Anda di halaman 1dari 45

PENERAPAN APLIKASI GOOGLE CALENDAR SEBAGAI MEDIA EDUKASI

DALAM PEMBERIAN INJEKSI INSULIN PADA PASIEN DIABETES


MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TELAGA

PROPOSAL

Usulan Penelitian Untuk Karya Tulis Ilmiah


Jurusan Keperawatan

IQRA MULHAK KUMAI


NIM : 751440121058

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan Proposal untuk Laporan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah


Program Studi Diploma III Keperawatan
Jurusan Keperawatan

PENERAPAN APLIKASI GOOGLE CALENDAR SEBAGAI MEDIA


EDUKASI DALAM PEMBERIAN INJEKSI INSULIN PADA
PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TELAGA

Di Ajukan Oleh :

IQRA MULHAK KUMAI


NIM: 751440121058

Telah disetujui Oleh:

Pembimbing Utama

SUWARNI LOLEH, SST, M.Kes Tanggal :


NIP. 198605222009122001

Pembimbing Pendamping

PAULUS PANGALO, SKM, M.Kes Tanggal :


NIP. 196503211984121001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSUTUJUAN.........................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................4

C. Tujuan Studi Kasus.............................................................................................5

1. Tujuan Umum.................................................................................................5

2. Tujuan Khusus................................................................................................5

D. Manfaat Studi Kasus...........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7

A. Tinjauan Tentang Diabetes Melitus....................................................................7

1. Pengertian.......................................................................................................7

2. Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan tipe................................................8

3. Etologi...........................................................................................................10

4. Patofisiologi..................................................................................................11

5. Manifestasi klinis..........................................................................................12

6. Komplikasi....................................................................................................14

7. Penatalaksanaan............................................................................................14

B. Tinjauan Tentang Kepatuhan............................................................................22

1. Pengertian Kepatuhan...................................................................................23

2. Konsep Perubahan Perilaku..........................................................................24

2. Faktor Faktor Yang Mendukung Kepatuhan................................................24

ii
C. Tinjauan Tentang Media...................................................................................26

1. Pengertian Media Pendidikan Kesehatan......................................................26

2. Aplikasi Google Calendar............................................................................26

3. Manfaat Google Calendar............................................................................27

4. Cara Penggunaan Google Calendar.............................................................28

BAB III METODE STUDI KASUS...........................................................................30

A. Rancangan Studi Kasus....................................................................................31

B. Subyek Studi Kasus..........................................................................................31

C. Penerapan Studi Kasus.....................................................................................31

D. Definisi Operasional.........................................................................................32

E. Tempat Dan Waktu...........................................................................................32

F. Pengumpulan Data............................................................................................32

G. Penyajian Data..................................................................................................32

H. Etika Studi Kasus..............................................................................................33

I. Keterbatasan Penelitian....................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia saat ini mengubah gaya hidup orang. Perubahan gaya

hidup seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan perilaku

yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Masalah

kesehatan yang terkait dengan gaya hidup adalah masalah yang cukup serius di

negara maju dan negara berkembang. salah satu contoh kasus Diabetes Melitus

(Rasyid et al. 2019).

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis kompleks yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang disebabkan oleh

kegagalan tubuh untuk menghasilkan atau menggunakan insulin secukupnya.

Penyebab diabetes melitus adalah kegagalan tubuh untuk menghasilkan atau

menggunakan insulin secukupnya, atau resistensi terhadap insulin ( Evira 2021).

Pedoman pengobatan American Diabetes Association dan American

Association of Clinical Endocrinologists Insulin adalah obat yang paling efektif

untuk menurunkan glukosa, baik untuk intensifikasi pengobatan atau untuk pasien

dengan hiperglikemia berat. Namun, penggunaan insulin masih sangat rendah

(Bermeo-Cabrera et al. 2018).

Menurut World Health Organiation (WHO) memperkirakan di Indonesia

angka penderita diabetes melitus (DM) akan meningkat dari 8,4 juta pada tahun

2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Di Indonesia prevalensi

1
2

penderita DM sebesar 6,9% di tahun 2018, 1,8% pasien DM rutin memeriksakan

gula darahnya. International Diabetes Federasi (IDF) memperkirakan bahwa

jumlah penderita diabetes akan meningkat dari 0,7 juta pada tahun 2009 menjadi

12,0 juta pada tahun 2030, Menurut WHO, ketidakpatuhan terhadap pengobatan

adalah salah satu masalah klinis utama dalam manajemen pasien dengan penyakit

kronis (Arulampalam Kunaraj, 2023).

Hasil Rikesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di

Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15 tahun sebesar 2%. Angka

ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi diabetes melitus pada

penduduk 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi

diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada

2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar

25% penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes.

Penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia diperkirakan akan meningkat pesat

hingga 2 – 3 kali lipat pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2000 (Kemenkes RI,

2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, tahun 2022,

jumlah penderita diabetes melitus telah meningkat selama tiga tahun terakhir.

Jumlahnya meningkat dari 13.450 jiwa pada tahun 2019, 3.908 jiwa pada tahun

2020, dan 17.747 jiwa pada tahun 2021. Kabupaten Gorontalo memiliki jumlah

penderita diabetes melitus tertinggi dengan 7.710 jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi

Gorontalo, 2022).
3

Data dari Puskesmas Telaga Kabupaten Gorontalo bahwa jumlah pasien

dengan diagnosa Diabetes Melitus pada tahun 2022 sejumlah 305 pasien dan

mengalami kenaikan pada tahun 2023 sejumlah 611 pasien.

Ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan adalah salah satu faktor yang

menyebabkan meningkatnya prevalensi angka DM di Indonesia serta kegagalan

pengontrolan glukosa darah pasien diabetes mellitus terutama pada rutinitas

pengobatan menggunakan insulin. Faktor-faktor yang memengaruhi

ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan dan penyakit termasuk faktor pasien,

demografi, sosioekonomi, durasi atau lamanya penyakit, dan keparahan penyakit.

Kepatuhan pengobatan adalah kesesuaian pasien dengan instruksi tentang waktu,

dosis, dan frekuensi pengobatan dikenal sebagai kesesuaian pengobatan. Faktor

penting dalam interaksi interpersonal adalah hubungan antara penyedia layanan

kesehatan, pasien, dan dukungan sosial. Hubungan ini sangat terkait dengan

kepatuhan pasien terhadap obat-obatan mereka, terutama dalam hal prosedur

pengobatan jangka panjang mereka (Fenny Evira 2021).

Dibutuhkan partisipasi aktif dari pasien, keluarga mereka, dan penyedia

layanan kesehatan untuk mengelola diabetes melitus dengan sukses. Diabetes

Melitus adalah penyakit yang berlangsung lama yang tidak dapat menyebabkan

kematian secara langsung, tetapi kesalahan pengelolaan dapat fatal. Penanganan

diabetes melitus harus multidisipliner, termasuk terapi obat dan non-obat. Hasil

dari Trial of Diabetes Control and Complication (DCCT) menunjukkan bahwa

pengendalian diabetes yang efektif dapat mengurangi komplikasi diabetes kronik


4

antara 20 dan 30 persen. Untuk meningkatkan rutinitas pemberian injeksi insulin

pasien untuk mencapai tujuan pengobatan yang lebih optimal, diperlukan

perlakuan terhadap pasien. Selain itu, banyak pasien di era modern memiliki

perangkat yang dapat digunakan untuk meningkatkan rutinitas pemberian injeksi

insulin mereka, salah satunya adalah aplikasi Google Calendar.

Banyak negara telah menggunakan teknologi mobile phone, seperti layanan

pesan singkat, untuk menyediakan layanan kesehatan. Mobile phone dapat

menjadi alat murah untuk memberikan pendidikan kesehatan dan meningkatkan

rutinitas pengobatan bagi pasien diabetes dan penyakit kronis lainnya . Google

Calendar, salah satu fitur yang dapat digunakan di telepon, dapat digunakan

sebagai pengingat untuk agenda atau acara tertentu. Telepon dengan layanan

pesan singkat telah terbukti menjadi media yang efektif untuk memberikan

edukasi kesehatan, klinik, pengingat pengobatan, dan peningkatan kesadaran

tentang diabetes melitus. Dan aplikasi gratis dan mudah di dapatkan sehingga

pasien dapat memanfaatkannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah

ini menjadi tugas akhir peneliti yang berjudul ‘’ Penerapan Aplikasi Google

Calendar Sebagai Media Edukasi Dalam Pemberian Injeksi Insulin Pada Pasien

Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga’’.


5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah ‘’ Bagaimana Penerapan

Aplikasi Google Calendar Sebagai Media Edukasi Dalam Pemberian Injeksi

Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Aplikasi Google Calendar Sebagai Media Edukasi

Dalam Pemberian Injeksi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah

Kerja Puskesmas Telaga.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan pemberian injeksi insulin sebelum

diberikan Google Calendar Pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah

Kerja Puskesmas Telaga.

2. Megindentifikasi respon pasien saat Penerapan Aplikasi Google Calendar

Sebagai Media Edukasi Dalam Pemberian Injeksi Insulin Pada Pasien

Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga.

3. Megidentifikasi tingkat kepatuhan pemberian injeksi insulin setelah

dierikan google calendar pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja

puskesmas Telaga.
6

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi masyarakat

Meningkatkan pengetahuan individu, keluarga, masyarakat terkait pentingnya

kepatuhan pemberian injeksi insulin pada pasien diabetes mellitus sehingga

dapat mengurangi komplikasi yang lain

2. Bagi insitusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk insitusi

pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pemdidikan keperawatan

dimasa yang akan datang.

3. Bagi peneliti

Studi kasus ini dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal pada

individu dan keluarga dalam kepatuhan pemberian injeksi insulin pada pasien

diabetes mellitus sehingga penderita lebih rutin lagi terhadap kepatuhan pada

injeksi insulin seacara teratur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes melitus, atau yang biasa dikenal sebagai penyakit kencing

manis, adalah kondisi yang berlangsung lama dan dapat berlangsung seumur

hidup. Peningkatan gula darah atau kondisi hiperglikemia yang disebabkan

oleh penurunan jumlah insulin pankreas adalah tanda gangguan metabolisme

yang menyebabkan diabetes melitus (DM). Banyak masalah macrovaskuler

dan microvaskuler dapat disebabkan oleh DM (Lestari, 2021).

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang rumit dan berkembang

pesat yang jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan mikroangiopati

dan makroangiopay, yang merupakan komplikasi yang berbahaya. Pada

awalnya, kendali glukosa darah dapat dicapai melalui perubahan gaya hidup

dan penggunaan obat antidiabetes yang diberikan secara oral atau parenteral.

Untuk mengendalikan hiperglikemia mereka, sebagian besar pasien diabetes

mellitus akan membutuhkan insulin selama prosesnya (Lukito 2020).

Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena

penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai

macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan

penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual,

7
8

luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru paru, gangguan

pembuluh darah, stroke dan sebagainya (Trisnawati and Setyorogo 2013).

Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa Diabetes

Melitus adalah penyakit yang menyerang bagian metabolisme ditandai dengan

peningkatan glukosa darah (hyperglukomia). Hal ini diakibatkan kebutuhan

dari insulin dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal sehingga glukosa

tertahan di dalam darah dan menyebabkan peningkatan gula darah.

2. Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan tipe

Terdapat klasifikasi DM menurut American Diabetes Association

(ADA) tahun 2020, meliputi DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM

tipe lain namun jenis DM yang paling umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2

a. Diabetes Melitus tipe I

Diabetes melitus tipe 1 adalah kondisi autoimun atau idiopatik yang

dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak.

Suntikan insulin dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah penderita

DM tipe 1 setiap hari (IDF, 2019). Diabetes jenis ini, yang sering disebut

sebagai diabetes juvenile atau diabetes mellitus yang bergantung pada

insulin (IDDM), dikaitkan dengan antibodi seperti antibodi sel islet (ICA),

antibodi insulin auto (IAA), dan antibodi glutamic acid decarboxylase

(GADA). Jenis antibodi ini ditemukan pada 90% anak dengan IDDM.

Penyakit diabetes melitus tipe I tidak akan semakin parah dan timbul

komplikasi namun, apabila penyakit Diabetes melitus tersebut telah timbul


9

komplikasi, maka perlakuan yang paling efektif untuk penderita diabetes

berat adalah dengan pengelolaan diri yang kompleks dan akan memakan

waktu lama agar kadargula darah dapat terkontrol dengan ketat.

b. Diabetes mellitus tipe 2

DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis DM yang paling sering terjadi,

mencakup sekitar 90% pasien DM didunia (IDF, 2019). Keadaan ini

ditandai oleh resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. Menurut

Greenstein dan Wood (2010) dalam (Alkhoir, 2020), menyebutkan bahwa

DM tipe ini lebih sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi dapat pula

terjadi pada orang dewasa muda dan anak-anak.

c. Diabetes mellitus Gestasional

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi

glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada

trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan mening

katnya komplikasi perinatal Diabetes yang didiagnosis pada trimester

kedua atau ketiga kehamilan dan tidak mempunyai riwayat diabetes

sebelum kehamilan (ADA, 2020).

d. Diabetes mellitus tipe lain

DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta,

defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit


10

metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan

sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM (Alfi et al.,

2019).

3. Etologi

Penyebab penyakit ini belum di ketahui secara lengkap dan

kemungkinan faktor penyebab dan faktor resiko Diabetes Melitus di

antaranya (Tarwo, dkk,2016).

a. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya pada Diabetes Melitus

tipe 1 di turunkan sebagai sifat heterogen, multigenik, kembar identik

mempunyai resiko 25% - 50%, sementara saudara kandung beresiko 6%

dan anak beresiko 5%.

b. Lingkungan seperti virus (cytomegalovrus, mumps, rubella) yang dapat

memicu terjadinya autoimun danmenghacurkan sel-sel beta pankreas,

obat-obatan dan zat kimia seperti alloxan, steptozotocib, pentamidine.

c. Usia di atas 45 tahun.

d. Obesitas, berat badan atau sama dengan 20% berat badan ideal.

e. Hipertensi, tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg.

f. HDL, kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau trugeserida

lebih dari 250 mg/dl.

g. Riwayat gestasional Diabetes Melitus.

h. Kurang olahraga.
11

4. Patofisiologi

a. Diabetes Melitus Tipe I

Pada diabetes tipe I, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun, sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Hiperglikemia puasa

terjadi karena produksi glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati.

Meskipun glukosa dalam makanan tetap berada di dalam darah dan

menyebabkan hiperglikemia postprandial (setelah makan), glukosa tidak

dapat disimpan di hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,

ginjal tidak akan dapat menyerap kembali semua glukosa yang telah

disaring. Oleh karena itu ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa yang

disaring. Akibatnya, muncul dalam urine (kencing manis). Kekurangan

insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak, yang

menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi kekurangan insulin,

kelebihan protein dalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan di

jaringan. Dengan tidak adanya insulin, semua aspek metabolisme lemak

akan meningkat pesat (Lestari, Zulkarnain, and Sijid 2021).

b. Diabetes Melitus Tipe II

Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM),

sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan

diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga

berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak


12

mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat

normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas

yang berkurang terhadap insulin. Sebagian 10 besar pasien DM tipe II

memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik,

asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu

sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi

meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya

akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak.

Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan

pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi

insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting,

namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.

5. Manifestasi klinis

a. Poliuria (sering buang air kecil)

Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari

(poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal

(>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna

menurunkan konsentrasi urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air

sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine dalam jumlah besar

dapat dikeluarkan dan sering buang air kecil. Dalam keadaan normal,

keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM yang tidak

terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini. Sering merasa
13

haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin (poliploidi) (Lestari,

Zulkarnain, and Sijid 2021).

b. Polifagia (cepat merasa lapar)

Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin

menjadi bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke

dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang.

Ini adalah penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga. Selain itu,

sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir bahwa kurang

energi itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha

meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.

c. Polidipsi (Cepat merasa haus)

Banyak buang air kecil memnyebabkan tubuh kekurangan cairan

(dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus mengakibatkan peningkatan

rasa haus.

d. Berat badan menurun

Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula

karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan

protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam

sistem pembuangan urine, penderita DM yang tidak terkendali bisa

kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per 24 jam (setara

dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh).


14

Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang

umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-

gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai

gatal di daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis

terasa sakit (balanitis) (Simatupang, 2017) (Lestari, Zulkarnain, and Sijid

2021).

6. Komplikasi

Diabetes mellitus memiliki dua jenis komplikasi. Yang pertama adalah

komplikasi akut, yang memerlukan pengobatan segera, dan yang kedua adalah

kronis, yang muncul setelah 5-10 tahun atau lebih.

Diabetic Ketoacidosis (DKA), hiperglikemia, dan koma nonketosis

hiperosmolar adalah komplikasi akut. Komplikasi kronis termasuk komplikasi

mikrovaskuler (di mana pembuluh darah rambut kaku atau menyempit

sehingga organ kekurangan darah) dan komplikasi makrovaskuler (di mana

pembuluh darah arteri yang lebih besar terkena aterosklerosis) (Ariyanti et al.

2019).

7. Penatalaksanaan

Dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler dan neuropatik,

tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah. Pengendalian kadar gula darah diperlukan untuk

mencegah komplikasi yang lebih lanjut.


15

Pengendalian kadar gula darah pasien diabetes melitus terdiri dari

empat pilar, di antaranya adalah :

a. Edukasi

Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan yang diberikan

kepada pasien diabetes bertujuan untuk meningkatkan perilaku pasien dan

meningkatkan pemahaman mereka tentang penyakitnya, yang diperlukan

untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat dan menyesuaikan kondisi

psikologis mereka. Sasaran penyuluhan adalah pasien diabetes dan

anggota keluarganya, yaitu mereka yang berinteraksi dengan pasien setiap

hari di rumah dan di tempat lain. Pendidikan dasar tentang diabetes harus

mencakup pengetahuan tentang cara mencegah diabetes, seperti:

1. Perawatan kaki

2. Perawatan mata

3. Higiene umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)

4. Penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar

lemak darah, menormalkan kadar glukosa darah).

b. Olahraga (Aktifitas fisik)

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetik karena efeknya

dapat menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa

darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan otot juga diperbaiki

dengan berolahraga.
16

Jenis olahraga yang dapat dilakukan adalah olahraga yang dapat

memperbaiki kesegaran jasmani. Oleh karena itu, harus dipilih jenis

olahraga yang memperbaiki semua komponen kesegaran jasmani yaitu

yang memenuhi ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh, keseimbangan,

ketangkasan, tenaga dan kecepatan. Jenis olah raga yang sesaui dengan

penderita Diabetes Melitus yaitu jogging, senam aerobic, bersepeda,

berenang, jalan santai, senam SKJ, dll.

c. Diet

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes

Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:

1. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya, vitamin,

mineral)

2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

3. Memenuhi kebutuhan energi

4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-

cara yang aman dan praktis

5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.

Diet DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan

kandungan kalorinya.

a) Diit DM I : 1100 kalori


17

b) Diit DM II : 1300 kalori

c) Diit DM III : 1500 kalori

d) Diit DM IV : 1700 kalori

e) Diit DM V : 1900 kalori

f) Diit DM VI : 2100 kalori

g) Diit DM VII : 2300 kalori

h) Diit DM VIII : 2500 kalori

Keterangan :

a) Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

b) Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan

normal

c) Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes

remaja, atau diabetes komplikasi.

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti

pedoman 3 J yaitu:

a) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi

atau ditambah

b) J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

c) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan

oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan


18

menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan

normal) dengan rumus:

BBR = < BB (Kg) / TB (cm) – 100>X 100 %

Kurus (underweight) : BBR < 90 %

Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %

Gemuk (overweight) : BBR > 110 %

Obesitas, apabila : BBR > 120 %

Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %

Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %

Obesitas berat : BBR 140 – 200 %

Morbid : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk

penderita DM yang bekerja biasa adalah:

Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari

Normal : BB X 30 kalori sehari

Gemuk : BB X 20 kalori sehari

Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

d. Kepatuhan Pengobatan

Pengobatan yang digunakan oleh pasien Diabetes Melitus adalah obat

hiperglikemik oral dan insulin.


19

a. Obat Hiperglikemik Oral (OHO)

Tabel 2.1 tabel Obat Hiperglikemik Oral

No Golongan Nama Nama Dosis

Generik Dagang

1. Sulfonilurea Klorpropamid Diabenese 250-500 mg

Glibenklamid Daonil 2,5-15 mg

Gliquidone Glurenorm 30-120 mg

Glikazid Diamicron 20-320 mg

Glipizid Minidiab 2,5-20 mg

Glimepirid Amaryl 1-8 mg

2. Biguanida Metformin Diabex, 0,5-3 mg

glucophage

3. Inhibitor Acarbose Glucobay 50-600 mg

AlfaGlukosidase

4. Meglitinida Nateglinedes Starlix 180-540 mg

Repaglinedes Novonorm 0,5-16 mg

5. Tiazolidinedion Pioglitazone Actos 15-30 mg

Inhibitorb DPP- Sitagliptin Januvia 100 mg

4 Vildagliptin Galvus 50-100 mg

Saxagliptin Onglyza 2,5-5 mg

Linagliptin Tradjenta 5 mg

b. Tinjauan tentang terapi insulin


20

Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin mungkin diperlukan

seabgai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa

darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil

mengontrolnya.

1. Terapi Insulin pada DM Tipe I

Pada pasien DMT1, terapi insulin mulai diberikan pada

saat diagnosis ditegakkan. Jumlah insulin yang diberikan

disesuaikan dengan aktivitas fisis, pola makan, dan berat

badan yang sesuai dengan proses tumbuh kembang. Prinsip

terapi insulin pada DMT1 sesuai dengan Konsensus Nasional

Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 1 yang dikeluarkan oleh

UKK Endokrinologi Anak & Remaja Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI 2015), adalah sebagai berikut:

a) Regimen insulin sangat bersifat individual.

b) Pemilihan regimen harus memperhatikan faktor umur,

lama menyandang DMT1, gaya hidup (pola makan,

kegiatan fisik, sekolah, dll.), sasaran kendali glikemik, dan

kebiasaan individu/keluarga.

c) Kecil kemungkinannya untuk mencapai normoglikemia

pada anak dan remaja dengan pemberian insulin 1

kali/hari.
21

d) Insulin tidak boleh dihentikan meskipun pada keadaan

sakit.

e) Konsep basal-bolus memiliki kemungkinan terbaik

menyerupai sekresi insulin fisiologis.

2. Terapi insulin Pada DM Tipe II

Menurut (Martyn 2006), untuk mengendalikan

hiperglikemia, pasien DMT2 tidak selalu membutuhkan

insulin eksogen. Kebutuhan akan insulin eksogen pada DMT2

dipengaruhi oleh derajat kendali glikemik, progresivitas

penyakit, dan kepatuhan. pasien dalam melaksanakan prinsip

pengelolaan DM (perbaikan pola hidup dan konsumsi obat).

Memulai terapi insulin pada DMT2 dilakukan sesuai

algoritma yang telah disusun dalam Konsensus

Penatalaksanaan Diabetes. Dalam pemilihan. alternatif

pengobatan, hendaknya dilakukan pendekatan individualisasi :

a. Gunakan insulin dini pada keadaan hiperkatabolisme

(penurunan berat badan) disertai:

1. Gejala hiperglikemia (polidipsia, polifagia, poliuria)

atau,

2. Kadar HbA1c 9% atau,

3. GDS 250 mg/dL.


22

b. Terapi insulin pada DMT2 dengan beberapa regimen dan

tipe insulin:

1. Gunakan NPH satu atau dua kali sehari tergantung

kebutuhan.

2. Pertimbangkan pemberian kombinasi NPH dan

insulin kerja pendek (terutama jika HbA1c >7%)

secara kombinasi terpisah atau sebagai sediaan

Human Insulin premixed.

c. Pertimbangkan insulin basal analog jika:

1. Pasien menginginkan satu kali suntikan perhari atau,

2. Pasien sering mengalami episode hipoglikemia atau,

3. Pasien lebih suka menyuntik insulin segera sebelum

makan atau glukosa darah. meningkat drastis setelah

makan.

d. Monitoring glukosa darah.

B. Tinjauan Tentang Kepatuhan

1. Pengertian

Menurut Lawrence Green dalam (Notoadmojo, 2003), mengatakan

bahwa kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku yang tidak mentaati

peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. Perilaku kesehatan merupakan

perilaku kepatuhan.
23

Kepatuhan pengobatan yang rendah pada pasien diabetes melitus dapat

meningkatkan biaya perawatan, risiko komplikasi, dan risiko rawat inap.

Kepatuhan minum obat sangat penting untuk mencapai tujuan pengobatan dan

efektif untuk mencegah komplikasi pada penyakit diabetes melitus terutama

bagi pasien yang harus mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama,

bahkan seumur hidup (Diantari and Sutarga 2019).

Menurut data WHO (2013), tingkat kepatuhan pengobatan pada

penderita Diabetes Melitus dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya;

karakteristik pengobatan dan penyakit (kompleksitas terapi, durasi penyakit

dan pemberian perawatan), faktor intrapersonal (umur, gender, rasa percaya

diri, stres, depresi dan penggunaan alkohol), faktor interpersonal (kualitas

hubungan pasien dengan penyedia layanan kesehatan dan dukungan sosial)

dan faktor lingkungan (situasi berisiko tinggi dan sistem lingkungan).

2. Konsep Perubahan Perilaku

Konsep Perubahan Perilaku Pada garis besarnya perilaku manusia

dapat dilihat dari 3 aspek yakni aspek fisik, psikis dan sosial, akan tetapi dari

tiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis tegas dalam mempengaruhi

perilaku manusia. Beberapa teori untuk nmengungkapkan determinasi

perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain:

a. Teori Lawrence Green menganalisa perilaku manusia dipengaruhi oleh

dua faktor pokok, yakni perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar
24

perilaku (Nonbehaviour cause) sedangkan perilaku itu sendiri ditentukan

atau terbentuk dari tiga faktor dibawah ini:

1. Faktor Predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai.

2. Faktor Pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya

atau tidak sarana dan prasarana.

3. Faktor Pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan lainnya yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat.

b. Teori WHO

Tim kerja manganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku tertentu adalah karena alasan pokok antara lain:

1. Pengetahuan

2. Kepercayaan

3. Sikap

4. Orang penting sebagai referensi

5. Sumber-sumber daya atau resources

3. Faktor-faktor Yang Mendukung Kepatuhan

Dalam hal kepatuhan, segala sesuatu yang dapat berdampak positif

dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita sehingga mereka menjadi

kurang patuh atau tidak patuh (Carpenito L.J, 2000). Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya :


25

a. Pemahaman tentang instruksi

b. Tingkat pendidikan

c. Kesakitan dan pengobatan

d. Dukungan keluarga

e. Tingkat ekonomi

f. Dukungan social

g. Dukungan profesi kesehatan

Tabel 2.2 Penilaian Kuesioner Morisky Medication Adherence Scale

Jawaban
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya pernah lupa meminum obat () 1

2. Selama dua minggu terakhir, Saya pernah lupa meminum () 1


obat
3. Saya pernah mengurangi atau menghentikan penggunaan () 1
obat tanpa memberitahu dokter karena merasa kondisi
lebih buruk
4. Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah, Saya () 1
terkadang lupa membawa obat
5. Saya kemarin meminum semua obat 1 ()

6. Saat merasa keadaan membaik, Saya terkadang memilih () 1


untuk berhenti meminum obat
7. Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus meminum () 1
obat setiap hari. Saya pernah merasa terganggu dengan
keadaan seperti itu
8. Seberapa sering Anda lupa meminum semua obat? A=4 Skor
A. Tidak pernah / jarang B=3 dibagi
B. Sekali-sekali C=2
dengan
C. Terkadang D=1
D. Biasanya E=0 4
26

E. Setiap saat
Skor :

Kepatuhan Tinggi : Bila Skor 8

Kepatuhan Sedang : Bila Skor 6 - <8

Kepatuhan Rendah : Bila Skor < 6

Sumber:

Morisky, D.E., Ang, A., Krousel-Wood, M., dan Ward, H., 2008. Predictive

Validity of a Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting. Journal of

Clinical Hypertension, 5: 348–354.

C. Tinjauan Tentang Media

1. Pengertian Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan atau promosi kesehatan atau biasanya dikenal

dengan Health Education adalah suatu sarana atau upaya untuk menampilkan

pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh 26 komunikator, baik itu

melalui medias cetak, elektronik, dan media luar ruangan. Sehingga sasaran

dapat meningkatkan pengertahuan yang akhirnya diharapkan dapat mkerubah

perilakunya ke arah yang lebih positif terhadap kesehatan.

2. Aplikasi Google Calendar

Google Calendar adalah aplikasi untuk pengelolaan jadwal yang

disediakan oleh Google untuk membantu dalam mengelola jadwal dan juga

merencanakan kegiatan yang akan datang pada kalender sehingga kegiatan

tersebut dapat tercatat dan dibagikan ke orang-orang. Google Calendar sendiri


27

memiliki fitur dalam mengelola jadwal seperti membuat jadwal yang bisa

ditentukan mulai dari jam dan tanggal dari jadwal yang telah direncanakan

dan bisa di bagikan kepada orang-orang yang ada pada jadwal tersebut

(Pratama Putra and Andri Setiawan n.d.).

Google calendar merupakan salah satu layanan aplikasi google. Selain

calendar google memiliki berbagai layanan aplikasi, seperti google maps yang

berisi peta dan penunjuk jalan, google keep sebagai aplikasi catatan daring,

gmail untuk mengirim pesan elektronik, dan masih banyak lagi lainnya yang

dapat kita lihat pada laman produk google (Google, 2018).

3. Manfaat Google Calendar

Google calendar adalah salah satu fitur dari gmail yang memiliki

fungsi seperti alarm pengingat. Dapat diatur tahun, bulan, hari, dan jam,

sehingga memudahkan bagi penderita untuk mengatur pengobatan. Dengan

adanya google calendar, penderita dapat menerima stimulus berupa alarm

pengingat yang artinya ada objek yang dapat diterima oleh penderita. Dari

objek inilah, penderita dapat mengetahui objek yang kemudian dapat

diaplikasikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Sehingga diharapkan

rutinitas pengobatan insulin yang awalnya belum rutin digunakan, dapat

terjadi peningkatan.
28

4. Cara Penggunaan Google Calendar


1. Buka aplikasi play store yang ada 3. Instal Aplikasi
handphone.

4. Masuk ke dalam aplikasi


2. Ketikkan pada kotak dilaog google
Masuk ke calendar
dalam aplikasi play store
“google calendar’’
29

5. Setelah masuk ke aplikasi 7. Akan muncul seperti gambar


google galendar, klik tambah di bawah ini, kemudian klik
acara

8.6. akan munculseperti


Akan muncul kotak dialog
gambar 8. Tampilan akan berubah
acara, kemudian isi sesuai seperti ini, dan alarm
di bawah ini, kemudian klik acara
permintaan mulai dari judul, akan berbunyi sesuai
hari, tanggal, jam dan warna jamnya
default
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Ranvaangan Studi Kasus

Penelitian Studi Kasus ini dilakukan dengan cara deskritif untuk

menjelaskan Bagaimana Penerapan Google Calendar Sebagai Media Edukasi

Pemberian Injeksi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja

Puskesmas Telaga.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek Studi Kasus ini melibatkan 3 orang pasien yang menderita

Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Telaga. Adapun kriteria

inklusinya yaitu:

1. Bersedia menjadi responden

2. Klien berusia 35-45 tahun

3. Tidak memiliki komplikasi gangrene

4. Responden yang memiliki handphone android dan dapat

mengoperasikannya.

5. Tidak memiliki hambatan dalam penerimaan informasi dan komunikasi.

C. Penerapan Studi Kasus

Aplikasi Google Calendar Sebagai Media Edukasi Terhadap

Kepatuhan Pemberian Injeksi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus Di

Wilayah Kerja Puskesmas Telaga.

30
31

D. Definisi Operasional

1. Pasien Diabetes Melitus dalam studi kasus ini adalah pasien yang

menderita penyakit DM yang di tandai dengan kadar glukosa darah yang

tinggi yang diberikan terapi insulin untuk menjaga kestabilan glukosanya

2. Ketidakpatuhan pengobatan dalam studi kasus ini adalah pasien yang tidak

patuh terhadap pengobatan diabetes mellitus, terutama pada terapi insulin

yang dimana sangat penting untuk menjaga kestabilan glukosa darahnya.

3. Google Calendar dalam studi kasus ini adalah aplikasi pengelolaan jadwal

yang dibuat oleh Google membantu pasien mengelola jadwal terapi

insulinnya berfungsi sebagai alarm pengingat pengobatan dan

merencanakan dan membagikan kegiatan yang tertuju pada 4 pilar

pengendalian kadar gula darah.

E. Tempat Dan Waktu

Studi Kasus ini akan dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2024

berlokasi di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga.

F. Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, digunakan kuisioner MMAS-8 (Morisky

Medication Adherence Scale), yang terdiri dari 8 pertanyaan, untuk menilai

kepatuhan pasien Diabetes Melitus terhadap minum obat. Di mana peneliti

telah modifikasi survei ini menjadi delapan pertanyaan yang berkaitan dengan

kepatuhan terhadap pemberian injeksi insulin. Ada tujuh pertanyaan skala

dikotomi dan satu pertanyaan skala likert yang akan diberikan kepada setiap
32

pertanyaan. Tiga kategori kepatuhan dapat dihasilkan dari perhitungan skor.

Skor sama dengan 8 menunjukkan kepatuhan tinggi, skor antara 6 dan 8

menunjukkan kepatuhan sedang, dan skor di bawah 6 menunjukkan kepatuhan

rendah.

G. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, data akan disajikan melalui table yang memuat

skor tingkat kepatuhan pemberian injeksi insulin pada pasien Diabetes Melitus

Sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa edukasi kesehatan

menggunakan media Aplikasi Google Calendar.

H. Etika Studi Kasus

Peneliti mengurus perijinan dan mendapatkan izin dari pihak yang

diteliti sebelum penelitian dilakukan. Dengan mempertimbangkan etika

penelitian, survei diberikan kepada responden, termasuk:

1. Inform Consent

Surat persetujuan penelitian diberikan kepada responden untuk

mengetahui maksud, tujuan, dan subjek penelitian. Mereka harus

menandatanganinya. Jika responden menolak untuk diteliti, peneliti akan

menghormati haknya.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama atau alamat mereka, serta data lain yang dapat menyinggung

mereka. Sebaliknya, peneliti hanya menggunakan inisial dalam tulisannya.


33

3. Confidentialy

Setelah pengumpulan data, identitas responden dirahasiakan karena

hasil penelitian hanya akan disampaikan kepada kelompok data tertentu,

yaitu Puskesmas dan Institusi.

4. Beneficience dan non-malefience

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat kepada

pasien Diabetes Melitus. Manfaat yang diperoleh responden termasuk

kemampuan mereka untuk menjalankan pengobatan mereka setiap hari

secara terkontrol dengan menggunakan aplikasi Google Calendar, yang

membantu mengurangi komplikasi yang terkait dengan kondisi mereka.

5. Justice

Pada penelitian ini, prinsip adil diterapkan sejak pengumpulan data,

pemilihan responden, dan pemberian perilaku. Peneliti membuat aplikasi

dan memberikan arahan kepada responden dengan cara yang sama seperti

yang mereka lakukan pada penelitian sebelumnya.

I. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dapat dilakukan oleh penderita Diabetes yang memiliki

handphone android

2. Pemahaman responden yang cukup lama terkait dalam pembuatan dan

penggunaan Google calendar.


DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Maelina, Hapipah, Heri Bahtiar, and Risma Ayu. 2019. “Pengaruh Senam

Kaki Diabetes Dengan Bola Plastik Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.” Journal Center of Research Publication in

Midwifery and Nursing 3(2): 1–5.

Arulampalam Kunaraj, P.Chelvanathan, Ahmad AA Bakar, Iskandar Yahya. 2023.

“Pengetahuan Dan Kepatuhan Minum Obat Antidiabetik Pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe Ii.” Journal of Engineering Research 6: 1129–38.

Bermeo-Cabrera, Janneth et al. 2018. “Insulin Adherence in Type 2 Diabetes in

Mexico: Behaviors and Barriers.” Journal of Diabetes Research 2018.

Diantari, Ida Ayu Putu Mita, and I Made Sutarga. 2019. “Kepatuhan Minum Obat

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan Ii

Tahun 2019.” Archive of Community Health 6(2): 40.

Fenny Evira, M. R. A. (2021). 2021. “Fenny Evira, M. R. A. (2021). Tingkat

Kepatuhan Pasien Diabetes Di Klinik Ide Indramayu. 2(9), 6.” Paper Knowledge

. Toward a Media History of Documents 3(2): 6.

IDAI. 2015. Konsesus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 1.

http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2016/06/Konsensus Endokrin DM tipe

1 (2015).pdf.

Lestari, Zulkarnain, and ST Aisyah Sijid. 2021. “Diabetes Melitus: Review Etiologi,

Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan Dan Cara

31
Pencegahan.” UIN Alauddin Makassar (November): 237–41. http://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/psb.

Lukito, Johan Indra. 2020. “Tinjauan Atas Terapi Insulin.” Cermin Dunia Kedokteran

47(9): 525.

Martyn, Annette. 2006. “Type 2 Diabetes in Adults.” Nursing standard (Royal

College of Nursing (Great Britain) : 1987) 20(30): 67.

Pratama Putra, Kevin, and Mukhammad Andri Setiawan. “BookMe : Sistem

Informasi Penjadwalan Terintegrasi Google Calendar Dan Zoom.”

Rasyid, Willady, Busjra M Nur, Diana Irawati, and Fitrian Rayasari. 2019.

“Efektivitas Waktu Injeksi Insulin Terhadap Kadar Glukosa Darah 2 Jam

Setelah Makan Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.” Jurnal Keperawatan

Silampari 2(2): 39–52.

Ruggeri, Sunny Y., Amanda Emerson, and Cynthia L. Russell. 2023. “A Concept

Analysis of Routines for Improving Health Behaviors.” International Journal of

Nursing Sciences 10(3): 277–87. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2023.06.004.

Trisnawati, Shara Kurnia, and Soedijono Setyorogo. 2013. “Faktor Risiko Kejadian

Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat

Tahun 2012.” Jurnal Ilmiah Kesehatan 5(1): 6–11.

Morisky, D.E., Ang, A., Krousel-Wood, M., dan Ward, H., 2008. Predictive Validity

of a Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting. Journal of Clinical

Hypertension, 5: 348–354.

32
32

Lampiran 1

Modifikasi Penilaian Kuesioner Morisky Medication Adherence Scale

Jawaban
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya pernah lupa meyuntik insulin () 1

2. Selama dua minggu terakhir, Saya pernah lupa menyuntik () 1


insulin
3. Saya pernah mengurangi atau menghentikan penggunaan () 1
insulin tanpa memberitahu dokter karena merasa kondisi
lebih buruk
4. Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah, Saya () 1
terkadang lupa suntik insulin
5. Saya kemarin 2 jam sebelum makan menyuntik insulin 1 ()

6. Saat merasa keadaan membaik, Saya terkadang memilih () 1


untuk berhenti menyuntik insulin
7. Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus menyuntik () 1
insulin setiap hari. Saya pernah merasa terganggu dengan
keadaan seperti itu
8. Seberapa sering Anda lupa menyuntik insulit? A=4 Skor
A. Tidak pernah / jarang B=3 dibagi
B. Sekali-sekali C=2
dengan
C. Terkadang D=1
D. Biasanya E=0 4
E. Setiap saat
Skor :

Kepatuhan Tinggi : Bila Skor 8

Kepatuhan Sedang : Bila Skor 6 - <8

Kepatuhan Rendah : Bila Skor < 6


33

Lampiran 2

Cara Penggunaan Google Calendar

1. Buka aplikasi play store yang ada 3. Instal Aplikasi


handphone.

4. Masuk ke dalam aplikasi


2. Ketikkan pada kotak dilaog google
Masukcalendar
ke dalam aplikasi
play store “google calendar’’
34

5. Setelah masuk ke aplikasi 6. Akan muncul seperti gambar


google galendar, klik tambah di bawah ini, kemudian klik
acara

7. Akan
6. akan muncul
munculseperti
kotakgambar
dialog 8. Tampilan akan berubah
acara, kemudian isi sesuai seperti ini, dan alarm akan
di bawah ini, kemudian klik ac
permintaan mulai dari judul, berbunyi sesuai jamnya
hari, tanggal, jam dan warna
default
35

9. Ditambahkan sesuai jadwal 10. Dan masukan jadwal olahraga pasien


Pengobatan pasien dan alarm akan berbunyi sesuai jam
36

Lampiran 3

CARA MENGUBAH DEFAULT WARNA UNTUK MENANDAKAN


SUDAH/BELUM INJEKSI INSULIN DI GOOGLE CALENDAR

1. Buka aplikasi google calendar 3. Pilih gambar edit

2. Setelah selesai injeksi insulin, 4. Pilih warna


pilih tanggal untuk hari ini
37

5. ganti warna yang semula 6. tampilan akan berubah menjadi


merah menjadi hijau seperti ini, menandakan selesai

Anda mungkin juga menyukai