Anda di halaman 1dari 50

By :

LILI LIANA DEWI S. FARM., APT


INSTALASI FARMASI RSUD MAJENANG
OUTLINE
 Latar Belakang
 Pendahuluan
 Pengertian tentang Resep
 Dosis obat
 Waktu terbaik penggunaan obat
 Pengaruh makanan terhadap absorpsi obat
 Interaksi obat
 Katagori obat pada kehamilan
 Resep rasional
Latar Belakang (1)
 Kesalahan yang sering terjadi oleh para Co-as, antara
lain ;
1. Nama obat tidak sesuai dengan yang dikehendaki
oleh dokter spesialis, baik sediaan maupun signanya.
2. Kesalahan menulis signa antara R/ 1 dan R/ 2, tidak
sama, yang seharusnya sama. (R/ obat kronis BPJS).
3. Antara R/ 1 dan R/ 2, nama obatnya berbeda,
misalnya : R/ 1. Glimeperid, tetapi di R/ 2, berubah
menjadi Glibenklamid, yang seharusnya kedua R/
namanya obatnya sama. (R/ Obat kronis BPJS).
Latar belakang (2)
 Kesalahan yang sering terjadi pada penulisan R/ oleh para dokter
umum/spesialis :
1. Resep tdk lengkap : Tdk ada nama pasien, no.RM, dll
2. Tulisan Obat tidak terbaca.
3. Tulisan aturan pakai tdk jelas.
4. Dosis obat : tdk sesuai literatur : misal: Cipro 3x1, seharusnya 2x1
5. Rute obat tdk jelas : sublingual tdk ditulis, vaginal suppo ditulis
suppo, dll
6. Duplikasi : ada 2 obat dgn fungsi yg sama (meloxicam-
Na.diklofenac-tramadol , diazepam-clobazam, doxiciclin-ofloxacin,
doxiciclin-ciprofloxacin)
7. Instruksi tdk jelas : misal; IV/IM atau bentuk sediaan lain
8. Alergi & Berat Badan jarang ditulis.
9. Interaksi obat: Cipro dgn logam-logam (Vitamin, Antasida,dll)
10. Obat LASA : di RM dokter menulis fastral (setraline 50mg), perawat
menulis di Kartu ODD Patral (paracetamol+tramadol), padahal
kedua obat tersedia di RS)
Pendahuluan (1)
 Obat ibarat Madu dan Racun
 Obat baru berefek setelah melalui 3 fase : Fase
Biofarmasetik (zat aktif terlepas & larut), Fase
Farmakokinetik (Proses ADME), Fase Farmakodinamik
(Interaksi dgn reseptor ditempat kerja), dan terjadi Efek.
Hasil penelitian (WHO) :
 dokter yg baru lulus meresepkan obat yg salah atau
khasiatnya diragukan pada separo kasus,
 1/3 menuliskan obat yang salah, dan 2/3 nya tidak
memberikan penjelasan yang penting pd pasien
 Para calon dokter mengira bahwa kemampuan menulis R/
akan lebih baik setelah lulus, namun hasil penelitian ;
keterampilan dalam mengobati tdk banyak bertambah.
Pendahuluan (2)
 Kebiasaan buruk menulis R/ menyebabkan
pengobatan tdk efektif & tdk aman, kambuhnya
penyakit dan masa sakit memanjang, membahayakan,
menimbulkan kekhawatiran pasien serta
menyebabkan membengkaknya biaya
 Kebiasaan buruk ini, rentan pada penulisan R/ yang
irrasional. Contoh ; desakan promosi obat, contoh
buruk dari kolega, tekanan pasien
Tahap Proses Pengobatan
Dokter

Diagnosi
s

Penyakit Penderita

Terapi Obat BSO Resep


Difinisi Resep
 Resep adalah Permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
dokter hewan kepada Apoteker Pengelola apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (SK Menkes
no.922/Men.kes/Per/X/1993, Bab 1 pasal 1.h.).
 Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter
gigi kepada apoteker baik dalam bentuk paper maupun
electronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Pelayanan
Rawat Inap dgn UDDS menggunakan kartu obat pasien
(Permenkes no.58/2014).
 Resep : Sarana komunikasi profesional antara dokter
(penulis R/), Apoteker (penyedia/pembuat obat), dan
pasien (pengguna obat)
Bagan Hubungan Dokter, Apoteker,
dan Pasien
Dokter Penderita
 Terampil menentukan:
1. Diagnosis Menyampaikan keluhan
2. Terapi yang lengkap& jelas dan
3. Mampu menulis resep disiplin terhadap:
yang baik dan rasional 1. Petunjuk dokter
2. Petunjuk Apoteker

APOTEKER
terampil:
 Mampu
membaca
resep
 Menyerahkan
obat
 Membuat obat
Contoh Resep
Dr. Fidela Firwan F.irdaus.,MMR.
SIP. NO. 018/V/DU/2013
Jl. Potrosari 32 Telp (024) 7475020-Semarang
Jam Praktek:
Setiap hari : 18.00-21.00
Hari minggu dan hari besar libur.

Semarang, 6 April 2014

R/ Acetosal 500mg
Codein HCl 20mg
C.T.M 4mg
S.L qs.
m.f. pulv.dtd. No. XV
da in caps.
s.t.d.d caps I

Pro : Favian Firwan Firdaus.,SE (dewasa)


Srondol Asri F 15, Semarang
Contoh R/ Versi akreditasi JCI 2012
Contoh Penulisan Resep
 R/ Paracetamol sirup 125 mg/5 ml botol 60 ml No. l
S 4-6dd 5 ml jika demam > 38 C
R/ Cefixime 60 mg pulv no. X
S b dd 1 pulv
Resep anak dilengkapi berat badan
Sebaiknya tdk menggunakan istilah “cth” atau “C”, krn
ukuran volume sendok di masyarakat saat ini tdk baku
Aturan pakai dpt menggunakan angka (1/2/3/4 dstnya)
atau kaidah latin ( S s dd / S b dd / S t dd / S q dd ).
s = semel, b = bis, t = ter, q = quart
Mohon tidak menulis…..
 3 x 1 atau 2 x 1
“x” dapat dikira angka romawi 10
Gunakan “d d / de die” di resep rawat jalan atau di
rekam medik ditulis “setiap 8 jam” / “setiap 12 jam”
agar dapat lebih di mengerti semua tenaga kesehatan.
Jangan gunakan singkatan U, iv, ug, cc
Signa dgn angka harus dgn keterangan, misal :
R/Prednison 5 mg No. XX
S 2-1-1 tab, tiap 8 jam
atau
R/ Novorapid flexpen 300 unit, No. l
S 10-10-10 unit, ½ jam ac
Signa/aturan pakai dgn bahasa indonesia yg jelas, misal ;
R/ Mometasone 0,1 % cr. 5 gram, No. l
S dioleskan tipis-tipis di kulit yang radang tiap pagi
atau
R/ Ketomed Shampoo 2 % botol 60 ml No. l
S untuk keramas tiap 2 hari sekali
Tidak menggunakan istilah “kalau perlu (k/p) atau pro
renata (prn), tetapi langsung ditulis sesuai indikasi, misal ;
injeksi ketorolac 30 mg intravena tiap 8 jam jika skala nyeri
> 4, Paracetamol 500mg per-oral tiap 4 jam jika suhu >38C
Resep yang lengkap
Menurut SK Menkes RI no.26/Menkes/Per/1981.Bab III.ps.10,
memuat:
 Nama, Alamat dan Nomor SIP Dokter
 Tanggal Penulisan Resep (incriptio)
 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat (invocatio).
 Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio)
 Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep sesuai peraturan
perundang-undangan yg berlaku (subscriptio)
 Jenis hewan serta nama & alamat pemiliknya untuk R/ dokter
hewan.
 Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat
yg jumlahnya > Dosis Maksimum
R/ (2)
 Pada R/ narkotik tidak boleh tercantum tulisan atau tanda
iter (iterasi : dpt diulang), m.i. (mihi ipsi: utk dipakai
sendiri), atau u.c. (usus cognitus: pemakaian diketahui).
 Utk R/ yg memerlukan penanganan segera, dokter dpt
memberi tanda di bagian kanan R/ dgn kata-kata : cito
(segera), Statim (penting), urgent (sangat penting), atau
P.I.M (periculum in mora : berbahaya bila ditunda).
 Bila dokter menghendaki, R/ tsb tdk boleh diulang tanpa
sepengetahuannya, pada R/ dpt ditulis: n.i. (ne iteratur: tdk
dpt diulang).
 R/ yg tdk dpt diulang adalah R/ yg mengandung narkotika,
psikotropika, dan obat keras yg ditetapkan oleh Kemkes RI.
Cara Menyusun Penulisan Obat di R/
 Obat pokok ditulis dulu (remedia cardinale), contoh: Antibiotika utk
infeksi, rifampicin utk TBC, chloroquin utk malaria, dll
 Obat tambahan yg membantu penyembuhan , termasuk obat
simptomatik (remedia adjuvantia), contoh: parasetamol, antalgin,
furosemid, dll.
 Obat yang berfungsi utk memperbaiki obat yg diberikan (remedia
corrigentia), ada 4 macam :
 1. R.C actionis : memperbaiki kerja obat pokok (RC), contoh : vit.C utk
memperbaiki Ferro Sulfat (utk anemia), mudah teroksidasi jadi Ferri
Sulfat. Vit C disini sbg reduktor.
 2. R.C. saporis : memperbaiki rasa, misalnya obat pahit bisa ditambah
Saccharin dlm bentuk pulveres, atau sirupus simpleks utk obat minum.
 3. R.C. odoris: menutupi bau yg tdk enak. Contoh: Olium Rosarum,
Ol.Lavandulae, Olium Menthae piperitae.
 4. R.C. coloris: dlm praktek jarang digunakan utk R/ racikan, contoh:
caramel utk minuman, carminum utk pulveres.
 Remedia Constituen : obat yg berfungsi sbg pelarut atau pengisi
(vehiculum), contoh: pelarut aquadest utk obat minum, pengisi,
contoh: saccharum lactis utk pulveres, vaselin utk salep, ol.cacao utk
suppositoria, dll.
Aturan pakai yg sering ditulis di R/
1. Tentang waktu :
a. omni hora cochlear (o.h.c) : tiap jam satu
sendok makan.
b. omni bihora cochlear (o.b.h.c) : tiap 2 jam satu
sendok makan
c. post coenam (p.c) : sesudah makan
d. ante coenam (a.c) : sebelum makan
e. mane (m) : pagi hari
f. ante meridiem (a.merid): sebelum tengah hari
g. mane et vespere (m.et.v) : pagi dan sore
h. nocte (noct.) : malam
Aturan pakai pada R/ (2)
2. Tentang tempat yang sakit :
a. pone aurem (pon.aur) : di belakang telinga
b. ad nucham (ad.nuch) : di tengkuk
3. Tentang pemberian obat :
a. in manum medici (i.m.m) : diserahkan dokter
b. detur sub sigilio (det.sub sig.) : berikan dalam segel
c. da in duplo (d.i.dupl) : berikan dua kalinya
d. reperatur (iteratur) ter. (Rep. ter): diulangi tiga
kali
Contoh aturan pakai lain yang
paling sering ditulis
singkatan kepanjangan Arti/makna
m misce campur
m.f Misce fac Campur dan buat
d da berikan
d.t.d Da tales dosis Berikan dgn
dosis/takaran spt tsb
diatas
d.i.d Da in dimidio Berikan setengahnya
s.d.d Semel de die Satu kali sehari
s.t.d.d.c Signa ter de die cochlear Tandailah 3 kali sehari 1
sendok makan
f Fac, fiat, fiant buatlah
f.l.a Fac lege artis Buatlah menurut aturan
p.r.n Pro re nata Bila perlu
Dosis Obat (1)
 Dosis obat: faktor yg sangat penting, kelebihan &
kekurangan dosis akan menghasilkan efek yg tdk
diinginkan.
 Dosis obat adalah dosis pemakaian sekali, per-oral utk
dws, diluar itu hrs dgn keterangan yg jelas, misal: dosis
utk anak, dosis per-injeksi, dstnya.
 Dosis yg tertulis dlm R/ adalah dosis yg dpt
menyembuhkan utk pasien (individual) disebut dosis
terapi (DT)
 Dosis yg tercantum di lieratur adalah dosis lazim (DL)
 Dosis Lazim adalah dosis yg lazimnya dpt
menyembuhkan.
Dosis Obat (2)
 Dosis Maksimum (DM) : dosis/takaran
maksimum/terbanyak yg dpt diberikan (berefek terapi)
tanpa menimbulkan bahaya.
 Pemberian terapi obat utk anak akan jauh beresiko
dibanding dgn kelompok umur lainnya, krn populasi anak
sangat bervariasi, mulai dari bayi yg baru lahir, bayi
prematur, sp dgn remaja.
 Dari study retrospektif (lesar, 1998): insiden kesalahan
dosis obat pd anak, 4,95/1000 pasien. Angka ini jauh lebih
besar dibandingkan dgn kesalahan pada pasien dws :
0,13/1000 pasien.
 Sebanyak 56,1% kesalahan terjadi karena over dosis,
kesalahan seperti ini sangat fatal bagi obat dgn jendela
terapi yg sempit, misalnya : phenitoin, theofilin, dan
gentamycin.
Faktor Yang Mempengaruhi
Perhitungan Dosis
 Faktor penderita/pasien: Umur, BB, Jenis kelamin, luas
permukaan tubuh, toleransi. Habituasi, adiksi, dan
sensitivitas, serta kondisi pasien.
 Faktor obat: sifat kimia & fisika obat, sifat
farmakokinetik (ADME), dan jenis obat.
 Faktor penyakit : sifat & jenis penyakit, serta kasus
penyakit.
Rumus Dosis Berdasarkan Umur
1. Rumus Young :

2. Rumus Cowling :
3. Rumus Fried untuk bayi :

Rumus dosis berdasar berat badan


Rumus Clark :
Rumus Dosis berdasarkan luas
Permukaan Tubuh
1. Dosis Anak berdasarkan luas permukaan tubuh dan
berat badan, dihitung dgn cara mengalikan
persentase yg tertera pada tabel (Stocklosa and
Ansel, 1991), dgn dosis dewasa.
2. Dosis anak berdasarkan luas permukaan tubuh, BB,
dan tinggi (nomogram by Scientific table, 7,ed.p.538,
J.R.Geigy, S.A.Basle)
Dosis Untuk Usia lanjut
NO RENTANG USIA DOSIS

1 60 – 70 tahun 4/5 X Dosis Dewasa

2 70 – 80 tahun 3/4 X Dosis Dewasa

3 80 – 90 tahun 2/3 X Dosis Dewasa

4 > 90 tahun 1/2 X Dosis Dewasa


RUMUS GAUBUS
NO RENTANG USIA DOSIS

1 0 - 1 tahun 1/12 X Dosis dewasa


2 1 - 2 tahun 1/8 X Dosis dewasa
3 2 - 3 tahun 1/6 X Dosis dewasa
4 3 - 4 tahun 1/4 X Dosis dewasa
5 4 - 7 tahun 1/3 X Dosis dewasa
6 7 - 14 tahun 1/2 X Dosis dewasa
7 14 - 20 tahun 2/3 X Dosis dewasa
8 21 - 60 tahun = Dosis dewasa
Dosis & Skema Penakaran (1)
 Plasma half-life merupakan ukuran utk lamanya efek obat.
 T1/2 bersama grafik kadar-waktu sangat penting sebagai
dasar utk menentukan dosis & frekuensi pemberian obat
yang rasional (berapa kali sehari sekian mg).
 Dosis yg terlalu tinggi atau terlalu frekuen dpt
menimbulkan efek toksis.
 Dosis yg terlalu rendah atau terlalu jarang, tdk
menghasilkan efek, bahkan pd kemoterapeutika dpt
menimbulkan resistensi kuman
 Obat dgn half-life panjang (>24jam) cukup 1xsehari, misal:
digoksin, sulfadimetoksin, kecuali bila obat sangat terikat
pada protein, sedangkan kadar plasma tinggi diperlukan
utk efek terapeutiknya, misal: Fenilbutazon (t1/2 lebih
kurang 60jam, PP=98%)
Dosis & Skema Penakaran (2)
 Sebaliknya, Obat yg dimetabolisasi cepat & t1/2-nya
pendek, perlu diberikan sp 3-6 kali sehari agar kadar
plasmanya tetap tinggi, misal: oksitosin & adrenalin yg
eliminasinya cepat, hingga perlu diberikan infus tetesan
kontinu.
 Pengecualian: obat hipertensi reserpin dgn t1/2 = 15 menit,
namun kegiatannya bertahan lebih dari 36 jam. Juga obat
hipertensi lain spt. Beta-blocker & metildopa tdk
berkorelasi dgn plasma t1/2nya. Hal ini mungkin
disebabkan pendudukan reseptor secara irreversible oleh
obat tsb.
 Pengertian t1/2(waktu paruh): rentang waktu dimana kadar
obat dlm plasma pd fase eliminasi menurun sp separuhnya.
Contoh Grafik Kadar-Waktu Sulfadiazin (A) &
Ampisilin (B)dgn dosis 4 dd 500 mg
Cara Pemberian obat
 Cara atau teknik penggunaan obat hrs tepat agar efek obat sesuai dgn
yg diinginkan, yaitu mencapai tujuan pengobatan.
 Perlu pemahaman bermacam cara pemakaian obat, misalnya: per-oral,
sublingal, parenteral, rectal, topikal, dan melalui paru-paru.
 Per-oral: utk penderita yg sadar, penyakitnya tdk perlu efek cepat.
Keuntungannya: mudah caranya dibanding parenteral. Kerugian :
absobsinya lambat.
 Tablet Sublingual: tablet diletakkan dibawah lidah sp melarut semua.
Hal ini dimaksudkan utk obat-obat yg diinginkan tdk melalui hepar,
jadi langsung ke peredaran darah, contoh: obat penyakit jantung
(ISDN, dll).
 Tablet salut enterik: caranya hrs langsung ditelan, tdk boleh dikunyah,
contoh : Asam mefenamat
 Tablet kunyah (antasid), caranya tablet dikunyah dulu baru ditelan
 Tablet isap (lozenges), caranya tablet ditaruh diatas lidah dan diisap sp
habis, tdk dikunyah, contoh : FG Troches.
 Tablet effervescent : tablet dilarutkan dlm satu gelas air, setelah larut
semua akan mengeluarkan gas CO2, sbg penyegar, dan sebaiknya
segera diminum
Waktu Pemberian Obat (1)
Tujuan: Agar efek optimal, efek samping minimal, dan
tdk mengganggu kebiasaan penderita
 Lambung kosong (a.c) : penyerapan obat cepat
 Lambung berisi (p.c): umumnya absorbsi obat
terhambat/terganggu.
 Secara Rektal : sebaiknya sesudah defekasi
 Obat cacing : sebelum makan
 Obat yg menyebabkan mual : sesudah makan
 Laksansia : yg kerjanya cepat diberikan pagi hari
(contoh: garam inggris/MgSO4), yg kerjanya lambat
diberikan sore hari
Contoh Waktu Pemberian Obat (1)
Sesudah makan (p.c) :
1. Untuk obat yg merangsang mukosa lambung : preparat
besi, digitalis, preparat Salisilat (Asetosal, salisilamid, Non
Steroid Anti Inflammasi Drug /NSAID).
2. Untuk obat yang menyebabkan mual, misal: diabetik oral
Sebelum makan (a.c) :
1. Sebaiknya semua obat diberikan sebelum makan, kecuali
obat-obat yg menimbulkan efek samping
2. Untuk “contras middel”
3. Antispasmodik
Selama Makan (d.c) :
1. Untuk obat-obat yg mempengaruhi pencernaan
makanan seperti; preparat enzym (pepsin), Vitamin.
Contoh Waktu /Jam Terbaik
Pemberian Obat Gol. Obat Tertentu
 Obat Diabetes dan penguat jantung : waktu terbaik pukul 04.00 –
05.00 Tubuh manusia paling sensitif terhdp insulin pukul 04.00 –
05.00 pagi, efek obat penguat jantung juga lebih tinggi sp 10-20 kali pd
jam tsb dibandingkan waktu yg lain, pd saat itu tubuh manusia sangat
sensitif terhdp digitalis.
 Obat diuretik : paling baik pukul 07.00 pagi. Obat spt Hidroklortiazid
memiliki efek samping yg lebih rendah pada pukul 07.00.
 Obat anti hipertensi : waktu terbaik pukul 09.00 – 11.00 pagi. Riset
menunjukkan bahwa tekanan darah mencapai angka paling tinggi pd
pukul 09.00 – 11.00, dan paling rendah pada malam hari setelah tidur.
Kecuali antihipertensi gol.ACE inhibitor, misalnya; ramipril dan
bentuk long acting trandolapril, terbukti lebih tepat diberikan sebelum
tidur sebab lebih efektif menurunkan tekanan darah
 Anti anemia : waktu terbaik pukul 20.00 malam, krn Fe
Glukonat/Sulfat memberi efek 3-4 kali lebih baik pada waktu itu
daripada diberikan siang hari
 Obat penurun kolesterol gol.Statin, yang biasanya diminum
pada malam hari menjelang tidur, dinilai kurang tepat, sebab
HMG-CoA reductase mencapai puncaknya di siang hari. Oleh
karenanya dianjurkan penggunaan Gol.Statin di antara pagi-
siang hari, utk meningkatkan efikasinya dan sekaligus
mengurangi nyeri otot (rabdomyolisis).
 Obat penurun trigliserida dan glukosa darah, lebih tepat
diberikan di antara pagi-siang hari.
 Interleukin-6 (IL-6) dan TNF-alpha (merupakan pro-inflammasi
sitokin yg penting) pada penderita artritis rheumatoid, karena
kadarnya meningkat di waktu subuh, maka pemberian
kortikosteroid pukul 6-8 pagi dinilai kurang tepat. Hasil
penelitian menunjukkan pemberian kortikosteroid dosis rendah
pukul 02.00 sebelum kadar sitokin meningkat, terbukti
memperbaiki efikasi obat tsb (sukamarandkk, 2010)
 Utk pengobatan radang lainnya, obat anti inflamasi sebaiknya
diberikan sekitar tengah malam agar lebih efektif karena kadar
kortisol (anti-inflamasi endogen yg poten) rendah di malam
hari.
 Anti Asthma: waktu terbaik pukul 15.00 – 16.00 sore. Hal ini krn
saat itu produksi steroid tubuh berkurang, dan mungkin akan
menyebabkan serangan asthma pd malam hari, jika steroid
dihirup sore hari, diharapkan akan mencegah serangan asthma
pd malamnya.
 Kadar epinefrin (bronchodilator melalui reseptor beta-
adrenergik) juga rendah di malam hari, sehingga kondisi asthma
biasanya memburuk di malam hari. Yang lebih memperburuk
asthma ialah bahwa eosinofil, neutrofil & limfosit alveoli serta
histamin meningkat di malam hari. Oleh sebab itu dosis teofilin
dan antagonis reseptor beta-adrenergik hendaknya lebih besar di
malam hari ketimbang pagi hari (Bisht, 2011; Sukamaran dkk,
2010).
 Obat-obat Lipofilik, spt; digoksin, diklofenak, indometasin,
ketoprofen, nifedipin & siklosporin, diabsorpsi lebih banyak di
pagi hari ketimbang malam hari, sedangkan obat-obat hidrofilik
tdk terpengaruh.
Pengaruh Makanan Terhadap
Penyerapan Obat
 Penyerapan berkurang : utk obat Eritromisin,
Penisilin, Aspirin, dll.
 Penyerapan diperlambat : utk obat Asetaminophen,
Sulfa, dll.
 Penyerapan tak dipengaruhi : utk obat Prednison,
Theophyllin, Cefadroxil, dll.
 Penyerapan bertambah : utk obat Diazepam,
Griseovulvinum, Riboflavin, dll.
Interaksi Obat
 Interaksi obat : berubahnya efek suatu obat akibat
adanya obat lain, makanan, minuman, termasuk zat-
zat kimia yg terdapat dalam lingkungan
Contoh Interaksi obat (1)
 Tetrasiklin dgn antasida & susu : efek antibacteri tetrasiklin
turun drastis krn terjadi kompleks kelat antara tetrasiklin dgn
kation Calsium. Aluminium, & Magnesium.
 Barbiturat, Karbamazepin, Fenitoin dan Rifampicin dpt
menginduksi enzim yg menyebabkan peningkatan metabolisme
oral kontrasepsi, akibatnya efek kontrasepsi menurun, porgram
KB gagal.
 Antibiotika gol.Quinolon (Ciprofloxacin, ofloxacin) bisa
mengikat logam-logam bervalensi dua atau tiga, seperti ; Ca,
Mg, Al.
 Pasien yg diberi pengobatan warfarin akan mengalami
perdarahan jika diberi fenilbutazon
 Efek antikoagulan yg diberikan per-oral dpt dihambat oleh
vitamin K
 Prebenesid dpt menghambat ekskresi Penisilin sehingga efek
Penisilin dpt diperpanjang
Contoh interaksi obat (2)
 Antibiotika Gol.Ouinolone (Ciprofloxacin, Levofloxacin,
ofloxacin, dll) tidak boleh utk wanita hamil karena ada
kemungkinan terjadi Arthropaty pada fetus/janin.
 Interaksi antara digoxin dan Verapamil. Verapamil dapat
meningkatkan kadar digoxin dalam darah sebesar 44%. Hal
ini terjadi karena Verapamil menurunkan sekresi digoxin
melalui saluran empedu.
 Interaksi antara Ketconazole dan Simvastatin :
Kenatoconazole akan meningkatkan efek simvastatin
melalui pengaruh metabolisme enzym hepatic/intestinal
CYP3A4 dan juga meningkatkan rhabdomielysis (nyeri
otot). Ketokonazol juga meningkatkan toksisitas
Simvastatin. Jangan gunakan kombinasi ini.
Contoh Interaksi Obat (3)
Nama Obat Manifestasi klinik Saran
Eritromisin-Teofilin Meningkatkan kadar Hindari pemberian
Teofilin kecuali dilakukan TDM
pd Teofilin
Eritromisin- Meningkatkan kadar Hindari
Carbamazepin carbamazepin
Eritromisin-Digoxin Meningkatkan kadar Hindari pemberian,
digoxin kecuali dilakukan TDM
pd digoxin
Fenitoin-Karbamazepin Meningkatkan kadar Waspada tosisitas
Fenitoin Fenitoin, Lakukan TDM
Fenitoin-Ketokonazole Meningkatkan kadar Waspada toksisitas
Fenitoin Fenitoin, lakukan TDM
Fenitoin-Cimetidine Meningkatkan kadar Waspada toksisitas
Fenitoin fenitoin, lakukan TDM
Contoh Interaksi obat (4)
Nama Obat Manifestasi Klinik Saran
Digoxin-Amiodarone Meningkatkan kadar Waspada toksisitas, bila
digoxin perlu turunkan dosis
digoxin
Warfarin-Ketokonazol Meningkatkan kadar Waspada bleeding,
antikoagulan monitor ketat INR
Warfarin-Fenitoin Meningkatkan kadar Waspada bleeding,
antikoagulan monitor ketat INR
Warfarin-Clopidogrel Meningkatkan kadar Waspada bleeding,
antikoagulan monitor ketat INR
Insulin-Furosemide Meningkatkan kadar gula Naikkan dosis insulin
darah
Insulin-Pentoxifilin Menurunkan kadar gula Turunkan dosis insulin
darah
Teofilin-Cimetidine Meningkatkan kadar Waspada toksisitas
Teofilin Teofilin, lakukan TDM
Katagori Obat pada kehamilan (FDA)
Katagori Arti Katagori Interpretasi
obat
A Studi kontrol pada manusia (wanita Obat paling aman
hamil) tidak ada resiko pada janin digunakan
B Studi pada hewan coba-/tdk ada Obat aman digunakan
resiko pada janin tetapi studi kontrol
pada manusia tdk ada
C Tidak ada studi yg cukup dilakukan Obat dapat digunakan
pada hewan coba & manusia,atau
studi pada hewan coba terdpt efek
pada janin tetapi pada manusia data
tdk tersedia
D Studi pada manusia terbukti ada Obat mungkin digunakan
resiko pada janin, tetapi manfaatnya apabila manfaatnya lebih
melebihi pada keadaan tertentu, besar
misal; gangguan/penyakit yg
mengancam jiwa, serius, tdk ada obat
lain.
X Terbukti ada resiko pada janin Obat kontraindikasi pada
wanita hamil
Contoh Katagori Obat Pada Masa
Kehamilan
Katagori Obat Contoh macam/klas obat

A Levotiroksin, suplementasi kalium, vitamin

B Antibiotika{penisilin ,ampicilin, amoxicillin, makrolida


(erythromycin. Azyhtromycin), sefalosporin (cefazolin,
cefotetan, cefoxitin, ceftriaxon], metformin

C Albuterol, zidovudin, lamivudin, antihipertensi (beta blockers,


CCB), Antibiotika Quinolon (ciprofloxacin, Levofloxacin)

D Imunosupresan, kortikosteroid, azatioprin, asam valproat,


fenitoin, lithium, karbamazepin, aminoglikosida (gentamicin),
ACEI (Captopril,dll), Asetosal.

X Vaksin, Methotrexat (MTX), Danazol, isotretinoin, warfarin


Resep Rasional dgn Kaidah 7 benar
Resep yang memenuhi 7 Benar & 1 waspada :
 Benar Pasien
 Benar Indikasi
 Benar Obat
 Benar Dosis
 Benar Cara Pemberian
 Benar Waktu Pemberian
 Benar Dokumentasi
 Waspada terhadap efek samping obat
Proses Terapi Rasional
 Langkah 1 : Tetapkan masalah pasien
 Langkah 2 : Tentukan tujuan terapi (Apa yang ingin
anda capai dgn terapi tsb ?)
 Langkah 3 : Teliti cocok tidaknya terapi-P anda utk
pasien itu (Periksalah apakah terapi itu manjur dan
aman).
 Langkah 4 : Mulailah pengobatan
 Langkah 5 : Berikanlah penjelasan tentang obat, cara
pakainya, dan peringatan.
 Langkah 6 : Pantau (hentikan) pengobatan.
ALL SUBSTANCES ARE POISONS.
THERE IS NONE WHICH IS NOT A
POISON. THE RIGHT DOSE
DIFFRENTIATES A POISON AND A
REMEDY
(Paracelsus, 1494-1541)
PERTANYAAN KRITIS ???

 Apakah Saudara sebagai dokter sudah bisa memahami


cara menulis resep yang baik ???
“TERIMA KASIH”

Anda mungkin juga menyukai