ABSTRAK
Latar belakang: Analgetik antipiretik adalah suatu senyawa yang dapat menghilangkan rasa sakit
serta dapat menurunkan demam. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai analgetik antipiretik daun
karamunting (Rhodomytrus tomentosa (Aiton) Hassk). daun karamunting terbukti mengandung
flavonoid yang dapat berefek sebagai analgetik. Selain itu flavonoid mampu menghambat
prostaglandin sehingga mempunyai efek antipiretik. Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui efek analgetik antipiretik ekstrak etanol daun karamunting dan dosis efektifnya. Metode:
penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pretest postes control group
desing, pengujian analgetik dan antipiretik ini menggunakan 24 ekor tikus jantan galur wistar dibagi 6
kelompok, I (kontrol normal) aquades, II (kontrol negatif) Na CMC 0,5%, III (kontrol positif)
paracetamol 45 mg/kgBB tikus, serta IV, V, dan VI suspensi ekstrak etanol daun karamunting 100,
200 dan 400 mg/kgBB tikus. Hasil: hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol daun
karamunting dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb dapat meningkatkan respon tikus terhadap stimulasi
nyeri dan menurunkan suhu demam tikus yang divaksin DPT. Dosis efektif ekstrak etanol daun
karamunting sebagai analgetik sebesar 200 mg/kgBB tikus untuk antipiretik sebesar 400 mg tidak
berbeda nyata dengan pemberian paracetamol 45mg/kg bb. Data yang diperoleh dianalisis statistik
menggunakan SPSS release 23. Kesimpulan: berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol daun karamunting dapat digunakan sebagai analgetik dengan dosis efektif 200 mg/kg bb
dan antipiretik 400mg/kg bb.
distribusi data. Jika distribusi data yang menunjukan adanya senyawa flavonoid
didapatkan normal dan varians homogen, dengan terbentuknya endapan warna
maka teknik analisis data yang digunakan kuning
adalah one way anova Jika terdapat Metode Uji Analgetik
perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan Metode uji analgetik yang
dengan uji post hoc. Derajat kemaknaan digunakan dalam penelitian ini adalah
yang digunakan adalah α = 0,05. dan metode jentik ekor. Induksi untuk
dilajuntkan dengan uji tukey. Jika data tidak menimbulkan rasa nyeri yaitu
terdistribusi normal maka uji dilanjut kan rangsangan fisis berupa panas yang
dengan uji non parametrik dengan metode berasal dari air dalam penangasan air
uji man withney. yang sudah diatur suhunya, yaitu 60-70
o
C. Sebelum
HASIL PENELITIAN Percobaan tikus dipuasakan terlebih
Karakteristik Simplisia dahulu selama 18 jam tetapi air minum
Hasil pemeriksaan susut pengeringan,
tetap diberikan, langkah awal dilakukan
kadar abu total dan dan kadar abu tidak larut
terlebih dahulu untuk melihat respon
asam Berdasarkan hasil pemeriksaan, serbuk
hewan uji terhadap rangsangan nyeri,
simplisia daun karamunting mempunyai
Yaitu dengan cara mencelupkan ekor
susut pengeringan sebesar 0,453 %,
hewan uji kedalam penangas air, dan
Penetapan kadar abu total serbuk simplisia
dicatat waktu yang diperlukan tikus.
sebesar 0,124 % dan kadar abu tidak larut
Sebelum di uji ANOVA, dilakukan
asam serbuk simplisia sebesar 0,91%.
uji normalitas terlebih dahulu untuk
Skrinig Fitokimia
melihat apakah data tersebut terdistribusi
Pada penelitian menentukan kadar
normal atau tidak, dapat dilihat pada tabel
flavonoid menggunakan spektrovotometri
1 sebagai berikut.
UV-vis. dari hasil daun karamunting
(Rhodomytrus tomentosa (ait) hassk) positif
mengandung senyawa flavonoid yang
merupakan senyawa yang diukur kadarnya
sebagai senyawa yang berpotensi sebagai
analgetik antipiretik. Pada konsentrasi 1000
ppm didapat kadarnya sebesar 1,03 %. dan
hasil skrinig fitokimia mikriskopis
Tabel 1.
Hasil Analisa data Uji Normalitas
Iteam Shapiro-Wilk
Sig
Kelompok Sebelum Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
perlakuan perlakuan 10 20 30 60 90 120 150
EEDK
100 mg/kg .985 .857 .743 .526 .428 .622 .390 .317
bb
EEDK
200 mg/kg .256 .973 .955 .457 .739 .837 .422 .688
bb
EEDK
400 mg/kg .065 .926 .689 .790 140 .280 .138 .429
bb
Dari hasil tabel 1. dapat melihat perlakuan ditunjukan dari nilai p<0,05
adanya perbedaan rata-rata untuk setiap yaitu sebesar 0,000. dengan demikian,
kelompok perlakuan maka dilakukan uji ada efek analgetik dari ekstrak etanol
statistik dengan analisis one way ANOVA. daun karamunting pada tikus, dan
Sebelum di uji anova, dilakukan uji dilanjutkan analisis one way ANOVA.
normalitas terlebih dahulu untuk melihat Untuk menjentikan ekornya keluar
apakah data tersebut terdistribusi normal dari penangas air yang selanjutnya
atau tidak. disebut sebagai data respon waktu
hasil uji normalitas diketahui terdapat terhadap stimulus nyeri. Dapat dilihat
perbedaan yang bermakna jumlah pada tabel 2.
rangsangan nyeri diantara kelompok
Tabel 2.
Data Responden Waktu Terhadap Stimulus Nyeri Dan Setelah Perlakuan Na CMC 0,5%,
Paracetamol Dan Ekstrak Etanol Daun Karamunting
Kelompok Respon Waktu Terhadap Stimulus Nyeri
uji P awal Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
10 20 30 60 90 120 150
Kontrol - - - - - - - -
normal 0,043 b 0,881 0,026 b 0,163 0,749 0,228 0,303 0,383
0,013 c 0,035 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c
Tabel 3.
Hasil Analisa Data Uji Normalitas Antipiretik
Iteam Shapiro-Wilk
sig
Kelompok Suhu Suhu Menit Menit Menit Menit Menit
perlakuan Awal Demam 30 60 Menit 120 150 180
90
Normal
.163 .850 .783 .123 .263 .487 .001 .574
CMC
.995 .714 .577 .488 .911 .900 .683 .230
Positif
.171 .405 .689 .329 .103 .650 .650 .972
EEDK
100 mg/kg bb .850 .971 .241 .406 .103 .041 .691 .971
EEDK
200 mg/kg bb .250 .369 .734 .577 .220 .034 .279 .850
EEDK
200 mg/kg bb .405 .556 .369 .408 .850 .659 .577 .224
Dari tabel 3. hasil uji normalitas Kalo data tidak terdistribusi normal
menunjukan bahwa data kelompok uji maka digunakan analisis non parametric
memiliki nilai yang tidak signifikan pada tests Kemudian dilanjutkan pada uji
kelompok normal pada menit ke 150, EEDK man whitne U untuk melihat signifikan
100 mg/kg bb pada menit ke 120 dan EEDK nilai rata-rata antara setiap kelompok
200 mg/kg bb pada menit ke 120 tidak perlakuan yang mengalami perbedaan
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa data secara statistik. Untuk melihat rata-rata
tidak tersebut terdistribusi normal (p>0,05). suhu demam dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Data responden suhu rektal (oC) tikus sebelum perlakuan, saat Demam dan setelah perlakuan
normal, CMC 0,5%, paracetamol dan ekstrak etanol daun karamunting.
positif ini menunjukan perbedaan yang 400 mg/kgBB tikus. Berdasarkan hal
tidak signifikan pada menit ke 90-150. ini ekstrak etanol daun karamunting
hal ini menunjukan ekstrak etanol daun terbukti mempunyai efek analgetik
karamunting dosis 200 mg/kgBB dan dengan dosis efektif sebesar 200
paracetamol menunjukan efek yang sama mg/kgBB tikus.
yaitu memilik efek sebagai analgetik pada berdasarkan metode yang
menit ke-90. digunakan dalam penelitian ini, ekstrak
Pada EEDK dosis 400 mg/kgBB , etanol daun karamunting 200mg/kgBB
perbedaan EEDK dosis 400 mg/kg bb memiliki efek analgetik yang mendekati
dengan kelompok normal pada jentik dengan paracetamol 45 mg/kgBB pada
normal dari menit ke10 menunjukan menit ke 90.
perbedaan yang tidak signifikan, tetapi di Hasil yang didapat sebanding
menit 20-150 memiliki perbedaan yang dengan hasil penelitian uji aktivitas
signifikan (p<0,05) . Dan pada perbedaan analgetik-antipiretik ekstrak etanol
EEDK dosis 400 mg dengan kelompok Na alfalfa (medicago sativa) pada tikus
CMC p(b) pada menit 10-60 tidak putih jantan galur wistar (Wulan,
memiliki perbedaan yang signifikan Rininigsih dan Puspitanigrum, 2015).
(p>0,05), dan pada menit ke 90-150 penelitian ini memperkuat bukti
memiliki perbedaan yang signifikan dengan penelitian sebelumnya bahwa senyawa
kelompok na CMC hal ini menunjukan yang berkhasiat sebagai
EEDk 400 mg mengalami peningkatan analgetik-antipiretik adalah flavonoid.
respon nyeri karna pada menit ke 90, 120 Kandungan Ekstrak etanol daun
dan 150 sudah berbeda signifikan dengan karamunting yang berkhasiat sebagai
na CMC., Dan EEDK 400 mg dengan analgetik adalah kandungan flavonoid
kontrol positif tidak berbeda signifikan nya, dimana flavonoid berarti memiliki
pada menit ke 90,120 dan 150, hal ini mekanisme kerja yang sama dengan
menunjukan ekstrak dosis 400 mg memilik kelompok kontrol paracetamol yaitu
peningkatan efek sebagai analgetik mulai mekanismenya menghambat penerusan
dari menit ke 90. mediator nyeri, atau berkhasiat
kelompok perlakuan yang analgetik menghambat sikloosigenase
memberikan waktu perangsangan stimulus yang merupakan enzim yang bertangung
nyeri yang tidak berbeda signifikan (p>0,05) jawab dalam pembentukan seperti
dengan paracetaamol adalah pemberian prostaglandin dan tromboksan sehingga
ekstrak daun karamunting dosis 200 dan mempunyai efek analgetik.
menunjukan perbedaan yang tidak berbeda dipteriae dan bordetalla pertusis yang
signifikan (p>0,05) hal ini menunjukan telah diinaktifkan sehingga mekanisme
EEDK dengan kontrol positif memiliki efek kerjanya merangsang tubuh membentuk
yang sama dapat menurunkan suhu antibody terhadap penyakit dipeptri,
tubuhyang berarti memiliki mekanisme tetanius dan pertusif, perlakuan sebanyak
kerja yang hampir sama ini berarti 0,5 ml pada tikus dan marmut secara
flavonoid dapat bekerjaa dengan intramuscular dapat meningkatkan suhu
menghambat penerusan mediator nyeri, tubuh sampai 38oC setelah 30-60
atau berkhasiat analgetik menghambat menit penyuntikan. Pada penelitian kali
sikloosigenase yang merupakan enzim yang ini suhu setelah penyuntikan vaksin DPT
bertangung jawab dalam pembentukan tidak sampai mencapai 38oC . hal ini
seperti prostaglandin dan tromboksan mungkin disebabkan karena dosis yang
sehingga mempunyai efek analgetik digunakan hanya 0,2 mL. Namun hewan
antipiretik. uji dalam penelitian ini sudah bisa
Penurunan suhu setelah pemberian dikatakan demam, karena menurut
perlakuan pada masing-masing tikus tidak pendapat john et al dalam suladmirah
sama meskipun dalam satu kelompok (2012) mengatakan bahwa suhu demam
perlakuan. Menurut Putra (2015) tubuh tikus yaitu 37,4oC. Sebelumnya
penurunan yang berfariasi ini disebabkan suhu awal tikus diukur menggunakan
oleh banyak faktor yang mempengaruhi termometer digital.
seperti hormon, lingkungan seperti Ekstrak etanol daun karamunting
makanan dan diet, kondisi lambung, dan yang berkhasiat sebagai analgetik adalah
dapat pula disebabkan oleh faktor fisiologis kandungan flavonoid nya, dimana pada
seperti stres dan kelelahan yang dialami penelitian ini menunjukan EEDK dosis
akibat pengukuran berulang pada rektum 400 mg/kgBB menunjukan perbedaan
tikus. Selain itu juga dapat disebabkan yang tidak signifikan dengan kelompok
faktor patologis yaitu faktor penyulit yang paracetamol berarti memiliki mekanisme
dapat meningkatkan efek obat , misalnya kerja yang hampir sama ini berarti
absorbsi yang berlebihan, kemudahan flavonoid dapat bekerjaa dengan
difusi, keadaan hati dan keadaan ginjal. menghambat penerusan mediator nyeri,
uji antipiretik mengunakan induksi atau berkhasiat analgetik menghambat
vaksin DPT (Difteri pertusis tetanus) sikloosigenase yang merupakan enzim
vaksin DPT mengandung bakteri yang bertangung jawab dalam
clostridium tetani, corynebacterium pembentukan seperti prostaglandin dan
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini ,Wenny. 2010. Efek Anti-inflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji pada Tikus
Putih Jantan galur wistar. Surakarta: skripsi, fakultas farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
El-radhi A.S., Carroll J., Klein N. and Abbas A., 2009, Fever, dalam El-Radhi S.A., Carroll J.
and Klein N (Eds), Clinical Manual of Fever in Childern, Edisi ke-9, 1-24,
Springer-Verlag,Berlin.
Ermawati, E.F., 2010. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare (momordica charantia l) Pada
Tikus Putih Jantan. Surakarta: Universitas sebelas maret fakultas Kedokteran.
Hesti wulan S., 2015 Uji efek Analgetik Antipiretik Ekstrak Etanol Alfalfa (Medicago Sativa)
Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Semarang :Universitas Wahid Hasim.
Kusnita lia., 2015. Efek Analgetik Antipiretik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (garcinia
Mangostana L) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
“Yayasan Pharmasi” Semarang.
Novia Sinata, 2016. Antidiabetes dari Fraksi Air Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa
(Ait.) Hassk.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Diabetes : Fakultas Farmasi
Universitas Andalas, Padang
Pasaribu,F., Panal, S., Saiful, B. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Terhadap penurunan pada Glukosa Darah Journal Of Pharmaceutics
And Pharmacologi 1(1): 1-8.
Pratiwi, R,. posangi, J., dan Fatimawali, 2013. uji efek analgesik ekstrak etanol daun gedi
(abelmoschus manihot L) pada mencit jurnal e-biomedik.
Putra, M.P.,Rahmah, S.B., dan Kusmiati M.,2015 Perbandingan Efektifitas Antipiretik Antara
Ekstrak Etanol Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc) dengan Paracetamol pada Tikus
Model Demam. Fakultas Kedokteras Universitas Islam Bandung.
Putri, A.A.A, Mulkiya, K., sadiyah, E.R. 2015. pengaruh perbedaan pelarut ekstrak terhadap
kadar senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas analgetik dari ekstrak daun dan buah
karamunting (rhodomytrus tomentosa (aiton) Hassk). prosiding penelitian SPeSIA.
Universitas islam Bandung: Bandung
SPSS for Windows. 2016. Anova One way (computer program). version 23.0: Comput erized
system
Tjay, T.H dan Rahardja K., 2008, obat-obat penting, Edisi V, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.