyebabkan pergeseran
hipsokromik pita I

No Flavonoid Jumlah yg Range Pita I


. diperiksa (nm)
1 Flavon 50 304 - 350
2 Flavonol (3-OH tersubs) 26 328 - 357

3 Flavanol (3-OH bebas) 27 352 - 385


OH

HO O
HO O

HO
O O
7-hidroksi flavon OH Apigenin OH
mak : 252, 307 mak : 267, 336
OH OH

HO O HO O

OH O-Glukosil-ramnosil

OH O OH O
Quercetin Rutin
mak : 255, 370 mak : 259, 359
Efek Penambahan Pereaksi Geser
Flavonoid  asam lemah, dg basa akan membentuk garam
a. NaOH/NaOMe
 pergeseran batokromik karena ggs –OH terionisasi.
Untuk deteksi ggs –OH pada C4’, terjadi pergeseran
batokomik (45 – 65 ) & juga terjadi hiperkromik.
b. NaOAc
Natrium acetat, basa lemah.
 hanya mengionisasi gugus hidroksi yang paling asam
(OH pada C7)
NaOAc untuk deteksi adanya ggs 7-OH bebas, terjadi
pergeseran batokromik pita II, pergeseran flavon dan
flavonol 5 – 20 nm.
a. NaOMe
Gugus 4’-OH bebas
a. NaOMe
Gugus 4’-OH terikat
b. NaOAc
7-OH bebas
Flavonoid, senyawa dengan gugus OH  mampu
membentuk komplek
a. asam borat
Asam borat dengan
keberadaan NaOAc, akan HO
OH
mengkelat ggs o-di-OH B
pada semua lokasi pada O
inti flavonoid (kecuali O
C5,6)
O

Untuk deteksi ggs o-


diOH. Pada flavon dan OH
flavonol terjadi
pergeseran batokromik O
pita I (12 – 30nm)
b. AlCl3
Membentuk komplek dengan gugus :
• 5-OH dengan 4-keto gugus –OH dekat C=O
• 3-OH dengan 4-keto
• o-diOH ----- komplek tidak stabil asam

Besar pergeseran (Δ λmak) pita I terhadap spektra dalam


MeOH karena penambahan AlCl3:
• 3-hidroksi (flavonol), tanpa 5-OH  60 nm
• 5-hidroksi flavon  45 nm
• 3,5-dihidroksi flavon  50 – 55 nm
• o-di-OH cincin B  30 – 40 nm
• o-di-OH cincin A  20 – 25 nm
c. AlCl3
Karakter serapan spektrum UV dari flavonoid  perlu
penegasan dengan metode :
• MS
• H-NMr dan C-NMr
• IR
Spektrofotometri HNMR
Spektrofotometer MS
ISOLASI FLAVONOID (Trigonella foenum-graecum, (jurnal : Phytochemistry 58
(2010), 577)
Trigonella foenum-graecum

Ekstrak MeOH
dipekatkan dg rotaevaporator

Ekstrak pekat
disuspensi H2O dan PE

Fs. PE Fs. air


+ EtOAc

Fs. EtOAc Fs. air


+ n-BuOH

Fs. Air
Fs. n-BuOH OH
KK, silika gel,
gradienelusi CHCl3:EtOH
HO O
Fraksi CHCl3-EtOH (4:1)
Sephadex LH20, air-MeOH (95:5)
O-glukosil-galaktosil
Kaemferol 3-O--D-glucosyl--D-galaktosil
OH O
Uji Shinoda/Shibata/Wilstater
• Deteksi inti γ-benzopiron  mereduksi karbonil
• Sampel + beberapa potongan kecil Mg+ 3 tetes larutan HCl
pekat  Warna kuning, oranye, jingga, merah
 Jingga sampai merah (flavon)
 merah sampai merah tua (flavanol)
 merah tua sampai magenta (merah keunguan) flavanon
• warna terlihat lebih jelas jika di+ amil alkohol
FLAVANOID
O

Meliputi, al :
1. Flavan-3,4-diol (leukoantosianidin) Flavan
Reaksi :
penambahan asam  larutan merah (antosian) dan endapan merah
(phlobafen)

OH

OH

R1 R2 R3
HO O OH OH H = leukosianidin
R2
OH OH OH= leukodelfinidin

OH

R1 OH
2. Flavan-3-ol (Katekin)
• Sifat khas polihidroksi flavon :
•  cenderung membentuk polimer karena pengaruh asam/enzim.
• Sifat senyawa polimer berbeda dengan monomernya.
R2

OH

R1 R2
HO O OH H = Katekin
OH
OH OH = gallokatekin

OH

R1

Sifat khas polihidroksi flavan :


 cenderung membentuk polimer karena pengaruh asam/enzim.
Sifat senyawa polimer berbeda dengan monomernya.

Tidak seperti flavonoid lain, flavan sering dijumpai sebagai aglikon


bebas atau polimer, tidak terglikosilasi
PROANTOSIANIDIN
 produk kondensasi dari 2/lebih molekul flavan-
3ol/flavan-3,4-diol
• tak berwarna, dalam jaringan berkayu atau kulit buah.
• Mampu mengendapkan protein
• Pemanasan lama dengan asam  polimer komplek dan
tidak larut berwarna merah  phlobafen
Contoh :
• proantosianidin B  2 unit flavan digabung oleh 1 ikatan
C-C
• proantosianidin A  2 unit flavan digabung oleh 2 ikatan
C-C
• sifat diatas  proantosianidin digolongkan dalam tanin.
ANTOSIANIN
• Pigmen yang berwarna O
kuat pada tumbuhan
(merah – ungu – biru).
• Dalam bentuk glikosida yg larut air
- Jika monoglikosida  gula pada C3
- Diglikosida  gula pada C3 dan C5
• Antosianidin :
- aglikon antosianin yang terbentuk bila
antosianin dihidrolisis dengan asam.
- 2-fenilbenzopirilium (flavilium) yang
umumnya ditandai gugus 3-OH
• Jenis warna yang timbul, tergantung pada :
• Jumlah, jenis dan kedudukan substituen pada cincin A dan
B
• pH medium
• ion logam, dll
• Reaksi pada pH tinggi

OH OH
OH
O

O O

OH
OH
OH

warna lembayung
Warna Antosianin :
Cincin B :
• Penambahan gugus hidroksi bebas pada cincin B suatu
molekul antosianin menyebabkan lebih pekatnya warna
biru yang ditimbulkan.
• Penambahan gugus metoksi akan makin besar pergeseran
kearah merah
pH Medium :
• Antosianin berwarna merah pada asam dan akan beubah
menjadi biru jika pH naik dan akhirnya akan rusak dalam
larutan alkali kuat.
Sifat Antosianin

Tidak stabil dalam Dengan cahaya warna


larutan basa dan netral memudar

Stabil dalam larutan


asam

Prinsip Isolasi
diekstraksi dengan pelarut yang mengandung asam
(HCl atau asam asetat), larutan disimpan dalam gelap
ANTOSIANIDIN
Isolasi
• Jaringan segar dipanaskan dalam HCl 2M dalam
tabung reaksi 40 menit 100°C.
• Ekstrak berwarna didinginkan dan
diendaptuangkan
• Ekstrak dicuci dengan etil asetat, lapisan etil asetat
dibuang dan lapisan air dipanaskan 80°C.
• Pigmen antosianin dalam air diekstraksi dengan
amil alcohol, dipekatkan dan dikeringkan.
Identifikasi ANTOSIANIDIN
• Sisa kering dilarutkan dalam metanol – HCl,
dilakukan KKt dengan fase gerak forestal (HCl pkt -
asam asetat - air = 3 : 30 : 10), pengembangan 1
arah.
• Antosianidin dapat terpisahkan (pelargonidin,
sianidin, peonidin, deifinidin, peltunidin, malvidin)
ANTOSIANIN
• Jaringan segar diekstraksi dengan sedikit metanol
yang mengandung HCl %.
• Ekstrak pekat dapat langsung didentifikasi dengan
kromatografi kertas

Anda mungkin juga menyukai