A. Skrining Resep
a) Kajian Administratif
Tabel I. Persyaratan Administratif Resep
Bagian Tidak
Kelengkapan Ada Keterangan
resep ada
Nama Dokter √ - dr. Razi Maulana
SIP √ - 087/2009
Alamat Dokter √ - Praktik : Jl. T Bendahara No.1
Inscriptio No Telp/ Hp - √ -
Tempat dan
Bandah Aceh,
tanggal √ -
Tanggal : 15 Maret 2011
penulisan resep
Invocatio Tanda R/ √ - R/ Racikan
Prescriptio Nama obat √ - Paracetamol 100mg
Jumlah yang Sacc lactis q.s
diminta m.f pulv. dtd No. VI
Dosis obat S p.r.n. t. dd pulv I
Bentuk sediaan - √
Aturan Pakai √ -
Nama Pasien √ - Susi
Umur Pasien √ - 2 tahun
Signatura
Bobot pasien - √ Tidak tercantum
Alamat Pasien √ - Penumping ½ Surakarta
No Telp/ Hp
- √ Tidak tercantum
pasien
Subscriptio Paraf/tanda
tangan dokter √ -
Berdasarkan kajian administratif menurut Permenkes No.35 tahun 2014, ada beberapa
kekurangan dalam resep di atas antara lain :
1. Nomor telepon Dokter
SIP, alamat dokter, nomor telp praktik/rumah dan paraf dokter diperlukan
unutk menilai kelegalan resep dan untuk menghubungi dokter pembuat resep jika
ditemukan kekeliruan dalam penulisan resep. Pada resep di atas tidak terdapat nomor
telepon dokter.
2. Nomor telepon Pasien
Nomor telepon penting untuk menghubungi pasien ataupun keluarga pasien
jika terdapat kesalahan saat pelayanan resep secara cepat ataupun untuk pengontrolan
penggunaan obat. Pada resep di atas, tidak dicantumkan nomor telepon pasien atau
keluarga pasien, namun hal ini dapat diatasi dengan meminta nomor telepon pasien
saat penyerahan resep oleh petugas apotek.
3. Bobot badan
Bobot badan pasien diperlukan untuk menghitung dosis obat yang diberikan
secara tepat. Pada resep di atas tidak tercantum bobot badan pasien, namun hal ini
dapat diatasi dengan menanyakan kepada pasien pada saat penyerahan resep dan
apabila pasien atau keluarga pasien tidak mengetahui bobot badannya, maka
perhitungan dosis dapat menggunakan rumus umur.
b) Kajian Kesesuaian Farmasetik
1. Kesesuaian Bentuk dan Kekuatan Sediaan
Bentuk sediaan dalam resep ini adalah serbuk racikan. Pemilihan bentuk sediaan telah
sesuai karena pasien memiliki umur 2 tahun yang lebih efektif dan mudah diterima
oleh pasien untuk mengonsumsi obat dalam bentuk sediaan racikan serbuk. Jadi,
berdasarkan skrining farmaseutik resep dari pasien Susi dapat dilayani.
2. Stabilitas
Obat Paracetamol yang diracik dalam sediaan puyer stabil secara fisik.
3. Kompatibilitas
Tidak terjadi inkompatibilitas secara farmasetik atau perubahan secara fisik dari obat
paracetamol yang diracik.
c) Pertimbangan Klinis
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara klinis dari resep tersebut antara lain yaitu :
1. Ketepatan Indikasi Dan Dosis Obat
Berdasarkan kajian terhadap resep tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pasien
menerima obat dari dokter berupa obat yang mempunyai indikasi sebagai berikut :
a. Ketepatan Indikasi
Berdasarkan kajian terhadap resep tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pasien
menerima obat dari dokter berupa obat yang mempunya indikasi sebagai berikut :
Parasetamol merupakan derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Obat ini indikasikan untuk mengurangi rasa demam (Sukandar
dkk, 2009).
Demam pada anak adalah suatu kondisi ketika suhu tubuh anak naik melewati batas
normal. Demam didefinisikan ketika suhu tubuh anak lebih dari 37,2 derajat Celsius
bila diukur dari ketiak, melebihi 37,8 derajat Celsius bila diukur dari mulut, atau di
atas 38 derajat Celsius bila diukur dari dubur.
2. Kesesuaian Dosis
D. Etiket
3 x sehari 1 Bungkus
Bila perlu
Sesudah makan
R/ Paracetamol 100 mg
m.f. pulv dtd No. VI
∫ p.r.n. 3 dd I pulv
___________________________ det =
p.c.c
F. Penyerahan Obat
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian
informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik
dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat.Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal. Informasi
meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat
dan lain-lain.
Sebelum menyarahkan obat dan setelah memastikan obat yang akan diberikan sudah maka
maka terlebih dahulu menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime
Questions, yaitu:
1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat Anda?
3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda menerima
terapi obat tersebut?
Setelah etiket dibuat maka dilakukan penyerahan obat. Sebelum itu, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep. Selanjutnya,
dilakukan pemberian informasi obat kepada pasien. Informasi yang diberikan kepada
pasien pada saat penyerahan obat:
1) Obat racikan diindikasikan sebagai obat demam, dengan aturan pakai 3 kali sehari 1
bungkus bila masih demam. Kemungkinan efek samping umum yang timbul setelah
mengkonsumsi obat tersebut adalah mual muntah.
2) Obat sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering,
terlindung dari cahaya.
Copie resep ialah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh apotek. Istilah lain dari
resep ialah apograph, exemplum, atau afschrif.
Berdasarkan kajian administratif menurut Permenkes No.35 tahun 2014, Copy Resep
diatas sudah sesuai/ sudah lengkap.
b) Kajian Kesesuaian Farmasetik
1. Kesesuaian Bentuk dan Kekuatan Sediaan
Bentuk sediaan dalam resep ini adalah tablet. Pemilihan bentuk sediaan telah sesuai
karena pasien memiliki umur 28 tahun yang artinya sudah bisa menelan tablet dengan
baik dan juga lebih efektif. Jadi, berdasarkan skrining farmaseutik resep dari pasien
Andi dapat dilayani.
2. Stabilitas
Obat Amoxicilin, Paracetamol dan CTM yang diberi dalam bentuk tablet stabil secara
fisik.
3. Kompatibilitas
Tidak terjadi inkompatibilitas secara farmasetik atau perubahan secara fisik dari obat-
obatan yang diberikan.
c) Pertimbangan Klinis
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara klinis dari resep tersebut antara lain yaitu :
1. Ketepatan Indikasi Dan Dosis Obat
Berdasarkan kajian terhadap resep tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pasien
menerima obat dari dokter berupa obat yang mempunyai indikasi sebagai berikut :
a. Ketepatan Indikasi
Berdasarkan kajian terhadap resep tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pasien
menerima obat dari dokter berupa obat yang mempunya indikasi sebagai berikut :
- Parasetamol merupakan derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Obat ini indikasikan untuk mengurangi rasa demam
(Sukandar dkk, 2009).
- Amoxicilin adalah obat untuk mengatasi berbagai jenis infeksi
bakteri. Obat antibiotik ini tersedia dalam bentuk tablet maupun sirup.
- CTM mengandung zat aktif Chlorpheniramine maleat, obat golongan agonis
histamin perifer H1-reseptor. Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala alergi
seperti rhinitis alergi, urtikaria, bersin-bersin, mata berair, gatal pada mata, hidung,
tenggorokan atau kulit.
2. Kesesuaian Dosis
Menurut PIONAS dosis obat pasien dewasa Pct, Amoxicilin dan CTM adalah sebagai
berikut :
Amoxicilin : Dosis konsumsi amoxicillin yang umumnya diberikan pada orang dewasa
adalah 250-500 mg 3 kali sehari, atau 500-875 mg 2 kali sehari.
Paracetamol : 325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam. Paracetamol 500
mg dapat diminum tiap 4–6 jam sekali untuk meredakan demam.
CTM : 1 mg, dua kali sehari. 1 mg, tiap 4-6 jam. Batas maksimal dosis per hari adalah
6 mg.
Dosis yang diberikan sudah sesuai
d) Aturan, cara dan lama penggunaan obat
Aturan penggunaan obat pada resep diatas tidak mencantumkan waktu penggunaan obat
(a.c atau p.c). Dimana aturan pakai untuk resep adalah 3 kali sehari sebanyak 1 tablet
untuk masing-masing obat.
e) Duplikasi atau Polifarmasi
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang banyak dan tidak sesuai
dengan kondisi kesehatan pasien. Sedangkan duplikasi obat adalah pemberian lebih dari
satu obat yang mempunyai khasiat dan mekanisme kerja obat yang sama (Tan dan
Rahardja, 2010). Tidak terjadi polifarmasi ataupun duplikasi obat pada resep ini.
f) Reaksi obat yang tidak diinginkan
Efek samping yang diderita oleh pasien bergantung dari efek samping masing-masing obat.
Paracetamol memiliki efek samping sebagai hepatotoksik. Amoxicilin mual, muntah.
Sedangkan CTM mengantuk.
g) Kontraindikasi
Obat-obat yang diresepkan secara umum dikontraindikasikan untuk pasien yang memiliki
hipersensitifitas terhadap obat-obat tersebut.
h) Interaksi (Gerald, 2004, Sukandar dkk, 2009)
Tidak terjadi interaksi antarobat pada resep ini. Tapi sebaiknya diminum 1 jam setelah
makan karena akan berinteraksi dengan makanan yang mengandung karbohidrat.
C. Penyiapan Resep
Penyiapan resep meliputi menghitung, menyiapkan, mengemas, dan memberi etiket pada
wadah.
Perhitungan Resep
Amoxicilin : Sudah diambil 16 Tablet sesuai resep
Paracetamol : Sudah diambil 15 tablet dari 20 tablet. Jadi yang belum diberikan 5 tablet
CTM : Belum diambil (nedet)
D. Etiket
1
APOTEK KIMIA FARMA RATULANGI
Jl. Sam Ratulangi No. 59
Apoteker :Esterlina Watung, S.Farm.,Apt
SIA : 440/53-14/APT/PSDK-DKK/V/2021
3 x sehari 1 Tablet
Dihabiskan
Sesudah makan
3 x sehari 1 Tablet
E. Copy Resep Sesudah makan
Nama Obat : Paracetamol
3 x sehari 1 Tablet
Sesudah makan
D. Penyerahan Obat
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian
informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik
dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat.Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal. Informasi
meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat
dan lain-lain.
Sebelum menyarahkan obat dan setelah memastikan obat yang akan diberikan sudah maka
maka terlebih dahulu menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime
Questions, yaitu:
4) Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
5) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat Anda?
6) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda menerima
terapi obat tersebut?
Setelah etiket dibuat maka dilakukan penyerahan obat. Sebelum itu, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep. Selanjutnya,
dilakukan pemberian informasi obat kepada pasien. Informasi yang diberikan kepada
pasien pada saat penyerahan obat:
3) Obat racikan diindikasikan sebagai obat demam, dengan aturan pakai 3 kali sehari 1
bungkus bila masih demam. Kemungkinan efek samping umum yang timbul setelah
mengkonsumsi obat tersebut adalah mual muntah.
4) Obat sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering,
terlindung dari cahaya.
Berdasarkan kajian administratifnya, resep ini tidak mencantumkan nama dan alamat dokter,
nomor telepon dokter, usia pasien, nama pasien tidak jelas, alamat pasien tidak ada, aturan pakai
tidak jelas, juga obat didalamnya tidak dapat dibaca.
IV. Contoh Resep
Berdasarkan kajian administratifnya, resep ini tidak mencantumkan usia pasien, juga obat
didalamnya tidak dapat dibaca