Anda di halaman 1dari 40

2

POTENSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH APEL


(Pyrus malus L) SEBAGAI ANTI TIROSINASE

NAMA : IRMA SARI


STAMBUK :15020160253
PEMBIMBING : 1. SUKMAWATI,S.Farm., M.Kes., Apt
2. MAMAT PRATAMA, S.Farm., M.Si., Apt

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Kulit merupakan bagian tubuh paling banyak terkena radikal bebas

dari sinar ultraviolet (UV) yang berasal dari paparan sinar matahari dan

dapat menyebabkan hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi merupakan

peristiwa yang terjadi akibat produksi pigmen kulit yang berlebihan.

Proses tersebut dapat terjadi karena peningkatan proses melanogenesis

yang memberikan warna coklat atau coklat kehitaman sehingga kulit

menjadi gelap,warna kulit sangat dipengaruhi oleh keberadaan melanin,

dimana keberadaan melanin sangat dipengaruhi oleh enzim tirosinase

(Kumiasari 2018,h. 35).

Melanin merupakan pigmen warna kulit, yang diproduksi pada sel

melanosit dan didistribusikan di antara keranosit pada lapisan dasar

epidermis kulit. Pembentukan melanin akan lebih cepat apabila enzim

tirosinase dalam keadaan aktif, akan tetapi keberadaan melanin pada kulit

sangat mempengaruhi warna kulit, di mana warna kulit yang cerah

Universitas Muslim Indonesia


3

merupakan dambaan banyak orang, namun jika pembentukan melanin

berlebih dan terdistribusi tidak merata dapat menyebabkan

hiperpigmentasi seperti; wajah tampak lebih gelap dan timbul noda hitam

(Zainal Abidin et al 2019,h. 53).

Sintesis melanin dimulai dengan oksidasi asam amino (L-Tirosin)

menjadi L-DOPA oleh enzim tirosinase kemudian mengoksidasi L-DOPA

menjadi dopaquinon. Dopaquinon yang terbentuk bereaksi secara spontan

membentuk dopakrom dan kemudian membentuk melanin. Enzim tersebut

dapat dihambat dengan penghambat (inhibitor) tiosinase, dimana inhibitor

ini dikatalis oleh tirosinase dan membentuk ikatan kovalen sehingga enzim

menjadi tidak aktif selama reaksi katalitik berlangsung (Zainal Abidin et al,

2019 h.53).

Inhibitor tirosnase pada saat ini banyak digunakan dalam produk

kosmetik dan farmasi sebagai penghambat produksi melanin menjadi

berlebih pada lapisan epidermis dan membuat kulit tambak lebih

putih,Mekanisme kerja enzim tirosinase dengan menghambat aktivitas

enzim yaitu dengan mereduksi bahan yang menyebabkan oksidasi

dopakrom (Arung et al 2019,h. 53).

Hidroquinon merupakan bahan kosmetik yang dapat menghambat

pembentukan melanin dan memutihkan kulit. Tetapi penggunaan dalam

jangka panjang dapat menyebabkan okronosis yaitu kulit berbintil dan

berwarna coklat kebiruan, serta terasa seperti terbakar dan gatal. Oleh

karena itu sangat perlu untuk mencari bahan arternatif dari bahan alam

seperti tumbuhan yang digunakan sebagai inhibitor tirosinase. Kandungan

Universitas Muslim Indonesia


4

flavonoid pada tumbuhan merupakan senyawa aktif sebagai inhibitor

tirosinase (Zainal Abidin et al, 2019 h.53).

Senyawa flavonoid memiliki aktivitas inhibitor tirosinase dan

pengkelat Cu, di mana gugus hidroksil pada cincin A dan B yang

menghambat kerja enzim tirosinase Selain itu, tanaman yang mempunyai

aktivitas antioksidan yang kuat juga memiliki aktivitas antitirosinase yang

kuat (Zainal Abidin et al, 2019 h.53).

Tanaman merupakan salah satu ciptaan Allah SWT yang memiliki

manfaat bagi manusia Sebagaimana Firman Allah yang terkandung dalam

Al-Qur’an surah Asy-Syu’araa ayat 7 Allah SWT berfirman:

ِ ْ‫أَ َو َل ْم َي َر ْوا إِ َلى اأْل َر‬


‫ض َك ْم أَ ْن َب ْت َنا فِي َها ِمنْ ُك ِّل َز ْو ٍج َك ِريم‬
Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya

Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang

baik” (Q.S Asy-Syu’araa: 7).

Apel merupakan salah satu buah yang populer di Indonesia. Tidak

hanya bagian daging pada buah apel yang bermanfaat, kulit buah apel

juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kulit buah apel manalagi (Pyrus

Malus L.) merupakan buah tinggi kandungan serat, kalium, dan fitokimia

terutama fenolik dan flavonoid. Senyawa flavonoid terbukti dapat memiliki

aktivitas antitirosinase (Rahmawati 2010,h.5)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakuan

pengujian potensi ekstrak etanol kulit buah Apel manalagi (Pyrus Malus

L.) sebagai Anti tirosinase.

B. Rumusan Masalah

Universitas Muslim Indonesia


5

1. Apakah ekstrak etanol kulit buah Apel manalagi (Pyrus Malus L.)

dapat berpotensi sebagai antitirosinase?

2. Berapakah nilai lC50 ekstrak etanol kulit buah Apel manalagi (Pyrus

Malus L.) sebagai antitirosinase menggunakan spektrofotometer UV-

Vis?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud penelitian

Untuk menguji dan menganalisis potensi ekstrak etanol kulit buah

apel manalagi (Pyrus Malus L.) sebagai anti tirosinase.

2. Tujuan penelitian

a. Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

potensi ekstrak kulit apel manalagi (Pyrus Malus L.) sebagai anti

tirosinase.

b. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu mampu menentukan

apakah ekstrak buah apel manalagi (Pyrus Malus L.) berpotensi

sebagai anti tirosinase.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat

memberikan informasi pada masyarakat dan dapat digunakan sebagai

sumber data ilmiah tentang informasi mengenai potensi kulit buah Apel

manalagi (Pyrus Malus L.) sebagai anti tirosinase.

Universitas Muslim Indonesia


6

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah Memberikan informasi

kepada masyarakat mengenai potensi anti tirosinase kulit buah Apel

manalagi (Pyrus Malus L.) sehingga dapat dimanfaatkan secara

optimal.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dapat disusun suatu kerangka pemikiran

yang di sajikan dalam bentuk bagan pada gambar berikut :

Kulit buah apel manalagi Memiliki kandungan seperti


vitamin A, B, C, mineral, serat
(Pyrus malus L.) serta senyawa flavonoid

Masyarakat
Flavonoid

flavonoid memiliki aktivitas sebagai


Data Ilmiah inhibitor tirosinase dan pengkelat Cu, di
mana gugus hidroksil pada cincin A dan B
yang menghambat kerja enzim tirosinase.
tanaman yang mempunyai aktivitas
antioksidan yang kuat juga memiliki
Uji potensi anti aktivitas antitirosinase yang kuat.
tirosinase

F. Hipotesis

Universitas Muslim Indonesia


7

Ekstrak etanol kulit buah manalagi (Pyrus malus L.) memiliki potensi

sebagai anti tirosinase.

Universitas Muslim Indonesia


8

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi dari buah apel manalagi (Pyrus malus L.) adalah sebagai

berikut (Integrated Taxonomic Information System, 2019, 23 Januari):

Regnum : Plantae

Division : Tracheobionta

Class : Magnoliopsida

Order : Rosales

Family : Rosaceae

Genus : Pyrus

Spesies : Pyrus malus L.

2. Morfologi

Apel varietas manalagi memiliki warna kulit hijau kekuningan dengan

daging berwarna putih kekuningan. Apel manalagi memiliki rasa yang

lebih manis dibanding dengan apel lainnya meskipun apel ini belum

matang (Sa’adah dan Estiasih 2015, h. 81).

Apel varietas manalagi memiliki warna kulit hijau kekuningan dengan

daging berwarna putih kekuningan. Apel manalagi memiliki rasa yang

lebih manis dibanding dengan apel lainnya meskipun apel ini belum

matang (Sa’adah dan Estiasih 2015, h. 81).

Universitas Muslim Indonesia


9

3. Kandungan kimia

Dalam 100 gram buah apel mengandung : Energi : 58 kal; Protein :

0,3 gr; Lemak : 0,4 gr; Karbohidrat : 14,9 gr; Kalsium : 6 mg; Fosfor :

10 mg; Serat : 0,07 gr; Besi : 1,30 mg; Vit. A : 24 RE; Vit B1 : 0,04 mg;

Vit B2 : 0,03 gr; Vit C : 5 mg; Niacin : 0,1 mg (Sufrida 2017, h. 28).

4. Kegunaan

Buah apel memiliki kandungan berbagai macam senyawa kimia yang

berguna sebagai penghambat pertumbuhan bakteri, terutama untuk

mencegah terjadinya infeksi bakteri pada saluran makan diantaranya

ada senyawa tannin, senyawa flavonoid (dalam apel disebut

kuersetin), senyawa pektin dan vitamin C (Sufrida 2017, h. 28).

B. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif yang terkandung

dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan

kelarutan komponen aktifnya (Yuliana & Satuhu. 2012), proses ektraksi

dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa

dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses

ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan

(Mukriani,2014. h.154).

Ekstraksi yang benar dan tepat tergantung dari jenis

senyawa, tekstur, dan kandungan air bahan tumbuhan yang

akan diekstraksi (Putra et al. 2014, h.114).

Maserasi adalah proses perendaman sampel untuk menarik

komponen yang diinginkan dengan kondisi dingin diskontinyu.

Universitas Muslim Indonesia


10

Keuntungannya yakni lebih praktis, pelarut yang digunakan lebih

sedikit, dan tidak memerlukan pemanasan, tetapi waktu yang

dibutuhkan relatif lama (Putra et al. 2014, h.114).

Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam

pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel

metabolit dapat diminimalisasi, Pada maserasi, terjadi proses sehingga di

perlukan penggantian pelarut secara berulang, Kinetik adalah cara

ekstraksi, seperti maserasi yang di lakukan dengan

pengadukan,sedangkan digesti adalah cara maserasi yang di lakukan

pada suhu yang lebih tinggi dari suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar,

yaitu 40-60oC (Ditjen POM 2000,h. 10-12).

C. Kulit

Kulit adalah suatu organ dengan struktur yang cukup kompleks dan

memiliki berbagai fungsi vital. Kuli merupakan organ tubuh yang memiliki

luas paling besar, yaitu kira-kira 1,9 m2 pada orang dewasa (Lutvia

Krismayanti 2015,h. 27)

Sebagai alat ekskresi. kulit berfungsi mengeluarkan keringat. Fungsi

kulit yang lain, antara lain melindungi tubuh terhadap gesekan, kuman,

penyinaran, panas. dan zat kimia; mengatur suhu tubuh; menerima

rangsang dari luar: serta mengurangi kehilangan air. Kulit menutupi dan

melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan selaput lendir yang

melapisi rongga yang berfungsi sebagai berikut : (Lutvia Krismayanti

2015,h. 28)

Universitas Muslim Indonesia


11

1. Sebagai pelindung

a. Kulit adalah relatif tak tembus air, dalam arti ia menghindarkan

hilangnya cairan dari jaringan dan juga menghindarkan masuknya

air, sehingga tidak terjadi penarikan dan hilangnya cairan.

b. Kulit melindungi struktur internal dari tubuh terhadap trauma dan

terhadap invasi oleh mikroorganisme yang membahayakan

c. Sebagai pelindung oleh lapisan zat anduk

d. Mengandung pigmen melanin yang melindungi terhadap sinar

ultraviolet sinar matahari

2. Sebagai peraba atau alat komunikasi

a. Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, dikulit

berbeda menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin dan

lain-lain)

b. Rasa skit dirasakan karena tekanan yang dalam dan rasa yang

berat dari suatu benda, misalnya mengenai otot dan tulang atau

sendi.

c. Kulit mempunyai banyak ujung saraf peraba yang menerima

rangsangan dari luar diteruskan kepusat saraf otak.

d. Kulit merupakan media ekspresi wajah dan releks veskuler yang

penting dalam komunikasi.

3. Sebagai alat pengatur panas

Suhu normal (sebelah dalam) tubuh yaitu suhu suhu visera dan otak

ialah 36C-37 C, suhu kulit sedikit lebih rendah.

Universitas Muslim Indonesia


12

a. Vasodilatasi, kulit melebar, kulit menjadi panas, kelebihan panas

dipancarkan ke kelenjar keringatsehingga terjadi penguapan cairan

pada permukaan tubuh.

b. Vasokonstruksi, pembuluh darah mengkerut, kulit pucat dan

dingin, hilangnya keringat dibatasi dan panas suhu tubuh tidak

dikeluarkan. Panas dapat dikeluarkan kulit dengan berbagai cara

yaitu: melalui penguapan, pemancaran, konduksi dan konveksi.

4. Sebagai tempat penyimpanan

Sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat melepaskannya

bilamana diperlukan

5. Sebagai alat absorpsi

Kulit dapat mengabsorpsi:

a. Sinar ultraviolet yang bereaksi atau prekusor vitamin D yang

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tulang

b. Obat-obatan tertentu yang digunakan sebagai salep

6. Sebagai ekskresi

Zat berlemak, air dan ion-ion seperti na+ disekresi melalui kulit.

Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan utama yaitu kulit ari

(epidermis) dan kulit jangat (dermis). Kedua lapisan berhubungan dengan

lapisan yang ada di bawahnya dengan antaraan jaringan ikat bawah kulit

(hipodermis/subkutis). Untuk lebih jelasnya, lapisan kulit tersebut tertera

pada gambar di bawah ini: (Lutvia Krismayanti 2015,h. 30 )

Universitas Muslim Indonesia


13

Gambar 1. Anatomi Kulit (Lutvia Krismayanti 2015,h. 27)

Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar/ kulit

ari), dermis (lapisan dalam/kulit jangat). Dan hipodermis jaringan ikat

bawah kulit) (Lutvia Krismayanti 2015,h. 27).

1. Lapisan epidermis/Kutikula (kulit ari)

Lapisan epidermis merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri

dari epitel skuamosa yang bertingkat yang mengalami krateinisasi

yang tidak memiliki pembuluh darah. Sel-sel yang menyusun

epidermis secara terus menerus terbentuk dari lapisan germinal dalam

epitelium kolumner. Pigmentasi dari kulit sebagian besar karena

melanin yang dikontrol oleh hormon adrenalin dan pituitari.

2. Lapisan Dermis (Kulit Jangat)

Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih

tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan

ibrosa padat dengan elemen-elemen sellular dan folikel rambut.

Dilapisi oleh memberan baslis dan di sebelah bawah berbatasan

dengan subkitis.

Universitas Muslim Indonesia


14

3. Lapisan subkutis (hipodermis)

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak sebagai cadangan

makanan, penahan benturan, sumber energi,dan juga pembuluh

darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan

kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf

menuju ke lapisan kulit jangat. Berfungsi sebagai tempat menimbun

makanan, membentuk tubuh, dan sebagai isolator tubuh

(mempertahankan panas dan melindungi tubuh dari cuaca dingin).

Kelainan-kelainan kulit yang sering dialami kaum wanita : (Lutvia

Krismayanti 2015,h. 36)

1. Jerawat

Jerawat atau akne adalah suatu penyakit radang yang mengenai

susunan pilosebaseus yaitu kelenjar palit dengan folikel rambutnya.

Pada dasarnya jerawat disebabkan oleh tumbuhnya kotoran dan sel

kulit mati yang mengakibatkan folikel dan pertumbuhan sebum

terhambat. Produksi minyak pada kulit biasanya disalurkan melalui

folikel rambut. Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

menyumbat saluran ini hingga minyak yang ke luar akan bertumpuk

dan menjadi komedo. Jika terkena bakteri akne, komedo akan

menjadi jerawat.

2. Komedo

Komedo adalah nama ilmiah dari pori-pori yang tersumbat. Komedo

merupakan sumbatan lemak yang asalnya dari produksi lemak tubuh

kita. Komedo sebagai bentuk permulaan jerawat berupa gumpalan

Universitas Muslim Indonesia


15

massa atau sebum yang tersumbat di dalam saluran susunan

pilosebaseus. Sebum adalah salah satu kelenjar minyak yang

dihasilkan kelenjar kulit yaitu kelenjar sebasea. Ketika sel-sel kulit mati

dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit tidak dibersihkan,

maka sel-sel mati menumpuk di kulit, minyak di permukaan kulit

kemudian menutup sel-sel kulit, maka terjadilah penyumbatan.

3. Gangguan Pigmentasi

Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai faktor, yang

terpenting adalah jumlah pigmen melanin kulit, peredaran darah, tebal

tipisnya lapisan tanduk dan adanya zat-zat warna lain yang bukan

melanin yaitu darah dan kalogen. Dalam keadaan normal, melanin

dihasilkan secara teratur oleh sel melanosit. Melanin, selain memberi

warna pada kulit, juga berfungsi melindungi kulit dari terpaan sinar

matahari yang dapat merusak struktur kulit, dan kulit menjadi gelap.

4. Infeksi Jamur

Kelainan kulit karena infeksi jamur antara lain disebabkan oleh

segolongan jamur dermatoita (dermatoitosis), ragi candida (kandidosis

kulit) dan jamur malassezia furtur. Kelainan kulit karena infeksi jamur

dapat berupa: Panu, Kurap, Tenia pedis (athlete’sfoot).

D. Enzim Tirosinase dan melanin

Enzim merupakan suatu protein yaitu suatu senyawa yang tersusun

dari rangkaian asam amino yang terikat satu sama lain dengan ikatan

peptida. Karena merupakan suatu protein maka sifat yang dimiliki oleh

suatu protein ternyata dimiliki oleh enzim juga. Enzim mengkatalisis

Universitas Muslim Indonesia


16

reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel tubuh. Enzim terkait

sementara pada rekatan yang dikatalisisnya dan kembali seperti semula

setelah terbentuk produk (Saryono 2011, h.13).

Karakteristik sisi aktif enzim (Saryono 2011, h.13).

1. Merupakan bagian kecil dari enzim

2. Sisi aktif enzim merupakan cekungan yang bersifat 3D, yang berfungsi

untuk memberikan lingkungan mikro yang sesuai untuk terjadinya

suatu reaksi kimia

3. Substrat enzim pada sisi aktif dengan interaksi/ikatan yang lemah

4. Spesifitas enzim dipengaruhi oleh asam amino yang menyusun sisi

aktif suatu enzim

5. Sisi aktif mempunyai 2 bagian yang penting:

a. Bagian yang mengenal substrat dan kemudian mengikatnya

b. Bagian yang mengkatalisis reaksi, setelah substrat diikat oleh

enzim

6. Asam amino yang membentuk kedua bagian tersebut tidak harus

berdekatan dalam urutan secara linear, tetapi dalam konformasi 3D

dalam bentuk berdekatan.

Tirosinase adalah enzim monooksigenase yang berperan sebagai

katalisor pada reaksi hidroksilasi monofenol menjadi bentuk difenol

(monofenolase) dan oksidasi difenol menjadi quinon (difenolase).

Tirosinase memainkan peran penting dalam pembentukan melanin

selama proeses melanogenesis karena tirosinase mampu

menghidroksilasi L-titosin (monofenol) menjadi L-DOPA (difenol) dan

Universitas Muslim Indonesia


17

mengoksidasi L-DOPA menjadi dopaquinon (senyawa quinon).

Dopaquionon yang terbentuk akan bereaksi secara spontan membentuk

dopakrom. Perannya dalam proses melanogenensis terjadi karena

tirosinase memiliki gugus tembaga (Cu) yang merupakan suatu active

site yang dapat berikatan dengan substrat pada proses pembentukan

melanin (Ramsden &Riley 2010, h. 76).

Melanin terbentuk melalui rangkaian oksidasi dari dari asam amino

tirosin dengan melibatkan tirosinase. Tirosinase menghidroksilasi tirosin

menjadi dihidroksi fenilalanin atau DOPA dan selanjutnya DOPA

mengalami oksidasi yang menghasilkan dopakuinon. Dopakuinon di ubah

menjadi dopakrom melalui autooksidasi sehingga menjadi dihidroksi

indole (DHI) atau dihidroksi indole carboxy acid (DHICA) untuk

membentuk eumelanin (pigmen berwarna coklat). Dengan adanya sistem

atau glutation, dopakuinon di ubah menjadi sisteinil dopa, reaksi ini

membentuk feomelanin (pigemen berwarna kuning) (Parvez et al 2016,h.

921).

Selain hal tersebut warna kulit seseorang dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Dari dalam tubuh

misalnya farktor genetik dan hormonal, faktor genetikn ini paling

berpengaruh bukan karena jumlah sel melanosit yang berbeda, melainkan

bergantung pada jumlah dan bentuk melanosum. Sedangkan faktor dari

luar tubuh seperti sinar matahari, makanan, ataupun obat. Perpaduan

faktor ini menghasilkan warna kulit tertentu (Parvez et al 2016,h. 921).

Universitas Muslim Indonesia


18

Senyawa yang dapat menghambat proses pembentukan melanin

disebut inhibitor tirosinase. Inhibitor tirosinase juga dapat membantu

proses penyembuhan penyakit hiperpigmentasi dan melanogenesis pada

kulit (Batubara et al 2010 hal.138).

Penghambatan terhadap aktivitas tirosinase merupakan salah satu

cara untuk dapat mencerahkan kulit, karena dengan demikian melanin

yang dihasilkan akan berkurang. Untuk mengetahui penghambatan

aktivitas tirosinase sebagai pemutih kulit dapat dilakukan dengan tiga

cara. Pertama, uji in vivo dengan mengukur warna kulit dan jumlah

melanin menggunakan instrumen pada kulit yang telah diberikan sediaan.

Kedua, uji ex vivo dengan menginkubasi kultur epidermis manusia

dengan senyawa pemutih lalu mengukur banyaknya dendrit yang

terbentuk. ketiga, uji in vitro dengan mengukur produk dopakrom. Cara

ketiga merupakan cara yang paling mudah dilakukan karena tidak

menggunakan manusia sebagai subjek atau kultur spidermis (Lintner

&Sederma 2012,h. 47).

Prinsip kerja dari metode in vitro ini berdasarkan pada adanya

produk dopakrom yang merupakan hasil oksidasi L-DOPA oleh enzim

tirosinase. Senyawa pemutih kulit akan berkompetisi dengan L-DOPA

tersebut untuk berikatan dengan ezim tirosinase. Kompetisi tersebut akan

mengurangi jumlah produk dopakrom yang akan dihasilkan sehingga

aktivitas penghambatan senyawa pemutih dapat dihitung. Dopakrom

yang terbentuk akan berwarna jingga tua hingga merah sehingga dapat

diukur serapannya dengan cara kolorimetri dengan menggunakan alat

Universitas Muslim Indonesia


19

spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum (Lintner

&Sederma 2012, h. 47).

Gambar 2.Skema reaksi terbentuknya melanin (Rahmawati 2011,h. 31)

Menurut Ozer et al 2011, persen inhibisi tirosinase dapat dihitung

dengan rumus berikut:

DK −DK ' A−B


% inhibisi = × 00% = × 100%
DK A

DK : dopakrom yang terbentuk tanpa adanya inhibitor

DK’ : dopakrom yang terbentuk dengan adanya inhibitor

A : serapan larutan kontrol

B : Serapan larutan sampel

Aktivitas penghambatan dari sampel uji ditentukan dengan IC 50 yaitu

konsetrasi dimana sampel uji mengambat aktivitas enzim tirosinase

sebesar 50%.

E. Hydroquinon

Universitas Muslim Indonesia


20

Hidroquinon juga 1,4-diol benzen atau quinon, merupakan aromatik

senyawa organik yang merupakan jenis fenol , memiliki rumus kimia

C 6 H 6 (OH )2. Adapun struktur hidroquinon dapat dilihat dibawah ini :

(Rahayu 2017, h. 46)

Gambar 2. Struktur Hidroquinon (Rahayu 2017, hal. 46)

Hidroquinon merupakan bubuk berwarna putih atau kristal putih

seperti jarum, tidak berbau dan dapat mengalami oksidasi terhadap

cahaya dan udara. Senyawa ini digunakan sebagai bahan pemutih dan

pencegah pigmentasi yang bekerja menghambat enzim tirosinase yang

berperan dalam penggelapan kulit (Mansur 2015,h. 16)

Hidroquinon dalam kosmetik mampu mengelupas kulit bagian luar

dan menghambat pembentukan melanin yang membuat kulit tampak

hitam. 1% dalam produk pencerah kulit untuk mengontrol

hiperpigmentasi telah dianggap aman dan efektif. Hidroquinon dengan

2% dikategorikan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan dan bersifat

toksik bagi tubuh (Rubiyati & Setiawan 2018,h. 5)

Hidroquinon digunakan sebagai pembanding, karena merupakan

salah satu inhibitor tirosinase yang digunakan sebagai bahan kosmetik

yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar ultraviolet dan dapat

memutihkan kulit. Tetapi penggunaan dalam jangka panjang dapat

Universitas Muslim Indonesia


21

menimbulkan kerusakan kulit dengan efek permanen sehingga diperlukan

bahan alternatif sebagai inhibitor tirosinase dari bahan alam ( Zainal

Abidin et al 2019,h. 53).

F. Uraian Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan

fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

panjang gelombang tertentu dan fotometer berfungsi mengukurnya.

Secara umum ada beberapa jenis teknik spektrofotometri yang sering

digunakan dalam analisis secara kimia, termasuk uv spectrophotometer,

uv-spectrophotometer, FTIR, Flame Fotometer, dll (Muhammad Nasar

2018,h. 11).

Spektrofotometri UV-Vis ini merupakan gabungan antara

spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua sumber cahaya

berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible, meskipun untuk

alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanay satu sumber sinar

sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan

monokromator (Muhammad Nasar 2018,h. 13).

Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis Molekul mempunyai tingkat

energi electron yang analog dengan tingkat energy electron dalam atom,

Tingkat energi molekul ini disebut orbital molekul, dan Orbital molekul

timbul dari interaksi antara orbital atom dari atom yang membentuk

molekul tersebut (Muhammad Nasar 2018,h. 11).

Komponen Spektrofotometer UV-Visibel yang sesuai untuk

Universitas Muslim Indonesia


22

pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas

suatu system optik dengan kemampuan menghasilkan sinar

monokromatis dalam panjang gelombang 200-800 nm. Suatu diagram

sederhana spektrofometer UV-Visibel ditampilkan pada gambar di bawah

dengan komponen-komponennya yang meliputi sumber-sumber sinar,

monokromotor dan sistem optik (Gandjar & Rohman 2012, h. 80-82).

Gambar 3. Diagram skematis spektrofotometer UV-Vis (Gandjar &

Rohman 2012, h. 83).

a. Sumber Sinar

Sumber sinar atau lampu pada kenyataannya merupakan lampu

yang terpisah, yang secara bersama-sama, mampu meningkatkan

keseluruhan daerah spektrum ultraviolet dan tampak. Untuk sinar

tampak, digunakan lampu tungsten. Lampu ini terbuat dari logam

tungsten. Lampu tungsten mengemisikan pada panjang gelombang

350-2000 nm cocok untuk kolorimetri.

Untuk senyawa-senyawa yang menyerap di spektrum daerah

ultraviolet, digunakan lampu deuterium. Deuterium merupakan salah

satu isotop hidrogen, yang mempunyai satu neutron lebih banyak

dibanding hidrogen biasa dalam inti atomnya. Suatu lampu deuterium

merupakan sumber energy tinggi yang mengemisikan sinar pada

Universitas Muslim Indonesia


23

panjang gelombang 200-370 nm dan digunakan untuk semua

spektroskopi dalam daerah spektrum ultraviolet.

b. Monokromotor

Pada kebanyakan pengukur kuantitatif, monokromatik, yakni sinar

dengan satu panjang gelombang tertentu. Hal ini dicapai dengan me

lewatkan sinar polikromatik. Digunakan untuk mendispersikan sinar

kedalam komponen-komponen panjang gelombangnya, yang

selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromotor berputar

sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan

pada sampel sebagai scan melewati spektrum (Sudjadi 2012, h. 265).

c. Detektor

Setelah sinar melalui sampel, maka penurunan intensitas apapun

yang disebabkan oleh absorbsi dikukur dengan suatu detektor,

detektor biasanya merupakan kepingan elektronik yang disebut

tabung pengganda foton yang bereaksi untuk mengubah intensitas

berkas sinar ke dalam sinyal elektrik yang dapat diukur dengan mudah

dan juga bereaksi sebagai pengganda (amflifier) untuk meningkatkan

kekuatan sinyal. Sinar masuk kedalam tabung mengenai katoda, hal

ini akan mendapatkan elektron, yang akan tertarik pada suatu anoda

(Gandjar & Rohman 2012, h. 83).

d. Visual Display

Untuk menghasilkan data dalam bentuk diagram (Gandjar & Rohman

2012, h. 83).

Universitas Muslim Indonesia


24

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri uv-visibel terutama untuk senyawa yang semula tidak

berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena

senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa

berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan

(Sudjadi 2012, h. 252-256) :

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-

Vis

Hal ini dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak

menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan

adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau

direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang

digunakan harus memenuhi persyaratan, yaitu:

1. Reaksinya selektif dan sensitive

2. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel

3. Hasil reaksi yang stabil dalam jangka waktu yang lama

b. Waktu operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau

embentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu

pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan

mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi

larutan.

c. Pemilihan panjang gelombang

Universitas Muslim Indonesia


25

Panjang gelombang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksial. Untuk

pemilihan panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat

kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari

suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

d. Pembuatan kurva baku

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan

berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan

hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x). Bila hukum

Lambert-Beer terpenuhi, maka kurva baku berupa garis lurus.

Kemiringan atau slope adalah a (absorsivitas) atau (absorsivitas

molar). Kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang. Penyimpang

dari garis lurus biasanya disebabkan oleh, kekuatan ion yang tinggi,

perubahan suhu, dan reaksi ikatan yang terjadi

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofometer hendaknya antara 0,2

sampai 0,8 atau 15 % sampai 70 % jika dibaca sebagai transmitans.

Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam

pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5 %.

Universitas Muslim Indonesia


27

BAB III

Metode Penelitian

A. Tempat/Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada bulan Maret 2020 sampai selesai dan

di laksanakan di Laboraturium Kimia Farmasi, Program Studi Farmasi,

Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan adalah buah apel varietas manalagi (Pyrus

malus L.) dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit

buah apel varietas manalagi (Pyrus malus L.) yang diperoleh dari kota

makassar

C. Metode Kerja

Jenis penelitian yang akan digunakan yaitu secara in vitro di

laboraturium kimia dengan pengukuran dopakrom dari oksidasi L-tirosin

pada mekanisme melanogenesis dengan menggunakan spektrofotometer

UV-Vis.

D. Bahan dan Alat

1. Bahan yang digunakan

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Etanol 96%,

Larutan dapar fosfat pH 6,8, DMSO (Dimethyl Sulfoxida), dan L-tirosin

yang di beli dari PT Merck, serta Enzim tirosinase yang dibeli dari PT

Sigma. Sampel kulit buah apel manalagi (Pyrus malus L.) yang

diperoleh di kota makassar

Universitas Muslim Indonesia


28

2. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini bejana maserasi,

Mikropipet (Eppendorf), Oven (Memmert®), pH meter (Schot),

Spektrofotometer UV-Vis (Apel), dan Timbangan analitik (sortorius).

E. Prosedur Kerja

1. Penyiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan disiapkan sesuai dengan dengan kebutuhan

penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Pengolahan sampel

Buah apel manalagi sebanyak 12 kg dikupas dan diambil bagian

kulitnya kemudian dikering anginkan selama kira – kira 7 hari

sehingga didapatkan kulit apel yang kering seberat 400 g. Kulit buah

apel varietas manalagi (Pyrus malus L.)kemudian dihaluskan

3. Ekstraksi sampel

Siapkan alat dan bahan, Kemudian timbang kulit buah apel

varietas manalagi (Pyrus malus L.) yang telah dikeringkan sebanyak

200 g masukkan ke dalam wadah proses ekstraksi, Tambahkan

etanol 96% ke dalamnya sampai semua simplisia terendam,

kemudian tutup dengan aluminium foil dan biarkan selama 3 hari, Lalu

saring sampai di dapat maserat 1, Ampas dimasukkan kembali

kedalam wadah proses ekstraksi, dan tambahkan etanol 96% sampai

semua simplisia terendam, kemudian tutup dengan aluminium foil dan

biarkan selama 3 hari, kemudian saring kembali sampai didapat

maserat 2, Kumpulkan maserat 1 dan 2 dan uapkan maserat tersebut

Universitas Muslim Indonesia


29

dengan alat rotavapor dan kompor/penangas, sehingga di peroleh

hasil ekstrak kental kulit buah apel varietas manalagi (Pyrus malus L.).

4. Analisis kualitatif

Ekstrak etanol kulit buah apel (Pyrus malus L.). dilarutkan dalam 1

ml etanol 96% kemudian ditambahkan serbuk seng 2 ml dan HCl 2 N,

diamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat,

hingga menghasilkan warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa

sampel kulit buah apel (Pyrus malus L.) positif mengandung flavonoid

(Ditjen POM,1989).

5. Analisis Kuantitatif ekstrak etanol kulit buah apel manalagi

(Pyrus malus L.)

Uji inhibitor tyrosinase dilakukan berdasarkan prosedur (Zainal Abidin

et al 2019,hal. 52-58) yang telah dimodifikasi :

a. Pembuatan larutan dapar fosfat

1. Pembuatan larutan Dikalium Hidrogen Fosfat (K 2HPO4)1M

Larutan Dikalium Hidrogen Fosfat dibuat dengan cara

menimbang 8,71 g K2HPO4 yang dilarutkan dalam air bebas

CO2 dan volume dicukupkan hingga 50 mL.

2. Pembuatan larutan Kalium Dihidrogen Fosfat (KH 2PO4) 1M

Larutan Kalium Dihidrogen Fosfat dibuat dengan cara

menimbang 6,80 g KH2PO4 yang dilarutkan dalam air bebas

CO2 dan volume dicukupkan hingga 50 mL.

Universitas Muslim Indonesia


30

3. Pembuatan dapar Fosfat pH 6,5

Pembuatan 400 mL Dapar Fosfat pH 6,5 dibuat dengan cara

mencampurkan 5,56 mL K2HPO4 dan 14,44 mL KH2PO4 yang

dilarutkan dalam air demineralista bebas C O 2dan volume

larutan dicukupkan hingga 400 mL. Selanjutnya pH larutan

diperiksa dengan menggunakan pH meter.

b. Pembuatan larutan L-Tirosin

L-Tirosin ditimbang seksama sebanyak 12,4 mg. Kemudian

dilarutkan dengan dapar fosfat pH 6,5 dalam labu ukur 25,0 mL

dan volume larutan dicukupkan hingga batas. Pada saat preparasi

hingga uji penghambatan tirosinase dilakukan, larutan hindarkan

dari cahaya.

c. Pembuatan larutan tirosinase

Tirosinase ditimbang seksama sebanyak 1,27 mg kemudian

dilarutkan dengan dapar fosfat pH 6,5 dan volume dicukupkan

hingga 10,0 mL.Tirosinase yang terlarut memiliki aktivitas 240

unti/mL. Setelah preparasi hingga uji penghambatan tirosinase,

larutan disimpan pada suhu rendah (2-8°C)

d. Larutan Ekstrak kulit buah apel manalagi (Pyrus malus L.)

Pembuatan larutan stok konsentrasi 2000 ppm yaitu ekstrak

etanol kulit buah apel varietas manalagi (Pyrus malus L.)di

timbang 10 mg, kemudian dimasukan kedalam labu ukur 10

mL,kemudian ditambahkan beberapa tetes dimetil sulfoksida

Universitas Muslim Indonesia


31

(DMSO), dan dtambahkan aquadest sampai batas tanda lalu di

pipet masing-masing 100, 300, 500, dan 700 ppm.

e. Pembuatan larutan hidroquinon

Pembuatan larutan stok konsentrasi 100 ppm yaitu hidroquinon

ditimbang sebanyak 10 mg, kemudian dimasukan kedalam labu

ukur 10 mL,kemudian ditambahkan beberapa tetes dimetil

sulfoksida (DMSO), dan dtambahkan dapar fosfat pH 6,5 sampai

batas tanda lalu di pipet masing-masing 10, 12, 14, 16, 18 dan 20

ppm.

6. Analisis data

Uji inhibitor tyrosinase dilakukan berdasarkan prosedur (Zainal Abidin

et al 2019,h. 52-58) yang telah dimodifikasi :

a. Penentuan panjang gelombang Maksimum

Larutan dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 0,9 mL dimasukkan ke

dalam vial, ditambahkan sebanyak 0,1 mLl enzim tirosinase 0,93

mL lalu ditambahkan 2 mL larutan substrat L-tirosin, kemudian

dihomogenkan. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu kamar

selama 30 menit dan serapannya diukur pada panjang gelombang

450-485 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

b. Optimasi waktu inkubasi

Larutan dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 0,9 dimasukkan ke

dalam vial, ditambhan sebanyak 0,1 mL enzim tirosinase 0,93

u/mL lalu ditambhkan 2 mL larutan substrat L-tirosin , kemudian

dihomogenkan. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu kamar

Universitas Muslim Indonesia


32

dan serapannya diukur setiap 30 menit, pada panjang gelombang

480 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

c. Pengujian Larutan control

Disiapkan larutan campuran DMSO dan air (1:1) di masukkan

dalam tabung reaksi sebanyak 0,9 ml, di tambahkan dengan L-

tirosn sebanyak 2 mL, selanjutnya ditambahkan dengan enzim

tirosinase sebanyak 0,1 mL, dihomogenkan. Lalu di inkubasi dan

selanjutnya di ukur pada pada spektrofotometer UV-Vis.

d. Pengujian larutan control sampel

DMSO dan aquadest (1:1) di masukkan dalam tabung reaksi

sebanyak 0,9 ml, di tambahkan dengan L-tirosn sebanyak 2 mL,

lalu ditambhkan dengan dapar fosfat sebanyak 0,1 mL,

dihomogenkan. kemudian di inkubasi dan selanjutnya di ukur pada

spektrofotometer UV-Vis.

e. Pengujian larutan hidroquinon sebagai pembanding

Dipipet larutan hidroquinon dalam campuran DMSO dan air

(1:1) (10, 12, 16, 18 dan 20 ppm) di masukkan dalam tabung reaksi

sebanyak 0,93 μ/¿mL, ditambahkan sebanyak 0,1 mL enzim

tirosinase, selanjutnya ditambahkan 2 ml larutan substrat enzim

tirosinase, dihomogenkan. kemudian di inkubasi dan selanjutnya di

ukur spektrofotometer UV-Vis.

f. Pengujian larutan sampel

Dipipet larutan campuran ekstrak kulit buah apel manalagi

(Pyrus malus L) dengan DMSO dan air (1:1) (100, 300, 500, dan

Universitas Muslim Indonesia


33

700 ppm) di masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 0,93 μ/¿mL,

ditambahkan sebanyak 0,1 mL enzim tirosinase, selanjutnya

ditambahkan 2 ml larutan substrat enzim tirosinase, dihomogenkan.

kemudian di inkubasi dan selanjutnya di ukur spektrofotometer UV-

Vis.

Universitas Muslim Indonesia


34

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, et al. "Tyrosinase Inhibitor Activity Measurement of Crude


and Purified Extract of Moringa Leaves (Moringa oleifera
L.)." Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and
Technology 1.1 (2019): 52-58.
Batubara I, Darusman LK, Mitsunaga T, Rahmniwati M, Djauhari E. 2010.
Potency of Indonesia medicinal plants as tyrosinase inhibitors and
antioxidant agent. Journal of Biologi Science,10 :138-144.
Departemen Kesehatan RI 2000. Parameter standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan RI, Direktor Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional.Cetakan Pertama: Jakarta. hh. 10-12.
Gandjar, I,G& Rohman, A, 2012.‘Analisis Obat secara Spektrofotometri
dan Kromatografi’, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Lutvia Krismayanti,2015, Anatomi Fisiologi Manusia, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Mataram.

Lintner, Karl & Sederma France. (n.d). Substantions of Skin Whitening


Claims. Diambildari:www.incosmeticsasia.com/files/pres wkshp1
substantion of skin whitening claims. pdf diases pada tanggal 17
Januari 2012
Mansur, U. (2015). Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam
kosmetik krim racikan dokter. JOUR
Muhammad Nazar, 2018. Spektroskopi Molekul. Jakarta.
Mukhriani, M., Nonci, F. Y., & Mumang, M. (2017). Penetapan Kadar
Tanin Total Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa) Secara
Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Farmasi Uin Alauddin
Makassar, 2(4), 154-158.
Mukhriani, Mukhriani, Faridha Yenny Nonci, and Mumang
Mumang."Penetapan Kadar Tanin Total Ekstrak Biji Jintan Hitam
(Nigella Sativa) Secara Spektrofotometri Uv-Vis." Jurnal Farmasi
UIN Alauddin Makassar 2.4 (2017): 154-158.
Parvez, et,al. (2016). Survey and Mechanism of Skin Depigmenting and
Lightening Agent. Phytother.Res, 20 : 921-934.
Putra, Anak Agung Bawa, et al. "Ekstraksi zat warna alam dari bonggol
tanaman pisang (musapara diasciaca l.) dengan metode maserasi,
refluks, dansokletasi." Jurnal Kimia (Journal of Chemistry) (2014).
Rahayu Rohmawati, M. (2017). Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya
Hidrokinon Pada Cream Pencerah Wajah Melaui Penyuluhan Di Sma
18 Surabaya. Jurnal Tata Rias, 3(06). JOUR.

Universitas Muslim Indonesia


35

Ramsden, C. A & Patrick, A. R. (2010). Mechanistic Studies of


Thyrosinase Suicide Inactivation. Special Issue Reviews and
Accounts : 260-274.
Rahmawati. 2011. Pengembangan Kuarsetin Sebagai Bahan Pencerah
Kulit: Telaah In Silico Penghambatan Aktivitas Enzim Tirosinase.
Fakultas Farmasi Unhas . Makassar.
Rubiyati, R., & Setiawan, A. (2018). Pengaruh Pemberian Hidrokuinon
Terhadap Perkembangan Fetus Mencit (Mus musculus L.) Swiss
Webster. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 5(1), 1–13. JOUR.
Sa’adah, L. I. N dan Estiasih, T. 2015. ‘Karakterisasi Minuman Sari Apel
Produksi Skala Mikro dan Kecil Di Kota Batu’
Sufrida Y, Irlansyah, Edi J, Mufatis W, 2017. Khasiat dan manfaat apel.
Jakarta: Agro Media.
Suryano,2011. Biokimia Enzim. Nuha Medica. Yogyakarta.
Sudjadi & Abdul Rohman, 2012. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
The Integrated Taxonomic Information System, Pyrus malus L., diakses
29 Juli 2019, http:www.ititsgov/servlet/singleRpt/singleRpt.

Universitas Muslim Indonesia


36

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Ekstraksi kulit buah apel manalagi (Pyrus


malus L.)

Ditimbang 200 g serbuk


simplisia (Pyrus malus L.)
Dimaseras
Dimaserasi dengan
etanol 96%sambil diaduk
sesekali Selama 24 jam,
kemudian disaring

Residu Ekstrak etanol


cair

Diremaserasi sebanyak
3 kali, kemudian disaring

Residu Ekstrak etanol


cair

Ekstrak etanol
cair

Dievaporasi

Ekstrak kental kulit


buah apel varietas
manalagi (Pyrus malus
L.)

Lampiran 2. Analisis kualitatif kandungan flavonoid kulit buah apel


manalagi (Pyrus malus L.)

Universitas Muslim Indonesia


37

Ekstrak etanol kulit buat apel di


larutkan dalam 1 ml etanol 96%

Ditambahan serbuk seng dan 2 ml HCl 2 N

Diamkan selama 1 menit

Ditambahkan 10 tetes asam klorida


pekat,hingga menghasilkan warna
merah , positif mengandung flavonoid

Lampiran 3. Skema kerja analisis kuantitatif anti tirosinase kulit buah apel
manalagi (Pyrus malus L.)

a. Pembuatan larutan dapar fosfat pH 6,5

Ditimbang Dikalium Ditimbang Kalium


hidrogen fosfat Dihidrogen fosfat
sebanyak 8,71 g sebanyak 6,80 g

Dilarutkan dalam air Dilarutkan dalam air


bebas CO2 dicukupkan bebas CO2 dicukupkan
volume 50 mL volume 50 mL

Dicampurkkan 5,56 mL K2HPO4


dan 14,44 mL KH2po4

Dicukupkan volumenya dengan air bebas CO2, selanjutnya


diukur pH larutan dengan menggunakan pH meter

b. Pembuatan larutan L-Tirosin

Ditimbang L-Tirosine sebanyak


12,4 mg

Universitas Muslim Indonesia


38

dilarutkan dapar fosfat pH 6,5


dalam labu ukur, larutan
dihindarkan dari cahaya matahari

c. Pembuatan larutan enzim tirosinase


Ditimbang tirosinase sebanyak
1,27 mg

Dilarutkan dalam dapar fosfat pH


6,5 cukupkan volume hingga 10,0
mL, larutan disimpan pada suhu
rendah (2-80C)

d. Pembuatan larutan ekstrak kulit buah apel manalagi (Pyrus


malus L.)

Ekstrak etanol kulit buah apel manalagi (Pyrus malus L.)


ditimbang sebanyak 10 mg

- Ditambahkan 4 tetes DMSO


- Ditambahkan aquadest sampai
batas tanda

Larutan standar konsentrasi 2000 ppm

Dibuat seri konsentrasi

100 ppm 300 ppm 500 ppm 700 ppm


e. Pembuatan larutan hidroquinon

Hidroquinon murni ditimbang sebanyak 10 mg dimasukkan


dalam labu ukur 100 mL
Universitas Muslim Indonesia
39

- Ditambahkan 4 tetes DMSO


- Ditambahkan dapar fosfat pH
6,5 sampai batas tanda pada
labu ukur 10 mL

Larutan standar konsentrasi 100 ppm

Dibuat seri konsentrasi

12 ppm 14 ppm 16 ppm 18 ppm 20 ppm

f. Penentuan panjang gelombang maksimum

Di pipet larutan dafar posfar


pH 6,5 sebanya 6.9 ml
kedalam vial

Ditambahan 0,1 2 ml larutal


ml enzim subtrat L-
tirosinase tirosin

Di homogenkan

Campuran diinkubasi pada


suhu kamar selama 30 menit
kemudian diukur pada panjang
gelombang 450-485 nm

g. Optimasi waktu intubasi

Di pipet larutan dapar fosfat


pH 6,5 sebanya 0.9 ml
kedalam vial Universitas Muslim Indonesia
40

Ditambahan 0,1 2 ml larutal


ml enzim subtrat L-tirosin
tirosinase

Di homogenkan

Campuran diinkubasi pada


suhu kamar selama 30 menit
kemudian diukur pada panjang
gelombang 450-485 nm

h. Pengujian larutan control

DMSO dan air 1:1 kedalam


tabung reaksi sebanyak 0,9 ml

Ditambahkan L-tirosin
sebanyak 2 ml dan larutan
enzim tirosinase 0,1 ml
Di homogenkan

Kemudian di inkubasi dan diukur pada


spektrofotometer UV-Vis

i. Pengujian larutan control sampel

DMSO dan air 1:1 kedalam


tabung reaksi sebanyak 0,9 ml

Universitas Muslim Indonesia


41

Ditambahkan L-tirosin
sebanyak 2 ml dan larutan
dafat posfat 0,1 ml
Di homogenkan

Kemudian di inkubasi dan diukur pada


spektrofotometer UV-Vis
j. Pengujian larutan pembanding hidroquinon

Dipipet larutan hidroquinon

10 12 ppm 14 16 ppm 18 ppm 20 ppm


ppm ppm

dalam tabung reaksi


sebanyak 0,93 mL

Di tambahkan 0,1 ml enzim


tirosinase dan 2 ml laturan
substran enzin tirosinase

Di homogenkan

Kemudian di inkubasi dan


diukur pada spektrofotometer
UV-Vis
k. Pengujian larutan sampel ekstrak etanol kulit buah apel
(Pyrus malus L.)

Universitas Muslim Indonesia


42

Dipipet larutan ektrak kulit buah


apel manalagi

100 ppm 300 ppm 500 ppm 700 ppm

dalam tabung reaksi


sebanyak 0,93 mL

Di tambahkan 0,1 ml enzim


tirosinase dan 2 ml laturan
substran enzin tirosinase

Di homogenkan

Kemudian di inkubasi dan


diukur pada spektrofotometer
UV-Vis

Lampiran 4. Foto tanaman apel manalagi (Pyrus malus L.)

Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai