Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Tanaman Kenikir

Tanaman kenikir (Cosmos caudatus) merupakan tanaman asli dari daerah

tropis di Amerika tetapi tumbuh liar dan mudah didapat di indonesia.

Menurut Syarifuldin (2014) klasifikasi ilmiah daun kenikir adalah :

Gambar II.1 Tanaman Kenikir (Cosmos caudatus)


Sumber : Dokumentasi pribadi

Subdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliopsida

Class : Magnoliopsida

Subclass : Asteridae

Ordo : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Cosmos

Species : Cosmos caudatus L.

Nama daerah dari tanaman kenikir adalah daun manis (jakarta), randa

minang (sunda), ulang raja (malaysia), suring (sumatera), kenikir (jawa), kolo
(maluku), goro-goro cina (ternate), ganjoy lalay (makassar), brobos krebo

(surabaya), curing (manado) dan qing hai (china).

B. Morfologi Tanaman Kenikir

Kenikir merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki perbedaan

yang jelas antara akar, batang, daun dan bijinya. Kenikir sudah lama

dimanfaatkan daunnya yang masih muda dan bagian pucuknya dijadikan

sayuran sebagai pengganti sayuran komersial dalam memenuhi pangan bagi

manusia. Masyarakat Jawa sudah biasa menggunakan sayuran ini sebagai

salah satu pelengkap pecel (Dwiyanti et.al, 2004).

Tumbuhan kenikir tergolong kelas dikotil (berkeping biji dua). Tanaman

ini memiliki akar tunggang. Akar tunggang pada umumnya mempunyai

fungsi utama yaitu untuk menyimpan makanan. Selain itu, memperkokoh

tanaman dan menyerap air dari tanah untuk disalurkan ke batang dan

daun (Hasan, 2006).

Batang tanaman kenikir berkayu dan berbentuk segi empat. Batangnya

tumbuh tegak, beralur membujur dan mempunyai banyak percabangan.

Tinggi batang mencapai 3 m bergantung daerah dan kondisi lingkungan.

Bagian batang bawah berwarna cokelat merupakan tempat menempelnya

perakaran tanaman. Batang atas dan percabangan berwarna hijau dan sebagai

tempat menempelnya daun (Hakim & Suhartanto, 2015).

Daunnya terletak berpasangan (majemuk), bersilang berhadapan, bentuk

menyirip, ujung runcing dan tepi rata. Daun yang masih muda berwarna hijau

lebih terang, daun yang sudah tua berwarna hijau tua. Daun tanaman ini

sedikit berambut pada permukaan bawah daun (Hakim & Suhartanto, 2015).
Bunga tanaman kenikir majemuk. Bunga tanaman ini terletak di ujung

batang. Panjang tangkai bunga sekitar 5-30 cm. Mahkota bunga terdiri dari 8

helai dengan panjang 1,5 – 2 cm berwarna merah muda dengan daun di

bagian dasar bunga berbentuk loceng. Benang sari berbentuk tabung. Kepala

sari berbentuk cokelat kehitaman dan putik berambut (Hakim & Suhartanto,

2015).

Biji kenikir berbentuk jarum, terbungkus kulit biji yang keras berwarna

cokelat, ujung berambut. Biji juga merupakan alat perbanyakan. Biji tanaman

ini berukuran kecil dengan panjang 1 cm (Hakim & Suhartanto, 2015).

C. Kandungan Daun Kenikir

Penelitian yang dilakukan Hariana (2013) melaporkan bahwa daun

kenikir (Cosmos caudatus) mengandung saponin, alkaloid, flavonoid,

polifenol, dan minyak atsiri. Daun kenikir mengandung protein, karbohidrat

dan serat, serta memiliki kandungan kalsium dan vitamin A yang tinggi.

Akarnya mengandung hidroksieugenil dan koniferil alcohol. Daun kenikir

memiliki berbagai kandungan senyawa bioaktif seperti asam askorbat,

quercetin, proantosanidin, asam klorogenat, dan catechin (Cheng et.al, 2015).

D. Khasiat Daun Kenikir

Tanaman Kenikir dari familia Asteraceae, merupakan familia yang

banyak digunakan sebagai obat herbal. Daun Kenikir biasa dimanfaatkan

sebagai sayur atau lalapan (Thomas, 1989). Kandungan flavonoid diduga

berkhasiat untuk menurunkan kolesterol. Daun Kenikir juga digunakan

sebagai obat maag, meningkatkan sistem imun tubuh, menguatkan tulang,

menambah nafsu makan, dan mengatasi bau mulut (Hariana, 2011).


Penelitian Mailisdiani dkk (2016) menjelaskan bahwa daun kenikir

mengandung flavonoid yang mempunyai efek tonik yang dapat meningkatkan

aktivitas motorik. Selain itu, kandungan daun kenikir juga mempunyai

efektivitas terhadap penurunan kadar glukosa dalam darah (Pujiastuti &

Amilia, 2018).

E. Tinjauan Tentang Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam yang

terbesar dalam tanaman dan tersusun oleh 15 atom karbon sebagai inti

dasarnya. Tersusun dari 2 cincin aromatik dan dihubungkan oleh tiga atom

karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Seperti yang

ditunjukkan oleh gambar berikut ini :

Gambar II.2 Struktur Senyawa Flavonoid (Parwata, 2016).

Bahan makanan yang mengandung flavonoid diyakini dapat mencegah

berbagai penyakit. Flavonoid bersifat sebagai antioksidan dengan cara

menangkap radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh, sehingga sangat

penting dalam mempertahankan keseimbangan antara oksidan dengan

antioksidan di dalam tubuh. Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel

pembuluh darah, dapat mengurangi kepekaan LDL terhadap pengaruh radikal

bebas dan dapat bersifat hipolipidemik, antiinflammasi serta sebagai

antioksidan (Sumardika & Jawi, 2012).

F. Tinjauan Tentang Kuning Telur Puyuh


Telur puyuh merupakan makanan dengan kandungan gizi cukup lengkap,

meliputi karbohidrat, protein dan delapan macam asam amino yang berguna

bagi tubuh, terutama bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan. namun juga

memiliki kadar LDL yang tinggi (Sentosa et.al, 2017). Telur puyuh

mempunyai kadar kolesterol lebih tinggi (844 mg/dL) dibandingkan dengan

kadar kolesterol telur ayam (423 mg/dL). Kandungan telur puyuh terdiri atas

putih telur 47,4%, kuning telur 31,9% dan kerabang serta membran kerabang

20,7%. Kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%, kandungan lemaknya

11,1%, kadar kolesterol kuning telur puyuh sebesar 2138,17 mg/100 g

(Bambang, 2003).

G. Tinjauan Tentang Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan

tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal

perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul

yang sama (Mukhriani, 2014).

H. Jenis-jenis Ekstraksi

1. Maserasi

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak

digunakan. Metode maserasi digunakan untuk simplisia kering. Cairan


penyari yang direkomendasikan adalah etanol atau campuran etanol dan

air.

Keuntungan dari maserasi adalah pengerjaannya mudah dan

peralatannya murah dan sederhana. Sedangkan kekurangannya antara lain

waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi bahan cukup lama, penyarian

kurang sempurna, pelarut yang digunakan jumlahnya banyak jika harus

dilakukan remaserasi (BPOM RI, 2013).

2. Soxhletasi

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam

sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang

ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai

dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux.

Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel

terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak

membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.

Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi

karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih

(BPOM RI, 2013).

3. Digesti

Digesti adalah metode ekstraksi dengan menggunakan pemanasan

pada suhu 40-50°C. Metode ini digunakan untuk simplisia yang zat

aktifnya tahan terhadap pemanasan. Keuntungan digesti antara lain zat

aktif yang tersari lebih banyak dan waktu ekstraksi lebih singkat

dibandingkan dengan metode maserasi. Cairan penyari yang digunakan


adalah etanol atau campuran etanol dan air. Apabila menggunakan cairan

penyari air, proses digesti dapat menggunakan vakum agar suhu didih

cairan penyari tidak lebih dari 60°C (BPOM RI, 2013).

4. Perkolasi

Perkolasi umumnya digunakan untuk mengekstraksi serbuk kering

terutama simplisia yang keras seperti kulit batang, kulit buah, biji, kayu

dan akar. Penyari yang digunakan umumnya adalah etanol atau campuran

etanol dan air. Dibandingkan dengan metode maserasi, metode ini tidak

memerlukan tahapan penyaringan perkolat, hanya kerugiannya adalah

waktu yang dibutuhkan lebih lama dan jumlah penyari yang digunakan

lebih banyak (BPOM RI, 2013).

5. Infundasi

Infundasi merupakan proses penyarian yang umumnya untuk menyari

kandungan zat aktif yang ada pada tanaman yang larut dalam air dan

bahan-bahan nabati. Infusa adalah hasil dari proses ekstraksi dengan

menggunakan metode infundasi dengan air pada suhu 90°C selama 15

menit. Infusa yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam

(BPOM RI, 2013).

I. Hewan Coba

Hewan coba adalah hewan yang sengaja dipelihara untuk digunakan

sebagai hewan model yang berkaitan untuk pembelajaran dan

mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau

pengamatan laboratorium (Tolistiawaty et.al, 2014).


Gambar II.3 Mencit (Mus Musculus)
Sumber : Dokumen Pribadi

Hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus). Mencit

dapat hidup sampai umur 1-3 tahun tetapi terdapat perbedaan usia dari

berbagai galur terutama berdasarkan kepekaan terhadap lingkungan dan

penyakit. Tingkat kesuburan mencit sangat tinggi karena dapat menghasilkan

kurang lebih satu juta keturunan dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun.

Dimana produktivitas seksualnya berlangsung selama 7-8 bulan dengan rata-

rata anak yang 3 dilahirkan sebanyak 6-10 anak/kelahiran (Priyambodo,

2003).

Mencit bila diperlakukan dengan baik akan memudahkan penanganan,

sebaliknya perlakuan yang kasar akan menimbulkan sifat agresif bahkan

dapat menggigit pada kondisi tertentu. Mencit betina yang sedang menyusui

anak akan mempertahankan sarangnya dan bila anaknya dipegang dengan

tangan yang kotor, induknya akan menggigit dan memakan 3 anak tersebut

(Priyambodo, 2003).

J. Tinjauan Tentang Kolesterol

Kolesterol merupakan suatu lemak atau lipid golongan sterol yang

diproduksi oleh tubuh. Kolesterol berasal dari makanan yang dikonsumsi

dalam sehari-hari dan tubuh membuatnya sendiri di hati. Kolesterol tidak

dapat bergerak sendiri di dalam tubuh karena tidak larut dalam air. Oleh
karena itu, kolesterol diangkut oleh lipoprotein. Lipoprotein adalah

transporter yang membawa lemak dan zat menyerupai lemak (seperti

kolesterol dalam darah). Ada dua jenis lipoprotein utama yang perlu

diperhatian adalah :

1. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL)

LDL merupakan transporter kolesterol terbanyak di dalam tubuh.

Kolesterol LDL mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan tubuh yang

memerlukan.

2. Lipoprotein berdensitas tinggi (HDL)

Kolesterol HDL mengangkut kolesterol dari jaringan dan

membawanya kembali ke hati untuk diproses kembali atau dibuang dari

tubuh.

3. Trigliserida

Trigliserida merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah.

Trigliserida ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari

pecahan lemak di hati (Bull & Morrell, 2007).

Kadar kolesterol total idealnya kurang dari 200 mg/dL. Jika kolesterol

LDL terlalu tinggi dan kolesterol HDL terlalu rendah, maka resiko

mengalami penyakit jantung dan penyakit sirkulasi (vaskuler) lainnya dapat

meningkat. Selain itu, peningkatan kadar trigliserida juga berbahaya dan

membuat kolesterol LDL semakin bersifat merusak (Bull & Morrell, 2007).

K. Klasifikasi Kadar Kolesterol

1. Low-Density Lipoprotein (LDL)

Tabel II. 1 Klasifikasi Kadar Kolesterol LDL


Klasifikasi Kadar Kolesterol (mg/dl)
Optimal < 100
Mendekati Optimal 100 – 129
Diinginkan 130 – 159
Tinggi 160 – 189
Sangat Tinggi ≥ 190

2. High-Density Lipoprotein (HDL)

Tabel II. 2 Klasifikasi Kadar Kolesterol HDL


Klasifikasi Kadar Kolesterol (mg/dl)
Rendah < 40
Tinggi ≥ 40

3. Trigliserida

Tabel II. 3 Klasifikasi Kadar Kolesterol Trigliserida


Klasifikasi Kadar Kolesterol (mg/dl)
Optimal < 150
Diinginkan 150 – 199
Tinggi 200 – 499
Sangat Tinggi ≥ 500

4. Kolesterol Total

Tabel II. 4 Klasifikasi Kadar Kolesterol Total


Klasifikasi Kadar Kolesterol (mg/dl)
Optimal < 200
Diinginkan 200 – 239
Tinggi ≥ 240
(Dipiro, 2015).

L. Hiperkolesterolemia

Hiperlipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yakni terjadinya

peningkatan fraksi lipid dan lipoprotein dalam plasma. Beberapa kelainan

fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol

LDL, triasilgliserol (TG), serta penurunan kolesterol HDL (Dipiro, 2015).

M. Patofisiologi Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia dapat terjadi secara primer ataupun sekunder.

Hiperkolesterolemia primer disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan

hiperkolesterolemia sekunder disebabkan karena penyakit lain, seperti

diabetes mellitus, hipotiroid, obesitas, dan lain-lain. Dan juga karena obat

seperti diuretic, β blocker, kontrasepsi oral, dan lain-lain (Dipiro, 2015).

Kolesterol, TG dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai kompleks

lipid dan protein (lipoprotein). Total kolesterol LDL meningkat dan HDL

menurun dikaitkan dengan dengan pengembangan PJK. Oksidasi LDL pada

dinding arteri akan memicu respon inflamasi. Monosit ditransformasi menjadi

makrofag menghasilkan akumulasi sel busa. Sel busa merupakan awal

pembentukan endapan lemak arteri, yang jika proses ini berlanjut terus akan

memicu terjadinya angina, stroke, atau infark miokard (Dipiro, 2015).

N. Gejala – Gejala Hiperkolesterolemia

Gejala kolesterol khusnya pada remaja kadang tidak disadari oleh

banyak orang dan kadang diabaikan. Kolesterol memang dibutuhkan oleh

tubuh, tapi sebenarnya tanpa asupan kolesterol dari luar pun kebutuhannya

sudah terpenuhi dengan baik. Karena 80% kolesterol dihasilkan dari dalam

tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari makanan (Morrel & Bull, 2007).

Gejala kolesterol kebanyakan dialami karena pola makan dan gaya

hidupnya sehingga menimbulkan kolesterol tinggi. Seseorang dikatakan

memiliki kadar kolesterol normal jika ukurannya 160-200 mg/dL sedangkan

masuk kondisi berbahaya jika sudah di atas 240 mg/dL karena bisa

menyebabkan stroke (Morrel & Bull, 2007).


Orang yang mengalami kolesterol tinggi kadang tidak menunjukkan

gejala khusus. Ada gejala khusus pada orang yang kena kolesterol tinggi.

Gejala kolesterol tinggi yaitu:

1. Rasa sakit atau pegal di tengkuk kepala bagian belakang.

2. Kaki bengkak

3. Mudah lelah

4. Gampang mengantuk

Yang paling akurat untuk mengetahui apakah orang menderita kolesterol

tinggi atau tidak tentu saja dengan tes laboratorium. Jika kadar kolesterol

melebihi 240 mg/dL, itu artinya sudah batas peringatan yang harus

diturunkan. Seseorang dikatakan memiliki kadar kolesterol normal jika

ukurannya 160-200 mg/dL sedangkan masuk kondisi berbahaya jika sudah di

atas 240 mg/dL karena bisa menyebabkan stroke. Meskipun kolesterol tinggi

itu sendiri tidak secara langsung menyebabkan kelelahan, tapi kondisi-kondisi

yang ditimbulkan dapat membuat orang lebih mudah lelah alias capek

(Morrel & Bull, 2007).

O. Metode Pengukuran Kadar Kolesterol

Pengukuran kadar kolesterol total pada mencit dilakukan sebelum dan

setelah pemberian pakan hiperkolesterolemia. Alat pengukur kolestrol

diaktifkan dengan memasukkan strip kolesterol di alat (Autocheck). Darah

mencit diambil dari pembuluh darah vena pada ekor mencit. Ekor mencit

diusapkan alkohol 70% dengan menggunakan kapas. Ekor mencit dijulurkan

dan ditusuk menggunakan alat jarum Autocheck Kemudian darah ditampung

dalam strip kolesterol dan kadar kolestrol darah akan terukur secara otomatis
dimana hasilnya ditampilkan pada monitor berupa angka. Ekor mencit

diusapkan alkohol 70% agar darah tidak mengalir secara terus menerus

(Rusdi, 2017).

P. Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi

1. Terapi Farmakologi

a. Statin (inhibitor HMG-coA reduktase)

Statin adalah obat penurun lipid pertama yang harus digunakan

untuk menurunkan kolesterol LDL. Dalam keadaan tidak toleran

terhadap statin, direkomendasikan pemakaian ezetimibe, inhibitor

PCSK9, atau bile acid sequestrant monoterapi (Perki, 2017).

Selain berfungsi untuk menurunkan kolesterol LDL, statin juga

mempunyai efek meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan TG.

Berbagai jenis statin dapat menurunkan kolesterol LDL 18-55%,

meningkatkan kolesterol HDL 5-15%, dan menurunkan TG 7-30%.

Cara kerja statin adalah dengan menghambat kerja HMGCoA reduktase

(Perki, 2017).

Efeknya dalam regulasi CETP menyebabkan penurunan

konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL. Di hepar, statin meningkatkan

regulasi reseptor kolesterol LDL sehingga meningkatkan pembersihan

kolesterol LDL. Dalam keadaan hipertrigliseridemia (tidak berlaku bagi

normotrigliseridemia), statin membersihkan kolesterol VLDL.

Mekanisme yang bertanggungjawab terhadap peningkatan konsentrasi

kolesterol HDL oleh statin sampai sekarang belum jelas (Perki, 2017).

Studi awal yang menggunakan statin untuk menurunkan kolesterol


LDL menunjukkan penurunan laju PJK dan mortalitas total serta

berkurangnya infark miokard, prosedur revaskularisasi, stroke, dan

penyakit vaskular perifer. Statin hendaknya digunakan sampai dosis

maksimal yang direkomendasikan (Tabel II.5) atau yang maksimal

dapat ditoleransi untuk mencapai target kolesterol LDL.

Tabel II. 5 Dosis maksimal statin yang dianjurkan


Statin Dosis maksimal yang direcomendasika (mg/hari)
Lorastatin 80
Pravastatin 80
Simvastatin 80
Fluvastatin 80
Atorvastatin 80
Rosuvastatin 40
Pitavastatin 4

Pada pasien dengan risiko tinggi dan sangat tinggi, sebaiknya terapi

statin dilanjutkan walau target terapi sudah tercapai selama tidak ada

indikasi kontra ataupun efek samping yang berat (Perki, 2017).

b. Inhibitor absorpsi kolesterol

Ezetimibe merupakan obat penurun lipid pertama yang

menghambat ambilan kolesterol dari diet dan kolesterol empedu tanpa

mempengaruhi absorpsi nutrisi yang larut dalam lemak. Dosis

ezetimibe yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan harus

digunakan bersama statin. Kombinasi ezetimibe dan simvastatin telah

diujikan pada subjek pasien gagal ginjal kronik dan setelah sindrom

koroner akut. Sampai saat ini belum ada laporan efek samping yang
berarti dari pemakaian ezetimibe (Perki, 2017).

c. Inhibitor PCSK9

Inhibitor PCSK9 merupakan obat penurun kolesterol LDL terbaru

yang beberapa hasil penelitian klinisnya telah dipublikasi. Saat ini, ada

3 inhibitor PCSK9 yang telah dievaluasi terhadap luaran kardiovaskular

yaitu alirocumab, bococicumab, dan evolocumab. Keamanan jangka

panjang inhibitor PCSK9 belum diketahui. Bukti yang ada saat ini

menunjukkan inhibitor PCSK9 pada umumnya ditoleransi dengan baik

(Perki, 2017).

d. Bile acid sequestrant

Terdapat 3 jenis bile acid sequestrant yaitu kolestiramin,

kolesevelam, dan kolestipol. Bile acid sequestrant mengikat asam

empedu (bukan kolesterol) di usus sehingga menghambat sirkulasi

enterohepatik dari asam empedu dan meningkatkan perubahan

kolesterol menjadi asam empedu di hati. Dosis harian kolestiramin,

kolestipol, dan kolesevelam berturutan adalah 4-24 gram, 5-30 gram,

dan 3,84,5 gram. Penggunaan dosis tinggi (24 g kolestiramin atau 20 g

of kolestipol) menurunkan konsentrasi kolesterol LDL sebesar 18-25%.

Bile acid sequestrant direkomendasikan bagi pasien yang intoleran

terhadap statin (Perki, 2017).

e. Fibrat

Fibrat adalah agonis dari PPAR-α. Melalui reseptor ini, fibrat

menurunkan regulasi gen apoC-III serta meningkatkan regulasi gen

apoA-I dan A-II. Berkurangnya sintesis apoC-III menyebabkan


peningkatan katabolisme TG oleh lipoprotein lipase, berkurangnya

pembentukan kolesterol VLDL, dan meningkatnya pembersihan

kilomikron (Perki, 2017).

f. Inhibitor CETP

Cholesteryl ester transfer protein berfungsi membantu transfer

cholesteryl ester dari kolesterol HDL kepada VLDL dan LDL yang

selanjutnya akan dibersihkan dari sirkulasi melalui reseptor LDL di

hepar. Terapi dengan inhibitor CETP mempunyai efek ganda yaitu

meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL dan menurunkan konsentrasi

kolesterol LDL melalui reverse cholesterol transport (Perki, 2017).

g. PUFA omega 3

Mekanisme yang mendasari efek penurunan TG dari terapi PUFA

omega 3 (EPA dan DHA) tidak diketahui dengan jelas, diperkirakan

sebagian disebabkan oleh kemampuannya berinteraksi dengan PPAR

dan menurunkan sekresi apoB. Walau dianggap aman, terapi dengan

PUFA omega 3 dapat meningkatkan risiko perdarahan terutama jika

diberikan bersama aspirin/klopidogrel (Perki, 2017).

h. Aferesis kolesterol LDL

Dengan teknik yang mahal tetapi efektif, kolesterol LDL dan Lp(a)

dibuang dari plasma selama dilakukan sirkulasi ekstrakorporeal setiap 1

atau 2 minggu sekali. Mengingat terapi dengan inhibitor PCSK9 sangat

menjanjikan bagi pasien dengan HeFH. Tindakan aferesis kolesterol

LDL sebaiknya diindikasikan bagi pasien dislipidemia di mana terapi

dengan inhibitor PCSK9 gagal menurunkan konsentrasi kolesterol LDL


(Perki, 2017).
2. Terapi Non Farmakologi

a. Diet

Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah

diet asam lemak tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor

diet yang paling berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi

kolesterol LDL adalah asam lemak jenuh. Penurunan kolesterol LDL

yang diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar dibandingkan dengan diet

MUFA atau diet rendah karbohidrat. PUFA omega-3 tidak mempunyai

efek hipokolesterolemik langsung, tetapi kebiasaan mengonsumsi ikan

(mengandung banyak PUFA omega-3) berhubungan dengan reduksi

risiko kardiovaskular independen terhadap efek pada lipid plasma.

Konsumsi PUFA omega-3, PUFA omega-6, dan MUFA berhubungan

dengan peningkatan konsentrasi kolesterol HDL sampai 5% dan

penurunan TG sebesar 10-15% (Perki, 2017).

Diet karbohidrat bersifat netral terhadap kolesterol LDL, sehingga

makanan kaya karbohidrat merupakan salah satu pilihan untuk

menggantikan diet lemak jenuh. Diet karbohidrat yang kaya serat

dianggap diet optimal pengganti lemak jenuh yang tujuannya

meningkatkan efek diet pada konsentrasi kolesterol LDL dan

mengurangi efek yang tidak dikehendaki dari diet kaya karbohidrat

pada lipoprotein lain (Perki, 2017).

b. Aktivitas fisik

Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah mencapai


berat badan ideal, mengurangi risiko terjadinya sindrom metabolik, dan

mengontrol faktor risiko PJK. Pengaruh aktivitas fisik terhadap

parameter lipid terutama berupa penurunan TG dan peningkatan

kolesterol HDL (Perki, 2017).

Olahraga aerobik dapat menurunkan konsentrasi TG sampai 20%

dan meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sampai 10%. Sementara

itu, olahraga berupa latihan resistensi hanya menurunkan TG sebesar

5% tanpa pengaruh terhadap konsentrasi HDL. Efek penurunan TG dari

aktivitas fisik sangat tergantung pada konsentrasi TG awal, tingkat

aktivitas fisik, dan penurunan berat badan. Tanpa disertai diet dan

penurunan berat badan, aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap

kolesterol total dan LDL (Perki, 2017).

c. Menghentikan kebiasaan merokok

Menghentikan merokok dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol

HDL sebesar 5-10%. Merokok berhubungan dengan peningkatan

konsentrasi TG. Tetapi menghentikan merokok diragukan

menyebabkan penurunan konsentrasi TG (Perki, 2017).

d. Penurunan berat badan

Kelebihan berat badan hendaknya diusahakan untuk mengurangi

10% berat badan. Walaupun ukuran antropometri lain seperti lingkar

pinggang atau rasio pinggul terhadap pinggang dapat menambah

informasi, IMT sendiri adalah prediktor kuat untuk mortalitas secara

keseluruhan. Lingkar pinggang normal untuk Asia adalah <90 cm untuk


pria dan <80 cm untuk wanita (Perki, 2017).

Anda mungkin juga menyukai