PENYUSUN
TIM FARMASETIKA
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2017
1
KETENTUAN UMUM
PENGENALAN RESEP
Dr. Supriyadi
SIP. No.228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567
Jakarta
Jakarta, 06-09-2010
R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl 20 mg
C.T.M 4 mg
S.L qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
da in caps
s.t.d.d caps I
paraf/TTD
2
Aturan pakai dalam resep sering ditulis berupa singkatan bahasa latin
seperti berikut:
a) Tentang waktu
omni hora cochlear (o.h.c): tiap jam satu sendok makan
omni bihora cochlear (o.b.h.c): tiap 2 jam satu sendok makan
post coenam (p.c): sesudah makan
ante coenam (a.c): sebelum makan
mane (m): pagi – pagi
ante meridiem (a.merid): sebelum tengah hari
mane et vespere (m.et.v): pagi dan sore
nocte (noct): malam
b) Tentang tempat yang sakit
pone aurem (pon.aur): dibelakang telinga
ad nucham (ad nuch): ditengkuk
c) Tentang pemberian obat
in manum medici (i.m.m): diserahkan dokter
detur sub sigillo (det.sub.sig): berikan dalam
segel da in duplo (d.i.dulp): berikan dua kali
reperatur (iteratur) ter. (Rep.ter) : diulangi tiga kali
10
Contoh copie resep dapat dilihat dibawah ini.
Apotek Tarakan
Jl. Tenggiri 48 Tlp.5914007
Apoteker: Drs. H.A.Syamsuni,Apt
SIK: No. 3959/B
Jakarta, 06-09-2010
Salinan Resep
Resep Untuk : A.Faruk
Resep dari : Dr.Abdul Muluk
Tgl ditulis resep : 06-09-2010
No.Tgl.Pembuatan : 113,06-09-2010
R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl 20 mg
C.T.M 4 mg
S.L qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
da in caps
s.t.d.d caps I detur
p.c.c
Cap apotek Yang menyalin:
Drs.Syamsuni,Apt
Opium Resep
Opium Resep ialah resep dimana salah satu obat/bahan obatnya tergolong
narkotika. Resep yang mengandung obat narkotika tidak boleh diulangi
penyerahan obatnya atas dasar resep yang sama, kecuali dengan resep baru dari
dokter, dan setiap resep yang mengandung narkotika alat penderita harus
diketahui dengan jelas. Untuk menghindari kekeliruan, resep ini diberi tanda
khusus.
Cito Resep
Cito resep ialah resep dimana dokter menginginkan pengobatan dengan
segera, karena keadaan penderita. Resep semacam ini harus didahulukan
penyelenggaraannya dari resep lain.
Tanda-tanda yang biasa digunakan dan ditulis pada bagian kanan sebelah atas
blanko resep yang terdiri dari:
(1) Cito = segera
(2) Urgent = penting
(3) Statim = penting
(4) P.I.M = Periculum in mora = berbahaya bila ditunda
Cito resep juga termasuk oba-obat tertentu yang penggunaannya segera
dilakukan yaitu obat yang digunakan untuk antidotum penawar racun dan obat
untuk luka bakar.
ETIKET
11
Setelah obatnya selesai dibuat dan telah diperiksa kembali
kemudian dimasukkan kedalam wadah yang telah ditempeli etiket sesuai
dengan aturan pemakaian yang tertera dalam resep. Etiket obat berdasarkan
resep dokter terdiri dari:
a. Etiket berwarna putih; untuk obat yang digunakan sebagai obat dalam (peroral)
b. Etiket warna biru; untuk obat yang digunakan sebagai obat luar.
Pada sebuah etiket obat berdasarkan resep dokter harus memuat hal – hal
sbb:
a. Nama,alamat,dan No.SIA apotik
b. Nama/SIPA apoteker pengelola apotik.
c. No.resep, nama kota, tanggal pembuatan obat.
d. Nama penderita
e. Aturan pakai yang jelas
f. Paraf pembuatan obat
DOSIS
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat
dalam maupun obat luar.
Menurut FI ed III, ada beberapa jenis dosis yaitu:
1. Dosis Maksimum (DM), Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu
hari. Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan
dengan cara membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep;
member garis bawah nama obat tersebut; dan menuliskan banyak obat
dengan huruf secara lengkap.
2. Dosis Lazim, dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat,
tetapi digunakan sebagai pedoman umum.
Macam-Macam Dosis
Selain dosis lazim, juga dikenal macam – macam istilah dosis yang lain, yaitu
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan
dapat menyembuhkan penderita.
2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita
3. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat keracunan pada
penderita.
4. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan kematian pada penderita.
Dosis maksimum berlaku untuk obat dengan cara pemakaian:
1. Obat dalam, yaitu obat dengan pemakaian melalui mulut, kerongkongan terus
ke lambung (Peroral, peroos)
12
2. Obat dengan cara pemakaian melalui rectal, misalnya clysma/levement
dan suppositoria atau obat yang penggunaannya melalui urogenital, misalnya
bacilli, ovula dll.Obat dengan cara penggunaannya melalui jaringan kulit
misalnya injeksi.
PERHITUNGAN DOSIS
1. Perhitungan dosis berdasarkan umur
13
3. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
PERCOBAAN I
14
PENGENALAN ALAT-ALAT FARMASETIKA
1. Timbangan
a. Timbangan kasar
Timbangan kasar memiliki daya beban 250 gram hingga 1000 gram
dengan kepekaan 200 mg
b. Timbangan gram halus
Timbangan gram halus memiliki daya beban 100 gram hingga 200 gram
dengan kepekaan 50 mg
c. Timbangan milligram
Timbangan milligram memiliki daya beban 10 gram hingga 50 gram
kepekaan 5 mg.
Cara Penimbangan:
15
1. Diperiksa apakah semua komponen timbangan/neraca sudah sesuai pada
tempatnya.
3. Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada
tempatnya. Bila sudah maka tuas (6) kita putar maka timbangan akan
terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat
sebelah. Bila tidak seimbang kita dapat memutar mur (10) kiri atau
kanan sesuai dengan keseimbangannya, sehingga neraca seimbang.
Lumpang dan alu merupakan wadah atau peralatan yang terbuat dari
Aluu
Lumpang
16
Penangas air (Water bath) adalah alat untuk memanaskanatau melebur
melebur suatu bahan dengan suhu maksimal 100°C. Pemanasan dilakukan dengan uap
panas yang dihasilkan dari pemanasan air.Suhu penangas air dapat diatur sesuai
dengan suhu yang diinginkan. Penangas air biasa digunakan untuk melebur basis,
menguapkan ekstrak atau tingtur, pemanasan untuk mempercepat kelarutan dan
lain-lain.
4. Cetakan Suppositoria
17
Ada beberapa metode pengisian kapsul, yaitu dengan independent (bantuan mesin)
dan dependent (bukan mesin dan metode tangan). Metode independent biasa
digunakan untuk produksi skala besar atau pabrik. Sedangkan metode dependent
biasa digunakan pada industri rumah tangga dan apotek. Metode bukan mesin
menggunakan alat pengisi kapsul (Filling capsule). Alat yang dimaksudkan disini
adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan menggunakan alat ini akan
didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab
sekali cetak dapat dihasilkan berpuluhpuluh kapsul. Alat ini terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
6. Cetakan Pil
Pil adalah suatu sediaan padat yang berbentuk bulat dengan berat berkisar
100 mg sampai 500 mg. Pil dicetak menggunakan cetakan pil yang terdiri dari Pillen
Plank dan Pillen Roller. Pillen Plank terdiri atas alat papan dan pemotong pil
dimana pada papan terdapat lempeng kanal besi yang berbentuk setengah silinder
yang simetris dengan pemotong pil jika disatukan akan membentuk suatu kanal
silinder. Pillen Roller terdiri dari alat papan berbentuk bulat yang berfungsi untuk
membulatkan hasil cetakan dari pillen plank.
4. Pemotong pil
Cara penggunaan:
18
a. Cetakan pil terlebih dahulu dibersihkan dan ditambahkan talk atau lycopodium
sebagai lubrikan
b. Masa pil dibentuk dengan menggulungkan di atas papan Pillen Plank hingga
sepanjang kanal silinder.
c. Ditarik alat pemotong hingga menyatukan antara kanal silinder papan dengan
pemotong, hingga terbentuk bulatan pil
d. Bulatan pil yang belum bulat, digelindingkan di papan bulat (Pippen Roller)
hingga bentuk pil bulat.
19
PERCOBAAN II
“Semua obat adalah racun, tetapi tidak semua racun adalah obat”,
obat dapat diartikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai
dalam diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan.
Penggolongan obat
Obat atau bahan obat termasuk barang yang berbahaya dan merupakan
barang yang mempunyai potensi untuk disalah gunakan. Untuk memudahkan
dalam pengawasannya maka obat yang beredar diindonesia digolongkan menurut
daftar yang meliputi:
a. Narkotika, biasa disebut daftar O (opium)
20
dan ketergantungan secara mental dan fisik yang sangat merugikan
masyarakat dan individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan
pengawasan dokter. Misalnya candu/opium, morfin, petidin, metadon dan
kodein.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada resep yang mengandung narkotika.
- Tidak boleh di ulang (N.I/ne iter/ne iteretur)
- Tidak boleh ditulis m.i. (mihi ipsi) atau u.p. (usum propium) atau
pemakaian sendiri
- Alamat pasien dan aturan pakai harus jelas
- Hanya boleh diberikan jika resep asli dari dokter dan ada tanda
tangan dokter tersebut
- Copy resep dapat diberikan apabila obat belum diberikan semuanya
(d.i.d/da in) namun harus ditembus di apoyek yang mengeluarkan
copy resep tersebut
- Bahan narkotik yang terdapat pada resep, harus digarisbawah merah.
b. Obat Psikotropika merupakan obat yang mempengaruhi proses mental (psikis),
merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan
seseorang. Misalnya golongan ekstasi, diazepam, barbital/luminal.
c. Obat keras adalah obat-obatan daftar G, yaitu obat yang didaftar pada
daftar obat berbahaya (Geverlijk) dan harus diserahkan dengan resep
dokter. Obat keras adalah semua obat
- memiliki takaran/DM atau tercantum dalam daftar obat keras yang
ditetapkan pemerintah
- diberi tanda khusus lingkaran bula berwarna merah dengan garis tepi
hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya
- semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI)
tidak membahayakan
d. Obat keras daftar W (Obat bebas terbatas), yaitu obat yang didaftar
pada daftar peringatan (Warschuwing) dengan tanda khusus lingkaran biru
dengan garis pinggir hitam. Dapat diserahkan tanpa resep dokter , namun
harus tetap dalam pengawasan.Obat ini memiliki penandaan khusus
peringatan (P No.1 s/d P No.6)
e. Obat bebas yaitu obat dengan tanda khusus lingkaran hijau garis pinggir
hitam dan dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam batas dosis yang
telah dianjurkan.
Sumber-Sumber Obat
Obat-obat yang digunakan dewasa ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu;
a. Tumbuh-tumbuhan, Flora, Nabati. Misalnya ; kinin, castor oil, anisi, daun
digitalis dll.
b. Hewan, Fauna, Hayati. Misalnya ; minyak ikan, cera, woll fat dll.
21
c. Mineral/pertambangan. Misalnya ; NaCl, Sulfur, Besi oksida, Kalium Iodida dll.
d. Mikroba. Misalnya; antibiotik.
e. Sintesis, buatan, tiruan. Misalnya ; Champora sintesis, Vit.C, Acid
benzoic sintesis, Chloramphenicol sintesis dll.
Bahan Tambahan
Obat tambahan (Rimidium adjuvantia/ajuvans/corrigens) yaitu bahan atau
obat yang menunjang kerja bahan obat utama. Dapat berupa:
a. Corrigens actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek
obat utama. Misalnya, pulvis doveri yang terdiri atas kalium sulfat,
Ipecacuanhae Radix, dan pulvis opii. Pulvis opii sebagai bahan khasiat utama
menyebabkan orang sukar buang air besar, sedangkan kalium sulfat bekerja
sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja pulvis opii tersebut.
b. Corrigens saporis (memperbaiki rasa). Contohnya: sirup auratiorum,
tincture cinamomi, aqua menthae piperithae.
c. Corrigen odoris (memperbaiki bau). contohnya: oleum rosarum,
oleum bergamottae, dan oleum cinnamomi.
d. Corrigens coloris (memperbaiki warna). Contohnya: tincture croci
(kuning), caramel (cokelat) dan karminum (merah).
e. Corigen solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat utama. Misalnya, I2
tidak larut air, tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah larut.
Selain itu juga dikenal bahan tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan
pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat yang disebut
constituens/vehiculum/exipient. Misalnya: laktosa sebagai serbuk serta
amilum dan talk pada bedak tabur.)
22
23
PERCOBAAN III
INTERAKSI OBAT DAN INKOMPATIBILITAS
20
Lembar Kerja
dr. Nurshalati
SIP. No.228/K/84
Jl. Sultan Alauddin No.8 Telp. 1234567
Makassar
R/ Aminophilin 100
Luminal 25 mg
S.L qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
s.t.d.d caps I
I. OTT/Inkompatibilitas:
21
Dr. Haeria
SIP. No.228/K/84
Jl. Raya Baruga No.8A Telp. 1234567
Makassar
Jakarta, .
R/ Menthol 0,2 g
Asam salislat 0,1 g
Resorsinol 0,2 g
Talk ad 3g
m.f.pulv.
s.u.e
I. OTT/Inkompatibilitas:
22
PERCOBAAN IV
SEDIAAN FARMASETIKA PADAT
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian dalam secara oral atau untuk pemakaian luar. Pulvis
adalah serbuk yang tidak terbagi–bagi. Pulveres adalah serbuk yang dibagi
dalam bobot yang kurang lebih sama dengan yang dibungkus kertas
perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.
Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk
Keuntungan bentuk serbuk :
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan
yang dipadatkan.
2. Anak – anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
Kekurangan bentuk serbuk:
1. Keengganan pasien meminum obat yang mungkin rasa pahit, atau rasa
yang tidak enak
2. Kesulitan menahan terurainya bahan – bahan hygroskopis.
3. Mudah mencair atau menguap zat – zat yang dikandungnya.
4. Waktu dan biaya yang digunakan pada pengelola dan pembungkusan dalam
keseragaman dosis tunggal.
Syarat–Syarat Sediaan Serbuk:
1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk.
2. Harus homogeny semua komponen
3. Harus dalam keadaan kering.
Derajat halus serbuk
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor pengayak. Hal
ini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus suatu serbuk harus
dilakukan dengan pengayak.
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1 nomor pengayak,
23
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
tersebut. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan dua nomor pengayak,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui/lolos pada pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor
tertinggi.
Contoh: serbuk 10/40 dimaksudkan bahwa serbuk tersebut semuanya
melalui pengayak no 10 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui pengayak no. 40.
Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat
halus serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sbb:
- Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
- Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
- Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
- Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
- Serbuk halus adalah serbuk (85)
- Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
- Serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300)
24
3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan
lagi sampai seluruhnya terayak.
Contoh resep
R/ Ichtyoli 0,5 Penyelesaian :
Talc. 10 - Ichtyoli dilarutkan dalam etanol 96% atau
eter Sol. Formaldehide 0,5 dan ditambah bolus.alba.
Bol.alba 3 - Sol.Formaldehide diganti 1/3
bobotnya m.f.pulv.adsp. ad 20 paraformaldehide.
s.u.e
Selain pulvis untuk penggunaan luar, juga dikenal pulvis untuk penggunaan
dalam (peroral). Penentuan dosis untuk pulvis penggunaan dalam menggunakan
takaran sendok makan (C), sendok the (cth), sendok bubur (cp). Penentuan
dosis tiap takaran menggunakan serbuk coba.
I.2Pulveres (Serbuk Terbagi)
Pulveres/chartulae (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam
bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan penhgemas yang
cocok untuk sekali minum.
Penulisan resep serbuk oleh seorang dokter dapat dilakukan dengan cara
yaitu:
1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk/bungkus, kemudian dibagi sebanyak
serbuk/bungkus yang diminta. Misalnya:
R/ Asam asetilsalisilat 2,5
Paracetamol 2
Coffein 0,5
25
menjadi 10 bungkus.
Pada cara diatas bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut
- Asam asetilsalisilat 10 X 0,25 = 2,5
- Paracetamol 10 X 0,2 = 2
- Coffein 10 X 0,05 = 0,5
Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram saccharum lactis
dengan 1 tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum Anisi, Oleum
Foeniculi, dan Oleum Menthae Piperitae. Gula berminyak tidak boleh
disimpan sebagai persediaan, dan dikemas dalam kertas perkamen, jangan
dengan kertas paraffin sebab minyak eterisnya akan diserap. Gula berminyak
harus dibuat dengan tetes minyak eteris penuh tidak pecahan, bila dalam
hitungan diperoleh pecahan, dibuat dengan tetes penuh, sisa gula minyak
disisihkan (disimpan).
Campuran serbuk yang basah atau mencair karena disebabkan karena
terbebasnya sebagian atau seluruh air kristal dari tiap bahan, hal ini dapat
diatasi dengan mengambil bahan yang sudah dikeringkan (exsicatus), bila
sekiranya bahan tersebut mempunyai garam exsicatur dengan perbandingan.
Perbandingan zat yang kering dengan zat yang mengandung air Kristal
adalah :
1) Ferrosi sulfat: eksikatur = 100:67 (3:2)
2) Magnesium sulfat: eksikatus = 100:67 (3:2)
3) Natrii sulfas: eksikatus = 100:50 (2:1)
4) Natrii karbonas: eksikatus = 100:50 (2:1)
5) Tawas: eksikatus = 100:67 (3:2)
Serbuk terbagi dikemas kedalam wadah kertas perkamen (puyer) sesuai
banyaknya permintaan dalam resep. Pada dasarnya langkah-langkah melipat atau
membungkus kertas pembungkus serbuk adalah sebagai berikut :
1. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan sekitar 1–1,5
cm kearah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga
keseragaman, langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan
pertama sebagai petunjuk. Penyusunan kertas hendaknya secara
proporsional, jangan terlalu memanjangkan kesamping, maksimal 5-6 kertas
kesamping.
2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah kertas
yang telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas disebelah seberang
dihadapanmu.
3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada kira
kira garis lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak berceceran.
4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan
lipatlah kehadapanmu setebal lipatan pertama.
26
5. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu dalam dos
atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak boleh ada serbuk
dan tidak boleh ada ceceran serbuk.
27
1) Bau dan rasa yang tidak enak tertutupi
2) Pemberian dosis yang tetap.
3) Bahan – bahan obat/ zat yang rusak diudara terbuka, bila dimasukkan
kedalam kapsul akan terlindungi.
4) Mudah pemakaiannya oleh pasien.
5) Dengan kapsul yang berwarna – warni, menambah daya tarik obat.
6) Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan
tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.
Macam-Macam Kapsul:
- Kapsul keras
- Kapsul Lunak
Ukuran cangkang kapsul
28
kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan ke
dalam badan kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin; alat yang dimaksud ini adalah alat dengan menggunakan
tangan manusia. Dengan pengerjaan ini, dapat diperoleh kapsul yang seragan
dan lebih cepat.
3. Alat mesin; digunakan untuk memproduksi kapsul secara besar – besaran dan
menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari
membuka, mengisi, sampai menutup kapsul.
III .Suppositoria
Yang dimaksud dengan suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan
melalui rectal, vagina dan uretra. Umumnya berbentuk torpedo, dapat
melarut, melunak, atau meleleh pada suhu tubuh. Umumnya suppositoria rectal
berbobot 2 gram untuk dewasa, 1 gram untuk anak-anak.
Keuntungan bentuk torpedo ini adalah bila bagian yang besar telah
masuk melalui otot penutup dubur, maka bagian suppositoria yang lain akan
tertarik masuk dengan sendirinya.
Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria.
Bentuk sediaan suppositoria ini sangat bermanfaat untuk mencegah
berkurangnya efisiensi obat akibat mengalami metabolism di hati sehingga
kadarnya dalam darah berkurang. Selain itu, pada keadaan terapi oral tidak
mungkin, misalnya: orang yang pingsan, muntah – muntah, mual; untuk anak
kecil dan bayi, obat yang akan terurai oleh enzim pencernaan, obat yang dapat
mengiritasi lambung, pemakaian suppositoria sangat menguntungkan.
Kerugian dari suppositoria ini dirasakan saat menimbulkan rasa yang tidak
enak pada tempat dimana suppositoria ini dimasukkan.
Bentuk dan Ukuran Suppositoria
1) Suppositoria rectal dengan bentuk peluru, torpedo, jari – jari atau
selinder dengan kedua ujungnya lancip, panjang kurang lebih 32 mm. Berat
tergantung dari berat jenis dan basis yang digunakan tetapi umumnya 2 gram.
2) Suppositoria vagina umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5 gram, dibuat dari zat pembawa yang zarut dalam
air atau yang dapat bercampur dengan air seperti propilenglikol atau gelatin
terglicerinasi.
3) Suppositoria urethra umumnya berbentuk batang, ramping seperti pensil.
Untuk pria bergaris tengah 3 – 6 mm dan panjang 7 cm.
Komposisi sediaan suppositoria terdiri dari:
- Zat aktif
- Bahan dasar
Penggolongan basis suppositoria
29
Pada umumnya basis suppositoria dapat digolongkan atas:
1) Basis berlemak: oleum cacao
2) Basis bercampur atau larut dalam air: gliserin – gelatin, propilenglikol dll.
3) Basis lain: pembentuk emulsi a/m
Basis jenis ketiga ini ini ditujukan untuk mempermudah bercampur
dengan cairan tubuh atau mengikat air.
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suppositoria.
a) Kenaikan titik lebur. Titik lebur oleum cacao yang dinaikan oleh perak nitrat
dan plumbi asetat. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan oleum arachidis
kurang dari 5%.
b) Penurunan titik lebur. Penurunan titik lebur oleum cacao yang disebabkan
oleh fenol, Choral hydrat, minyak atsiri dapat diatasi dengan penambahan
cera 4 – 6% atau cetaceum 12%.
c) Bila suppositoria terlalu banyak mengandung serbuk akan menyulitkan
dalam penambahan adeps lanae.
d) Cairan yang tidak dapat mencampur dengan oleum cacao. Obat yang harus
dilarutkan dalam air maupun dalam alcohol atau obatnya sendiri dengan
konsistensi seperti itu misalnya ichtyol, bila dalam jumlah kecil dapat
dibuat dengan metode panas dengan jalan pengadukan sebelum dituang.
e) Pemakaian air sebagai pelarut dalam basis oleum cacao sebaiknya dihindari
sebab:
- Menyebabkan reaksi antara obat – obatan dalam suppositoria.
- Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan
dapat keluar dari suppositoria.
- Mempercepat tengiknya oleum cacao
Pengemasan Suppositoria
Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga setiap suppositoria
terpisah satu dengan yang lainnya, agar tidak mudah hancur atau meleleh.
Bisanya dimasukkan ke dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastic
sebanyak 6 sampai 12 suppositoria untuk kemudian dikemas dalam doos.
Suppositoria harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.
IV .Pillulae (Pil)
Istilah pil berasal dari bahasa latin yaitu pila yang berarti bola. Zaman
dahulu bentuk pil lebih besar dari pil zaman sekarang. Berdasarkan bobotnya,
obat yang berbentuk bulat dapat digolongkan atas:
1. Pilulae = Bobotnya kira – kira 30 mg – 300 mg
2. Granule = Bobotnya 1/3 – grain = 20 mg – 60 mg
3. Boli = Bobotnya lebih besar dari 300 mg
4. Parvule = Bobotnya kurang dari 20 mg
Dalam FI ed. III. pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung
30
satu atau lebih bahan obat.
Menurut F.N. 78. Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur,
dibuat menggunakan massa pil.
Cara membuat massa pil.
Massa pil dibuat dengan mencampur satu atau lebih bahan obat dengan zat
tambahan yang cocok, diaduk dan ditekan hingga menjadi massa yang mudah
digulung. Pil yang diperoleh tidak boleh berubah bentuk pada penyimpanan
dan tidak terlalu keras.
Komposisi pil
Pil terdiri dari:
1. Bahan obat
2. Zat tambahan, terdiri dari:
- Zat pengisi
- Zat pengikat
- Zat pembasah
- Zat penabur
- Zat
- Penyalut
Bahan obat
Hampir semua bahan obat dapat dibuat pil, baik yang berbentuk padat,
cair maupun bentuk setengah padat. Bahan obat yang higroskopis sebetulnya
kurang baik untuk dibuat pil, karena mudah menarik uap air dari udara,
sehingga pil yang diperoleh pada penyimpanan biasanya menjadi basah atau
pecah – pecah.
Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan massa pil harus
dipilih sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat – syarat sbb:
- Harus memenuhi syarat umum zat tambahan.
- Pil yang diperoleh memenuhi syarat – syarat pil.
a) Zat pengisi
Zat pengisi digunakan untuk mencapai bobot dan ukuran yang lazim.
Jadi jumlah dan jenis zat pengisi yang digunakan tergantung dari bobot dan jenis
bahan obatnya. Zat pengisi yang lazim digunakan adalah serbuk akar manis
(Radix liquirithae), Kaolinum, Saccharum.
b) Zat pengikat
Zat pengikat adalah zat tambahan yang berfungsi sebagai zat yang
jika ditambahkan kedalam campuran bahan obat dengan zat tambahan lainnya
dengan atau tanpa zat pembasah yang cocok, diaduk dan ditekan akan
menghasilkan massa pil yang mudah digulung. Zat pengikat yang sering
digunakan adalah sari akar manis (succus liquirithae), Gummi arabicum, adeps
31
lanae dan vaselin, glycerinum cum Tragacant, ekstrak kental, cera flava dll.Zat
Pembasah
Zat pembasah yang lazim digunakan adalah aqua gliserin yang merupakan
campuran gliserin dengan air sama banyak (1:1); dan sirup gula yang sering
digunakan pada pembuatan granul tetapi pada penyimpanannya pil yang
diperoleh akan mengeras.
c) Zat penabur
Zat penabur adalah zat yang digunakan untuk mencegah melekatnya
massa pil pada waktu dicetak atau digulung dan mencegah melekatnya pil
pada waktu penyimpanan. Zat penabur yang sering digunakan adalah
licopodium, talcum, serbuk akar manis (Succus liquirithae) dll.
d) Zat penyalut
pemberian zat penyalut dalam pil diperlukan dalam hal-hal sbb:
- Untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak
- Untuk emlindungi isisnya terhadap pengaruh dari luar misalnya
pengaruh oksidasi.
- Untuk mencegah atau memperlambat pecahnya pil dalam lambung,
terutama pil yang seharusnya pecah didalam usus. Zat penyalut yang lazim
digunakan adalah balsamum tolutanum, kollodium, perak, graphite,
gelatinum
32
Lembar Kerja
Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar
No.SIK 2118/B
Makassar
R/ Paracetamol 500 mg
Coffein 50 mg
S.L q.s
m.f. pulv.dtd.No.X
s.t.d.d. p.I
pro :
umur :
alamat
33
II. Pembuatan/ Cara kerja
III. Etiket
34
Dokter :
I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B No. SIK :
Makassar
R/ Prednison 5 mg
Tgl Resep :
Efedrin 25 mg Paraf dokter :
Chlortrimeton 4 mg
Nama pasien :
m.f. pulv.dtd. No.X Umur pasien :
S. t.dd.pulv. I
Alamat pasien :
pro : Lain – lain :
umur :
alamat
V. Penimbangan
35
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
36
Dokter :
II. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B No. SIK :
Makassar
Tgl Resep :
R / Acidi acetylsoalicil 7,5 g
Sacch. Lact q.s Paraf dokter :
m.f.pulv.in.part.aequales.No.XV Nama pasien :
S.3.dd.I Umur pasien :
Pro : Dani Alamat pasien :
Lain – lain :
X. Perhitungan Dosis
XI. Penimbangan
37
XII. Pembuatan/ Cara kerja
XIII. Etiket
No. Tgl.
38
I. Kelengkapan Resep
Nama dokter :
Alamat dokter :
No. SIK
Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien :
Lain – lain :
V. Perhitungan Dosis
39
VI. Penimbangan
VIII. Etiket
No. Tgl.
40
Dokter : I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B
No. SIK :
Makassar
R/ Codein HCl 0,060 Tgl Resep :
Ephedrin HCl 0,075 Paraf dokter :
Luminal 0,225
Saccharin q.s Nama pasien :
Umur pasien :
m.f.pulv.No. XV
s. t.dd.pulv.I Alamat pasien :
Lain – lain :
pro : An. Z
umur :
alamat
V. Penimbangan
41
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
42
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar
Nama dokter :
No.SIK 2118/B
Makassar Alamat dokter :
R/ Carbonis Magnesii Tannini Pulveres S.F No. SIK :
m.f.pulv.No. X Tgl Resep :
s. prn 1-2.dd.pulv.I Paraf dokter :
pro : An. Z Nama pasien :
umur : Umur pasien :
alamat
Alamat pasien :
Lain – lain :
V. Penimbangan
43
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
44
Dokter : I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B
No. SIK :
Makassar
R/ Amoxicillin 500 mg Tgl Resep :
Ephedrin HCl 25 mg Paraf dokter :
Prednison 5 mg
Saccharin q.s Nama pasien :
Umur pasien :
m.f.Caps.No. XV
s. t.dd.caps.I Alamat pasien :
Lain – lain :
pro : Tn. Ali
umur :
alamat
V. Penimbangan
45
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
46
Dokter : I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B
No. SIK :
Makassar
R/ Amoxicillin caps XXX Tgl Resep :
Rhinofe tab XXX Paraf dokter :
m.f.Caps.No. XXX d.i.d Nama pasien :
s. t.dd.Caps.I Umur pasien :
pro : Alamat pasien :
umur :
Lain – lain :
alamat
V. Penimbangan
47
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
48
Dokter :
I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar Nama dokter :
No.SIK 2118/B
Makassar Alamat dokter :
R/ Menthol 1% No. SIK :
Boric acid 2%
Tgl Resep :
Oxydi Zinci 2,5
Talc. ad 25 Paraf dokter :
m.f. pulvis adsp.
Nama pasien :
s.o.m.applic
Umur pasien :
pro :
Alamat pasien :
umur :
alamat Lain – lain :
49
V. Penimbangan
VII. Etiket
No. Tgl.
50
Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar I. Kelengkapan Resep
No.SIK 2118/B Nama Dokter :
Makassar No. SIK:
R/ Pulv.Antashmatici Albi s.f. No. X
m.f. da in caps
Tgl Resep :
s.p.r.n.b.d.d.C.I Paraf okter
Nama pasien :
Umur pasien :
pro :
Alamat pasien :
umur : Lain – lain :
alamat
V. Penimbangan
51
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
52
Dokter :
I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar Nama dokter :
No.SIK 2118/B
Makassar Alamat dokter :
R/ Gluconakali Pulvis S.F No. SIK :
Tgl Resep :
m.f.pulv.No. I
s. Paraf dokter :
pro : An. Z
Nama pasien :
umur : Umur pasien :
alamat
Alamat pasien :
Lain – lain :
53
V. Penimbangan
VII. Etiket
No. Tgl.
54
Dokter : I. Kelengkapan Resep Nama dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar Alamat dokter :
No.SIK 2118/B
No. SIK :
Makassar
R/ Purol Pulvis s.f Tgl Resep :
Paraf dokter :
m.f.pulv.No. I
s.u.e Nama pasien :
Umur pasien :
pro : An. Z
umur : Alamat pasien :
alamat
Lain – lain :
55
V. Penimbangan
VII. Etiket
No. Tgl.
56
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar
No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Makassar Alamat dokter :
R/ Papaverin 1,2
m.f. l.a. pil.No.XXX
No. SIK :
s.b.d.d.pil II a.c. Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
pro : Umur pasien :
umur :
alamat
Alamat pasien :
Lain – lain :
V. Penimbangan
57
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
58
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl.
No.SIK Nama dokter :
Makassar
R/ Diazepam 10 mg
Alamat dokter :
m.f. supp.dtd.No.II No. SIK :
s.u.c Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
pro : Umur pasien :
umur : Alamat pasien :
alamat
Lain – lain :
V. Penimbangan
59
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
60
PERCOBAAN V
SEDIAAN FARMASETIK CAIR
I. SOLUTIONES (LARUTAN)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau
lebih zat terlarut (solute atau solvendum) berupa zat padat, cair atau gas
dalam pelarut (solven) yang sesuai, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat
dalam, obat luar atau untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk
larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang
tertera pada injeksi. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air
suling.
Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan
dengan istilah berikut:
1. Polaritas
2. Co-solvency
3. Parameter kelarutan
40
4. Suhu
5. Salting out
6. Salting in
7. Hidrotopi
8. Pembentukan kompleks
Larutan oral
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang
larut dalam air atau campuran konsolven air. Larutan oral yang mangandung
sukrosa atau gula lain kadar tinggi disebut sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh
dalam air disebut sirup simpleks (64%) v/v. Larutan yang mengandung etanol
sebagai kosolven disebut eliksir.
Larutan topikal
Lotio
41
42
Larutan Otik
Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar. Misal : larutan otik
neonisin dan polimisin B silfat.
Spirit
Sirup
Sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau
tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung
bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat obat, pembawanya bukan
obatatau pembawa yang wangi, misalnya: syrup akasia, sirup jeruk, dll.
Eliksir
Larutan yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu basa
(bikarbonat). Pada netralisasi, gas CO2 yang terjadi dibiarkan menguap
sampai habis. Pada saturasi, larutan tersebut dijenuhkan dengan gas CO2.
Potiones
Collyria
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan
digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan
pengawet. Wadah yang dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang tertutup
kedap.
Gargarisma
43
dulu. Gargarisma digunakan sebagai pencegah infeksi tenggorokan dan tujuan
44
penggunaan gargarisma ialah agar obatnya dapat langsung mengenai selaput
lendir yang ada di dalam tenggorokan dan bukan sebagai pelindung selaput
lendir maka tidak digunakan bentuk suspensi dan bahan berlendir tidak cocok
sebagai obat kumur. Dalam tiket harus tertera :
Mouthwash
R/ Ascali 5 Penyelesaian:
Codein 0,1 - Pembuatan Ascali dapat dibuat dengan cara 1,2 g calcii
acetylsalicylas dengan menggerus halus 1 g Acid
Aqua ad 200 Acetylosalicycum dan dicampur 1/3 g Calcii carbonas
dalam mortir. Lalu campuran tersebut digerus dengan
m.f.potio 10 g air dingin dan setelah gas C02 keluar larutan
tersebut disaring.
S.3.d.d.c
- Codein merupakan basa lemah yang larut dalam air
(1:20)
II Suspension
45
Keuntungan suspensi adalah:
- Rasa yang tidak enak dapat ditutupi karena ukuran partikel suspensi besar
Kerugian suspensi
- Ketidakseragaman dosis
- Ada obat yang tidak stabil dengan adanya air pada penyimpanan, misalnya
bebrapa antibiotik.
- Volumenya besar.
Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut
di dalam cairan pembawa adalah langkah yang paling penting. Kadang-kadang
adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain
kontaminan.
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ-nya besar mereka
mengambang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah
kemasukkan udaa dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah permukaan dari
suspense medium.
Mudah dan sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak
yang dibentuk serbuk dengan permukaan cairan.
γs γSL
o o
θ < 90 θ = 90 θ
o o o
>90 Sudut kontak antara 0 – 180
46
Jika interaksi antara padatan dan cairan lebih besar daripada interaksi
antara padatan dan udara, sudut kontak yang terbentuk antara padatan
dengan cairan ialah >90°, hal ini menyebabkan partikel/padatan tersebut sulit
untuk dibasahi bahkan akan berada di udara (mengapung) jika sudut
kontaknya. Sudut kontak dibawah <90°, menyebabkan padatan yang siap
dibasahi.
II.EMULSI
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari dua cairan yang
tidak saling bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seraagam dalam
bentuk globul-globul (fase dalam) dalam cairan lainnya (fase luar), distabilkan
dengan zat pengemulsi atau emulgator yang cocok. Diamater globul (tetesan)
antara 0,1-100 μm.
1. Emulsi M/A, jika minyak terdispersi sebagai tetesan dalam medium pembawa air
2. Emulsi A/M, jika air terdispersi sebagai tetesan dalam medium pembawa minyak
3. Emulsi A/M/A
4. Emulsi M/A/M
5. Mikroemulsi
47
3. Metode Botol
Sistem HLB (Hydrophile Lipophile Balance)
HLB merupakan keseimbangan lipofil dan hidrofil dari suatu surface active
dari molekul surfaktan. Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin
lipofil surfaktan tersebut, sedangkan makin tinggi nilai HLB surfaktan makin
hidrofil
Contoh perhitungan HLB
48
Lembar Kerja
I . Kelengkapan Resep
Nama dokter :
Alamat dokter :
Dokter : Marshanda No. SIK :
Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17
No.SIK Tgl Resep :
Makassar Paraf dokter :
R/ Amonium Chloride 1
Efedrin HCl 0,2 Nama pasien :
Syr. Simplex 15% Umur pasien :
Ol.m.p gtt III
m.f potio 100 Alamat pasien :
S.3.d.d cth II a.c Lain – lain :
pro :
umur :
alamat
V. Penimbangan
49
50
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
51
I . Kelengkapan Resep
Dokter : Marshanda
Nama dokter :
Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17
No.SIK Alamat dokter :
Makassar No. SIK :
R/ Calamin Lotio 60 Tgl Resep :
ml Adde Paraf dokter :
Asam borat 2% Nama pasien :
m.f lotio Umur pasien :
S.a.u.c Alamat pasien :
Lain – lain :
pro :
umur :
alamat
V. Penimbangan
52
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
No. Tgl.
50 Modul Farmasetika
Dasar
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar
No.SIK 2118/B Nama dokter :
Makassar
Alamat dokter :
R/ Ol. Iecoris Aselli 20
Syr. Simpleks 25% No. SIK :
Oleum Citri gtt III Tgl Resep :
m.f . emulsa 60
S.b.d.d Cth II Paraf dokter :
Nama pasien :
pro : Umur pasien :
umur : Alamat pasien :
alamat
Lain – lain :
V. Penimbangan
51 Modul Farmasetika
Dasar
52 Modul Farmasetika
Dasar
PERCOBAAN VI
SEDIAAN FARMASI SEMI PADAT
53 Modul Farmasetika
Dasar
54 Modul Farmasetika
Dasar
55 Modul Farmasetika
Dasar
56 Modul Farmasetika
Dasar
57 Modul Farmasetika
Dasar
58 Modul Farmasetika
Dasar
59 Modul Farmasetika
Dasar
60 Modul Farmasetika
Dasar
61 Modul Farmasetika
Dasar