Anda di halaman 1dari 10

Pembahasan

A. Resep Asli



















. Analisis Resep
Unsur unsur yang di analisis :
Indentitas dokter
Pada poin identitas dokter sudah lengkap karena pada blangko resep telah tercetak :
O ama dokter : dr. Medita
O omor SIP : SIP. KP. 01. 01. IV. 1. 01. 0870
O Alamat rumah : Jl. Manokwari o.5 Condong Catur, Sleman
O Alamat praktek : Jl. Kesehatan o.17 , Kaliurang, Yogyakarta
O omor telepon : 0274 387264 ( rumah )
: 0274 896448 ( praktek )
amun kekurangan dari identitas dokter tersebut adalah tidak terdapat / tercetak hari serta jam
praktek dokter tersebut.
2 ama kota dan tanggal ditulisnya resep
ama kota ditulisnya resep telah dicantumkan pada sudut kanan atas blangko resep,
sedangkan tanggal ditulisnya resep sudah ditulis sendiri oleh dokter tersebut. Pada penulisan
tanggal tersebut sudah tepat karena terdapat tanggal, bulan serta tahun dikeluarkannya resep
tersebut. Yogyakarta, 8 Juni 2010.
3 Superscriptio
Simbol R/ pada superscriptio telah benar tercetak pada blangko resep di sebelah kiri
blangko. Pada penulisan R/ ini juga sudah tepat, karena ditulis sebelum penulisan obat.
Demikian pula pada resep ini terdapat 2 jenis obat, maka penulisan R/ ini di tulis 2 kali,
meskipun penulisan R/ untuk obat kedua ditulis sendiri oleh dokter tersebut. Dalam resep
tersebut berisi :
O Satu Iormula oIIicinalis ( ditulis dengan nama baku/standar ) yaitu eritromisin
O Satu Iormula oIIicinalis ( ditulis dengan nama baku/standar ) yaitu ibuproIen.

4 Inscriptio
Dalam resep tersebut berisi dua Iormula obat yang diberikan kepada pasien yaitu
Eritromisin dan IbuproIen. Dengan penulisan sebagai berikut :
R/ Syr. Erythromycin I
2 x 1
R/ IbuproIen pulv 150 no X
3 x 1

a) Pada kedua obat yang diberikan dokter tersebut terdapat bahwa kedua obat tersebut
adalah nama generik / standar, karena Eritromisin dan IbuproIen.
b) Pada R/ yang pertama di cantumkan satuan berat obat tersebut. Pada resep ditulis I,
berarti 1 botol.
Pada R/ yang kedua tersebut telah dicantumkan satuan berat dari obat tersebut, kemudian
tercantum juga satuan biji obat tersebut. Tetapi pada satuan berat tidak dicantumkan
sistem metrik ( mg, g, ml ).
c) Pada R/ yang pertama bertuliskan Syr. Erythromycin, berarti pada R/ yang pertama
tersebut terdapat obat dengan sediaan sirup, tetapi tidak dicantumkan berapa volume
untuk obat tersebut, contoh ( 125mg/5mL ). Pada obat ini tidak terdapat poliIarmasi
karena penulisan R/ yang satu dan yang lainnya terpisah.
R/ yang kedua bertuliskan IbuproIen pulv, berarti disini dokter tersebut meminta untuk
sedian obat ibuproIen tersebut berbentuk puyer, sedangkan sediaan yang ada dalam
bentuk tablet/kapsul. Seharusnya pada resep dituliskan tab. kemudian obatnya setelah itu
dibuat dalam bentuk puyer.
- Pada resep ini tidak terdapat adanya poliIarmasi, karena kedua obat tersebut ditulis
secara terpisah oleh dokter yang menulis resep tersebut.
- Pada R/ pertama ditulisakan I, tetapi tidak dicantumkan dalam bentuk apa, contoh (
tab, Ilash ). Jadi permberian obat tersebut tidak jelas dan tidak benar. Kemudian
2x1, berarti obat ini diberikan 2 kali sehari, sedangkan Erythromycin dalam bentuk
tablet / oral di berikan selama 6 jam atau setara dengan 4x1. Kemudian pada
sediaan sirup dapat di berikan 2 kali 1 sendok teh.
Selanjutnya pada obat yang kedua dituliskan no.x berarti obat tersebut diberikan
kepada pasien sebanyak 10 biji. Serta 3x1 yang menandai bahwa pasien tersebut
harus meminum obat tersebut sebanyak 3 kali sehari.

d) Pada obat Erythromycin terdapat kesalahan, karena hanya mencantumkan angka romawi
I, tetapi tidak di jelaskan untuk 1 Ilask ataupun yang lainnya. Pada obat IbuproIen telah
dicantumkan no.X, berarti obat yang harus diberikan kepada pasien sebanyak 10
biji/puyer.
e) Pada resep ini tidak terdapat kombinasi obat jadi tidak terdapat interaksi Iarmakokinetika
ataupun Iarmakodinamika obat pada resep ini.
I) Pada obat Eritromisin yang tertulis pada resep tidak dicantumkan dosis. Dosis untuk
Eritromisin pada anak adalah 30-50mg/kg/hari, terbagi dalam 4 kali per hari. Jadi, 30 mg
x 15 kg ( pasien ) 450 mg per hari, sedangkan satu hari diminum sebanyak 4 kali,
jadi 450 / 4 112,5. Untuk takaran minumnya, pasien dapat menggunakan 1 sendok teh
dengan takaran 1cth 5mL. Untuk sediaan yang ada pada pasaran adalah 1 Ilash
125mg/5mL. Jadi setiap satu kali minum obat pasien dapat menggunakan 1 sendok teh.
Pada obat ini dapat di berikan selama 3 hari, berarti obat yang dapat di berikan kepada
pasien tersebut sebanyak 1 botol ( 1 Ilask 60 ml ). Dengan hitungan sebagai berikut,
dalam 1 hari 4cth x 5 20mL, untuk 3 hari 3 x 20 mL 60 mL. berarti dokter cukup
memberikan 1 botol ( 1 Ilask 60 mL ) kepada pasien tersebut.
Pada obat ibuproIen terdapat dosis 150, tapi tidak ditulisakan mg/g. untuk dosis ibuproIen
pada anak adalah 20mg/kg/hari. 20 mg x 15 kg ( anak ) 300 mg / hari. Dalam sehari
obat dapat diberikan sebanyak 3 kali, jadi dosis setiap kali pemberian pada anak tersebut
adalah 100 mg. Pada resep ini dokter memberikan dosis sebanyak 150, berarti terdapat
kesalah terhadap dosis terhadap anak tersebut. Jadi sebaiknya dokter memberikan dosis
100 mg per 1 puyer untuk pasien tersebut.
g) Pada resep ini tidak terdapat singkatan obat karena obat yang dituliskan sudah lengkap,
kecuali obat Erythromycin, seharusnya menggunakan kata Eritromisin.
h) Pada R/ yang pertama dan R/ yang kedua hanya dipisahkan dengan paraI dari dokter
bukan tanda tangan, karena tanda tangan digunakan untuk obat golongan Psikotropika /
arkotika sedangkan obat pada resep ini bukan dari golongan obat tersebut jadi cukup
menggunakan paraI dokter yang mengeluarkan resep tersebut.

5 Subscriptio
Pada R/ yang pertama terdapat sediaan berbentuk sirup. Sediaan yang ada di apotek
sudah ada yang berbentuk sirup langsung. Sedangkan pada R/ yang kedua terdapat Ibuproven
pulv, berarti dokter menginginkan IbuproIen dalam bentuk puyer, sedangkan tidak ada
IbuproIen yang berbentuk puyer jadi harus di buat terlebih dahulu mulai dari bentuk tablet di
buat menjadi bentuk puyer. Pada R/ yang kedua ini terdapat kesalahan karena tidak di
cantumkan m.I.l.a pulv. Seharusnya apabila ingin dibuat puyer maka dokter harus membuat
resep dengan m.I.l.a pulv, kemudian dilihat dari keadaan dan umur pasien tersebut. Pada
kasus ini pasien tersebut adalah seorang anak anak maka harus ditambahkan sach. Lactis
sebagai pemanis.

6 Signatura
a) Pada R/ pertama dituliskan 2x1. Pada penulisan ini terdapat kesalahan karena tidak
mencantumkan S / signatura. Demikan juga terhadap penulisan R/ yang kedua, tidak
dicantumkan tanda S sebagai simbol. Kemudian dokter tersebut tidak mencantumkan
berapa sendok perhari yang harus diminum oleh pasien tersebut.
b) Pada R/ yang pertama hanya dituliskan 2x1. erarti dokter tersebut hanya mengatakan
bahwa obat tersebut harus diminum 2 kali sehari, seharusnya obat eritromisin diberikan
4x1, kemudian dokter tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, bahwa obat
harus diminum seberapa banyak, atau pada obat sirup ini dokter tidak mencantumkan
berapa sendok perhari yang harus diminum oleh pasien tersebut.
Selanjutnya pada R/ yang kedua berisikan IbuproIen, dokter menuliskan 3x1, berarti
dokter menjelaskan bahwa obat harus diminum 3 kali sehari. Pada pemberian ini sudah
tepat, karena dosis IbuproIen dapat diminum 3-4 kali sehari. Tetapi kesalahan pada resep
ini adalah dokter menuliskan langsung 3x1, seharusnya 3 d.d pulv. 1, karena pulv. disini
menandakan bahwa pasien tersebut dapat meminum obat tersebut 3 kali 1 puyer.
c) Pada R/ yang pertama adalah obat Eritromisin yang berarti obat tersebut adalah obat
antibiotik. Seharusnya obat antibiotik tersebut harus diminum tepat waktu serta harus di
habiskan. Kesalahan pada penulisan pada obat ini adalah dokter tersebut tidak
mencantumkan inIormasi tambahan seperti Habiskan. Sedangkan pada R/ yang kedua
adalah obat IbuproIen yaitu obat analgetik antipiretik. Seharusnya obat ini di berikan
kepada pasien bila dalam keadaan perlu saja. Pada kasus ini apabila panas badan pasien
sudah turun obat dapat dihentikan. Jadi inIormasi tambahan yang harus dicantumkan
adalah p.r.n. ( pro re nata ) yang artinya bila perlu.

7 Identitas pasien
Pro dan Alamat sudah tercetak dalam blanko resep dan diisi oleh dr. Medita.
Penulisannya sudah tepat yaitu tertulis:
Pro : An. Dita / 4 th ( 15 kg )
Alamat : Jl. Golo
Pada kasus ini pasien tersebut adalah seorang anak berumur 4 tahun. Jadi pada identitas
pasien ini sudah benar dan lengkap, karena dokter mencantumkan nama anak tersebut serta
umur dan berat badan pasien tersebut. Selanjutnya pada blangko terdapat alamat, ini tidak
salah, justru ini lebih menguntungkan, karena untuk memudahkan penelusuran apabila terjadi
kesalahan dalam pelayanan obat.

8 Pemilihan Obat yang Tepat
Pada pembahasan ini, saya akan menganalisis dari obat yang diberikan dokter terhadap
pasien tersebut, meliputi kemanjuran, keamanan, kecocokan, serta biaya.
Antibiotik
Sirup Eritromisin.
Pada pemilihan antibiotic eritromisin ini sudah dikatakan tepat. Selain memiliki
bentuk sediaan sirup yang dapat memudahkan pasien anak anak untuk
meminumnya, Eritromisin juga memiliki keamanan, kecocokan, serta biaya yang
tepat dan terjangkau bagi pasien pada kasus ini.
Penurun Panas ( Antipiretik )
Pada resep yang ditulis oleh dokter tersebut terdapat obat IbuproIen sebagai obat
pilihan terhadap penurun panas pada pasien pada kasus ini. Untuk kasus ini, pasien
berusia 4 tahun dan masih tergolong anak anak. Jadi pemilihan obat IbuproIen pada
kasus ini dinilai kurang tepat. Untuk menilai ketepatan IburpoIen terhadap kasus ini,
dapat dilakukan perbandingan obat IbuproIen dengan obat antipiretik lainnya seperti
Parasetamol. Perbandingan kedua obat ini ditujukan untuk pemilihan obat yang tepat
terhadap pasien. Perbandingan kedua obat tersebut terdiri dari :

Obat Kemanjuran Keamanan Kecocokan iaya
IbuproIen - -
Paracetamol


Obat Kemanjuran Keamanan Kecocokan
IbuproIen Analgetik Antipiretik EIek samping Kontraindikasi
Iritasi Saluran Pen- Tukak lambung,
cernaan & perdara- kegagalan Iungsi gin-
han, nyeri kepala, jal, kegagalan Iungsi-
mual, muntah, diare, jantung.
konstipasi.

Parasetamol Antipiretik EIek samping Cocok untuk menu-
Penurun panas , Sangat jarang, runkan panas,
Menurunkan demam dan biasanya-
yang menyertai inIek- ringan.
Si bakteri dan virus.

Dari data data diatas dapat dilihat perbedaan antara obat IbuproIen dan Parasetamol.
Jadi untuk pengunaan obat penurun panas pada kasus ini dipilih obat Parasetamol.
9 nalisis Parasetamol

Parasetamol adalah obat antipiretik yang berguna untuk menurunkan panas. Kemudian
eIek samping yang ditimbulkan obat ini sangat jarang terjadi dan biasanya ringan jadi sangat
cocok digunakan terhadap pasien pada kasus ini. Parasetamol memiliki berbagai macam bentuk
sediaan, seperti tablet dan sirup. Selain itu parasetamol memiliki dosis sebagai berikut :
Oral
O Dewasa : 500 1000 mg/x setiap 6 jam
O Anak ( 6 -12 tahun ) : 125 250 mg/x 3-4 x sehari
O ayi dan anak kecil : dengan bentuk tetes ( ukuran pipet 60
mg/0.6 mL ) atau elixir ( 125 mg/5 mL).
O ayi 1 tahun : 1/2 sendok the atau 1 ukuran pipet, 3-4 x
sehari
O Anak kecil ( 1 3 tahun ) : 1/2 1 sendok the, atau 1 2 ukuran pipet,
3 4 x sehari.
O Anak ( 4 5 tahun ) : 1 1/2 sendok the, atau 3 ukuran pipet, 3 4
x sehari.

O Dosis anak : 10 mg/kg/x.

4 Perhitungan Dosis Sesuai Kasus
Anak perempuan berusia 4 tahun dengan 15 Kg.
10 mg x 15 kg ( pasien ) 150 mg / setiap pemberian. Untuk satu hari atau 3 kali per hari
( 150 x 3 450 mg ). Dalam sehari obat diberikan sebanyak 3 kali, jadi dosis setiap kali
pemberian pada anak tersebut adalah 150 mg.
Dalam hal ini, pasien tersebut adalah seorang anak yang masih berusia 4 tahun,
dokter menyarankan pemberian obat puyer, karena dalam bentuk sediaan jadi belum terdapat
dalam bentuk puyer, maka tablet parasetamol tersebut harus di rubah menjadi bentuk puyer
dan di tambahkan Sacch. Lactis sebagai pemanis obat.





C. Penulisan Resep yang enar dan Rasional

dr. Medita
SIP. KP. 01. 01. IV. 1. 01. 0870
Praktek :
Jl. Kesehatan o. 17 ,
Kaliurang, Yogyakarta
Telp. 0274 - 896448
Rumah :
Jl. Manokwari o.5 Condong Catur,
Sleman
Telp. 0274 - 387264

Yogyakarta,...............

#/

Pro :
Alamat :


TUGAS LOK
PEGOATA RASIOAL
AALISIS RESEP

Disusun oleh :
ama : Ahmad Rialita Putra
IM : 08.711.023
Kelompok : 10
Tutor : dr. Eti Sari Handayani

FAKULTAS KEDOKTERA
UIVERSITAS ISLAM IDOESIA
2010

Anda mungkin juga menyukai