Anda di halaman 1dari 80

PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMASETIKA

PENYUSUN

TIM FARMASETIKA

LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2017

1
KETENTUAN UMUM

PENGENALAN RESEP

Resep berasal dari kata Recipe bahasa latin artinya Ambillah.


Dalam pengertian secara umum resep ialah Formulae Medicae yang dibagi
atas:
a. Formulae Officinalis; yaitu resep-resep yang terdapat dalam buku-buku resmi.
b. Formulae Magistrales; yaitu resep-resep yang disusun atao dibuat oleh dokter
berdasarkan pengalaman dan pendapatnya sendiri, kadang-kadang gabungan
dengan formulae officinalis dengan menambah dan mengurangi.
Dalam SK. Menkes RI No.244/Menkes/SK/V/90 memberikan pengertian
tentang resep sebagai berikut: Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak jelas
atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis
resep tersebut. Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nama, alamat, dan no.izin prakter dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscription)
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (Invocatio)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (Praescriptio/ordonatio)
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (Signatura)
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Subscriptio)
7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemilliknya untuk resep dokter hewan;
8. Tanda seru dan/paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya.

Dr. Supriyadi
SIP. No.228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567
Jakarta

Jakarta, 06-09-2010

R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl 20 mg
C.T.M 4 mg
S.L qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
da in caps
s.t.d.d caps I
paraf/TTD

Pro : Tn Marzuki (18 tahun)


Jl. Merdeka 10 Jakarta

2
Aturan pakai dalam resep sering ditulis berupa singkatan bahasa latin
seperti berikut:
a) Tentang waktu
omni hora cochlear (o.h.c): tiap jam satu sendok makan
omni bihora cochlear (o.b.h.c): tiap 2 jam satu sendok makan
post coenam (p.c): sesudah makan
ante coenam (a.c): sebelum makan
mane (m): pagi pagi
ante meridiem (a.merid): sebelum tengah hari
mane et vespere (m.et.v): pagi dan sore
nocte (noct): malam
b) Tentang tempat yang sakit
pone aurem (pon.aur): dibelakang telinga
ad nucham (ad nuch): ditengkuk
c) Tentang pemberian obat
in manum medici (i.m.m): diserahkan dokter
detur sub sigillo (det.sub.sig): berikan dalam
segel da in duplo (d.i.dulp): berikan dua kali
reperatur (iteratur) ter. (Rep.ter) : diulangi tiga kali

COPIE RESEP (SALINAN RESEP)


Copie resep ialah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh
apotik. Istilah lain dari copie resep (salina resep) ialah apograph, Exemplum,
afschrift, Selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli,
copie resep harus memuat pula:
1. Nama dan alamat apotik
2. Nama dan Nomor SIK APA
3. Tanda tangan atau paraf APA
4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda nedet
(ne detur) untuk obat yang belum diserahkan.
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.
Copie resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep,
penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Copie resep
diberikan jika :

- Pasien memintanya atau menginginkannya


- Pasien baru mengambil sebagian obatnya, atau dokter menuliskan petunjuk
da in dimidio/d.i.d atau da in duplo/d.i.2.pl
- Dalam resep tercantum iter yang artinya pasien tersebut harus
mengulangi penembusan obat setelah resep pertama habis dikonsumsi

10
Contoh copie resep dapat dilihat dibawah ini.

Apotek Tarakan
Jl. Tenggiri 48 Tlp.5914007
Apoteker: Drs. H.A.Syamsuni,Apt
SIK: No. 3959/B

Jakarta, 06-09-2010
Salinan Resep
Resep Untuk : A.Faruk
Resep dari : Dr.Abdul Muluk
Tgl ditulis resep : 06-09-2010
No.Tgl.Pembuatan : 113,06-09-2010
R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl 20 mg
C.T.M 4 mg
S.L qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
da in caps
s.t.d.d caps I detur

p.c.c
Cap apotek Yang menyalin:

Drs.Syamsuni,Apt

Opium Resep
Opium Resep ialah resep dimana salah satu obat/bahan obatnya tergolong
narkotika. Resep yang mengandung obat narkotika tidak boleh diulangi
penyerahan obatnya atas dasar resep yang sama, kecuali dengan resep baru dari
dokter, dan setiap resep yang mengandung narkotika alat penderita harus
diketahui dengan jelas. Untuk menghindari kekeliruan, resep ini diberi tanda
khusus.

Cito Resep
Cito resep ialah resep dimana dokter menginginkan pengobatan dengan
segera, karena keadaan penderita. Resep semacam ini harus didahulukan
penyelenggaraannya dari resep lain.
Tanda-tanda yang biasa digunakan dan ditulis pada bagian kanan sebelah atas
blanko resep yang terdiri dari:
(1) Cito = segera
(2) Urgent = penting
(3) Statim = penting
(4) P.I.M = Periculum in mora = berbahaya bila ditunda
Cito resep juga termasuk oba-obat tertentu yang penggunaannya segera dilakukan
yaitu obat yang digunakan untuk antidotum penawar racun dan obat untuk
luka bakar.

11
ETIKET
Setelah obatnya selesai dibuat dan telah diperiksa kembali
kemudian dimasukkan kedalam wadah yang telah ditempeli etiket sesuai
dengan aturan pemakaian yang tertera dalam resep. Etiket obat berdasarkan
resep dokter terdiri dari:
a. Etiket berwarna putih; untuk obat yang digunakan sebagai obat dalam (peroral)
b. Etiket warna biru; untuk obat yang digunakan sebagai obat luar.
Pada sebuah etiket obat berdasarkan resep dokter harus memuat hal hal
sbb:
a. Nama,alamat,dan No.SIA apotik
b. Nama/SIPA apoteker pengelola apotik.
c. No.resep, nama kota, tanggal pembuatan obat.
d. Nama penderita
e. Aturan pakai yang jelas
f. Paraf pembuatan obat

DOSIS

Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat
dalam maupun obat luar.
Menurut FI ed III, ada beberapa jenis dosis yaitu:
1. Dosis Maksimum (DM), Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu
hari. Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan
dengan cara membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep;
member garis bawah nama obat tersebut; dan menuliskan banyak obat
dengan huruf secara lengkap.
2. Dosis Lazim, dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat,
tetapi digunakan sebagai pedoman umum.
Macam-Macam Dosis
Selain dosis lazim, juga dikenal macam macam istilah dosis yang lain, yaitu
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan
dapat menyembuhkan penderita.
2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita
3. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat keracunan pada
penderita.
4. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
kematian pada penderita.
Dosis maksimum berlaku untuk obat dengan cara pemakaian:
1. Obat dalam, yaitu obat dengan pemakaian melalui mulut, kerongkongan terus

12
ke lambung (Peroral, peroos)
2. Obat dengan cara pemakaian melalui rectal, misalnya clysma/levement
dan suppositoria atau obat yang penggunaannya melalui urogenital, misalnya
bacilli, ovula dll.Obat dengan cara penggunaannya melalui jaringan kulit
misalnya injeksi.

PERHITUNGAN DOSIS
1. Perhitungan dosis berdasarkan umur

13
2. Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan

3. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh

4. Perhitungan dosis dengan pemakaian berdasarkan jam

14
PERCOBAAN I

PENGENALAN ALAT-ALAT FARMASETIKA

Dalam praktikum farmasetika (meracik obat) alat-alat yang digunakan


pada umumnya berbeda. Untuk mendukung pengerjaan dalam membuat suatu
resep, diperlukan pengenalan alat-alat yang sering digunakan dalam praktikum
Farmasetika Dasar. Seperti timbangan, lumpang dan alu, pengisi kapsul
(filling capsule) dan sebagainya.

1. Timbangan

Dalam mengerjakan suatu resep, bahan-bahan yang tertera pada resep


tersebut harus ditimbangan sesuai jumlah yang diinginkan. Ada 3 jenis
timbangan obat:

a. Timbangan kasar
Timbangan kasar memiliki daya beban 250 gram hingga 1000 gram
dengan kepekaan 200 mg
b. Timbangan gram halus
Timbangan gram halus memiliki daya beban 100 gram hingga 200 gram
dengan kepekaan 50 mg
c. Timbangan milligram
Timbangan milligram memiliki daya beban 10 gram hingga 50 gram
kepekaan 5 mg.

Daya beban adalah bobot maksimum yang boleh ditimbang. Kepekaan


adalah tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piring
timbangan, setelah keduanya diisi muatan maksimum menyebabkan ayunan jarum
timbangan tidak kurang dari 2 mm tiap dm panjang jarum. Apabila bobot
bahan yang ditimbang kurang dari 50 mg, maka harus dilakukan pengenceran
terlebih dahulu.
Gambar timbangan gram halus :
Keterangan:
Papan landasan timbangan
Tombol pengatur tegak berdirinya
timbangan
Anting penunjuk tegaknya timbangan
(waterpas)
Jarum timbangan
Skala
Tuas penyangga timbangan
Pisau tengah/pisau pusat
Pisau tangan
Tangan timbangan
Tombol/mur pengatur keseimbangan
Piring timbangan

15
Cara Penimbangan:

1. Diperiksa apakah semua komponen timbangan/neraca sudah sesuai pada


tempatnya.

2. Periksa kedudukan timbangan sudah sejajar/rata, dapat dilihat dari


posisi anting (3) dengan alas anting harus tepat. Bila belum tepat kita
putar skrup pengatur tinggi (2) papan landasan.

3. Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada
tempatnya. Bila sudah maka tuas (6) kita putar maka timbangan akan
terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat
sebelah. Bila tidak seimbang kita dapat memutar mur (10) kiri atau
kanan sesuai dengan keseimbangannya, sehingga neraca seimbang.

4. Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen/alas timbangan diatas


kedua piring timbangan, angkat tuas (6) untuk memeriksa apakah
timbangan sudah seimbang. Bila sudah seimbang, maka penimbangan
bahan-bahan bisa dimulai.

5. Proses penimbangan hendaknya dilakukan secara efisien, tangan kanan


untuk mengambil bahan yang akan ditimbang, sedangkan tangan kiri
untuk memutar tuas (6). Demikian juga untuk posisi anak timbangan
dan tarrer hendaknya di neraca kiri dan bahan di neraca kanan.

6. Anak timbangan (khususnya anak timbangan milligram) diambil


menggunakan pinset.

7. Setiap selesai menimbang, hendaknya anak timbangan dan tarreran


diturunkan dari piringan timbangan.
2. Lumpang dan Alu

Lumpang dan alu merupakan wadah atau peralatan yang terbuat dari
porselen yang digunakan untuk menggerus atau mencampur bahan-bahan obat.
alam menggerus atau mencampur bahan obat (terutama obat keras), lebih baik
dipilih lumpang yang lebih halus dan pori-pori lumpang sangat kecil. Alu
diletakkan di samping lumpang dengan posisi kepala alu menghadap ke kita.
Hal ini untuk mencegah alu berputar dengan diameter lebih luas dan
memungkinkan jatuh dari meja kerja.

Aluu

Lumpang

16
3. Penangas Air (waterbath)

Penangas air (Water bath) adalah alat untuk memanaskanatau melebur


melebur suatu bahan dengan suhu maksimal 100C. Pemanasan dilakukan dengan uap
panas yang dihasilkan dari pemanasan air.Suhu penangas air dapat diatur sesuai
dengan suhu yang diinginkan. Penangas air biasa digunakan untuk melebur basis,
menguapkan ekstrak atau tingtur, pemanasan untuk mempercepat kelarutan dan
lain-lain.

4. Cetakan Suppositoria

Suppositoria merupakan suatu sediaan padat yang digunakan melalui dubur


dan berbentuk torpedo. Bentuk torpedo dihasilkan melalui cetakan suppositoria yang
terbuat dari besi dan dilapisi nikel atau dari logam lain, ada juga yang dibuat dari
plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudional untuk mengeluarkan
supositoria. Alat ini memiliki 6 lubang atau 12 lubang suppositoria yang dapat dibuka
secara longitudinal dan terdapat skrup pengencang untuk merapatkan kedua bagian
alat cetak tersebut ketika basis yang telah dilebur akan dimasukkan ke dalam alat
cetak.
Untuk menghindari masa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk
menghindari masa yang melekat pada cetakan maka cetakan sebelumnya dibasahi
dengan parafin, minyak lemak, spritus saponatus (soft soap liniment). Yang terakhir
jangan digunakan untuk suppositoria yang mengandung garam logam, karena akan
beraksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti dapat digunakan larutan oleum ricini
dalam etanol.

17
5. Alat Pengisi Kapsul (Filling capsule)

Ada beberapa metode pengisian kapsul, yaitu dengan independent (bantuan mesin)
dan dependent (bukan mesin dan metode tangan). Metode independent biasa
digunakan untuk produksi skala besar atau pabrik. Sedangkan metode dependent
biasa digunakan pada industri rumah tangga dan apotek. Metode bukan mesin
menggunakan alat pengisi kapsul (Filling capsule). Alat yang dimaksudkan disini
adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan menggunakan alat ini akan
didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab
sekali cetak dapat dihasilkan berpuluhpuluh kapsul. Alat ini terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.

Cara pengisian kapsul:


1. Buka bagian-bagian kapsul
2. Masukkan badan kapsul ke dalam lubang alat yang tidak bergerak
3. Taburkan serbuk yang akan dimasukkan ke dalam kapsul
4. Ratakan dengan bantuan sudip/kertas film
5. Tutup kapsul dengan bagian yang bergerak

Gambar alat pengisi kapsul (Filling capsule).

6. Cetakan Pil
Pil adalah suatu sediaan padat yang berbentuk bulat dengan berat berkisar
100 mg sampai 500 mg. Pil dicetak menggunakan cetakan pil yang terdiri dari Pillen
Plank dan Pillen Roller. Pillen Plank terdiri atas alat papan dan pemotong pil
dimana pada papan terdapat lempeng kanal besi yang berbentuk setengah silinder
yang simetris dengan pemotong pil jika disatukan akan membentuk suatu kanal
silinder. Pillen Roller terdiri dari alat papan berbentuk bulat yang berfungsi untuk
membulatkan hasil cetakan dari pillen plank.

Gambar Cetakan Pil. Keterangan:


1 2 1. Pillen Roller
Keterangan:
2. Lempeng silinder
1. Pillen Roller
3. Pillen Plank
2. Lempeng silinder
4. Pemotong pil
3. Pillen Plank

4. Pemotong pil

18
Cara penggunaan:
a. Cetakan pil terlebih dahulu dibersihkan dan ditambahkan talk atau lycopodium
sebagai lubrikan
b. Masa pil dibentuk dengan menggulungkan di atas papan Pillen Plank hingga
sepanjang kanal silinder.
c. Ditarik alat pemotong hingga menyatukan antara kanal silinder papan dengan
pemotong, hingga terbentuk bulatan pil
d. Bulatan pil yang belum bulat, digelindingkan di papan bulat (Pippen Roller)
hingga bentuk pil bulat.

19
PERCOBAAN II

PENGENALAN BAHAN OBAT

Semua obat adalah racun, tetapi tidak semua racun adalah obat,
obat dapat diartikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai
dalam diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan.

Dalam SK Menkes RI No. 125/Kab/BVIII/71, yang dimaksudkan obat


adalah suatu bahan atau paduan bahan bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnose, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan, badania
dan rohania pada manusia atau hewan, memperolek badan atau bagian badan
manusia.

Dalam SK Menkes RI No.244/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan


obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Obat dapat dibagi berdasarkan tujuan dan cara pemakaiannya.


Berdasarkan tujuan pemakaian obat dapat dibagi atas:
a. Prophylactis; yaitu pemakaian obat untuk pencegahan terhadap suatu penyakit.
b. Therapeutics; yaitu pemakaian obat untuk menyembuhkan terhadap
suatu penyakit.
Bila dilihat dari cara pemakaiannya obat dapat dibagi atas:
a. Medicamentum ad usum internum = untuk pemakaian dalam ; yaitu obat
dengan cara pemakaian melalui mulut, tenggorokan sampai ke lambung
(peroral) misalnya obat dalam bentuk tablet, pill, kapsul, serbuk dll.
b. Medicamentum ad usum externum = untuk pemakaian luar ; yaitu obat
dengan cara pemakaian selain dengan cara peroral. Misalnya : obat dalam
bentuk injeksi, clysma, salep, suppositoria dll.

Penggolongan obat
Obat atau bahan obat termasuk barang yang berbahaya dan merupakan
barang yang mempunyai potensi untuk disalah gunakan. Untuk memudahkan
dalam pengawasannya maka obat yang beredar diindonesia digolongkan menurut
daftar yang meliputi:
a. Narkotika, biasa disebut daftar O (opium)

Narkotika yaitu obat-obatan yang umumnya mendatangkan ketagihan

20
dan ketergantungan secara mental dan fisik yang sangat merugikan masyarakat
dan individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter.
Misalnya candu/opium, morfin, petidin, metadon dan kodein.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada resep yang mengandung narkotika.
- Tidak boleh di ulang (N.I/ne iter/ne iteretur)
- Tidak boleh ditulis m.i. (mihi ipsi) atau u.p. (usum propium) atau
pemakaian sendiri
- Alamat pasien dan aturan pakai harus jelas
- Hanya boleh diberikan jika resep asli dari dokter dan ada tanda
tangan dokter tersebut
- Copy resep dapat diberikan apabila obat belum diberikan semuanya
(d.i.d/da in) namun harus ditembus di apoyek yang mengeluarkan
copy resep tersebut
- Bahan narkotik yang terdapat pada resep, harus digarisbawah merah.
b. Obat Psikotropika merupakan obat yang mempengaruhi proses mental (psikis),
merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan
seseorang. Misalnya golongan ekstasi, diazepam, barbital/luminal.
c. Obat keras adalah obat-obatan daftar G, yaitu obat yang didaftar pada
daftar obat berbahaya (Geverlijk) dan harus diserahkan dengan resep
dokter. Obat keras adalah semua obat
- memiliki takaran/DM atau tercantum dalam daftar obat keras yang
ditetapkan pemerintah
- diberi tanda khusus lingkaran bula berwarna merah dengan garis tepi
hitam dan huruf K yang menyentuh garis tepinya
- semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI)
tidak membahayakan
d. Obat keras daftar W (Obat bebas terbatas), yaitu obat yang didaftar
pada daftar peringatan (Warschuwing) dengan tanda khusus lingkaran biru
dengan garis pinggir hitam. Dapat diserahkan tanpa resep dokter , namun
harus tetap dalam pengawasan.Obat ini memiliki penandaan khusus
peringatan (P No.1 s/d P No.6)
e. Obat bebas yaitu obat dengan tanda khusus lingkaran hijau garis pinggir
hitam dan dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam batas dosis yang
telah dianjurkan.

Sumber-Sumber Obat

Obat-obat yang digunakan dewasa ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu;
a. Tumbuh-tumbuhan, Flora, Nabati. Misalnya ; kinin, castor oil, anisi, daun
digitalis dll.
b. Hewan, Fauna, Hayati. Misalnya ; minyak ikan, cera, woll fat dll.

21
c. Mineral/pertambangan. Misalnya ; NaCl, Sulfur, Besi oksida, Kalium Iodida dll.
d. Mikroba. Misalnya; antibiotik.
e. Sintesis, buatan, tiruan. Misalnya ; Champora sintesis, Vit.C, Acid
benzoic sintesis, Chloramphenicol sintesis dll.
Bahan Tambahan
Obat tambahan (Rimidium adjuvantia/ajuvans/corrigens) yaitu bahan atau
obat yang menunjang kerja bahan obat utama. Dapat berupa:
a. Corrigens actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek
obat utama. Misalnya, pulvis doveri yang terdiri atas kalium sulfat,
Ipecacuanhae Radix, dan pulvis opii. Pulvis opii sebagai bahan khasiat utama
menyebabkan orang sukar buang air besar, sedangkan kalium sulfat bekerja
sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja pulvis opii tersebut.
b. Corrigens saporis (memperbaiki rasa). Contohnya: sirup auratiorum,
tincture cinamomi, aqua menthae piperithae.
c. Corrigen odoris (memperbaiki bau). contohnya: oleum rosarum,
oleum bergamottae, dan oleum cinnamomi.
d. Corrigens coloris (memperbaiki warna). Contohnya: tincture croci
(kuning), caramel (cokelat) dan karminum (merah).
e. Corigen solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat utama. Misalnya, I2
tidak larut air, tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah larut.
Selain itu juga dikenal bahan tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan
pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat yang disebut
constituens/vehiculum/exipient. Misalnya: laktosa sebagai serbuk serta
amilum dan talk pada bedak tabur.)

LASA (Look alike Sound alike)


Obat dengan kewaspadaan tinggi dikenal juga sebagai High Allert Medications,
merupakan kelompok obat yang jika keliru digunakan, maka memberikan risiko
tinggi mencederai pasien secara bermakna. Oleh karena itu setiap rumah sakit
biasanya sudah diwajibkan memiliki daftar obat yang dikategorikan sebagai
obat-obat high allert ini.
Kelompok Obat high-alert diantaranya adalah obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look
Alike Sound Alike/LASA). LASA dapat mengakibatkan kesalahan obat yang
terjadi karena kebingungan terhadap nama obat, kemasan dan
etiket/labeling.

22
23
PERCOBAAN III
INTERAKSI OBAT DAN INKOMPATIBILITAS

Interaksi obat merupakan suatu keadaan saling mempengaruhi antar obat


atau bahan-bahan obat. Terjadi jika dua atau lebih macam obat digunakan
bersama-sama dalam suatu obat.

Alasan kombinasi obat sering dilakukan:


- Meningkatkan efek pengobatan
- Mengurangi efek toksik dan efek samping
- Mengobati beberapa penyakit atau keluhan yang timbul pada
waktu bersamaan
- Memperlambat terjadinya resistensi
- Memperluas spectrum bagi antibiotika
- Terapi awal suatu infeksi berat yang diagnosanya belum jelas
Selain itu, dalam ilmu farmasetika interaksi antara bahan dapat terjadi
pada saat pengerjaan atau lebih dikenal dengan inkompabilitas (Obat Tak
Tercampurkan). OTT atau obat tak tercampurkan dapat terjadi akibat reaksi
kimia, perubahan fisika atau kerja farmakologis.
Pada OTT yang tidak dapat diatasi, dapat diusulkan untuk mengeluarkan
salah satu obat dari campuran jika
1. Terjadi reaksi kimia
(a) Campurannya berupa racun. Contoh: Kalomel + iodium sublimat
(b) Campurannya menimbulkan ledakan. Contoh: campuran bahan
pengoksidasi dengan bahan yang mudah dioksidasi (K-klorat + sulfur),
(KMnO4 + gliserin)
(c) Terjadi perubahan warna. Contoh: antipirin + nitrit hijau
2. Terjadi perubahan fisika obat
Misalnya golongan alkaloid akan diserap oleh norit
3. Terjadi kerja farmakologis yang merugikan
Namun tidak semua OTT dari suatu bahan itu merugikan, ada juga OTT yang
diharapkan terjadi dan menguntungkan dalam pengerjaan, antara lain:
a. Terjadi penurunan titik eutektikum (titik lebur)
Misalnya: pada campuran mentol, timol, salol, asam salisilat,
resorsinol, kloralhidrat.
b. Meningkatkan kelarutan suatu bahan
Misalnya: Coffein yang ditambahkan dengan natrium benzoat, natrium
salisilat akan memperbesar kelarutan coffein tersebut

20
Lembar Kerja

dr. Nurshalati
SIP. No.228/K/84
Jl. Sultan Alauddin No.8 Telp. 1234567
Makassar

R/ Aminophilin 100
Luminal 25 mg
S.L qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
s.t.d.d caps I

Pro : Tn Marzuki (18 tahun)


Jl. Merdeka 10 Jakarta

I. OTT/Inkompatibilitas:

II. Cara Mengatasi:

21
Dr. Haeria
SIP. No.228/K/84
Jl. Raya Baruga No.8A Telp. 1234567
Makassar

Jakarta, .

R/ Menthol 0,2 g
Asam salislat 0,1 g
Resorsinol 0,2 g
Talk ad 3g
m.f.pulv.
s.u.e

Pro : Tn Marzuki (18 tahun)


Jl. Merdeka 10 Jakarta

I. OTT/Inkompatibilitas:

II. Cara Mengatasi:

22
PERCOBAAN IV
SEDIAAN FARMASETIKA PADAT

I. PULVIS DAN PULVERES

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian dalam secara oral atau untuk pemakaian luar. Pulvis
adalah serbuk yang tidak terbagibagi. Pulveres adalah serbuk yang dibagi
dalam bobot yang kurang lebih sama dengan yang dibungkus kertas perkamen
atau bahan pengemas lain yang cocok.
Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk
Keuntungan bentuk serbuk :
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan
yang dipadatkan.
2. Anak anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
Kekurangan bentuk serbuk:
1. Keengganan pasien meminum obat yang mungkin rasa pahit, atau rasa
yang tidak enak
2. Kesulitan menahan terurainya bahan bahan hygroskopis.
3. Mudah mencair atau menguap zat zat yang dikandungnya.
4. Waktu dan biaya yang digunakan pada pengelola dan pembungkusan dalam
keseragaman dosis tunggal.
SyaratSyarat Sediaan Serbuk:
1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk.
2. Harus homogeny semua komponen
3. Harus dalam keadaan kering.
Derajat halus serbuk
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor pengayak. Hal
ini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus suatu serbuk harus
dilakukan dengan pengayak.
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1 nomor pengayak,

23
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
tersebut. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan dua nomor pengayak,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui/lolos pada pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor
tertinggi.
Contoh: serbuk 10/40 dimaksudkan bahwa serbuk tersebut semuanya
melalui pengayak no 10 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui pengayak no. 40.
Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat
halus serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sbb:
- Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
- Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
- Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
- Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
- Serbuk halus adalah serbuk (85)
- Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
- Serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300)

I.1 Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)


Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak). Umumnya, serbuk tabur harus
melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak
menimbulkan iritasi pada bbagian yang peka.
Pulvis adsperius harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Harus halus, tidak boleh ada butiran butiran kasar.
b. Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri
Clostridium tetani, C.welchii, dan Bacillus anthracis serta disterilkan
dengan cara D (cara kering).
c. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka
2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai
pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
3. Pulvis sternutotarius (serbuk bersin) digunakan untuk dihisap melalui
hidung.
4. Pulvis effervescent adalah serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan
dahulu dalam air dingin atau air hangat. Jika serbuk ini dilarutkan
akan mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan jernih.
Merupakan campuran dari senyawa asam (as. Sitrat, as. Tartrat,) dengan
basa (Na.bikarbonat).
Aturan pembuatan serbuk tabur:
1. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan no.100
2. Serbuk tabur yang mengandung zat berlemak diayak dengan ayakan no.44

24
3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan
lagi sampai seluruhnya terayak.
Contoh resep
R/ Ichtyoli 0,5 Penyelesaian :
Talc. 10 - Ichtyoli dilarutkan dalam etanol 96% atau
eter Sol. Formaldehide 0,5 dan ditambah bolus.alba.
Bol.alba 3 - Sol.Formaldehide diganti 1/3
bobotnya m.f.pulv.adsp. ad 20 paraformaldehide.
s.u.e
Selain pulvis untuk penggunaan luar, juga dikenal pulvis untuk penggunaan dalam
(peroral). Penentuan dosis untuk pulvis penggunaan dalam menggunakan takaran
sendok makan (C), sendok the (cth), sendok bubur (cp). Penentuan dosis tiap
takaran menggunakan serbuk coba.
I.2Pulveres (Serbuk Terbagi)
Pulveres/chartulae (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam
bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan penhgemas yang
cocok untuk sekali minum.
Penulisan resep serbuk oleh seorang dokter dapat dilakukan dengan cara
yaitu:
1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk/bungkus, kemudian dibagi
sebanyak serbuk/bungkus yang diminta. Misalnya:
R/ Asam asetilsalisilat 2,5
Paracetamol 2
Coffein 0,5

m.f.pulv.divide in partes aequales no.X


2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat berapa bungkus
yang dikhehendaki, misalnya:
R/ Asam asetilsalisilat 0,25
Paracetamol 0,2
Coffein 0,05
m.f.pulv.dtd no.X

Pada cara diatas bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut:


- Asam asetilsalisilat 2,5
- Paracetamol 2
- Coffein 500 mg
Ketiga bahan tersebut diracik/dicampur satu persatu, dan asam
asetilsalisilat yang digerus lebih dahulu sampai halus, kemudian ditambahkan
coffein dan gerus lagi sampai homogen, terakhir paracetamol sedikit demi
sedikit dan digerus sampai homogen. Keluarkan dari lumpang kemudian bagi

25
menjadi 10 bungkus.
Pada cara diatas bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut
- Asam asetilsalisilat 10 X 0,25 = 2,5
- Paracetamol 10 X 0,2 = 2
- Coffein 10 X 0,05 = 0,5
Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram saccharum lactis
dengan 1 tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum Anisi, Oleum
Foeniculi, dan Oleum Menthae Piperitae. Gula berminyak tidak boleh
disimpan sebagai persediaan, dan dikemas dalam kertas perkamen, jangan
dengan kertas paraffin sebab minyak eterisnya akan diserap. Gula berminyak
harus dibuat dengan tetes minyak eteris penuh tidak pecahan, bila dalam
hitungan diperoleh pecahan, dibuat dengan tetes penuh, sisa gula minyak
disisihkan (disimpan).
Campuran serbuk yang basah atau mencair karena disebabkan karena
terbebasnya sebagian atau seluruh air kristal dari tiap bahan, hal ini dapat
diatasi dengan mengambil bahan yang sudah dikeringkan (exsicatus), bila
sekiranya bahan tersebut mempunyai garam exsicatur dengan perbandingan.
Perbandingan zat yang kering dengan zat yang mengandung air Kristal
adalah :
1) Ferrosi sulfat: eksikatur = 100:67 (3:2)
2) Magnesium sulfat: eksikatus = 100:67 (3:2)
3) Natrii sulfas: eksikatus = 100:50 (2:1)
4) Natrii karbonas: eksikatus = 100:50 (2:1)
5) Tawas: eksikatus = 100:67 (3:2)
Serbuk terbagi dikemas kedalam wadah kertas perkamen (puyer) sesuai
banyaknya permintaan dalam resep. Pada dasarnya langkah-langkah melipat atau
membungkus kertas pembungkus serbuk adalah sebagai berikut :
1. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan sekitar 11,5 cm
kearah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga keseragaman,
langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan pertama sebagai
petunjuk. Penyusunan kertas hendaknya secara proporsional, jangan terlalu
memanjangkan kesamping, maksimal 5-6 kertas kesamping.
2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah kertas yang
telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas disebelah seberang
dihadapanmu.
3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada kira
kira garis lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak berceceran.
4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan
lipatlah kehadapanmu setebal lipatan pertama.
5. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu dalam dos

26
atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak boleh ada serbuk
dan tidak boleh ada ceceran serbuk.

Dalam Resep Pulvis (Serbuk Tak Terbagi), khususnya untuk pemakaian


dalam (ditandai dengan adanya petunjuk pemakaian Cth, C, C.p.) pehitungan
dosis sekali pakai untuk setiap sendok teh/sendok makan/sendok bubur
harus dilakukan perhitungan serbuk coba. Sebagai contoh:
R/ Natrri carbonas 10
Nitras subnitras
NaBr aa 5 (DM 2 g/6 g)
Magnesium Oxyd. 10
Rhei Radix Pulv 5
SL ad 40
S.t.d.d th I
Pro: Sultan (20 thn)
Penyelesaian:
- Hitung dulu serbuk coba
Campur dan gerus halus natrium karbonat, NBB, MgO dan rhei radix
sampai homogen. Untuk menghemat bahan dan mempercepat pengerjaan,
dapat diperkecil jumlah bahan dalam resep dengan perbandingan yang
sama (Natrium karbonas 2 g, NBB 1 g, NabR 1 g, MgO 2, rhei radix 1 g dan
SL ad 8 g).
- Ambil 3 sendok teh (jika petunjuk dalam resep Cth, kalau C ambil
sendok makan) kemudian timbang dan rata-ratakan sehingga didapat rata-
rata satu sendok teh = X gram (Misalnya = 2,2 gram)
Sehingga dalam resep yang memiliki DM ialah NaBr.

Berdasarkan perhitungan tidak ada dosis yang melampaui dosis sekali


pakai dan sehari dari NaBr (DM = 2 g/ 6 g). Jika melebihi, serbuk tersebut
tidak dapat dikerja.
II. Capsule (Kapsul)
Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul
atau berupa sediaan cairan, setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar.
Dalam FI Ed.III. Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul,
keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa
zat tambahan lain.

Keuntungan sediaan kapsul, antara lain:


1) Bau dan rasa yang tidak enak tertutupi

27
2) Pemberian dosis yang tetap.
3) Bahan bahan obat/ zat yang rusak diudara terbuka, bila dimasukkan kedalam
kapsul akan terlindungi.
4) Mudah pemakaiannya oleh pasien.
5) Dengan kapsul yang berwarna warni, menambah daya tarik obat.
6) Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan
tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.
Macam-Macam Kapsul:
- Kapsul keras
- Kapsul Lunak
Ukuran cangkang kapsul

Asetosal Na.Bikarbonat Nitras bismuth basa


No.ukuran
(gram) (gram) (gram)
000 1 1,4 1,7
00 0,6 0,9 1,2
0 0,5 0,7 0,9
1 0,3 0,5 0,6
2 0,25 0,4 0,5
3 0,2 0,3 0,4
4 0,15 0,25 0,25
5 0,1 0,12 0,12

Pemilihan Ukuran Kapsul


- Pemilihan dari ukuran paling baik ketika formulasi dikembangkan, karena
jumlah bahan inert yang dibutuhkan tergantung pada ukuran atau
kapasitas kapsul yang dipilih.
- Apabila formulasi dari bahan tidak memerlukan pengisi untuk menambah
jumlah serbuknya, maka ukuran cangkang kapsul dapat boleh ditetapkan
setelah pengembangan dan persiapan formulasi.
- Agar kapsul diisi dengan baik, maka bagian badan kapsul yang diisi campuran
bahan obat dan bagian tuupnya diselubungkan rapat rapat. Bagian tuup
bukan saja berfungsi sebagai penutup tetapi juga menekan dan menahan,
oleh karena itu ukuran kapsul harus dipilih sesuai kebutuhan.

Cara pengisian kapsul


Ada tiga cara pengisian cangkang kapsul yaitu dengan:
1. Tangan; merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan
langsung tanpa menggunakan bantuan alat lain. Untuk memasukkan obat
kedalam kapsul, dapat dilakukan dengan cara membagi serbuk sesuai jumlah
kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan ke

28
dalam badan kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin; alat yang dimaksud ini adalah alat dengan menggunakan
tangan manusia. Dengan pengerjaan ini, dapat diperoleh kapsul yang seragan
dan lebih cepat.
3. Alat mesin; digunakan untuk memproduksi kapsul secara besar besaran dan
menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari
membuka, mengisi, sampai menutup kapsul.

III .Suppositoria
Yang dimaksud dengan suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan
melalui rectal, vagina dan uretra. Umumnya berbentuk torpedo, dapat
melarut, melunak, atau meleleh pada suhu tubuh. Umumnya suppositoria rectal
berbobot 2 gram untuk dewasa, 1 gram untuk anak-anak.
Keuntungan bentuk torpedo ini adalah bila bagian yang besar telah
masuk melalui otot penutup dubur, maka bagian suppositoria yang lain akan
tertarik masuk dengan sendirinya.
Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria.
Bentuk sediaan suppositoria ini sangat bermanfaat untuk mencegah
berkurangnya efisiensi obat akibat mengalami metabolism di hati sehingga
kadarnya dalam darah berkurang. Selain itu, pada keadaan terapi oral tidak
mungkin, misalnya: orang yang pingsan, muntah muntah, mual; untuk anak
kecil dan bayi, obat yang akan terurai oleh enzim pencernaan, obat yang dapat
mengiritasi lambung, pemakaian suppositoria sangat menguntungkan.
Kerugian dari suppositoria ini dirasakan saat menimbulkan rasa yang tidak
enak pada tempat dimana suppositoria ini dimasukkan.
Bentuk dan Ukuran Suppositoria
1) Suppositoria rectal dengan bentuk peluru, torpedo, jari jari atau
selinder dengan kedua ujungnya lancip, panjang kurang lebih 32 mm. Berat
tergantung dari berat jenis dan basis yang digunakan tetapi umumnya 2 gram.
2) Suppositoria vagina umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5 gram, dibuat dari zat pembawa yang zarut dalam
air atau yang dapat bercampur dengan air seperti propilenglikol atau gelatin
terglicerinasi.
3) Suppositoria urethra umumnya berbentuk batang, ramping seperti pensil.
Untuk pria bergaris tengah 3 6 mm dan panjang 7 cm.
Komposisi sediaan suppositoria terdiri dari:
- Zat aktif
- Bahan dasar
Penggolongan basis suppositoria
Pada umumnya basis suppositoria dapat digolongkan atas:

29
1) Basis berlemak: oleum cacao
2) Basis bercampur atau larut dalam air: gliserin gelatin, propilenglikol dll.
3) Basis lain: pembentuk emulsi a/m
Basis jenis ketiga ini ini ditujukan untuk mempermudah bercampur
dengan cairan tubuh atau mengikat air.
Halhal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suppositoria.
a) Kenaikan titik lebur. Titik lebur oleum cacao yang dinaikan oleh perak nitrat
dan plumbi asetat. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan oleum arachidis
kurang dari 5%.
b) Penurunan titik lebur. Penurunan titik lebur oleum cacao yang disebabkan
oleh fenol, Choral hydrat, minyak atsiri dapat diatasi dengan penambahan
cera 4 6% atau cetaceum 12%.
c) Bila suppositoria terlalu banyak mengandung serbuk akan menyulitkan
dalam penambahan adeps lanae.
d) Cairan yang tidak dapat mencampur dengan oleum cacao. Obat yang harus
dilarutkan dalam air maupun dalam alcohol atau obatnya sendiri dengan
konsistensi seperti itu misalnya ichtyol, bila dalam jumlah kecil dapat
dibuat dengan metode panas dengan jalan pengadukan sebelum dituang.
e) Pemakaian air sebagai pelarut dalam basis oleum cacao sebaiknya dihindari
sebab:
- Menyebabkan reaksi antara obat obatan dalam suppositoria.
- Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan
dapat keluar dari suppositoria.
- Mempercepat tengiknya oleum cacao
Pengemasan Suppositoria
Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga setiap suppositoria
terpisah satu dengan yang lainnya, agar tidak mudah hancur atau meleleh.
Bisanya dimasukkan ke dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastic
sebanyak 6 sampai 12 suppositoria untuk kemudian dikemas dalam doos.
Suppositoria harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.

IV .Pillulae (Pil)
Istilah pil berasal dari bahasa latin yaitu pila yang berarti bola. Zaman
dahulu bentuk pil lebih besar dari pil zaman sekarang. Berdasarkan bobotnya,
obat yang berbentuk bulat dapat digolongkan atas:
1. Pilulae = Bobotnya kira kira 30 mg 300 mg
2. Granule = Bobotnya 1/3 grain = 20 mg 60 mg
3. Boli = Bobotnya lebih besar dari 300 mg
4. Parvule = Bobotnya kurang dari 20 mg
Dalam FI ed. III. pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung
satu atau lebih bahan obat.
30
Menurut F.N. 78. Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur,
dibuat menggunakan massa pil.
Cara membuat massa pil.
Massa pil dibuat dengan mencampur satu atau lebih bahan obat dengan zat
tambahan yang cocok, diaduk dan ditekan hingga menjadi massa yang mudah
digulung. Pil yang diperoleh tidak boleh berubah bentuk pada penyimpanan
dan tidak terlalu keras.
Komposisi pil
Pil terdiri dari:
1. Bahan obat
2. Zat tambahan, terdiri dari:
- Zat pengisi
- Zat pengikat
- Zat pembasah
- Zat penabur
- Zat

- Penyalut

Bahan obat
Hampir semua bahan obat dapat dibuat pil, baik yang berbentuk padat,
cair maupun bentuk setengah padat. Bahan obat yang higroskopis sebetulnya
kurang baik untuk dibuat pil, karena mudah menarik uap air dari udara,
sehingga pil yang diperoleh pada penyimpanan biasanya menjadi basah atau
pecah pecah.
Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan massa pil harus
dipilih sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat syarat sbb:
- Harus memenuhi syarat umum zat tambahan.
- Pil yang diperoleh memenuhi syarat syarat pil.
a) Zat pengisi
Zat pengisi digunakan untuk mencapai bobot dan ukuran yang lazim.
Jadi jumlah dan jenis zat pengisi yang digunakan tergantung dari bobot dan jenis
bahan obatnya. Zat pengisi yang lazim digunakan adalah serbuk akar manis
(Radix liquirithae), Kaolinum, Saccharum.
b) Zat pengikat
Zat pengikat adalah zat tambahan yang berfungsi sebagai zat yang
jika ditambahkan kedalam campuran bahan obat dengan zat tambahan lainnya
dengan atau tanpa zat pembasah yang cocok, diaduk dan ditekan akan
menghasilkan massa pil yang mudah digulung. Zat pengikat yang sering
digunakan adalah sari akar manis (succus liquirithae), Gummi arabicum, adeps
lanae dan vaselin, glycerinum cum Tragacant, ekstrak kental, cera flava dll.Zat

31
Pembasah

Zat pembasah yang lazim digunakan adalah aqua gliserin yang merupakan
campuran gliserin dengan air sama banyak (1:1); dan sirup gula yang sering
digunakan pada pembuatan granul tetapi pada penyimpanannya pil yang
diperoleh akan mengeras.
c) Zat penabur
Zat penabur adalah zat yang digunakan untuk mencegah melekatnya
massa pil pada waktu dicetak atau digulung dan mencegah melekatnya pil
pada waktu penyimpanan. Zat penabur yang sering digunakan adalah
licopodium, talcum, serbuk akar manis (Succus liquirithae) dll.
d) Zat penyalut
pemberian zat penyalut dalam pil diperlukan dalam hal-hal sbb:
- Untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak
- Untuk emlindungi isisnya terhadap pengaruh dari luar misalnya pengaruh
oksidasi.
- Untuk mencegah atau memperlambat pecahnya pil dalam lambung,
terutama pil yang seharusnya pecah didalam usus. Zat penyalut yang lazim
digunakan adalah balsamum tolutanum, kollodium, perak, graphite,
gelatinum

32
Lembar Kerja

Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar
No.SIK 2118/B
Makassar
R/ Paracetamol 500 mg
Coffein 50 mg
S.L q.s

m.f. pulv.dtd.No.X
s.t.d.d. p.I

pro :
umur :
alamat

33
II. Pembuatan/ Cara kerja

III. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.

34
I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B No. SIK :
Makassar
R/ Prednison 5 mg
Tgl Resep :
Efedrin 25 mg Paraf dokter :
Chlortrimeton 4 mg
Nama pasien :
m.f. pulv.dtd. No.X Umur pasien :
S. t.dd.pulv. I
Alamat pasien :
pro : Lain lain :
umur :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

35
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

36
II. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B No. SIK :
Makassar
Tgl Resep :
R / Acidi acetylsoalicil 7,5 g
Sacch. Lact q.s Paraf dokter :
m.f.pulv.in.part.aequales.No.XV Nama pasien :
S.3.dd.I Umur pasien :
Pro : Dani Alamat pasien :
Lain lain :

VIII. Khasiat penggunaan resep

IX. OTT (Obat Tak Tercampurkan

X. Perhitungan Dosis

XI. Penimbangan

37
XII. Pembuatan/ Cara kerja

XIII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

38
I. Kelengkapan Resep
Nama dokter :
Alamat dokter :
No. SIK
Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien :
Lain lain :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Penggolongan Obat

V. Perhitungan Dosis

39
VI. Penimbangan

VII. Pembuatan/ Cara kerja

VIII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

40
Dokter : I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B
No. SIK :
Makassar
R/ Codein HCl 0,060 Tgl Resep :
Ephedrin HCl 0,075 Paraf dokter :
Luminal 0,225
Saccharin q.s Nama pasien :
Umur pasien :
m.f.pulv.No. XV
s. t.dd.pulv.I Alamat pasien :
Lain lain :
pro : An. Z
umur :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

41
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

42
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar Nama dokter :
No.SIK 2118/B
Makassar Alamat dokter :
R/ Carbonis Magnesii Tannini Pulveres S.F No. SIK :
m.f.pulv.No. X
Tgl Resep :
s. prn 1-2.dd.pulv.I Paraf dokter :
pro : An. Z Nama pasien :
umur : Umur pasien :
alamat
Alamat pasien :
Lain lain :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

43
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

44
Dokter : I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B
No. SIK :
Makassar
R/ Amoxicillin 500 mg Tgl Resep :
Ephedrin HCl 25 mg Paraf dokter :
Prednison 5 mg
Saccharin q.s Nama pasien :
Umur pasien :
m.f.Caps.No. XV
s. t.dd.caps.I Alamat pasien :
Lain lain :
pro : Tn. Ali
umur :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

45
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

46
Dokter : I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B
No. SIK :
Makassar
R/ Amoxicillin caps XXX Tgl Resep :
Rhinofe tab XXX Paraf dokter :
m.f.Caps.No. XXX d.i.d Nama pasien :
s. t.dd.Caps.I Umur pasien :
pro : Alamat pasien :
umur :
Lain lain :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

47
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

48
I. Kelengkapan Resep
Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Nama dokter :
No.SIK 2118/B
Makassar Alamat dokter :
R/ Menthol 1% No. SIK :
Boric acid 2% Tgl Resep :
Oxydi Zinci 2,5
Talc. ad 25 Paraf dokter :
m.f. pulvis adsp. Nama pasien :
s.o.m.applic
Umur pasien :
pro : Alamat pasien :
umur :
alamat Lain lain :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

49
V. Penimbangan

VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

50
Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar I. Kelengkapan Resep
No.SIK 2118/B Nama Dokter :
Makassar No. SIK:
R/ Pulv.Antashmatici Albi s.f. No. X
m.f. da in caps
Tgl Resep :
s.p.r.n.b.d.d.C.I Paraf okter
Nama pasien :
Umur pasien :
pro :
Alamat pasien :
umur : Lain lain :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

51
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

52
I. Kelengkapan Resep
Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Nama dokter :
No.SIK 2118/B
Makassar Alamat dokter :
R/ Gluconakali Pulvis S.F No. SIK :
Tgl Resep :
m.f.pulv.No. I
s. Paraf dokter :
Nama pasien :
pro : An. Z
umur : Umur pasien :
alamat
Alamat pasien :
Lain lain :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

53
V. Penimbangan

VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

54
Dokter : I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B
No. SIK :
Makassar
R/ Purol Pulvis s.f Tgl Resep :
Paraf dokter :
m.f.pulv.No. I
s.u.e Nama pasien :
Umur pasien :
pro : An. Z
umur : Alamat pasien :
alamat
Lain lain :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

55
V. Penimbangan

VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

56
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar
No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Makassar Alamat dokter :
R/ Papaverin 1,2
m.f. l.a. pil.No.XXX
No. SIK :
s.b.d.d.pil II a.c. Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
pro : Umur pasien :
umur :
alamat
Alamat pasien :
Lain lain :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

57
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

58
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl.
No.SIK Nama dokter :
Makassar
Alamat dokter :
R/ Diazepam 10 mg
m.f. supp.dtd.No.II No. SIK :
s.u.c Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
pro : Umur pasien :
umur : Alamat pasien :
alamat
Lain lain :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

59
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

60
PERCOBAAN V
SEDIAAN FARMASETIK CAIR

I. SOLUTIONES (LARUTAN)

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih
zat terlarut (solute atau solvendum) berupa zat padat, cair atau gas dalam
pelarut (solven) yang sesuai, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam,
obat luar atau untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan steril
yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada
injeksi. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu


cairan, maka zat padat tadi akan terlarut secara molekuler dalam cairan
tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah
kelarutan pada suhu 25, kecuali dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot
zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu
pelarut.

Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan
dengan istilah berikut:

INTERAKSI PELARUT ZAT TERLARUT

Berhubungan dengan kelarutan (solubility) maka dapat terjadi interaksi


antara pelarut-pelarut, pelarut-zat terlarut dan zat-zat terlarut. Beberapa faktor
dan konsep yang penting untuk meramal keterlarutan obat adalah :

1. Polaritas

2. Co-solvency

3. Parameter kelarutan

4. Suhu

40
5. Salting out

6. Salting in

7. Hidrotopi

8. Pembentukan kompleks

9. Efek ion senama

10. Ukuran partikel

11. Ukuran dan bentuk molekul

12. Struktur dari air

Beberapa bahan yang tidak boleh dipanaskan pada saat pengerjaannya


antara lain:

1. Ascal, akan terurai menjadi Calcii salicylas dan asam cuka.


Begitupun aspirin akan terurai jika ada air
2. Luminal natrium, akan terurai menjadi phenylaethylacethyl-ureum
yang sukar larut, biarpun pada suhu kamar
3. Barbital natrium, serupa diatas, menjadi diaethylacetyl-ureum yang
sukar larut
4. Chloral hidrat, akan menjadi chloroform dam asam formiat
5. Natrii subcarbonas, akan menjadi natrii carbonas dan CO2
6. Senyawa-senyawa perak koloidal; protargol, collargol, targesine, arygrol dll
Macam-Macam Sediaan Larutan

Larutan oral

Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang
larut dalam air atau campuran konsolven air. Larutan oral yang mangandung
sukrosa atau gula lain kadar tinggi disebut sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh
dalam air disebut sirup simpleks (64%) v/v. Larutan yang mengandung etanol
sebagai kosolven disebut eliksir.

Larutan topikal

Larutan yang biasanya mengandung air tetapi sering kali mengandung


pelarut lain seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit.

Lotio

Sediaan larutan atau suspensi yang digunakan secara topikal. Contohnya :


lotio kumerfeldi

41
Larutan Otik

Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar. Misal : larutan otik
neonisin dan polimisin B silfat.

Spirit

Larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah


menguap, umumnya berupa larutan tunggal atau campuran bahan. Spirit
harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat tidak tembus cahaya. Jika
pelarutnya air disebut air aromatik

Sirup

Sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau
tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan
pemberi rasa tapi tidak mengandung zat obat, pembawanya bukan obatatau
pembawa yang wangi, misalnya: syrup akasia, sirup jeruk, dll.

Eliksir

Larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk


penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Dibanding
dengan sirup, eliksir kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar
gula lebih rendah, sehingga kurang efektif dalam menutupi rasa dan bau zat aktif.

Saturasi, Effervesen dan Netralisasi

Larutan yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu basa
(bikarbonat). Pada netralisasi, gas CO2 yang terjadi dibiarkan menguap
sampai habis. Pada saturasi, larutan tersebut dijenuhkan dengan gas CO2.

Potiones

Sediaan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa hingga
dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam golume besar, umumnya 50 ml.

Collyria

Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan
digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan
pengawet. Wadah yang dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang tertutup
kedap.

Gargarisma

Sediaan berupa larutan. Umumnya pekat dan bila digunakan diencerkan


dulu. Gargarisma digunakan sebagai pencegah infeksi tenggorokan dan tujuan

42
penggunaan gargarisma ialah agar obatnya dapat langsung mengenai selaput
lendir yang ada di dalam tenggorokan dan bukan sebagai pelindung selaput
lendir maka tidak digunakan bentuk suspensi dan bahan berlendir tidak cocok
sebagai obat kumur. Dalam tiket harus tertera :

hanya untuk kumur, jangan ditelan.

Sebelum digunakan diencerkan.

Mouthwash

Sediaan yang hampir mirip dengan gargarisma, ditujukan sebagai


antiseptik mulut. Namun dalam penggunaanya tidak perlu lagi untuk
diencerkan dan hanya dikumur dalam rongga mulut.

Contoh Resep Sediaan Larutan

R/ Ascali 5
Penyelesaian:
Codein 0,1 - Pembuatan Ascali dapat dibuat dengan cara 1,2 g calcii
acetylsalicylas dengan menggerus halus 1 g Acid
Aqua ad 200 Acetylosalicycum dan dicampur 1/3 g Calcii carbonas
dalam mortir. Lalu campuran tersebut digerus dengan
m.f.potio 10 g air dingin dan setelah gas C02 keluar larutan
tersebut disaring.
S.3.d.d.c
- Codein merupakan basa lemah yang larut dalam air
(1:20)

II Suspension

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam


bentuk dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap dan bila dikocok
perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan
zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensI tetapi kekentalan suspensi
harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Aturan dalam pembuatan suspensi:

1. Untuk obat berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus


sebanyak 2% dari jumlah cairan obat minum
2. Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus
sebanyak 1% dari jumlah cairan obat minum

43
Keuntungan suspensi adalah:

- Rasa yang tidak enak dapat ditutupi karena ukuran partikel suspensi besar

jadi kontak dengan lidah kecil.

- Suspensi lebih stabil secata kimia dibandibgkan dengan larutan.

- Dapat digunakan untuk obat-obat yang tidak larut.

- Mudah diatur penyesuaian dosis untuk anak-anak.

- Bisa diatur warna dan bau

Kerugian suspensi

- Tidak stabil secara termodinamika

- Ketidakseragaman dosis

- Adanya pengaruh gravitasi menyebabkan terjadinya sedimentasi

- Ada obat yang tidak stabil dengan adanya air pada penyimpanan, misalnya

bebrapa antibiotik.

- Volumenya besar.

- Penampilan suspensi tidak elegan.

Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut
di dalam cairan pembawa adalah langkah yang paling penting. Kadang-kadang
adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain
kontaminan.

Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ-nya besar mereka
mengambang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah
kemasukkan udaa dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah permukaan dari
suspense medium.

Mudah dan sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak
yang dibentuk serbuk dengan permukaan cairan.

s SL

< 90o = 90o

>90o Sudut kontak antara 0o 180o

44
Jika interaksi antara padatan dan cairan lebih besar daripada interaksi
antara padatan dan udara, sudut kontak yang terbentuk antara padatan
dengan cairan ialah >90, hal ini menyebabkan partikel/padatan tersebut sulit
untuk dibasahi bahkan akan berada di udara (mengapung) jika sudut
kontaknya. Sudut kontak dibawah <90, menyebabkan padatan yang siap
dibasahi.

II.EMULSI
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari dua cairan yang
tidak saling bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seraagam dalam
bentuk globul-globul (fase dalam) dalam cairan lainnya (fase luar), distabilkan
dengan zat pengemulsi atau emulgator yang cocok. Diamater globul (tetesan)
antara 0,1-100 m.

Tipe- tipe emulsi yaitu :

1. Emulsi M/A, jika minyak terdispersi sebagai tetesan dalam medium pembawa air

2. Emulsi A/M, jika air terdispersi sebagai tetesan dalam medium pembawa minyak

3. Emulsi A/M/A

4. Emulsi M/A/M

5. Mikroemulsi

Zat pengemulsi (emulgator) adalah bahan yang menurunkan tegangan


antarmuka minyak dan air, dan membentuk suatu lapisan tipis yang kaku
disekitar globul terdispersi yang mencegah terjadinya koalesensi (penggabungan
butir-butir) dan pemisahan fase terdispersi. Contoh: PGA, Tragakan, Gelatin,
Sapo, senyawa ammonium kuartener, kolesterol, surfaktan seperti Tween, Span
dan lain-lainnya.

Metode pembuatan emulsi:

1. Metode Gom Basah (metode kontinental)


2. Metode Gom Kering

45
3. Metode Botol
Sistem HLB (Hydrophile Lipophile Balance)

HLB merupakan keseimbangan lipofil dan hidrofil dari suatu surface active
dari molekul surfaktan. Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin
lipofil surfaktan tersebut, sedangkan makin tinggi nilai HLB surfaktan makin
hidrofil
Contoh perhitungan HLB

46
Lembar Kerja

I . Kelengkapan Resep
Nama dokter :
Alamat dokter :
Dokter : Marshanda No. SIK :
Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17
No.SIK Tgl Resep :
Makassar Paraf dokter :
R/ Amonium Chloride 1
Efedrin HCl 0,2
Nama pasien :
Syr. Simplex 15% Umur pasien :
Ol.m.p gtt III
m.f potio 100 Alamat pasien :
S.3.d.d cth II a.c Lain lain :

pro :
umur :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

47
48
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 Samata
Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.

49
I . Kelengkapan Resep
Dokter : Marshanda
Nama dokter :
Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17
No.SIK Alamat dokter :
Makassar No. SIK :
R/ Calamin Lotio 60 Tgl Resep :
ml Adde Paraf dokter :
Asam borat 2% Nama pasien :
m.f lotio Umur pasien :
S.a.u.c Alamat pasien :
Lain lain :
pro :
umur :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

50
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket

Apotek Farmasetika UINAM


Jl. H.M Yasin Limpo No. 36 amata
Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

50 Modul Farmasetika Dasar


Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar
No.SIK 2118/B Nama dokter :
Makassar
Alamat dokter :
R/ Ol. Iecoris Aselli 20
Syr. Simpleks 25% No. SIK :
Oleum Citri gtt III Tgl Resep :
m.f . emulsa 60
S.b.d.d Cth II
Paraf dokter :
Nama pasien :
pro :
Umur pasien :
umur : Alamat pasien :
alamat
Lain lain :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan

51 Modul Farmasetika Dasar


52 Modul Farmasetika Dasar
PERCOBAAN VI
SEDIAAN FARMASI SEMI PADAT

53 Modul Farmasetika Dasar


54 Modul Farmasetika Dasar
55 Modul Farmasetika Dasar
56 Modul Farmasetika Dasar
57 Modul Farmasetika Dasar
58 Modul Farmasetika Dasar
59 Modul Farmasetika Dasar
60 Modul Farmasetika Dasar
61 Modul Farmasetika Dasar

Anda mungkin juga menyukai