PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Annona muricata merupakan genus dari Annonaceae yang memiliki 129
spesies tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti sebagian dari kepulauan
Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Afrika, Asia dan Australia. Annona
muricatamerupakan pohon dengan tinggi 8 hingga 10 meter, dengan karakteristik
daun berwarna hijau tua, bunga serta buahnya dapat muncul di bagian manapun dari
dahannya (Owolabi et al., 2013).
Secara tradisional, di daerah Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia daun
dari pohon sirsak ini sering digunakan sebagai obat dari beberapa penyakit, antara
lain adalah sakit kepala (headaches), insomnia, sistitis, penyakit liver, diabetes
meilitus, hipertensi dan sebagai anti inflamasi, anti spasmodic, serta anti disentri.
Penduduk asli Guyana menggunakan daun atau kayu sirsak sebagai obat penenang
dan tonik jantung. Penduduk Brazil Amazon menggunakan minyak dari daun serta
buah sirsak yang belum masak dicampur dengan minyak zaitun digunakan sebagai
obat luar untuk penyakit neuralgia, reumatik, serta nyeri artritis (Suranto, 2012).
Beberapa penelitian terkini mengatakan bahwa tumbuhan sirsak ini ternyata
mampu menghilangkan sel-sel kanker berkat suatu kumpulan senyawa yang ada pada
tumbuhan tersebut yaitu Acetogenin. Annonaceous acetogeninssendiri sebenarnya
hanya dapat ditemukan pada famili Annonaceae (yang mana sirsak termasuk
didalamnya). Secara umum Annonaceous acetogenins dalam sirsak telah dilaporkan
dapat berfungsi sebagai antitumor, antiparasit, pestisida, antiprotozoa, antihelmintes
dan antimikroba (Keinan et al., 1998).
Riset yang meneliti tentang fenomena ini sudah dimulai pada tahun 1976 oleh
The National Cancer Institute di Amerika Serikat, tetapi hasil dari penelitian ini tidak
dipublikasikan. Barulah seiktar 7 tahun berikutnya,mereka menyatakan bahwa sirsak
mengandung Acetogenin yang ternyata mampu mengatasi 12 jenis sel kanker.
Kemudian pada sekitar tahun 1995 hingga 1996, Prof. Soelaksono Sastrodihardjo,
yaitu seorang entomologi dari Departemen Biologi ITB bersama Dr. Jerry Mc.
Laughlin seorang farmakolog dari Universitas Purdue, Amerika Serikat serta dibantu
oleh Feng E Wu, yaitu seorang mahasiswa Korea Selatan, melakukan penelitian
terhadap sirsak. Sampel yang diambil adalah daun, kayu, dan biji sirsak yang ada di
daerah Garut, Jawa Barat. Kemudian penelitian dilanjutkan oleh Dr. Mc. Laughlin di
Amerika.
Akhirnya
pada
tahun
1996
hingga
1998,
Dr,
Mc.Laughlin
Annonacin(Champy et.al.,2005).
Substantia nigra sendiri kita ketahui sebuah bagian dari otak yang sangat
berperan penting dalam pengaturan gerak sehingga kita mampu mengontrol gerakan
pada tangan dan kaki. Kerusakan yang terjadi pada sel neuron di substantia nigra
dapat mengakibatkan gangguan pada pengaturan gerak. Kerusakan yang dapat
diamati adalah adanya degenerasi sel neuron pada substantia nigra, yang ditandai oleh
adanya pembengkakan sel atau dapat pula pembengkakan nukleus (Champy
et.al.,2005)
pengetahuan
penulis,
penelitian
dengan
judul
"
Gambaran
metanol akar sirsak (Annona muricata), sedangkan penelitian yang penulis lakukan
menggunakan ekstrak air daun sirsak.
Penelitian lain yang menyerupai adalah penelitian dengan judul Pengaruh
Pemberian Ekstrak Metanol Daun Sirsak (Annona muricata) Terhadap Perubahan
Ukuran Nukleus Dan Jumlah Vakuolisasi Neuron di Substantia Nigra Pars Retikulata
Tikus (Rattus norvegicus) yang ditulis oleh Anda Damayanti (2009). Perbedaan
dengan penelitan yang penulis lakukan adalah, pada penelitian tersebut digunakan
ekstrak methanol daun sirsak (Annona muricata) sedangkan peneliti menggunakan
ekstrak air daun sirsak (Annona muricata).
Penelitian yang menyerupai lainnya berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Air
Daun Sirsak (Annona muricata) Terhadap Jumlah Neuron di Substantia Nigra Tikus
Putih (Rattus norvegicus) yang ditulis oleh Aryun Desa Arthon. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis adalah lama penelitian berlangsung, penelitian
tersebut berlangsung selama 30 hari, sedangkan penelitian yang penulis lakukan
berlangsung selama 90 hari.
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Famili
: Annonaceae
Genus
: Annona
Spesies
: Annona muricata L.
lain
adalah
annocatalin,
annohexocin,
annomonicin,
annomontacin,
sel eukariotik. Pada organisme hidup bersel banyak, seperti mamalia, sel-sel
berkontak erat satu sama lain dan dikelilingi oleh cairan tubuh serta matriks ekstrasel
yang membentuk internal milieu yang penting untuk mempertahankan fungsi sel. Selsel secara normal berada dalam homeostasis, yaitu, keseimbangan metabolik dengan
sel lain dan cairan ekstrasel yang membentuk lingkungan mikro (Damjanov &
McCue, 1999., Junqueira et al., 2007; Campbell et al., 2002).
Yang paling membedakan antara sel prokariotik dan sel eukariotik adalah
nukleus dalam sel tersebut. Hal ini dapat dilihat dari namanya. Prokariota atau
prokaryote diambil dari bahasa Yunani, pro mempunyai arti "sebelum" dan karyon
artinya kernel", atau disebut nukleus, sehingga memiliki makna bahwa sel
prokariotik merupakan sel yang tidak memiliki nukleus. Sedangkan kata eukariotik
diambil dari kata eu yang berarti "sebenarnya" dan karyon yang artinya nukleus
sehingga dapat didefinisikan menjadi sel yang memiliki nukleus (Campbell et al.,
2002).
Apabila dilihat dari ukuran sel, maka sel prokariotik memiliki ukuran lebih
kecil yaitu panjangnya 1-5 m, sedangkan sel eukariotik memiliki ukuran sel yang
lebih besar. Pada sel prokariotik juga tidak memiliki histon (protein basa spesifik)
yang terikat pada DNA, dan juga tidak memiliki organel bermembran. Sebaliknya,
pada sel eukariotik, histon berhubungan erat dengan materi genetik (DNA), serta
memiliki banyak organel berlapis membran yang berada di sitoplasma. Pada tinjauan
pustaka ini, akan dibahas khusus pada sel eukariotik yang memiliki sitoplasma dan
inti sel (nukleus) (Junqueira et al., 2007).
Membran plasma juga berperan penting pada komunikasi antar sel maupun
dengan lingkungan luar sel (Tortora et.al., 2009).
2. Sitoplasma
Sitoplasma adalah seluruh daerah antara nukleus dan membran yang
membatasi sel. Sitoplasma sendiri memiliki medium semi cair yang dapat
disebut dengan sitosol, dimana di dalam sitosol tersebut terdapat organelorganel yang memiliki bentuk dan fungsi terspesialisasi, sitoskeleton, serta
deposit karbohidrat,pigmen, dan lipid (Junqueira et al., 2007; Campbell et al.,
2002).
3.Nukleus
Nukleus atau yang dapat disebut sebagai inti sel, merupakan organel paling
mencolok pada sel eukariotik, dengan rata-rata memiliki diameter 5 m.
Nukleus sendiri memiliki sebagian besar gen yang berfungsi mengontrol sel
eukariotik, dimana sebagian gen lainnya terdapat pada mitokondria dan
kloroplas. Didalam nukleus terdapat kromatin yang terdiri dari DNA dan
protein. Kromatin akan memadat serta tiap-tiap kromosom akan terlihat ketika
sel bersiap untuk membelah. Dalam nukleus terdapat pula nukleolus yang
merupakan tempat komponen ribosom di sintetis. Nukleus sendiri mempunyai
selubung yang terdiri dari dua membran yang dipisahkan ruang sempit berpori
banyak (Campbell et al., 2002).
4. Ribosom
Ribosom adalah tempat dimana sel mensintesis protein. Ribosom terletak
pada dua tempat, yaitu ribosom bebas yang terletak dalam sitosol dan ribosom
terikat yang melekat di bagian luar retikulum endoplasma (Campbell et al.,
2002).
5. Sistem endomembran
Sistem endomembran mencakup selubung nukleus, aparatus golgi, retikulum
endoplasma, lisosom, berbagai jenis vakuola, serta membran plasma.
Retikulum endoplasma merupakan jalinan dari kantung dan saluran yang
saling beranastomosis serta berhubungan, yang dibentuk oleh membran utuh.
Retikulum endoplasma terdiri atas jaringan tubula serta gelembung membran
yang disebut juga sisterna. Retikulum endoplasma sendiri terbagi menjadi dua
daerah yang memiliki fungsi dan struktur yang berbeda. Pada retikulum
endoplasma halus tidak memiliki ribosom di permukaannya tetapi memiliki
sisterna yang berbentuk tubular. Sedangkan pada retikulum endoplasma kasar
memiliki ribosom pada permukaan, serta memiliki sisterna yang membentuk
kantung pipih. Retikulum endoplasma kasar ini sering ditemukan pada sel
yang berfungsi khusus untuk mensekresi protein seperti fibroblas dan sel
plasma (Campbell et al., 2002 ;Junqueira et al., 2007).
Aparatus Golgi terdiri dari kantung membran pipih atau sisterana yang
tampak sebagai tumpukan roti yang berbentuk bulat dan datar. Aparatus ini
dapat menerima serta mengirimkan vesikula transpor dan produk yang
dikandungnya. Maka dari pada itu, materi yang diterima dari retikulum
endoplasma, dimodifikasi lalu disimpan dalam aparatus golgi, dan akhirnya
dikirim menuju permukaan sel atau tempat yang lainnya (Campbell et al.,
2002).
Lisosom merupakan tempat terjadinya proses pencernaan intrasel serta
penggantian komponen-komponen sel. Lisosom terdiri dari vesikel yang
bermembran dan mengandung berbagai macam enzim hidrolitik. Lisosom
memiliki bentuk bulat, dengan diameter 0,05 - 0,5 m serta memperlihatkan
granul yang merata. Lisosom ini akan banyak terdapat pada sel yang
mempunyai fungsi fagositik (Junqueira et al., 2007).
Vakuola merupakan kantung terikat membran yang berada dalam sel yang
memiliki fungsi bermacam - macam, seperti vakuola kontraktil, vakuola
10
makanan dan sebagainya. Pada intinya vakuola adalah komponen sebuah sel
yang memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan (Campbell et al., 2002).
7. Sitoskeleton
Sitoskeleton merupakan jaringan yang komplek, terdiri dari mikrotubulus,
filamen aktin, serta filamen intermediat. Protein struktural ini memberi bentuk
pada sel dan juga berperan penting bagi pergerakan organel serta vesikel
intrasitoplasmanya. Sitoskeleton juga ikut serta dalam mengatur pergerakan
sel (Junqueira et al., 2007; Campbell et al., 2002).
11
membantu kerja neuron. Bagian tersebut adalah dendrit, badan sel (soma atau
perikarion) dan akson (Junqueira et al., 2007 ; Bloom et.al.,2012). Berikut ini adalah
penjelasan dari bagian-bagian neuron tersebut :
1. Dendrit
Pada dasarnya, dendrit mempunyai cabang dan meluas, serta percabangan
dari dendrit ini akan diikuti oleh berkas mikrotubuli dan neurofilamen yang
secara bersamaan akan ikut meluas dalam cabang-cabang. Dendrit secara
khusus mempunyai fungsi yaitu untuk menerima stimulus dari lingkungan selsel epitel sensorik atau dari neuron lain (Junqueira et al., 2007 ; Leeson
et.al.,2012).
2. Badan sel (perikarion)
Badan sel merupakan bagian dari neuron yang mengandung inti dan
sitoplasma namun tidak mencakup cabang-cabang sel, yang merupakan pusat
trofik bagi keseluruhan sel saraf serta berfungsi untuk menerima stimulus. Pada
sitoplasma badan sel ini terdapat badan Nissl, keompleks Golgi, mitokondria,
dan neurofilamen. Badan Nissl adalah gambaran dari retikulum endoplasma
kasar dan ribosom bebas yang apabila dilihat di bawah mikroskop cahaya akan
tampak sebagai daerah yang bergranul basofilik, dimana badan Nissl merupakan
organel yang hanya terdapat pada sel-sel saraf.
12
Gambar 1. badan Nissl dengan pewarnaan toluidin blue (Junqueira et al., 2007)
3. Akson
Akson adalah suatu cabang tunggal, berbentuk silindris, timbul dari badan sel
saraf pada suatu daerah yang dapat disebut akson hilok. Akson mempunyai fungsi
khusus yaitu menghantarkan impuls saraf ke sel-sel lain seperti sel saraf, sel otot,
dan sel kelenjar
13
berhasil, sel akan mengalami cedera atau kematian (Kumar et al., 2007 ; Damjanov,
1999).
Perubahan struktural atau cedera yang terjadi pada sel dapat bersifat reversible
dan irreversible. Dikatakan reversibel apabila sel dapat kembali normal bila paparan
stres hilang. Namun apabila paparan stres tersebut berlangsung kronis atau sel
tersebut tidak mampu untuk melakukan mekanisme adaptasi pada paparan stres
tersebut, maka sel akan mengalami perubahan ireversibel, yaitu dapat berupa nekrosis
hingga kematian sel. Apabila cedera atau kerusakan terjadi pada membran sel, DNA,
atau mitokondria, mekanisme kematian sel yang terprogram akan terjadi, atau dapat
disebut apoptosis (Stevens et.al.,202 ; Damjanov, 1999 ; Kumar et.al.,2007)
Pada umumnya semua jaringan tubuh rentan terhadap perubahan yang
berlangsung terus-menerus, begitu pula dengan jaringan saraf. Neuron yang terpapar
stres dalam jangka waktu yang panjang akan menimbulkan suatu perubahan atau
mengalami degenerasi. Degenerasi neuron menunjukkan adanya gambaran berupa
pembesaran dan distrofi pada serabut saraf, pembengkakan nukleus, serta hilangnya
nukleus apabilia dilihat menggunakan pengecatan bodian silver. Namun pada
pengecatan cresyl violet dapat terlihat gambaran vakuolisasi sitoplasma serta
pembengkakan nukleus (Champy et al., 2004).
Gambar 3
Gambar 4
15
Nekrosis sel neuron akan terjadi setelah adanya paparan zat neurotoksik atau
apabila sel mengalami iskemia. Soma pada sel neuron akan tampak mengecil,
kemudian pada tahap selanjutnya, ketika karyorrhexis atau karyolysis muncul,
nekrosis pada sel neuron akan tidak dapat dibedakan dari sel lainnya pada mikroskop
(McMartin et al., 1997).
Selanjutnya adalah adanya vakuolisasi yaitu bentuk reaksi sel yang
menyebabkan adanya ruang interseluler dan ekstraseluler yang ditandai dengan inti
mendesak ke bagian tepi atau dapat tampak membesar dan menggelembung
(McMartin et.al., 1997).
Gambar 5.
Gambar 6.
16
Substantia nigra berfungsi mengatur tonus otot yang terhubung dengan korteks
serebri, medulla spinalis, hipotalamus, serta ganglia basal. Neuron-neuron di
substantia nigra tersebut akan mengirimkan akson-aksonnya ke striatum (neuron
SNC) serta melepaskan dopamin di ujung-ujungnya sebagai neurotransmitter, dan
17
Senyawa acetogenins
Degenerasi sel
18
Pembengkakan Sel
Substantia Nigra
2.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh pemberian ekstrak air daun sirsak (Annona muricata) secara kronik
terhadap rasio nukleus neuron pada substantia nigra tikus (Rattus norvegicus).
2. Ada perbedaan rasio nukleus neuron substantia nigra tikus (Rattus norvegicus)
antara kelompok kontrol dan perlakuan.
19
Ekstrak air daun sirsak (Annona muricata) merupakan ekstrak yang dibuat dari
hasil pengeringan dan penyerbukan daun sirsak yang diambil dari daun ke-4
hingga
ke-6
dalam
satu
ranting.
Dosis
yang
digunakan
adalah
b.
spuit sonde
c.
d.
kaca objek
21
e.
deck glas
f.
mikroskop cahaya
g.
2. Bahan penelitian
a.
b.
c.
Zat pewarna HE
d.
Etanol
e.
Parafin
d.
f.
Aquades
22
Air ditambahkan pada serbukan daun sirsak, kemudian diaduk selama 30 menit
dan didiamkan selama 24 jam, kemudian hasilnya disaring. Proses tersebut diulang 3
kali. Hasil dari penyaringan akhir didapatkan ampas dan filtrat.
Filtrat kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pemanas water
bath pada suhu 60OC. hasil dari penguapan terbentuk ekstrak yang kental, kemudian
dituangkan dalam cawan porselin dan dikeringkan pada suhu 50O.
23
dengan etanol
bertingkat berturut-turut 50%, 70%, 80% dan 95%, diakhiri dengan tiga kali larutan
etanol 100%. Semua proses dehidrasi dilakukan pada suhu kamar. Setelah dehidrasi
dilakukan proses penjernihan (clearing) dalam larutan campuran silol dan etanol
100%, dan dua kali silol masing-masing selama 45 menit pada suhu kamar. Setelah
proses clearing, dilakukan proses infiltrasi dalam larutan campuran silol dan parafin
kemudian dilanjutkan dengan tiga kali larutan parafin, masing-masing 45 menit,
dengan suhu 64C. Terakhir jaringan di letakkan dalam cetakan blok kemudian di
24
siram parafin cair dan didinginkan pada suhu kamar sampai parafin membeku
menjadi blok.
Blok parafin jaringan otak disayat secara serial setebal 12 mm menggunakan
rotary microtome. Setiap serial diambil tiga sayatan dan diwarnai menggunakan
Hemaktosilin eosin untuk mengetahui melihat neuron substansia nigra dengan
mencocokkan posisi dengan gambar potongan otak pada Template Atlas of the
Primate Brain (Martin dan Bowden, 1996).
25
Kontrol
Perlakuan
Subjek
K1
200
K2
188
K3
178
K4
207
K5
218
P1
225
P2
208
P3
200
P4
228
P5
225
26
Kontrol
Perlakuan
Subjek
Kadar Hb (gram/dl)
K1
14.9
K2
12.5
K3
12.8
K4
12.8
K5
14.9
P1
13.0
P2
14.5
P3
12.5
P4
11.2
P5
13.6
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tabel 1 didapatkan hasil berat badan pada
kelompok kontrol terendah 178, tertinggi 218 dan kelompok perlakuan terendah 200,
tertinggi 228. Dan hasil pemeriksaan Hb yang terdapat pada tabel 2, kadar Hb
kelompok kontrol terendah 12,5, tertinggi 14,9 sedangkan pada kelompok perlakuan
terendah 12,5, dan tertinggi 14,5 dengan rata-rata 12,92.
Berdasarkan hasil pemeriksaan berat badan pada tabel 1 dan Hb pada tabel 2
menunjukkan bahwa berat badan tikus sesuai dengan kriteria dalam penelitian dan
hasil pemeriksaan Hb dalam batas normal.
27
Rasio nukleus kemudian dimasukkan pada tabel. Hasil pengukuran rasio nukleus
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah berikut:
Kontrol
Subjek
Rasio Nukleus
K1
0.58
K2
0.61
K3
0.63
K4
0.58
28
Perlakuan
K5
0.44
P1
0.63
P2
0.66
P3
0.67
P4
0.66
P5
0.68
Dari data pada tabel 3 tersebut, kemudian dilakukan uji normalitas menggunakan
Software IBM SPSS ver.21 untuk menilai normalitas distribusi data yang akan
dianalisis, sebelum selanjutnya dianalisis menggunakan Uji T-Test. Dari hasil uji
normalitas didapatkan hasil sebagai berikut :
KELOMPOK
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kontrol
.364
.029
.800
.081
Perlakuan
.300
.161
.908
.453
Perbandingan
a. Lilliefors Significance Correction
Data pada tabel 4 tersebut, yang digunakan adalah bagian Shapiro-Wilk karena
data yang digunakan dalam penelitian adalah < 50, sedangkan kolom KolmogorovSmirnov digunakan apabila data yang digunakan > 50 (Sopiyudin, 2011). Pada kolom
Sig, menunjukkan angka 0.081 pada kontrol dan 0.453 pada perlakuan yang berarti
data yang digunakan memiliki distribusi yang normal ( P> 0.05).
Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan metode Independent Sample TTest dengan tujuan untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang
bermakna antara 2 kelompok bebas yang berskala rasio (Sopiyudin, 2011). Hasil dari
analisis Independent-Sample T-Test rasio nukleus substantia nigra sebagai berikut :
29
Equality of
Variances
F
Sig.
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
95% Confidence
tailed)
Difference
Difference
Interval of the
Difference
Lower
Equal
variances
3.119
.115
Upper
.028
-.09200
.03441
-.17135
-.01265
4.501
.049
-.09200
.03441
-.18349
-.00051
2.674
assumed
Perbandingan
Equal
variances
2.674
not
assumed
Dari hasil analisis diatas, dapat dilihat pada bagian Sig. (2-tailed) didapatkan angka
0.028 dimana angka tersebut < 0.05. Karena memiliki angka < 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara stastistika pada hasil
pengukuran rasio nukleus substantia nigra tikus (Rattus norvegicus).
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menggunakan metode Independent
Sample T-Testrasio nukleus substantia nigra tikus (Rattus norvegicus) pada kelompok
kontrol dan perlakuan, menunjukkan bahwa dengan pemberian 1000mg/kgBB/Hari
ekstrak air daun sirsak (Annona muricata) menyebabkan adanya pembengkakan
nukleus, yang ditunjukkan dengan perbedaan rasio yang signifikan dari kedua
30
kelompok tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemberian ekstrak air
daun sirsak (Annona muricata) tersebut bermakna.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :
Asal daun sirsak yang dipakai dalam penelitian sebagai ekstrak air daun
sirsak
sangat
berpengaruh
terhadap
kadaracetogenin.
Sebagai
sebelumnya,
yaitu
penelitian
Champy
et.al.,
(2004)
akan
mengalami
proses
metabolisme
di
hepar
sehingga
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Champy et al.
(2004), dimana substantia nigra memiliki derajat degenerasi yang berat, akan tetapi
31
32
5.2. Saran
1. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai dosis ekstrak daun sirsak
serta lamanya waktu yang dapat menimbulkan degenerasi sel neuron
2. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai cara pemberian yang tepat
untuk menghindari efek toksik yang dapat timbul
33