Terminologi
Larutan adalah campuran homogen dari dua komponen atau lebih. Zat yang
dilarutkan disebut solut dan agen yang melarutkan disebut pelarut.
Kelarutan suatu senyawa adalah jumlah senyawa (zat) terlarut yang dapat
larut dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur tertentu.
Larut (soluble) 10 – 30
Pelarut Polar
Air
Hidrofilik; lipofobik
Gugus hidrofilik
KELARUTAN
Pelarut Nonpolar
Lemak
Lipofilik/hidrofobik
Gugus lipofilik
Senyawa nonpolar mudah larut dalam lemak, maka nilai koefisien partisi
lemak/air besar, sehingga mudah menembus membran sel secara difusif
pasif.
GUGUS HIDROFILIK DAN LIPOFILIK
Sifat Gugus
Hidrofilik Kuat -OSO2ONa, -COONa, -SO2Na, -OSO2H
(makin ke Sedang -OH, -SH, -O-, =C=O, -CHO, -NO2, -NH2,
kanan -NHR, -NR2, -CN, -CNS, -COOH, -COOR,
makin -OPO3H2, -OS2O2H
menurun) Ikatan tak jenuh -C=CH, -CH=CH2
Lipofilik Rantai hidrokarbon alifatik, alkil, aril,
hidrokarbon polisiklik
Gugus halogen bila disubstitusikan pada cincin aromatis akan bersifat lipofilik.
Substitusi pada rantai alifatik gugus –I, -Br , dan –Cl akan bersifat lipofilik sedang
substitusi –F akan bersifat hidrofilik.
Contoh:
Nitrobenzen µ = 4.2 x 10-18 esu cm
Fenol µ = 1.7 x 10-8 esu cm
Solven polar dengan tetapan dielektrik yang tinggi menurunkan gaya atraksi
antara ion bermuatan berlawanan dalam kristal, misalnya NaCl.
Solven polar memutuskan ikatan elektrolit kuat dalam reaksi asam, basa.
Terjadi ionisasi HCl dalam air
Solven polar mampu mensolvasi molekul dan ion melalui gaya interaksi dipol,
khususnya pembentukan ikatan hidrogen yang menyebabkan kelarutan zat
Ion Zwitter atau Zwitter-ion adalah ion yang memiliki muatan berlawanan,
bermomen dipol sekaligus gugus bersifat asam dan basa. Ion Zwitter
kebanyakan dibentuk oleh asam amino. Pada pH netral zwitter-ion akan
bermuatan positif (kation) maupun bermuatan negatif (anion).
Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat dipengaruhi oleh pH,
sedangkan kelarutan senyawa non-elektrolit yang tidak terionisasi dalam air
hanya sedikit dipengaruhi oleh pH.
Perlu ditentukan pH optimum untuk menjamin larutan jernih, stabil dan efektifitas
terapi maksimum.
Misalnya: as. Salisilat, atropin sulfat, tetrakain HCl, sulfonamida, fenobarbital Na
Hydroklorotiazide, suatu sulfonamide dan htiazide,
diuretik
Sulfonamide
Fenobarbital (epilepsi) Atropin
Pengaruh Polaritas Pelarut
Umum
Molekul solut polar akan terlarut dalam pelarut polar
Molekul solut non-polar akan terlarut dalam pelarut non-polar
Konstantan Dielektrik
Senyawa hidrofobik meningkat kelarutannya dalam air dengan adanya
perubahan konstanta dielektrik pelarut yang dapat dilakukan dengan
penambahan pelarut lain (ko-solven)
Bila perubahan dari satu bentuk kristal ke bentuk lain reversibel proses ini
disebut enantitropik.
Molekul solut berada dalam larutan oleh gaya lemah van der waals.
Minyak dan lemak larut dalam CCl4, benzen dan pelarut organik lainnya.
Basa alkaloid dan asam lemak larut pula dalam pelarut non-polar.
Aseton meningkatkan kelarutan eter dalam air. Propilen gliko menambah kelarutan
campuran air dengan benzil benzoat
Keton dan alkohol dapat menginduksi derajad polaritas dalam molekul solven non-
polar. Karena itu benzen yang mudah terpolarisasi menjadi larut dalam alkohol.
PARTISI DAN DISTRIBUSI
Jika suatu senyawa (solut) ditambahkan pada sepasang pelarut yang tidak
tercampurkan, maka senyawa akan terdistribusi diantara kedua pelarut sesuai
dengan afinitasnya pada masing-masing pelarut.
Senyawa polar (asam amino, obat yang terionisasi) akan cenderung masuk ke
dalam fase polar (fase air), sementara senyawa non polar (obat tidak
terionisasi) akan cenderung masuk ke dalam fase non-polar (organik, lipid).
P= [Organik]/[Air]
Jika suatu zat ditambahkan ke dalam dua fase pelarut tidak tercampur,
maka solut akan terdistribusi ke dalam kedua pelarut yang dapat
dinyatakan dengan koefisien distribusi (D) atau koefisien partisi (P)
KD = [A]o/[A]w
KD : koefisien distribusi
[A]o : konsentrasi solut A dalam pelarut organik
[A]w : konsentrasi solut A dalam pelarut berair
Koefisien Partisi (P): rasio konsentrasi solut diantara dua fase pelarut,
khususnya terhadap solut yang tidak terionisasi.
Jika suatu pelarut adalah air (mengandung air) dan yang lain aalah pelarut
non-polar, maka nilai log P adalah suatu ukuran dari lipofilisiti atau
hidrofobisiti.
Tak terionisasi
[Solut]oct
log Poct/w = log Tak terionisasi
[Solut]w
pH sangat berpengaruh
I
I
[Solut]oct
log Poct/w = log
I
[Solut]w
[Solut] terionisasi
oct + [Solut] tak terionisasi
log Doct/w = log oct
[Solut] terionisasi
w [Solut] wtak terionisasi
100 o Heksetal
o Sekobarbital
50
P o Pentobarbital
CHCl3/Air
10
5
o Aprobarbital
o Fenobarbital
1
o Barbital
20 40 60
Persen (%) obat yang diabsorpsi