Anda di halaman 1dari 11

BAB III

PELAYANAN RESEP DI APOTEK


III.1 Contoh Resep

Gambar 1. Contoh resep yang diperoleh


III.2 Skrining Resep
III.2.1 Skrining Administratif

Berdasarkan PerMenKes RI, Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek, skrining administratif resep memiliki tujuan
yaitu untuk mengidentifikasi rasionalitas fisik resep. Berdasarkan skrining
administratif pada resep maka dapat diperoleh kelengkapan administratif seperti
pada Tabel.1.
Tabel 1. Kelengkapan administratif resep
Bagian Tidak
Kelengkapan Ada Keterangan
Resep ada

Nama dokter Ö - dr. XXXXXX

SIP - Ö N014191010

Alamat dokter Ö - Jl. Perintis Kemerdekaan No.145 B


Inscriptio
Nomor telepon dokter Ö - 082xxxxxxxx

Tempat dan tanggal


Ö - Penajam, 18-09-2021
penulisan resep

Invocatio Tanda R/ Ö - Tercantum

Bentuk sediaan - Ö Tidak Tercantum

Nama obat Ö - 1. R/ Methylprednisolon 2 mg


Diazepam 3,5 mg
Jumlah obat Ö - m. f. pulv dtd No. xv
S.3 dd pulv 1
R/ Pct Suppo 250 no. I
Signatura Aturan pakai Ö - S.
R/ Fasgo syr no. I
R/ Erytromicin
R/ O2

Subscriptio Tanda tangan dokter - Ö Tercantum

Nama Ö - An. A

Umur Ö - 3 Tahun

Bobot badan - Ö Tidak tercantum


Identitas
pasien Jenis kelamin - Ö Tidak tercantum

Alamat Ö - Tercantum

Nomor telepon - Ö Tidak tercantum


Berdasarkan resep di atas tidak semua bagian memenuhi kelengkapan
administratif resep seperti :
1. Tidak tercantum keterangan penggunaan obat apakah diminum sebelum
makan (ante coenam), sedang makan (durante coenam), atau sesudah makan
(post coenam), sehingga ini dapat menjadi salah satu hal yang menyebabkan
masalah pada efektivitas penggunaan obat pasien. Aturan pakai yang tidak
dituliskan dalam resep tersebut, maka seorang apoteker atau asisten apoteker
berkewajiban untuk memberikan keterangan pada etiket terkait penggunaan
obat tersebut serta disampaikan pada saat penyerahan obat.
2. Tidak tercantum nomor telepon pasien pada resep. Hal ini sangat penting
karena nomor telepon pasien dibutuhkan agar mudah mengkonfirmasi
efektivitas pengobatan yang sudah diberikan dan jika terdapat kesalahan yang
tidak disengaja dalam penyerahan ataupun pemberian informasi obat dapat
segera melakukan konfirmasi kepada pasien dengan cepat. Nomor telepon
yang tidak tercantum dalam resep dapat diatasi dengan menanyakan kepada
pasien pada saat akan menebus obat di apotek.
3. Tidak dicantumkan atau dituliskan bobot badan pasien didalam resep, karena
sebaiknya dicantumkan. Bobot badan dapat membantu apoteker atau asisten
apoteker dalam menghitung dosis yang akan diberikan berdasarkan
perhitungan bobot badan, tetapi bobot badan dapat digantikan dengan umur
pasien, walaupun tidak ada bobot badan dosis juga dapat dilakukan
menggunakan identitas yang diketahui seperti umur pasien.
Skrining Farmasetik
III.2.1.1 Kesesuaian bentuk sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan kepada pasien adalah pulveres dan sirup.
Pasien merupakan seorang pasien dewasa berumur 2 tahun dan pemberian bentuk
sediaan tersebut telah sesuai untuk pasien. Namun resep racikan pulvers salah satu
obatnya merupakan antibiotik dan merupakan bentuk sediaan (chew) tablet
kunyah. Antibiotik sendiri merupakan obat yang harus dihabiskan
penggunaannya. Sedangkan obat simptomatik yang lain tidak perlu dihabiskan
apabila pasien sudah merasa sembuh.
III.2.1.2 Stabilitas

Obat-obat yang diresepkan terdiri atas 2 jenis sediaan yaitu racikan pulvers dan
sirup jadi. Sediaan pulvers yang diberikan stabil secara farmasetika untuk diracik
dan juga stabil pada kondisi penyimpanan yang sejuk dan kering dan dalam
wadah tertutup rapat serta hanya dapat disimpan dalam jangka waktu 3 bulan.
Sementara itu, untuk sediaan sirup juga stabil dalam penyimpanan pada tempat
sejuk dan kering.
III.2.1.3 Inkompabilitas
Secara farmasetika, obat-obat dalam resep racikan pulvers memiliki masalah.
Pulvers yang mengandung obat kausal (antibiotik) dicampur dengan obat flu
(obat simptomatik) seperti analgetik, antipiretik, antitusive, decongestant dan
antihistamin. Antibiotik harus diminum secara teratur, terus-menerus sampai
habis, sedangkan obat flu yang seharusnya diminum pada saat timbulnya gejala-
gejala seperti demam, nyeri, hidung tersumbat akibat flu dan penurun panas
diminum saat demam saja. Bila obat dicampur, pasien akan terpapar oleh obat-
obat yang tidak perlu yang berisiko menimbulkan efek samping.

III.2.2 Skrining Klinis


III.2.2.1 Kesesuaian dosis
1. Erysanbe® 100 mg (Erytromycin 200 mg)
Dosis Lazim (sehari) : Dosis pediatri (anak ≤ 20 kg) 30-50 mg/kg/hari
dosis terbagi 2-4 kali sehari
Dosis Maksimum (sehari) : -
Dosis lazim sekali pakai : 100 mg x 1 = 100 mg

Dosis lazim sehari : 100 mg x 3 = 300 mg

Dosis Maksimum (sehari) : -


Berdasarkan perhitungan doskis, disimpulkan bahwa obat
Eritromicyn mencapai dosis lazim sehari tetapi tidak melebihi dosis
maksimum.

2. Trilac® 3 mg (Triamcinolone acetonide 4 mg)


Dosis Lazim (sehari) :
Dosis Maksimum (sehari) :
Dosis lazim sehari :
Dosis maksimum sehari :
Berdasarkan perhitungan dosis, dapat disimpulkan bahwa
pemberian lexzepam tidak mencapai dosis lazim dan tidak melebihi dosis
maksimum.
3. Ambroxol 7,5 mg
Dosis lazim (sehari) :
Dosis Maksimum (sehari) :
Dosis maksimum sehari :
Berdasarkan perhitungan dosis, disimpulkan bahwa obat govotil
mencapai dosis lazim sehari dan tidak melebihi dosis maksimum.

4. Interhistin® (Mebhydrolin napadisylate)


Dosis Lazim (sehari) :
Dosis Maksimum (Sehari) :
Dosis lazim sekali pakai :

Dosis maksimum sehari :


Berdasarkan perhitungan dosis, mencapai dosis lazim sehari dan tidak
melebihi dosis maksimum.

5. Proris ® (Ibuprofen syrp 100 mg/5ml)

III.3.2 Pertimbangan Klinis


Resep diperoleh dari Apotek Plus Sinar Jakarta Daya. Resep tersebut ditulis
oleh dokter spesialis Interna pada Tanggal 04 September 2021. Berdasarkan data
arsip apotek, pasien atas nama An. A berusia 4 tahun merupakan pasien rawat
jalan dan diketahui mengidap penyakit batuk alergi dan demam. Batuk adalah
pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui
epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang
sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang
saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian batuk
mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan
respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan
mukosilier mucociliary clearance (Chung KF, 2003); (Phelan PD, 1994). Pada
pasien anak, gejala batuk yang kronik atau berulang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari, demam, mengurangi nafsu makan, dan pada akhirnya dapat
mengganggu proses tumbuh kembang. Orang tua juga akan terganggu terutama
bila gejala batuk lebih sering dan lebih berat pada malam hari. Batasan batuk
kronik bermacam-macam, ada yang mengambil batas 2 minggu atau 3 minggu.
Ada pula yang membagi batuk menjadi batuk akut, subakut, dan kronik. Antara
batuk kronik dan batuk berulang seringkali sulit dibedakan (Darmawan B
Setyanto, 2004).
Pemberian terapi dapat berupa mukolitik atau ekspektoran untuk batuk
berdahak dengan kombinasi antihistamin dan analgetic/antipiretik untuk pasien
yang juga mengalami demam.
Racikan pulvers mengandung erysanbe (ertitromycin) yang merupakan
eritromisin adalah antibakteri makrolida dengan spektrum luas berupa
bakteriostatik terhadap banyak bakteri Gram-positif dan pada tingkat lebih rendah
terhadap beberapa bakteri Gram-negatif, serta organisme lain termasuk: beberapa
Mycoplasma spp., Chlamydiaceae, Rickettsia spp., dan spirochaeta. Antibakteri
makrolida dengan luas spektrum aktivitas, yang telah digunakan dalam
pengobatan dari berbagai infeksi yang disebabkan oleh organisme rentan yang
salah satunya pada penyakit dan infeksi konjungtivitis neonatal, pertusis, infeksi
saluran pernapasan termasuk bronkitis, pneumonia (pneumonia mikoplasma dan
pneumonia atipikal lainnya serta streptokokus), dan sinusitis, dan demam dan
dikombinasikan dengan neomycin untuk profilaksis. Namun pada resep ini
terdapat peracikan antara antibiotik dengan obat-obat lainnya yaitu antihistamin
dan mukolitik yang seharusnya tidak dilakukan karena antibiotik harus diminum
secara teratur, terus-menerus sampai habis, sedangkan obat flu yang seharusnya
diminum pada saat timbulnya gejala-gejala seperti demam, nyeri, hidung
tersumbat akibat flu dan penurun panas diminum saat demam saja. Bila obat
dicampur, pasien akan terpapar oleh obat-obat yang tidak perlu yang berisiko
menimbulkan efek samping. Adapun interaksi Obat yang terjadi antara
eritromysin dengan ambroxol Penggunaan bersama dapat meningkatkan
konsentrasi eritromisin pada jaringan paru-paru (Lacy dkk, 2019).
Sebaiknya Erysanbe (eritromycin) tidak diracik dan dicampur Bersama obat-
obat terapi yang lain namun diberikan secara terpisah dengan mengganti
sediaannya menjadi sirup. Penggantian erysanbe menjadi sirup dipertimbangkan
karena pasien merupakan pasien anak dengan usia 2 tahun . Anak-anak pada usia
tersebut cenderung tidak menyukai mengonsumsi obat terutama bila berbentuk
tablet atau kapsul, masih cukup sulit menelan, serta dalam kondisi yang tidak
sehat sehingga mempengaruhi psikologi atau mood anak dalam mengonsumsi
obat. Bentuk sediaan sirup dan serbuk memudahkan pasien dalam menelan obat,
selain itu sirup juga biasanya mengandung pemanis sehingga pasien anak-anak
lebih mudah menerima obat.
LAMPIRAN

1. Resep 3
DAFTAR PUSTAKA

1. Chung KF. The clinical and pathophysiological chal- 70 Sari Pediatri, Vol. 6,
No. 2, September 2004 lenge of cough. Dalam: Chung KF, Widdicombe J,
Boushey H, Penyunting. Cough. Massachusetts: Blackwell Publishing, 2003.
h. 3-10.
2. Phelan PD. Cough. Dalam: Phelan PD, Olinsky A, Robertson CF. Penyunting
Respiratory illness in children. Oxford: Blackwell S Publications 1994.
3. Darmawan B Setyanto, 2004
4. Sweetman, Sean C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. 36 th
Edition. London: Pharmaceutical Press.
5.

Anda mungkin juga menyukai