Anda di halaman 1dari 17

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

UJI AKTIVITAS ANALGETIK-ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL DAUN


KARAMUNTING (Rhodomytrus tomentosa (Aiton) Hassk) TERHADAP
TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

Mayang Tari1, Aninditha Rachmah Ramadhiani2, Eti marwanti3

Program Studi S1 Farmasi, STIKES Aisyiyah Palembang 1,2,3


mayangtari.mt@gmail.com1
aninditha.rachmah.ar@gmail.com2
etimarwanti3@gmail.com3

ABSTRAK
Latar belakang: Analgetik antipiretik adalah suatu senyawa yang dapat menghilangkan rasa sakit
serta dapat menurunkan demam. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai analgetik antipiretik daun
karamunting (Rhodomytrus tomentosa (Aiton) Hassk). daun karamunting terbukti mengandung
flavonoid yang dapat berefek sebagai analgetik. Selain itu flavonoid mampu menghambat
prostaglandin sehingga mempunyai efek antipiretik. Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui efek analgetik antipiretik ekstrak etanol daun karamunting dan dosis efektifnya. Metode:
penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pretest postes control group
desing, pengujian analgetik dan antipiretik ini menggunakan 24 ekor tikus jantan galur wistar dibagi 6
kelompok, I (kontrol normal) aquades, II (kontrol negatif) Na CMC 0,5%, III (kontrol positif)
paracetamol 45 mg/kgBB tikus, serta IV, V, dan VI suspensi ekstrak etanol daun karamunting 100,
200 dan 400 mg/kgBB tikus. Hasil: hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol daun
karamunting dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb dapat meningkatkan respon tikus terhadap stimulasi
nyeri dan menurunkan suhu demam tikus yang divaksin DPT. Dosis efektif ekstrak etanol daun
karamunting sebagai analgetik sebesar 200 mg/kgBB tikus untuk antipiretik sebesar 400 mg tidak
berbeda nyata dengan pemberian paracetamol 45mg/kg bb. Data yang diperoleh dianalisis statistik
menggunakan SPSS release 23. Kesimpulan: berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol daun karamunting dapat digunakan sebagai analgetik dengan dosis efektif 200 mg/kg bb
dan antipiretik 400mg/kg bb.

Kata kunci : daun karamunting, analgetik, antipiretik, paracetamol.


ABSTRACT
Background: Antipyretic analgesic is a compound that can relieve pain and can reduce fever. One of
the plants that has potential as antipyretic analgesic is karamunting (Rhodomytrus tomentosa (Aiton)
Hassk). karamunting leaf contains flavonoids that may have an effect as an effect as an analgesic. In
addition, flavonoids could inhibit prostaglandin that has antipyretic effect. Objective: This study aims
to determine the antipyretic analgesic effect of ethanol extrack of karamunting peel end the effect dose.
Method: the study was an experimental study with pretest posttes control group design, xamination
Analgesic and antipyretc test using 24 male wistar rats were divided 6 groups, I (normal control), II
(negative control) Na CMC 0,5%, III (positive control) paracetamol 45 mg/kg body weight, and IV, V,
and VI suspension of the ethanol extract of the leaf karamunting 100, 200, 400 mg/kg body weight,
analyzed using SPSS release 23. Results: analysis results showed that administration of karamunting
leaf ethanol extract dose 100, 200, 400 mg/kg bw The results showed that the ethanol extract of
karamunting leaf can improve the rat response to pain stimulations and lower the mice vaccinated
fever DPT. The effective dose of ethanol extract of karamunting peel as analgesic is 200 mg/kb body
weight to antipyretic is 400 mg/kgBB, was not significantly different from administration of
paracetamol 45 mb/kg bw. Conclusion: based on the above description it can be concluded that
karamunting leaf ethanol extract can be used to anagesic dose in effective 200 mg/kg bw and
antipyretis dose in 400 mg/kg bw.

Keywords : karamunting leaf, analgesics, antypiretc, paracetamol.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 239


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

PENDAHULUAN tomentosa (Aiton) Hassk). Menurut


Nyeri dan demam banyak dialami oleh Dalimartha (2008), karamunting
semua orang dari segala usia dan disebabkan berfungsi sebagai pereda demam
oleh banyak hal, nyeri adalah pengalaman (antipiretik), penghilang nyeri (analgesik),
sensorik dan emosional yang tidak peluruh kencing (diuretik),
menyenangkan yang berkaitan dengan menghilangkan pembengkakan,
jaringan rusak atau jaringan yang cenderung melancarkan aliran darah dan
rusak. Nyeri merupakan suatu perasaan menghentikan pendarahan. Sampai sejauh
subyektif pribadi dengan ambang toleransi ini penelitian daun karamunting masih
nyeri yang berbeda beda bagi setiap orang masih digunakan sebagai Antifungi (Eko,
(Widiastuti, 2009). 2014), Antidiabetes (Novia, 2016),
Secara patofisiologis, demam adalah Sitotoksik dan Antioksidan (Erika, 2017).
peningkatan thermoregulatory set point dari Berdasarkan penelusuran literatur
pusat hipotalamus yang diperantarai oleh daun karamunting mengandung senyawa
interleukin 1 (IL-1). Secara klinis, demam flavonoid, saponin, kuinon, monoterpen,
adalah peningkatan suhu tubuh 1OC atau seskuiterpen, polifenolat, tanin, steroid
lebih besar diatas nilai rerata suhu normal. dan triterpenoid (Putri, 2015). Beberapa
Sebagai respons terhadap perubahan set penelitin lain telah membuktikan adanya
point ini, terjadi proses aktif untuk mencapai aktifitas analgetik-antipiretik dari ekstrak
set point yang baru. Hal ini dicapai secara yang mengandung senyawa flavonoid
fisiologis dengan meminimalkan pelepasan yaitu penelitian hesti (2015), Penelitian
panas dan memproduksi panas (El-Radhi, tersebut menyatakan bahwa ekstrak etanol
2009). Dampak negatif demam antara lain alfalfa (Medicago sativa) mengandung
dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan senyawa flavonoid yang dapat
saraf, sakit kepala, nafsu makan menurun, berpengaruh analgetik yang hampir sama
lemas dan nyeri otot, untuk mengurangi dengan paracetamol yaitu yang bekerja
dampak negatif ini maka perlu diobati dengan cara menghambat penerusan
dengan analgetik antipiretik. mediator nyeri berkaitan dengan reseptor
Diantara sekian banyak tanaman obat yang ada di ujung-ujung saraf perifer
di Indonesia dikenal beberapa tanaman obat (nocieptor), selain itu flavonoid mampu
yang digunakan secara empiris untuk menghambat prostaglandin sehingga
mengatasi demam dan nyeri. Tanaman yang mempunyai efek antipiretik.
dipercaya dapat digunakan sebagai obat Penelitian Kusnita Lia (2015) juga
adalah daun karamunting (Rhodomyrtus menyimpulkan senyawa flavonoid dalam

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 240


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

ekstrak etanol kulit buah mangis (Garcinia Alat-alat


mangostana) mempunyai aktivitas Alat yang digunakan dalam
analgetik-antipiretik, flavonoid dapat penelitian ini antara lain kandang tikus,
berkhasiat analgesik dengan cara timbangan listrik, oven, blender, bejana
menghambat sikloosigenase yang maserasi, rotary evaporator, pipet tetes,
merupakan enzim yang bertanggungjawab corong, perkamen, spatula, labu ukur,
dalam pembentukan seperti prostaglandin becker glass, sonde, termometer digital,
dan tromboksan sehingga mempunyai efek Stopwatch, Kapas/tissue steril
antipiretik (Kusnita Lia., 2015). Bahan Tumbuhan
Hingga saat ini belum ada penelitian Bahan tanaman yang digunakan
mengenai khasiat daun karamunting sebagai dalam penelitian ini adalah daun
analgesik-antipiretik sehingga peneliti karamunting, yang diambil dari desa
tertarik untuk melakukan penelitian uji Pedamaran kabupaten. Bahan lain yang
aktivitas analgetik-antipiretik ekstrak etanol digunakan adalah etanol 70%, ekstrak
daun karamunting secara in vivo. kental daun karamunting, Vaksin DPT,
Alkohol, Na CMC Paracetamol, aquades.
METODO PENELITIAN Uji Kelayakan Etik Hewan Uji
Penelitian ini bersifat eksperimental Dilakukan uji kelayakan etik di
laboratorium dengan desain uji Universitas Muhammadiyah Surakarta
pretest-postest control group design. pada tanggal 18 Juli 2019 dengan nomor
Variabel bebas penelitian ini yaitu uji etik yang tersaji sebagai berikut
peningkatan peningkatan dosis ekstrak daun 2272/A.1/FEPK-FKUMS/VII/2019.
karamunting, variabel tergantung yaitu Hewan Percobaan
waktu penarikan ekor mencit (the tail flick) Hewan uji yang digunakan adalah
o
dan suhu tubuh tikus ( C) sebelum dan Tikus putih jantan Galur wistar umur 2-3
sesudah perlakuan. Variabel yang bulan bobot kurang lebih 200 gram dalam
dikendalikan meliputi berat badan, umur dan Kondisi hewan sehat. Jumlah Tikus
jenis kelamin mencit, dan sttres terhadap putih jantan Galur wistar yang digunakan
kondisi tempat percobaan. sebanyak 24 ekor. Sebelum percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di dimulai, terlebih dahulu Tikus dipelihara
laboratorium biologi dan farmakologi prodi selama 1 minggu dengan perlakuan yang
S1 farmasi sekolah tinggi ilmu kesehatan baik untuk menyesuaikan dengan
Aisyiyah palembang. lingkungannya.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 241


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

Pemeliharaan sebelum (Aklimatisasi) (etanol 70%), ditutup, dibiarkanselama 5


selama dan akhir penelitian dan penanganan hari dan terlindung dari cahaya sambil
limbah. sering diaduk, lalu disaring. Ampas dicuci
a) Bebas dari rasa lapar dan haus dengan cairan penyari secukupnya hingga
b) Bebas dari rasa tidak nyaman diperoleh 100 bagian. Dibiarkan selama 2
c) Bebas dari rasa sakit luka dan penyakit hari, dienap tuangkan atau saring (Ditjen
d) Bebas dari rasa takut dan stress POM, 2014). Maserat yang diperoleh
e) Bebas mengekspresikan tingkah laku dipekatkan dengan menggunakan rotary
alamiah. evaporator padasuhu ±40oC sampai
Terminasi Hewan Uji diperoleh ekstrak kental.
a) Hewan uji dimasukan kedalam wadah Prosedur Penelitian
transparan yang memiliki tutup dengan Uji analgetik
a. Ditimbang 24 ekor tikus jantan putih
satu lubang kecil (seperti toples)
galur wistar dengan BB 180-200
b) Kloroform disemprotkan kedalam
gram
wadah melalui lubang kecil pada
b. Dipuasakan selama 18 jam, air
tuttup, kemudian lubang kecil tersebut
minum tetap diberikan.
ditutup.
c. Dibagi secara acak dalam 6
c) Tikus dibiarkan beberapa detik hingga
kelompok dalam setiap kelompok
terbius.
masing-masing 4 tikus.
d) Kemudian tikus diletakan diatas kain
1) Kelompok I kontrol normal
dan ditutup kain.
diberi perlakuan aquades.
e) Selanjutnya tangan kiri memegang
2) Kelompok II kontrol negatif diberi
leher hingga kepala atas tikus, tangan
perlakuan suspensi Na CMC
kanan memegang bagian pangkal ekor.
secara oral.
f) Lalu tarik bagian kepala dan pangkal
3) Kelompok III kontrol positif
ekor hingga terjadi dislokasi tulang
diberi suspensi paracetamol 45
leher.
mg/kgbb secara oral,
g) Pastikan hewan uji telah mati dan
4) Kelompok IV diberi ekstrak
kemudian dikubur menjadi satu pada
etanol daun karamunting 100
kedalaman 50 cm.
mg/kgBB,
Pembuatan Ekstrak
5) Kelompok V diberi ekstrak etanol
Sebanyak 500 gram serbuk simplisia
daun karamunting 200 mg/kbBB,
dimasukkan ke dalam wadah gelas bewarna
gelap, dituangi 75 bagian cairan penyari

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 242


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

6) Kelompok VI diberi ekstrak etanol b) kemudian dipuasakan selama 6 jam


daun karamunting 400 mg/kgBB sebelum perlakuan. Tetapi tetap
d. Sebelum pemberian obat uji, ekor diberi minum.
tiap-tiap tikus dicelupkan dalam c) Hewan uji kemudian mencit putih
penangas air suhu 40 oC dan dicatat sebanyak 25 ekor dikelompok
waktu waktu yang diperlukan tikus menjadi 6 kelompok,masing-masng
untuk menjentitkan ekornya keluar dari terdiri atas 4 ekor tikus
penangas air. d) Suhu rektal tikus putih terlebih
e. Tiap rangkaian pengamatan dilakukan dahulu kita ukur untuk mengetahui
tiga kali, selang dua menit. Catat dari suhu normal sebelum disuntik
hasil dua pengamatan terakhir, vaksin dan 30 menit setelah
dirata-rata sebagai respon normal tikus disuntik vaksin DPT untuk
terhadap stimulasi nyeri. mengetahui derajat peningkatan
f. Kemudian tikus masing-masing suhu tubuh setelah
kelompok diberi perlakuan sesuai penyuntikan vaksin.
kelompoknya secara oral. e) Mencit disuntik vaksin DPT
g. Diamkan 10 menit kemudian dinilai dengan dosis sesuai dengan
respon masing masing tikus terhadap konvernsi dosis secara
stimulus nyeri seperti pada poin f. Jika intramuscular dibagian paha.
tikus tidak menjentitkan ekornya keluar f) 30 menit setelah disuntik vaksin
air panas (suhu 40oC) dalam waktu 10 ketika terjadi demam
detik, maka dapat dianggap bahwa tikus masing-masing kelompok
tidak menyadari stimulus tersebut. mendapat perlakuan yang berbeda
h. Ulangi penilaian respon tikus selang 20, yaitu
30, 60, 90 menit dan seterusnya sampai g) Kelompok 1 kontrol kontrol
efek analgeetik hilang, data respon normal diberi perlakuan aquades
waktu terhadap stimulus nyeri dari dua tanpa disutik vaksin DPT
pengamatan terakhir dicatat dan h) Tiga puluh menit sejak perlakuan
dirata-rata sebagai respon normal tikus suhu rektal diukur kembali sampai
terhadap stimulus nyeri. menit ke -20, 40, 60, 90, 120, 150
Uji antipiretik dan 180 setelah pemberian sediaan
a) Sebelum perlakuan, hewan uji uji
diadaptasi dalam ruangan percobaan Teknik analisis data yang akan
selama kurang lebih 18 jam, digunakan tergantung pada hasil

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 243


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

distribusi data. Jika distribusi data yang menunjukan adanya senyawa flavonoid
didapatkan normal dan varians homogen, dengan terbentuknya endapan warna
maka teknik analisis data yang digunakan kuning
adalah one way anova Jika terdapat Metode Uji Analgetik
perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan Metode uji analgetik yang
dengan uji post hoc. Derajat kemaknaan digunakan dalam penelitian ini adalah
yang digunakan adalah α = 0,05. dan metode jentik ekor. Induksi untuk
dilajuntkan dengan uji tukey. Jika data tidak menimbulkan rasa nyeri yaitu
terdistribusi normal maka uji dilanjut kan rangsangan fisis berupa panas yang
dengan uji non parametrik dengan metode berasal dari air dalam penangasan air
uji man withney. yang sudah diatur suhunya, yaitu 60-70
o
C. Sebelum
HASIL PENELITIAN Percobaan tikus dipuasakan terlebih
Karakteristik Simplisia dahulu selama 18 jam tetapi air minum
Hasil pemeriksaan susut pengeringan,
tetap diberikan, langkah awal dilakukan
kadar abu total dan dan kadar abu tidak larut
terlebih dahulu untuk melihat respon
asam Berdasarkan hasil pemeriksaan, serbuk
hewan uji terhadap rangsangan nyeri,
simplisia daun karamunting mempunyai
Yaitu dengan cara mencelupkan ekor
susut pengeringan sebesar 0,453 %,
hewan uji kedalam penangas air, dan
Penetapan kadar abu total serbuk simplisia
dicatat waktu yang diperlukan tikus.
sebesar 0,124 % dan kadar abu tidak larut
Sebelum di uji ANOVA, dilakukan
asam serbuk simplisia sebesar 0,91%.
uji normalitas terlebih dahulu untuk
Skrinig Fitokimia
melihat apakah data tersebut terdistribusi
Pada penelitian menentukan kadar
normal atau tidak, dapat dilihat pada tabel
flavonoid menggunakan spektrovotometri
1 sebagai berikut.
UV-vis. dari hasil daun karamunting
(Rhodomytrus tomentosa (ait) hassk) positif
mengandung senyawa flavonoid yang
merupakan senyawa yang diukur kadarnya
sebagai senyawa yang berpotensi sebagai
analgetik antipiretik. Pada konsentrasi 1000
ppm didapat kadarnya sebesar 1,03 %. dan
hasil skrinig fitokimia mikriskopis

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 244


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

Tabel 1.
Hasil Analisa data Uji Normalitas
Iteam Shapiro-Wilk
Sig
Kelompok Sebelum Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
perlakuan perlakuan 10 20 30 60 90 120 150

Normal .262 .429 927 .332 .894 .208 .872 .384

CMC .451 .809 .243 .176 .402 .091 .577 .405

Positif .460 .631 .91.1 .158 .587 .619 .355 .567

EEDK
100 mg/kg .985 .857 .743 .526 .428 .622 .390 .317
bb
EEDK
200 mg/kg .256 .973 .955 .457 .739 .837 .422 .688
bb

EEDK
400 mg/kg .065 .926 .689 .790 140 .280 .138 .429
bb

Dari hasil tabel 1. dapat melihat perlakuan ditunjukan dari nilai p<0,05
adanya perbedaan rata-rata untuk setiap yaitu sebesar 0,000. dengan demikian,
kelompok perlakuan maka dilakukan uji ada efek analgetik dari ekstrak etanol
statistik dengan analisis one way ANOVA. daun karamunting pada tikus, dan
Sebelum di uji anova, dilakukan uji dilanjutkan analisis one way ANOVA.
normalitas terlebih dahulu untuk melihat Untuk menjentikan ekornya keluar
apakah data tersebut terdistribusi normal dari penangas air yang selanjutnya
atau tidak. disebut sebagai data respon waktu
hasil uji normalitas diketahui terdapat terhadap stimulus nyeri. Dapat dilihat
perbedaan yang bermakna jumlah pada tabel 2.
rangsangan nyeri diantara kelompok

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 245


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

Tabel 2.
Data Responden Waktu Terhadap Stimulus Nyeri Dan Setelah Perlakuan Na CMC 0,5%,
Paracetamol Dan Ekstrak Etanol Daun Karamunting
Kelompok Respon Waktu Terhadap Stimulus Nyeri
uji P awal Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
10 20 30 60 90 120 150
Kontrol - - - - - - - -
normal 0,043 b 0,881 0,026 b 0,163 0,749 0,228 0,303 0,383
0,013 c 0,035 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c

Kontrol Na 0,043 a 0,881 0,026 a 0,163 0,749 0,228 0,303 0,383


CMC - - - - - - - -
0,990 0,035 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c

Paracetamol 0,013a 0,035 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a


45 mg/kgbb 0,099 0,254 0,000 b 0,000 b 0,000 b 0,000 b 0,000 b 0,000 b
- - - - -
EEDK 0,608 0,479 0,169 0,050 0,166 0,343 0,182 0,098
100mg/kgbb 0,577 0,975 0,916 0,987 0,843 1,000 0,999 0,957
0,264 0,634 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c

EEDK 0,997 0,799 0,010 a 0,008 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a


200mg/kgbb 0,101 1,000 0,997 0,654 0,008 0,000 b 0,000 b 0,000 b
0,032 0,333 0,001 c 0,003 c 0,001 c 0,985 0,919 0,829
EEDK 0,119 0,487 0,016 a 0,005 a 0,005 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a
400mg/kgbb 0,994 0,977 1,000 0,494 0,080 0,007 b 0,000 b 0,001 b
0,862 0,636 0,001 c 0,005 c 0,001 c 0,238 0,949 0,157
Keterangan:
a : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok normal
b : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok na CMC
c : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok positif

Metode Uji Antipiretik pemberian sediaan uji suhu diukur


Sebelum pengujian tikus dipuasakan dengan menggunakan thermometer
terlebih dahulu selama 18 jam tetapi tetap digital.
diberikab minun. Hewan uji diinduksi Untuk melihat adanya perbedaan
dengan vaksin DPT 0,2 mL (Difteri pertusis rata-rata untuk setiap kelompok
tetanus) secara intramuscular. Data perlakuan maka dilakukan uji statistik
penelitian berupa suhu normal sebelum dengan analisis one way ANOVA.
perlakuaan sediaan uji suhu setelah Sebelum di uji anova, dilakukan uji
pemberian vaksin atau pada suhu demam normalitas terlebih dahulu untuk melihat
dan 30, 60, 90,120, 150, 180 menit setelah apakah data tersbut terdistribusi normal
atau tidak.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 246


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

Tabel 3.
Hasil Analisa Data Uji Normalitas Antipiretik
Iteam Shapiro-Wilk
sig
Kelompok Suhu Suhu Menit Menit Menit Menit Menit
perlakuan Awal Demam 30 60 Menit 120 150 180
90
Normal
.163 .850 .783 .123 .263 .487 .001 .574

CMC
.995 .714 .577 .488 .911 .900 .683 .230

Positif
.171 .405 .689 .329 .103 .650 .650 .972

EEDK
100 mg/kg bb .850 .971 .241 .406 .103 .041 .691 .971

EEDK
200 mg/kg bb .250 .369 .734 .577 .220 .034 .279 .850

EEDK
200 mg/kg bb .405 .556 .369 .408 .850 .659 .577 .224

Dari tabel 3. hasil uji normalitas Kalo data tidak terdistribusi normal
menunjukan bahwa data kelompok uji maka digunakan analisis non parametric
memiliki nilai yang tidak signifikan pada tests Kemudian dilanjutkan pada uji
kelompok normal pada menit ke 150, EEDK man whitne U untuk melihat signifikan
100 mg/kg bb pada menit ke 120 dan EEDK nilai rata-rata antara setiap kelompok
200 mg/kg bb pada menit ke 120 tidak perlakuan yang mengalami perbedaan
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa data secara statistik. Untuk melihat rata-rata
tidak tersebut terdistribusi normal (p>0,05). suhu demam dapat dilihat pada tabel 4.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 247


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

Tabel 4.
Data responden suhu rektal (oC) tikus sebelum perlakuan, saat Demam dan setelah perlakuan
normal, CMC 0,5%, paracetamol dan ekstrak etanol daun karamunting.

Kelompok Suhu tikus (0C)


uji
Suhu Suhu Menit P 60 P 90 P 120 P 150 P 180
awal demam 30
Kontrol - - - - - - - -
normal 0,149 0,021 b 0,021 0,020 0,002 b 0,020 b 0,017 0,083
0,110 0,021 c b b 0,037 c 0,020 c b 0,663
0,021 0,245 0,018
c c

Kontrol 0,149 0,021 a 0,021 0,020 0,002 a 0,020 a 0,017 0,083


Na CMC - - a a - - a -
1,000 0,191 - - 0,554 0,191 - 0,021 b
0,770 0,083 0,020
b
Paracetam 0.110 0,021 a 0,021a 0,245 0.037 a 0,020 a 0,018 0,663
ol 1.000 0,191 0,770 0,083 0,554 0,191 a 0,021 b
45 - - - - - - 0,020 -
mg/kgbb b
-
EEDK 0,468 0,021 a 0,020 0,019 0,019 a 0,019 a 0,018 0,885
100 a 0,468 a a 0,076 0,146 a 0,059
mg/kgbb 0,059 0,110 0,378 0,058 0,243 0,306 0,020 0,468
b 0,306 0,561 b
0,110 0,885
c

EEDK 0,884 0,021 a 0,021 0,019 0,019 a 0,019 a 0,017 0,110


200mg/kg 0,139 0,080 a a 0,237 0,149 a 0,021 b
bb 0,245 0,059 0,114 0,029 0,536 0,882 0,019 0,029 c
0,110 b b
0,885 0,884
EEDK 0,021 0,021 a 0,020 0,020 0,027 a 0,018 a 0,306 0,559
400mg/kg a 0,059 a a 0,059 0,058 0,020 0,081
bb 0,663 0,043 b 0,110 0,248 0,245 0,554 b 0,142
0,564 0,083 0,663 0,468
Keterangan:
a : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok normal
b : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok na CMC
c : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok positif

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 248


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

PEMBAHASAN dibandingkan dengan kelompok


Hasil Analgetik normal pada menit ke-20, 60, 90 dan 120
Hasil penelitian pada tabel 1, menunjukan perbedaan yang tidak
Perlakuan normal dibandingkan dengan signifikan, dan menit ke 30 dan 150
kelompok Na CMC dari keseluruhan menunjukan perbedaan yang signifikan.
data menunjukan perbedaan yang tidak untuk ekstrak 100 mg dengan perbedaan
signifikan (p>0,05), kelompok normal Na CMC p(b) menunjukan perbedaan
dibandingkan dengan positif p(c) pada yang tidak berbeda signifikan (p>0,05)
keseluruhan data dari menit 10 sampai 150 dari menit 10 sampai 150. ini artinya
menunjukan perbedaan yang signifikan EEDK Dosis 100 mg memiliki khasiat
(p<0,05), ini artinya kelompok normal yang sama seperti Na CMC yaitu tidak
dengan CMC memiliki efek yang sama. menimbulkan efek analgetik atau tidak
Sedangkan dengan paracetamol memiliki berefek sebagai analgetik, dan untuk
perbedaan yang signifikan baik itu normal perbedaan EEDK 100 mg dengan positif
ataupun CMC, maka dari itu Na CMC pada menit ke 20-150 menunjukan
digunakan sebagai sebagai suspending (p<0,05) berbeda signifikan, ini
agent yaitu suatu zat yang dapat menunjukan dosis 100 mg belum
mendispersikan ekstrak etanol daun menunjukan efek analgetik karna hampir
karamunting dalam air karena ekstrak sama dengan kontrol Na CMC yang
etanol tidak larut dalam air. Sedangkan tidak memiliki efek sebagai analgetik.
paracetamol sendiri telah terbukti Kelompok perlakuan EEDK 200
mempunyai kerja analgetik antipiretik mg/kgBB . perbedaan EEDK dosis 200
tetapi tidak mempunyai aktifitas mg dengan kelompok normal p(a)
anti-inflamasi. Paracetamol atau menunjukan pada menit ke 20-150
acetaminofen menghambat sintesa menunjukan perbedaan yang signifikan
prostaglandin secara lemah dan tidak (p<0,05) hal ini menunjukan EEDK 200
mempunyai efek pada agregas platelet. mg memiliki perbedaan khasiat dengan
paracetamol merupakan salah satu contoh kelompok normal. Dan EEDK 200 mg
analgetik perifer yang berkerja dengan cara dengan kelompok Na CMC p(b)
menghambat penerusan mediator nyeri menujukan perbedaan yang signifikan
berikatan dengan reseptor yang ada pada menit ke 60-150 ini berarti EEDK
diujung-ujung saraf perifer (nociccptor). dosis 200 mg juga memiliki efek yang
Pada kelompok perlakuan EEDK 100 berbeda dengan Na CMC. Dan untuk
mg/kgBB. Pada ekstrak 100 mg jika EEDK 200 mg/kgBB dengan kelompok

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 249


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

positif ini menunjukan perbedaan yang 400 mg/kgBB tikus. Berdasarkan hal
tidak signifikan pada menit ke 90-150. ini ekstrak etanol daun karamunting
hal ini menunjukan ekstrak etanol daun terbukti mempunyai efek analgetik
karamunting dosis 200 mg/kgBB dan dengan dosis efektif sebesar 200
paracetamol menunjukan efek yang sama mg/kgBB tikus.
yaitu memilik efek sebagai analgetik pada berdasarkan metode yang
menit ke-90. digunakan dalam penelitian ini, ekstrak
Pada EEDK dosis 400 mg/kgBB , etanol daun karamunting 200mg/kgBB
perbedaan EEDK dosis 400 mg/kg bb memiliki efek analgetik yang mendekati
dengan kelompok normal pada jentik dengan paracetamol 45 mg/kgBB pada
normal dari menit ke10 menunjukan menit ke 90.
perbedaan yang tidak signifikan, tetapi di Hasil yang didapat sebanding
menit 20-150 memiliki perbedaan yang dengan hasil penelitian uji aktivitas
signifikan (p<0,05) . Dan pada perbedaan analgetik-antipiretik ekstrak etanol
EEDK dosis 400 mg dengan kelompok Na alfalfa (medicago sativa) pada tikus
CMC p(b) pada menit 10-60 tidak putih jantan galur wistar (Wulan,
memiliki perbedaan yang signifikan Rininigsih dan Puspitanigrum, 2015).
(p>0,05), dan pada menit ke 90-150 penelitian ini memperkuat bukti
memiliki perbedaan yang signifikan dengan penelitian sebelumnya bahwa senyawa
kelompok na CMC hal ini menunjukan yang berkhasiat sebagai
EEDk 400 mg mengalami peningkatan analgetik-antipiretik adalah flavonoid.
respon nyeri karna pada menit ke 90, 120 Kandungan Ekstrak etanol daun
dan 150 sudah berbeda signifikan dengan karamunting yang berkhasiat sebagai
na CMC., Dan EEDK 400 mg dengan analgetik adalah kandungan flavonoid
kontrol positif tidak berbeda signifikan nya, dimana flavonoid berarti memiliki
pada menit ke 90,120 dan 150, hal ini mekanisme kerja yang sama dengan
menunjukan ekstrak dosis 400 mg memilik kelompok kontrol paracetamol yaitu
peningkatan efek sebagai analgetik mulai mekanismenya menghambat penerusan
dari menit ke 90. mediator nyeri, atau berkhasiat
kelompok perlakuan yang analgetik menghambat sikloosigenase
memberikan waktu perangsangan stimulus yang merupakan enzim yang bertangung
nyeri yang tidak berbeda signifikan (p>0,05) jawab dalam pembentukan seperti
dengan paracetaamol adalah pemberian prostaglandin dan tromboksan sehingga
ekstrak daun karamunting dosis 200 dan mempunyai efek analgetik.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 250


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

Peningkatan dosis seharusnnya DPT (Difteri pertusis tetanus) sehingga


meningkatkan respon sebanding dengan mengalami peningkatan suhu tubuh
dosis pemberian, tidak demikian pada (demam). dan untuk pembanding
penelitian ini, dimana pada kelompok kelompok normal dengan paracetamol
pemberian 200 mg/kg bb menunjukan P(c) menunjukan perbedaan yang
peningkatan respon yang lebih baik dari signifikan pada suhu demam dengan
pada dosis 400 mg/kb bb. Hal ini sering menit ke 30, 90, 120,dan 150. dan untu
terjadi pada obat bahan alam, karna menit 60 dan 180 itu menujukan
komponen senyawa yang dikandungnya perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05)
tidak tunggal melainkan terdiri dari itu artinya pada menit akhir 150 pada
berbagai macam senyawa kimia, karna pemberian paracetamol mengalami
boleh jadi komponen komponen tersebut penurunan suhu tubuh kembali ke
saling berinteraksi untuk menimbulkan efek. normal, Hal ini menunjukan bahwa
Namun dengan peningkatan dosis, jumlah paracetamol dosis 45 mg/kgBB tikus
senyawa kimia yang dikandung semakin memang telah terbukti secara klinis
banyak sehingga terjadi interaksi yang sebagai antipiretik. Karna Paracetamol
menurunkan efek (Pasaribu, 2012). telah terbukti mempunyai kerja
Hasil Antipiretik analgetik-antipiretik. Paracetamol atau
Pada penelitian ini dapat dilihat pada acetaminofen menghambat sintesa
tabel 2hewan uji di induksi dengan vaksin prostaglandin secara lemah dan tidak
DPT untuk menimbulkan demam demam mempunyai efek pada agregas platelet.
yang dihasilkan disebabkan oleh adanya paracetamol merupakan salah satu
kandungan toksin mikroba bordetella contoh analgetik perifer yang berkerja
pertusis dalam vaksin sebagai respon dengan cara menghambat penerusan
pertahann tubuh sel-sel mononuklean mediator nyeri berikatan dengan reseptor
mengeluarkan sitokin pro-inflamasi yang yang ada diujung-ujung saraf perifer
mempengaruhi pusat termoregulasi (nociccptor).
hipotalamus untuk meningkatkan suhu Pada kelompok perlakuan EEDK
tubuh. 100 mg/kgBB. Pada ekstrak 100 mg jika
Hasil penelitian ini kelompok normal dibandingkan dengan klompok normal
dengan pembanding Na CMC menunjukan pada menit suhu awal sampai 150
perbedaan yang signifikan (p<0,05) dari menunjukan perbedaan yang signifikan
suhu demam hingga menit ke-150 hal ini dan menit 180 menunjukan perbedaan
dikarenakan Na CMC diberi induksi vaksin yang tidak berbeda signifikan ini artinya

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 251


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

dosis 100 mg mengalami penurunan suhu menunjukan perbedaan yang tidak


dimenit-menit terakhir, dan untuk EEDK berbeda signifikan, tapi dimenit 180
100 mg perbandingan dengan Na CMC berbeda signifikan ini berarti pada menit
menunjukan dimenit suhu awal sampai3 30, terakhir suhu demam mengalami
60, 90, 120 dan 180 menunjukan tidak peningkatan, hal seperti ini bisa
berbeda signifikan tapi dimenit 150 itu disebabkan oleh banyak faktor Menurut
menunjukan berbeda signifikan, hal ini Putra (2015) penurunan yang berfariasi
berarti suhu tubuh mengalami naik turunya ini disebabkan oleh banyak faktor yang
suhu tubuh dan untuk EEDK 100 mg mempengaruhi seperti stres dan
dengan perbandingan paracetamol kelelahan yang dialami akibat
menunjukan dari suhu awal sampai menit pengukuran berulang pada rektum tikus.
ke 180 menunjukan perbedaan yang tidak Pada EEDK 400 mg/kgBB,
berbeda signifikan (p>0.05) ini berarti perbedaan EEDK 400 mg dengan
EEDK 100 mg meliliki efek yang sama kelompok normal menunjukan
dengan paracetamol yaitu dapat perbedaan yang signifika dari suhu awal
menurunkan suhu demam tubuh. sampai menit ke 120, dan pada menit
Kelompok perlakuan EEDK 200 150 dan 180 menunjukan perbedaan
mg/kgBB. Perbedaan EEDK 200mg yang tidak berbeda signifikan, hal ini
dengan kelompok normal menunjukan menunjukan EEDk 400 mg mengalami
perbedaan yang signifikan p<0,05 pada penurunan suhu tubuh, kenapa
suhu demam sampai menit ke 150, dan penurunan suhu tubuh hampir seluruh
pada menit ke 180 menunjukan perbedaan perlakuan perbandingan dengan normal
yang tidak berbeda signifikan hal ini terjadi pada menit-menit terakhir karena
menunjukan EEDK 200 mg mengalami pada kelompok normal tidak diberi
penurunan suhu diakhir menit, dan untuk induksi Vaksin DPT, dan pada pelakuan
EEDK 200mg dengan Na CMC pada suhu diberi vaksin DPT sehingga mengalami
awal,suhu demam, menit ke 30, 90, dan kenaikan suhu tubuh. EEdk 400 mg
120 itu menunjukan tidak berbeda demgan Na CMC memiliki perbedaan
signifikan tapi di menit ke 60, 150 dan 180 yang signfikan pada menit ke 150 dan
menunjukan perbedaan yang signifikkan ini 180, hal ini berarti EEDK 400mg dengan
artinya EEDK memilik efek penurunah NA CMC memilik efek yang berbeda,
suhu tubuh di menit 150 dan 180. dan dan untuk EEDK 400 mg dengan
untuk EEDK 200 mg dengan kontrol positif pembanding kontrol positif menunjukan
dari suhu awal sampai menit ke 150 pada suhu awal sampai menit 180

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 252


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

menunjukan perbedaan yang tidak berbeda dipteriae dan bordetalla pertusis yang
signifikan (p>0,05) hal ini menunjukan telah diinaktifkan sehingga mekanisme
EEDK dengan kontrol positif memiliki efek kerjanya merangsang tubuh membentuk
yang sama dapat menurunkan suhu antibody terhadap penyakit dipeptri,
tubuhyang berarti memiliki mekanisme tetanius dan pertusif, perlakuan sebanyak
kerja yang hampir sama ini berarti 0,5 ml pada tikus dan marmut secara
flavonoid dapat bekerjaa dengan intramuscular dapat meningkatkan suhu
menghambat penerusan mediator nyeri, tubuh sampai  38oC setelah 30-60
atau berkhasiat analgetik menghambat menit penyuntikan. Pada penelitian kali
sikloosigenase yang merupakan enzim yang ini suhu setelah penyuntikan vaksin DPT
bertangung jawab dalam pembentukan tidak sampai mencapai  38oC . hal ini
seperti prostaglandin dan tromboksan mungkin disebabkan karena dosis yang
sehingga mempunyai efek analgetik digunakan hanya 0,2 mL. Namun hewan
antipiretik. uji dalam penelitian ini sudah bisa
Penurunan suhu setelah pemberian dikatakan demam, karena menurut
perlakuan pada masing-masing tikus tidak pendapat john et al dalam suladmirah
sama meskipun dalam satu kelompok (2012) mengatakan bahwa suhu demam
perlakuan. Menurut Putra (2015) tubuh tikus yaitu 37,4oC. Sebelumnya
penurunan yang berfariasi ini disebabkan suhu awal tikus diukur menggunakan
oleh banyak faktor yang mempengaruhi termometer digital.
seperti hormon, lingkungan seperti Ekstrak etanol daun karamunting
makanan dan diet, kondisi lambung, dan yang berkhasiat sebagai analgetik adalah
dapat pula disebabkan oleh faktor fisiologis kandungan flavonoid nya, dimana pada
seperti stres dan kelelahan yang dialami penelitian ini menunjukan EEDK dosis
akibat pengukuran berulang pada rektum 400 mg/kgBB menunjukan perbedaan
tikus. Selain itu juga dapat disebabkan yang tidak signifikan dengan kelompok
faktor patologis yaitu faktor penyulit yang paracetamol berarti memiliki mekanisme
dapat meningkatkan efek obat , misalnya kerja yang hampir sama ini berarti
absorbsi yang berlebihan, kemudahan flavonoid dapat bekerjaa dengan
difusi, keadaan hati dan keadaan ginjal. menghambat penerusan mediator nyeri,
uji antipiretik mengunakan induksi atau berkhasiat analgetik menghambat
vaksin DPT (Difteri pertusis tetanus) sikloosigenase yang merupakan enzim
vaksin DPT mengandung bakteri yang bertangung jawab dalam
clostridium tetani, corynebacterium pembentukan seperti prostaglandin dan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 253


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

tromboksan sehingga mempunyai efek 2. Dosis EEDK 200 mgg/kgbb


analgetik antipiretik. adalah dosis yang paling efektif
Hasil didapat sebanding dengan hasil sebagai analgetik dibanding dosis
penelitian efek Analgetik-antipiretik yang lain. Dan untuk antipiretik
Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis dosis 400 mg/kgBB adalah dosis
(garcinia Mangostana L.) pada Tikus Putih yang paling efektif dibanding dosis
Jantan galur Wistar. Penelitian ini yang lain.
memperkuat bukti penelitian sebelumnya Saran
bahwa senyawa yang berkhasiat sebagai Berdasarkan pembahasan dan
analgetik-antipiretik adalah flavonoid. kesimpulan, maka disarankan untuk
penelitian selanjutnya:
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Dilakukan pengujian toksisitas
Kesimpulan terhadap penggunaan EEDK agar
1. Ekstrak daun karamunting dapat ditentukan dosis aman yang
(Rhodomytrus tomentosa (ait) hassk) dapat digunakan untuk pemakaian.
memiliki efek antipiretik pada tikus 2. Semoga dengan adanya penelitian
putih jantan ini dapat dijadikan bahan refrensi
dan bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini ,Wenny. 2010. Efek Anti-inflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji pada Tikus
Putih Jantan galur wistar. Surakarta: skripsi, fakultas farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia menguak Kekayaan Tumbuhan


Indonesia. Jakarta: Niaga Swadaya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. farmakope Indonesia, edisi V. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Eko Prestiyana Megawati., 2014. UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL


DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk) TERHADAP
PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO. Universitas Tanjungpura
Pontianak, Kalimantan Barat

El-radhi A.S., Carroll J., Klein N. and Abbas A., 2009, Fever, dalam El-Radhi S.A., Carroll J.
and Klein N (Eds), Clinical Manual of Fever in Childern, Edisi ke-9, 1-24,
Springer-Verlag,Berlin.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 254


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019 Mayang Tari1, Aninditha RR 2, Eti Marwanti3

Erika Juniar, 2017. AKTIVITAS SITOTOKSIK DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK


BATANG KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk), Fakultas MIPA,
Universitas Tanjungpura. Pontianak

Ermawati, E.F., 2010. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare (momordica charantia l) Pada
Tikus Putih Jantan. Surakarta: Universitas sebelas maret fakultas Kedokteran.

Hesti wulan S., 2015 Uji efek Analgetik Antipiretik Ekstrak Etanol Alfalfa (Medicago Sativa)
Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Semarang :Universitas Wahid Hasim.

Kusnita lia., 2015. Efek Analgetik Antipiretik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (garcinia
Mangostana L) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
“Yayasan Pharmasi” Semarang.

Novia Sinata, 2016. Antidiabetes dari Fraksi Air Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa
(Ait.) Hassk.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Diabetes : Fakultas Farmasi
Universitas Andalas, Padang

Pasaribu,F., Panal, S., Saiful, B. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Terhadap penurunan pada Glukosa Darah Journal Of Pharmaceutics
And Pharmacologi 1(1): 1-8.

Pratiwi, R,. posangi, J., dan Fatimawali, 2013. uji efek analgesik ekstrak etanol daun gedi
(abelmoschus manihot L) pada mencit jurnal e-biomedik.

Putra, M.P.,Rahmah, S.B., dan Kusmiati M.,2015 Perbandingan Efektifitas Antipiretik Antara
Ekstrak Etanol Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc) dengan Paracetamol pada Tikus
Model Demam. Fakultas Kedokteras Universitas Islam Bandung.

Putri, A.A.A, Mulkiya, K., sadiyah, E.R. 2015. pengaruh perbedaan pelarut ekstrak terhadap
kadar senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas analgetik dari ekstrak daun dan buah
karamunting (rhodomytrus tomentosa (aiton) Hassk). prosiding penelitian SPeSIA.
Universitas islam Bandung: Bandung

SPSS for Windows. 2016. Anova One way (computer program). version 23.0: Comput erized
system

Tjay, T.H dan Rahardja K., 2008, obat-obat penting, Edisi V, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Widiaastuti, M. 2009. farmakologi keperawatan. Jakarta :LIPI.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 255

Anda mungkin juga menyukai