Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ANALISA HASIL RESEP

GANGGUAN METABOLIK DAN DEGENERATIF BLOK 2.6

Disusun Oleh :
Yusril Bintang Nurzaman 17711067
Kelompok Tutorial 14
Tutor dr. Isnatin Miladiyah, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
I. Deskripsi Kasus/Resep

Ny. VA yang berusia 18 tahun datang ke puskesmas Pandak II dengan


keluhan mual, muntah, nyeri bagian perut kiri,dan kadang dada terasa sesak.
Keluhan dirasakan terutama saat makan sehingga membuat pasien
mengalami kesulitan apa-apa. Keluhan ini di rasakan sejak 3 hari yang lalu,
tidak ada riwayat keluarga dan pasien baru pertama kali. Dari anamnesis
tidak didapatkan keluhan lain dan dari rekam medis, dokter meresepkan
obat Paracetamol, Ranitidin dan Domperidon. Paracetamol diberikan untuk
mengobati rasa nyeri yang dirasakan, ranitidine diberikan untuk
mengurangi produk HCl agar mengurangi terjadinya keparahan pada
lambung dan domperidone diberikan untuk mencegah terjadinya GERD.

II. Kelengkapan Resep dan Pembahasan

a. Anamnesa
Pasein mengeluhkan nyeri pada bagian abdomen terasa mual,
muntah, perut terasa penuh, kadang pusing, dada terasa sesak panas dan
mulut terasa pait sudah 3 hari yang lalu tidak ada riwayat keluarga dan
baru berobat kali ini.

b. Analisa kasus
Dalam kasus ini Ny. VA yang berusia 18 tahun, mendapat 3 item
obat dalam satu kurun waktu pengobatan. Pasien mengalami penyakit
gastritis dan gejala GERD. Obat-obat yang diresepkan dokter adalah
sebagai berikut:
1. Paracetamol, salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik (pereda
nyeri) dan antipiretik (penurun demam). Obat ini dipakai untuk meredakan rasa
sakit ringan hingga menengah, serta menurunkan demam.
2. Ranitidin, obat maag yang termasuk dalam golongan antihistamin, lebih
tepatnya disebut H2-antagonis. Ranitidin digunakan untuk mengurangi
produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa nyeri bagian perut
akibat ulkus atau tukak lambung, dan masalah asam lambung tinggi lainnya.
3. Domperidone, merupakan obat golongan antiemetik yang dapat meredakan rasa
mual, muntah, gangguan perut, rasa tidak nyaman akibat kekenyangan,
serta refluks asam lambung (GERD). Obat ini biasanya diresepkan oleh dokter
untuk penggunaan jangka pendek.

III. KELENGKAPAN RESEP DAN PEMBAHASAN

 Identitas Dokter
Dalam penulisan resep, hal pertama yang harus dituliskan adalah
identitas dokter tercantum nama, nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktek
dan rumah dokter penulis resep serta dapat dilengkapi dengan nomor telepon
dan hari serta jam praktek.
Pada kertas resep, nama dokter yang menuliskan resep sudah tertera, namun
identitas dokter di kertas resep kurang lengkap karena tidak terdapat nomor SIP
(Surat Izin Praktek) dokter yang menuliskan resep. Selain itu juga tidak terdapat
alamat dan nomor telepon puskesmas Pandak
 Nama Kota
Nama kota sudah dicetak dalam blanko resep dan tanggal ditulis resep.
Ini diperlukan dalam pelayanan resep berkaitan dengan persyaratan dalam
perundang – undangan.

 Suprescriptio
Superscriptio merupakan kelengkapan dari resep dokter. Ditulis dengan
simbol R/ (recipe= harap diambil). Biasanya juga sudah tercetak dalam blanko
resep, terletak di sisi kiri atas, hanya tercetak satu R/ sehingga bila diberikan
lebih dari satu BSO/ formula resep diperlukan penulisan R/ lagi. Penulisan
symbol R/ yang saya dapatkan tertera lengkap pada ketiga formula resep.

 Inscriptio
Inscriptio merupakan inti resep dokter. Berisi nama obat, kekuatan dan
jumlah obat yang diperlukan serta ditulis secara jelas. Dokter menuliskan nama
obat dengan menggunakan nama generik yaitu Paracetamol, Ranitidin dan
Domperidon. Penulisan kekuatan obat tidak tertera dalam formula yang
dituliskan oleh dokter . Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul,
botol, bungkus, supositoria, dll) dengan angka romawi (I,II,III, dst) telah tertera
di penulisan resep yang dituliskan dokter
 Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara
penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep
yang digunakan. Jumlah obat ditulis dengan angka romawi (I,II,III, dst). Dokter
menuliskan bentuk sediaan obat yang akan dikonsumsi. Jumlah obat sudah
tertulis dalam kertas resep dengan menggunakan angka romawi ( ex : XX )
 Signatura
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk
pasien, yaitu meliputi frekuensi, jumlah obat dan saat obat diminum, untuk

setiap hari serta informasi lain yang mungkin diberikan simbol yang diberikan
adalah S (signatura = tandailah). Walaupun aturan penggunaan obat oleh pasien
sudah ditulis dalam resep, dokter berkewajiban menjelaskan secara lisan pada
pasien saat menyerahkan resep.

 Tanda tangan/paraf
Dokter telah membubuhkan paraf dan disertai dengan nama panggilan
di bagian penutup resep.
 Identitas pasien
Identitas pasien sudah tercetak di bagian blanko resep. Hal ini meliputi
nama, umur, alamat, kelurahan, jenis kelamin, pekerjaan, dsb.
IV. ASPEK FARMAKOLOGI OBAT

1. PARACETAMOL
 FARMAKODINAMIK
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek antiinflamasinya yang
sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai
antireumatik. Ketidak mampuan parasetamol memberikan efek antiradang itu
sendiri mungkin berkaitan dengan fakta bahwa parasetamol hanya merupakan
inhibitor siklooksigenase yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi
tinggi yang ditemukan pada lesi radang. Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan
lambung tidak telihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan
keseimbangan asam basa. (1,2)

 FARMAKOKINETIK
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.5
Pengikatan obat ini pada protein plasma beragam, hanya 20%-50% yang
mungkin terikat pada konsentrasi yang ditemukan selama intoksikasi akut.
Setelah dosis terapeutik, 90%-100% obat ini ditemukan dalam urin selama hari
pertama, terutama setelah konjugasi hepatik dengan asam glukoronat (sekitar
60%), asam sulfat (sekitar 35%), atau sistein (sekitar 3%), sejumlah kecil
metabolit hasil hidroksilasi dan deaseilasi juga telah terdeteksi. Sebagian kecil
parasetamol mengalami proses N-hidroksilasi yang diperantarai sitokrom P450
yang membentuk N-asetil-benzokuinoneimin, yang merupakan suatu senyawa
antara yang sangat reaktif. Metabolit ini bereaksi dengan gugus sulfhidril pada
glutation. Namun, setelah ingesti parasetamol dosis besar, metabolit ini
terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk menghilangkan glutation hepatic. (3)

 DOSIS

Dosis Parasetamol Dewasa untuk Demam dan Nyeri:


Pedoman umum: 325-650 mg diminum setiap 4 sampai 6 jam atau 1000 mg
setiap 6 sampai 8 jam. Paling sering adalah Paracetamol 500mg tablet: 500 mg
tablet oral setiap 4 sampai 6 jam. .(4)
Dosis Paracetamol Anak untuk Demam dan Nyeri:
Untuk mengukur dosis paracetamol anak dengan tepat maka kita harus
mengetahui berat badan dan umur anak, karena ini akan menjadi pertimbangan
<= 1 bulan: 10-15 mg/kg BB/dosis setiap 6 sampai 8 jam sesuai kebutuhan. >
1 bulan – 12 tahun: 10 – 15 m /kg BB/dosis setiap 4 sampai 6 jam sesuai
kebutuhan (maksimum: 5 dosis dalam 24 jam). Jangan obat parasetamol ini
melebihi dosis yang direkomendasikan. Jumlah maksimum untuk orang dewasa
adalah 1 gram (1000 mg) per dosis dan 4 gram (4000 mg) per hari.
Menggunakan paracetamol yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
hati. Pada anak-anak, gunakanlah sediaan sirup atau suppositoria. Hati-hati dan
selalu ikuti petunjuk dosis pada label obat. Jangan memberikan paracetamol
untuk anak di bawah usia2 tahun tanpa nasihat dari dokter.(5)

 BENTUK SEDIAAN
1. Tablet
2. Kaplet
3. Kapsul
4. Tablet larut (dilarutkan dalam air, kemudian diminum)
5. Suspensi oral (SIRUP)
6. Supositoria yang dimasukkan ke dalam anus
2. RANITIDIN
 FARMAKODINAMIK
Konsentrasi serum yang diperlukan untuk menghambat 50% sekresi
asam lambung yang distimulasi diperkirakan 36 sampai 94 ng / mL. Setelah
satu dosis oral 150 mg, konsentrasi Ranitidin dalam kisaran ini bertahan
sampai 12 jam. Namun, Ranitidin pada darah tidak sebanding dengan dosis
atau tingkat penghambatan asam. Ranitidin menghambat sekresi asam
lambung pada siang hari dan malam hari serta sekresi asam lambung yang
distimulasi oleh makanan. Ranitidin tidak mempengaruhi sekresi pepsin.
Total output pepsin berkurang sebanding dengan penurunan volume cairan
lambung. .(1)
Ranitidin tidak berpengaruh signifikan terhadap sekresi faktor
intrinsik yang dirangsang oleh pentagastrin. Ranitidin memiliki efek
minimal atau tidak sama sekali pada gastrin serum puasa atau postprandial.
Tingkat prolaktin pun tidak dipengaruhi oleh ranitidin pada dosis oral atau
IV yang direkomendasikan, namun peningkatan prolaktin serum yang
minimal telah dilaporkan setelah pemberian injeksi bolus IV 100 mg atau
lebih. .(1)

 FARMAKODINAMIK
- Absorpsi:
Ranitidin 50% diserap setelah pemberian oral, dibandingkan dengan injeksi
intravena (IV) dengan tingkat puncak rata-rata 440 sampai 545 ng / mL
yang terjadi 2 sampai 3 jam setelah dosis 150 mg. Sirup mempunyai
farmakokinetik setara dengan tablet. Penyerapan tidak akan terganggu
secara signifikan dengan pemberian makanan atau antasida. Propantheline
sedikit menunda dan meningkatkan tingkat maksimum darah Ranitidine.
Dalam satu percobaan, pemberian antasida dengan potensi tinggi (150
mmol) pada subyek puasa telah dilaporkan mengurangi penyerapan
Ranitidin. .(7)
- Distribusi:
Volume distribusi sekitar 1,4 L / kg. Pengikatan protein serum rata-rata
15%..(7)
- Metabolisme:
Pada manusia, N-oksida adalah metabolit utama dalam urin; Namun, ini
mencapai <4% dosis. Metabolit lainnya adalah S-oksida (1%) dan ranitidin
desmetil (1%). Sisa dosis yang diberikan ditemukan di feses. Percobaan
pada pasien dengan disfungsi hati (sirosis kompensasi) menunjukkan
bahwa ada sedikit, namun secara klinis tidak signifikan, perubahan pada
paruh waktu Ranitidine, distribusi, klirens, dan bioavaibility. .(1)
- Ekskresi:
Rute utama ekskresi adalah melalui urin, dengan kira-kira 30% dari dosis
oral total selama 24 jam. Klirens ginjal sekitar 410 mL / menit,
menunjukkan ekskresi tubular aktif. Waktu paruh eliminasi adalah 2,5
sampai 3 jam. Empat pasien dengan penurunan fungsi ginjal yang signifikan
(klirens kreatinin 25 sampai 35 mL / menit) yang diberikan 50 mg Ranitidin
secara intravena memiliki waktu paruh plasma rata-rata 4,8 jam, klirens
Ranitidin 29 mL / menit, dan volume distribusi 1,76 L / kg. Secara umum,
parameter ini tampaknya berubah sebanding dengan klirens kreatininnya.
Waktu paruh plasma memanjang dan klirens total berkurang pada populasi
lansia karena penurunan fungsi ginjal. Waktu paruh eliminasi adalah 3
sampai 4 jam. Tingkat puncak rata-rata 526 ng / mL setelah pemberian dosis
150 mg dua kali sehari dan terjadi dalam waktu sekitar 3 jam. Tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam nilai parameter farmakokinetik Ranitidin
pada pasien anak-anak (berusia dari 1 bulan sampai 16 tahun).
Bioavaibilitas rata-rata Ranitidin yang diberikan secaraoral kepada pasien
anak adalah 48%, yang sebanding dengan bioavaibilitas Ranitidin pada
populasi orang dewasa. Semua parameter farmakokinetik lainnya tak
berbeda dengan penggunaan Ranitidine intravena pada pasien anak-anak.
.(7)

 DOSIS SEDIAAN OBAT DI INDONESIA


Tersedia dalam produk generiknya berupa sediaan kapsul 75 mg, 150
mg dan 300 mg. Tablet 150 mg dan 300 mg. Sirup 15 mg/mL. Injeksi 25
mg/mL. Dosis ranitidin untuk orang dewasa ialah 150 mg dua kali sehari
atau 300 mg sekali sehari. Untuk peradangan kerongkongan, ranitidin dapat
diberikan hingga 150 mg tiga kali sehari. Dosis untuk anak-anak ialah 2-4
mg/kg berat badan dua kali sehari. Dosis maksimal untuk anak-anak ialah
300 mg sehari. .(6)

3. DOMPERIDON
 FARMAKODINAMIK
Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja
anti emetik. Domperidone tidak mudah melewati sawar darah otak. Dalam
penggunaan domperidone, terutama pada orang dewasa, efek samping
ekstrapiramidal sangat jarang, tetapi domperidone menstimulasi pelepasan
prolaktin dari hipofisis. Efek antiemetik dapat disebabkan oleh kombinasi
efek periferal (gastroprokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor
dopamin di kemoreseptor “trigger zone” yang terletak diluar saluran darah
otak di area postrema. Dopamin memfasilitasi aktivitas otot halus
gastrointestinal dengan menghambat dopamin pada reseptor D1 dan
menghambat pelepasan asetilkolin netral dengan memblok reseptor D2.
Domperidon merangsang motilitas saluran cerna bagian atas tanpa
mempengaruhi sekresi gastrik, empedu dan pankreas. Peristaltik lambung
meningkat sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung. .(8)
 FARMAKOKINETIK
- Absorpsi
Per oral : Bioavailabilitas 13-17%. Rendahnya bioavailabitas sistemik ini
disebabkan oleh metabolisme lintas pertama di hati dan metabolisme pada
dinding usus. Pengaruh metabolisme pada dinding usus jelas terlihat pada
adanya peningkatan bioavailabilitas dari 13% ke 23% jika Domperidon
tablet diberikan 90 menit sebelum makan dibandingkan jika diberikan
dalam keadaan perut kosong. Konsentrasi puncak dicapai dalam waktu 30-
110 menit. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak lebih lama jika obat
diminum sesudah makan. Per rektal : Bioavailabilitas 12%. Konsentrasi
puncak dicapai dalam waktu 1 jam. .(9)

- Distribusi
91-93% terikat pada protein plasma. Volume distribusi : 5,71 L/kg

- Metabolisme
Terutama di hati (metabolisme lintas pertama)

- Eliminasi
Waktu paruh eliminasi : 7-9 jam. Sekitar 30% dari dosis oral diekskresi
lewat urine dalam waktu 24 jam. Hampir seluruhnya diekskresi sebagai
metabolit. Sisanya diekskresi dalam feses dalam beberapa hari, sekitar
10% sebagai bentuk yang tidak berubah.

- Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, suhu 15-
30oC.
 Dosis
Dispepsia fungsional :
 Dosis Usia Lanjut , dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari
35 kg : Per Oral : 10-20 mg sehari 3-4 kali dan jika perlu 10–20 mg,
sekali sebelum tidur malam tergantung respon klinik; maksimal 80 mg
per hari. Per rektal (supositoria) : 60 mg sehari 2 kali. Pengobatan
jangan melebihi 12 minggu
 Dosis anak-anak dengan berat badan kurang dari 34 kg / 15 - 34 kg
(hanya untuk indikasi mual dan muntah) : Per Oral : 250-500
mikrogram/ kg sehari 3-4 kali; maksimal 2,4 mg/ kg per hari. Per rektal
(supositoria) : 30 mg sehari 2 kali.
 Anak-anak dengan berat badan kurang dari 15 kg tidak dianjurkan.
Mual dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan
bromokriptin):
 Dewasa (termasuk usia lanjut): 10 - 20 mg, dengan interval waktu 4 - 8
jam.
 Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan radio terapi): 0,2 - 0,4
mg/kgBB sehari dengan interval waktu 4 - 8 jam. Obat diminum 15 -
30 menit sebelum makan dan sebelum tidur malam. VOMETA FT
dalam bentuk fast melting tablet, dapat ditelan tanpa air.
 Bentuk Sediaan
Tablet/Film Coated Tablet 10 mg, Suspensi 5 mg / 5 ml, Sirup 5 mg / 5 ml, Oral drops
5 mg/ml
Nama dagang Produsen Sediaan
DOM Lapi Tab Salut selaput 10 mg, Susp 5 mg/ 5 ml
Domedon Tempo Scan Pacific Tab Salut selaput 10 mg, Susp 5 mg/ 5 ml
Domet Hexpharm Tab Salut selaput 10 mg, Susp 5 mg/ 5 ml
Dometa Ikapharmindo Tab Salut selaput 10 mg, Susp 5 mg/ 5 ml
Dometic Kalbe Farma Tab Salut selaput 10 mg, Susp 5 mg/ 5 ml
Galflux Guardian Pharmatama Tab 10 mg
Gerdilium Otto Tab Salut selaput 10 mg, Susp 5 mg/ 5 ml,
Tetes 5 mg/ 5 ml
Motilium Janssen-Cilag Tab 10 mg, Sir 1 mg/ml
Novotil Sandoz Tab Salut selaput 10 mg
Tilidon Interbat Tab Salut selaput 10 mg, Susp 5 mg/ 5 ml
Vometa Dexa Medica Sir 1 mg/ml, Tetes 5 mg/ml
Vometa FT Dexa Medica Tab flash (cepat larut) 10 mg
Vomidone Pharos Tab Salut selaput 10 mg, Susp 5 mg/ 5 ml,
Tetes 5 mg/ 5 ml
Vomistop Gracia Pharmindo Tab Salut selaput 10 mg
Vomitas Kalbe Farma Tab Salut selaput 10 mg, Sir 5 mg/5 ml
Vosedon Sanbe Tab 10 mg, Susp 5mg/5ml
Costil Pyridam Tab 10 mg, Sir 5mg/5ml
V. RESEP

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL


PUSKESMAS PANDAK II
SALAM TRIHARJO PANDAK-BANTUL
Dokter: dr. Adis Yogyakarta, 25 Mei 2019
SIP : xxxxxxxxxx

R/ Domperidon mg 10. tab. No. X


S 3 dd. tab I a.c.

R/ Ranitidin mg 150 tab. No. VI


S 2 dd. tab I p.c

R/ Paracetamol mg 500. tab. No. X


S 3 dd. tab I p.c.

Pro: Ny. VA
Usia: 18 tahun 26 bulan
Alamat: Glagahan RT 01, Caturharjo, Pandak-Bantul
VI. EDUKASI OBAT
1. Paracetamol
a. Indikasi obat
i. Mengurangi nyeri pada kondisi : sakit kepala, nyeri otot, sakit
gigi, nyeri pasca operasi minor, nyeri trauma ringan.
ii. Menurunkan demam yang disebabkan oleh berbagai penyakit.
Pada kondisi demam, paracetamol hanya bersifat simtomatik
yaitu meredakan keluhan demam (menurunkan suhu tubuh) dan
tidak mengobati penyebab demam itu sendiri.
b. Efek samping
i. Penurunan jumlah sel-sel darah, sepeti sel darah putih atau
trombosit.
ii. Muncul ruam, terjadi pembengkakan, atau kesulitan bernapas
karena alergi.
iii. Tekanan darah rendah (hipotensi) dan jantung berdetak cepat
(takikardi).Kerusakan pada hati dan ginjal jika menggunakan
obat ini secara
iv. Bisa menyebabkan overdosis jika digunakan lebih dari 200
mg/kg, atau lebih dari 10 gram, dalam 24 jam.
c. Peringatan
i. Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari
nyeri tidak menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan
Kesehatan.
ii. Gunakan Parasetamol berdasarkan dosis yang dianjurkan oleh
dokter. Penggunaan paracetamol melebihi dosis yang
dianjurkan dapat menyebabkan efek samping yang serius dan
overdosis.
iii. Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita penyakit
hati/liver, penyakit ginjal dan alkoholisme. Penggunaan
parasetamol pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat
meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati.
iv. Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita G6PD
deficiency.
v. Hati-hati penggunaan parasetamol pada wanita hamil dan ibu
menyusui. Parasetamol bisa diberikan bila manfaatnya lebih
besar dari pada risiko janin atau bayi. Parasetamol dapat
dikeluarkan melalui ASI namun efek pada bayi belum diketahui
pasti.
d. Interuksi obat
i. Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari
cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di
kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini
mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda.
Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau
tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari
jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
ii. Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran
pembuangan kecuali bila diinstruksikan. Buang produk ini bila
masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan
lagi. Konsultasikan kepada apoteker atau perusahaan
pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman
membuang produk Anda.
e. Kunjungan berikutnya
i. Selama 3 hari penggunaan masih demam.
ii. Selama 7 hari penggunaan masih terasa sakit (nyeri belum
teratasi) atau 5 hari pada anak-anak.
iii. Terjadi reaksi alergi seperti ruam kulit, sakit kepala terus
menerus, atau kemerahan atau bengkak.

2. Ranitidin
a. Indikasi obat
Ranitidin adalah obat yang diindikasikan untuk sakit maag.
Pada penderita sakit maag, terjadi peningkatan asam lambung dan luka
pada lambung. Hal tersebut yang sering kali menyebabkan rasa nyeri
ulu hati, rasa terbakan di dada, perut terasa penuh, mual, banyak
bersendawa ataupun buang gas.
b. Efek samping
Efek samping yang ditimbulkan sangat jarang ditemukan.
Adapun efek samping tersebut beserta persentase frekuensi
kemunculannya adalah sebagai berikut:Sakit kepala (3%);Sulit buang
air besar (<1%); Diare (<1%); Mual (<1%);Nyeri perut (<1%);Gatal-
gatal pada kulit (<1%).
c. Peringatan
Pada beberapa kondisi berikut ranitidin sebaiknya tidak
diberikan, yakni: Riwayat alergi terhadap ranitidin; ibu yang sedang
menyusui; dan pemberian ranitidin juga perlu diawasi pada kondisi
gagal ginjal
d. Intruksi obat
Tidak perlu menghindari makanan atau minuman tertentu ketika
Anda menggunakan ranitidin. Anda mungkin disarankan untuk
menghindari makanan tertentu yang terkait dengan penyakit
Anda. Ranitidin juga tidak mempengaruhi kemampuan Anda untuk
mengemudi atau mengoperasikan mesin. Konsultasikan dengan dokter
atau apoteker untuk lebih-jelasnya.
e. Kunjungan berikutnya
Datang kembali ke dokter ketika pengobatan belum juga membaik
dalam 5 hari, Obat dapat terdistribusi di dalam ASI. Konsultasikan
penggunaannya dengan dokter apabila anda sedang menyusui.

3. Domperidone
a. Indikasi obat
Dispepsia yang disertai masa pengosongan lambung yang
lambat, refluks esofagus. Rasa penuh di epigastrik dan abdomen; mual
dan muntah, rasa punas di epigastrik dan retrosternal
Mual, muntah, sendawa karena berbagal sebab. Intoleransi saluran
pencernaan karena kemoterapi kanker, digitalis, L-dopa dll. termasuk
radioterapi; patologi organ-organ abdomen; gastrointestinal
(gastroenteritis) hepatobiiier, peritoneal, renal; patologi pediatrik
karena kelainan fungsional (misalnya pilorospasme dan muntah siklik)
maupun organik, intoksikasi, karena infeksi, diet atau asetonemia

b. Efek samping
Gangguan gastrointestinal termasuk kram (jarang), efek
ekstrapiramidal (sangat jarang), dan kemerahan pada kulit.
Hiperprolaktinemia / terjadi peningkatan konsentrasi prolaktin plasma,
yang menyebabkan galactorrhoea atau gynaecomastia.

c. Peringatan
i. Kewaspadaan untuk penggunaan
Pasien dengan masalah keturunan yang jarang dari intoleransi
galaktosa, kekurangan laktase Lapp atau malabsorpsi glukosa-galaktosa
tidak dianjurkan menggunakan obat ini.
ii. Penggunaan selama menyusui
Jumlah domperidone yang diekskresikan dalam ASI diharapkan
dapat kurang dari 7μg per hari pada rejimen dosis tertinggi yang
direkomendasikan. Tidak diketahui apakah ini berbahaya pada bayi
baru lahir. Oleh karena itu Domperidon tidak dianjurkan pada wanita
menyusui.
iii. Penggunaan pada bayi
Gejala esktrapiramidal jarang ditemukan. Karena fungsi
metabolisme dan barier darah-otak tidak sepenuhnya berkembang pada
bulan-bulan pertama kehidupan maka risiko neurologis kejadiannya
lebih tinggi pada anak-anak. Oleh karena itu, dianjurkan bahwa dosis
ditentukan secara akurat dan diikuti secara ketat pada neonatus, bayi,
balita dan anak-anak kecil. Overdosis dapat menyebabkan gejala
ekstrapiramidal pada anak, namun penyebab lainnya harus
dipertimbangkan. Tablet tidak cocok untuk digunakan pada anak-anak
dengan berat kurang dari 35 kg.
iv. Peguunaan dengan gangguan hati
Domperidone dimetabolisme secara luas di hati sehingga
Domperidon tidak boleh digunakan pada pasien dengan gangguan hati.

d. Intruksi pengobatan
dikonsumsi 3 kali sehari tiap minum 1 sendok teh sebelum makan

e. Kunjungan berikutnya
Bila dalam 3 hari keluhan tidak berkurang atau timbul keluhan lain
seperti pada efek samping.( Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit,
rasa haus, cemas dan gatal.)
DAFTAR PUSTAKA

1. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology. 14th Edition. United States:
McGraw-Hill Education; 2018.

2. Pappová L, Kazimierová I, M. Kocmálová. Effect of inhaled and oral n-


acetylcysteine on airway defense mechanism. Eur Pharm J. 2017;2017(1):17–
21.

3. Acetylcysteine [Internet]. 2019 [cited 2019 Jun 11]. Available from:


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/acetylcysteine/?type=brief&mtype
=generic

4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Formularium Nasional. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2015.

5. Kian CH, Ng N, Evaria D, Amiths MTM, Licatan BK, Karla M, et al. MIMS
Referensi Obat. 19 Edition. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer; 2018.

6. BPOM, 2017, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas .Obat


dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

7. Ruslami R, Rohmawaty E. Farmakologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku ……


.Kedokteran EGC; 2017.
8. Janssen. MOTILIUM 10 mg Tablets. 2017;(170928):1–11.
9. Risk Assessment Committee P. Assessment report Domperidone.
2014;44(March).

Anda mungkin juga menyukai