Anda di halaman 1dari 121

UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn)


SECARA IN VIVO

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Far)


Oleh :
ALFI INAYATI
106102003392

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 / 1431 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI


NAMA : ALFI INAYATI
NIM : 106102003392
JUDUL : UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK
ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn) SECARA
IN VIVO


Disetujui oleh :


Pembimbing I Pembimbing II



Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt. Nurmeilis, M.Si, Apt.
NIP : 195012271980031003 NIP:197404302005012003




Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta




Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.
NIP. 1956010619851010001
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul
UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK
ETANOL 70 % DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA IN VIVO


Telah disetujui, diperiksa dan dipertahakan dihadapan tim penguji oleh

Alfi Inayati
NIM: 106102003392

Menyetujui,

Pembimbing:
1. Pembimbing I Drs. Ahmad Musir, M.Sc., Apt. ........................
2. Pembimbing II Nurmeilis M.Si., Apt. ........................
Penguji:
1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. ........................
2. Anggota Penguji I Eka Putri, M.Si., Apt. ........................
3. Anggota Penguji II Zilhadia, M.Si., Apt ........................
4. Anggota Peguji III Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. ........................
Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta




Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And

Tanggal lulus : 6 September 2010
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK
ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn) SECARA IN VIVO

Adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.



Penulis


Alfi Inayati





v
ABSTRAK
JUDUL : UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI
EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn)
SECARA IN VIVO

Daun sirih (Piper betle, Linn) merupakan salah satu tanaman yang
digunakan sebagai bahan obat tradisional dan telah lama digunakan oleh
masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak daun sirih (Piper betle, Linn) sebagai analgetik dan antiinflamasi.
Penelitian pertama merupakan penelitian uji efek analgetik menggunakan metode
writhing test, dengan asam mefenamat 0,5% b/v dosis 91 mg/kgBB mencit
sebagai kontrol positif dan asam asetat 0,5% sebagai senyawa perangsang nyeri,
sedangkan penelitian kedua merupakan penelitian uji efek antiinflamasi
menggunakan metode edema buatan pada telapak kaki tikus dengan menggunakan
karagenan 2% sebagai zat pembuat udem dan natrium diklofenak dengan dosis
5,14 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Subjek yang digunakan untuk uji efek
analgetik adalah mencit putih jantan galur Deutche Denken Yoken (DDY) dengan
variasi dosis 216 mg/kgBB, 432 mg/kgBB dan 864 mg/kgBB, sedangkan untuk
uji efek antiinflamasi menggunakan tikus putih betina galur Sprague Dawley (SD)
dengan variasi dosis 108 mg/kgBB, 216 mg/kgBB dan 432 mg/kgBB yang
diberikan peroral sebagai praperlakuan untuk kedua penelitian ini. Dari hasil
analisis menunjukkan ekstrak etanol 70% daun sirih memberikan efek analgetik
dengan dengan persen inhibisi analgetik nya terbesar 84,80% pada dosis 864
mg/kgBB, sedangkan untuk efek antiinflamasi menunjukkan persen inhibisi udem
tertinggi pada jam ke-1 dan menurun pada jam ke-4 dari ketiga variasi dosis
ekstrak tersebut. Pada uji ANOVA menunjukan adanya perbedaan bermakna
antara setiap dosis ekstrak dengan kontrol negatif ( 0,05) dan pada dosis tinggi
tidak ada perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif pada taraf uji 0,05
( 0,05).






Kata Kunci : Daun Sirih (Piper betle, Linn), Analgetik, Antiinflamasi




vi
ABSTRACT
TITLE : EFFECT ANALGESIC AND ANTIINFLAMMATORY ASSAY
ETHANOL 70% EXTRACT OF BETEL LEAVES (Piper betle,
Linn) In Vivo

Betel leaves (Piper betle, Linn) is one of the plants used as traditional medicine
and has long been used by communities. This research was carried out to determine
the effect of betel leaves extract (Piper betle, Linn) as an analgesic and anti-
inflammatory. The first study is a research test analgesic effect using the writhing
test method, with 0.5% dose of mefenamic acid 91 mg/kg body weight of mice as a
positive control and 0.5% acetic acid as a compound stimulus pain, while the second
is a research study testing anti-inflammatory effects using artificial edema in rat foot
using 2% carrageen an as a chorale maker edema and sodium diclofenac at a dose of
5.14 mg / kg as positive control. Subjects who used to test the analgesic effect is
strain white male mice Deutche Denken Yoken (DDY) by altering the dose 216
mg/kg body weight, 432 mg/kg body weight and 864 mg/kg body weight, whereas
for testing anti-inflammatory effects using female white rat strains Sprague Dawley
(SD) with a variety of doses 108 mg/kg body weight, 216 mg/kg body weight and
432 mg/kg body weight given per oral as pre treatment for both the research. From
the results of the analysis showed the ethanol extract of betel provide analgesic
effects with a percent inhibition of its analgesic largest for 84,80% of the dose 864
mg/kg BW, while for the anti-inflammatory effects showed percent inhibition of
shows the percent inhibition of edema highest on hour-1 and decreased at the 4th
hour of the three variations of the extract dose. In the ANOVA showed that there
were significant differences between each dose of the extract with the negative
control ( 0,05) and at high doses there was no significant difference with the
positive control at test level of 0.05 ( 0.05).







Keywords : Betel leaves (Piper betle, Linn), analgesic, anti-inflammatory



vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Uji Efek Analgetik dan Antiinflamasi
Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih (Piper betle, Linn) Secara In Vivo, dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Pada Kesempatan ini, diucapkan terima kasih kepada Drs. Ahmad Musir,
M.Sc, Apt., selaku pembimbing I dan Nurmeilis, M.Si, Apt selaku pembimbing II
yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan, sejak proposal skripsi, pelaksanaan penelitian sampai penyusunan
skripsi ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan juga kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Prof.Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd.
2. Ketua Program Studi Jurusan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.
3. Kedua Orang tuaku, kakakku Miftakhul Kamilah, Tantowi Jauhari,
sepupuku Ulya Risky Rufaida dan segenap sekeluarga besar yang selalu
memberikan dorongan moril, materil, spiritual hingga selesainya skripsi
ini.
4. Kak Via, Kak Eris, Mas tonny terima kasih selalu membantu saya selama
penelitian.
viii
5. Teman-teman dekatku yang selalu mendukung Eli, Eka W, Yunita, Sri
Wulantini, Achit, Reni, Pipit, Gita, Nindi, Hana, Teman-teman sekelasku
Ela, Syifa, Eka Y, Alim, Erni, Adrian, Fikri, Azis, Dhani, Nino, Sobir,
Wida, Nuki, Erika, Dina, Amalia, Febri, Putrisa, Ami serta teman-teman
semester 8 kelas A.
6. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang
namanya tidak tersebutkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Harapan penulis
laporan penelitian ini dapat berguna bagi pihak yang terkait.



September, 2010


Penulis






ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Hipotesa ............................................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Sirih (Piper betle L.) ......................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................................ 5
2.1.2 Nama Daerah ............................................................................ 5
2.1.3 Bagian Tanaman yang Digunakan ........................................... 6
2.1.4 Deskripsi Daun Sirih (Piperis Folium) .................................... 6
2.1.6 Habitat ...................................................................................... 6
2.1.7 Kandungan Kimia .................................................................... 7
2.1.8 Khasiat ..................................................................................... 7
2.2 Simplisia
2.2.1 Pengertian Simplisia.................................................................. 8
2.3 Ekstrak .............................................................................................. 8
2.3.1 Ekstraksi ................................................................................... 9
2.3.2 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut ................................. 10
2.4 Nyeri .................................................................................................. 11
2.4.1 Patofisiologi Nyeri ................................................................... 11
2.5 Analgetik ........................................................................................... 12
2.5.1 Asam mefenamat ...................................................................... 13
2.5.2 Beberapa percobaan untuk menentukan efek analgetik ........... 13
2.6 Inflamasi ............................................................................................ 15
2.6.1 Definisi Inflamasi ..................................................................... 15
2.6.2 Mekanisme Terjadinya Inflamasi ............................................. 15
2.6.3 Macam-macam inflamasi ......................................................... 16
2.6.4 Golongan obat antiinflamasi .................................................... 17
2.6.5 Natrium diklofenak .................................................................. 18
2.6.6 Beberapa metode uji antiinflamasi ........................................... 19
x
2.6.7 Karagenan ................................................................................ 21

BAB III ALUR PENELITIAN ........................................................................ 22

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 23
4.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 23
4.2.1 Alat Penelitian .......................................................................... 23
4.2.2 Bahan Penelitian....................................................................... 23
4.2.3 Bahan Kimia............................................................................. 24
4.2.4 Bahan Pereaksi ......................................................................... 24
4.2.5 Hewan Percobaan ..................................................................... 24
4.3 Prosedur Penelitian............................................................................ 25
4.3.1 Determinasi Tanaman .............................................................. 25
4.3.2 Penyiapan Bahan yang digunakan ........................................... 25
4.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih ..................................... 25
4.3.4 Pembuatan sediaan ................................................................... 26
4.3.5 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia
dan Ekstrak ............................................................................... 27
4.3.6 Penapisan Fitokimia ................................................................. 29
4.4 Uji Analgetik dan Antiinflamasi ....................................................... 32
4.4.1 Aklimatisasi dan Pengelompokkan Hewan Percobaan ............ 32
4.4.2 Pengujian Efek Analgetik ........................................................ 35
4.4.3 Uji antiinflamasi ....................................................................... 36
4.4.4 Analisa Data ............................................................................. 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 39
5.1.1 Determinasi Tanaman .............................................................. 39
5.1.2 Ekstraksi ................................................................................... 39
5.1.3 Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik
Simplisia dan Ekstrak ............................................................... 39
5.1.4 Penapisan Fitokimia ................................................................. 40
5.2 Hasil Uji Analgetik ........................................................................... 41
5.3 Hasil Uji Antiinflamasi ..................................................................... 43
5.4 Pembahasan ....................................................................................... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 55
6.2 Saran .................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... 61



xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pembagian kelompok hewan uji analgetik............................................ 34
Tabel 2. Pembagian kelompok hewan uji antiinflamasi ..................................... 34
Tabel 3. Hasil ekstraksi ...................................................................................... 39
Tabel 4. Hasil pengujian parameter spesifik dan non spesifik ekstrak ............... 39
Tabel 5. Hasil penapisan fitokimia ekstrak daun sirih ........................................ 40
Tabel 6. Data pengamatan rata-rata jumlah geliat .............................................. 41
Tabel 7. Persentase inhibisi geliat ....................................................................... 42
Tabel 8. Rata-rata volume udem (mL) ................................................................ 43
Tabel 9. Rata-rata persen udem ........................................................................... 44
Tabel 10. Persen inhibisi udem ........................................................................... 45
Tabel 11. Conversion of animal doses to HED based on BSA ........................... 75
Tabel 12. Susut pengeringan pada simplisia ....................................................... 81
Tabel 13. Kadar abu simplisia ............................................................................. 82
Tabel 14. Kadar abu tak larut asam simplisia ..................................................... 83
Tabel 15. Kadar air pada ekstrak......................................................................... 84
Tabel 16. Kadar abu pada ekstrak ....................................................................... 85
Tabel 17. Kadar abu tak larut asam pada ekstrak................................................ 85
Tabel 18. Data persen inhibisi geliat pada kelompok perlakuan ........................ 87
Tabel 19. Pengukuran volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi
Karagenan pada masing-masing perlakuan ......................................... 89
Tabel 20. Persentase udem telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan
Pada masing-masing perlakuan ........................................................... 90
Tabel 21. Persentase inhibisi udem telapak kaki tikus setelah diinduksi
Karagenan pada masing-masing perlakuan ......................................... 91











xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah geliat rata-rata ................................................41
Gambar 2. Grafik persentase inhibisi geliat terhadap kelompok perlakuan .........42
Gambar 3. Grafik rata-rata volume udem terhadap waktu ....................................43
Gambar 4. Grafik hubungan persen rata-rata udem terhadap waktu ....................44
Gambar 5. Grafik persen inhibisi udem terhadap waktu.......................................45
Gambar 6. Daun sirih (Piper betle, Linn) .............................................................62
Gambar 7. Pletismometer ......................................................................................63
Gambar 8. Mencit putih jantan .............................................................................64
Gambar 9. Perlakuan sonde pada mencit ..............................................................64
Gambar 10. Penyuntikan secara intraperitoneal....................................................64
Gambar 11. Geliat pada mencit .............................................................................64
Gambar 12. Pelaksanaan sonde pada tikus ...........................................................65
Gambar 13. Penyuntikan karagenan secara subkutan ...........................................65
Gambar 14. Udem pada telapak kaki tikus ...........................................................65
Gambar 15. Pengukuran udem pada telapak kaki kiri tikus..................................65
Gambar 16. Bagan proses penyiapan simplisia.....................................................71
Gambar 17. Bagan aklimatisasi hewan percobaan ................................................72
Gambar 18. Skema kerja analgetik .......................................................................73
Gambar 19. Skema kerja antiinflamasi .................................................................74













xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar daun sirih (Piper betle, Linn)..............................................62
Lampiran 2. Alat penelitian...................................................................................63
Lampiran 3. Perlakuan hewan uji (Analgetik) ......................................................64
Lampiran 4. Perlakuan hewan uji (Antiinflamasi) ................................................65
Lampiran 5. Hasil determinasi daun sirih (Piper betle, Linn) ..............................66
Lampiran 6. Hasil Analisa Asam Mefenamat .......................................................67
Lampiran 7. Sertifikat Natrium Diklofenak ..........................................................68
Lampiran 8. Sertifikat Analisa Diklofenak Sodium ..............................................69
Lampiran 9. Sertifikat Karagenan .........................................................................70
Lampiran 10. Proses penyiapan simplisia .............................................................71
Lampiran 11. Aklimatisasi hewan percobaan .......................................................72
Lampiran 12. Skema kerja analgetik .....................................................................73
Lampiran 13. Skema kerja antiinflamasi ..............................................................74
Lampiran 14. Rumus perhitungan dosis hewan ....................................................75
Lampiran 15. Perhitungan dosis ekstrak kental daun sirih (Piper betle, Linn).....76
Lampiran 16. Perhitungan dosis asam mefenamat dan Na diklofenak .................79
Lampiran 17. Hasil pemeriksaan simplisia daun sirih (Piper betle, L.) ...............81
Lampiran 18. Hasil pemeriksaan ekstrak etanol 70%
daun sirih (Piper betle, Linn) ..........................................................84
Lampiran 19. Data persentase inhibisi geliat pada semua kelompok perlakuan ...87
Lampiran 20. Perhitungan persen inhibisi geliat...................................................88
Lampiran 21. Hasil pengamatan udem pada uji antiinflamasi ..............................89
Lampiran 22. Perhitungan persen udem dan persen inhibisi udem telapak
Kaki tikus ........................................................................................92
Lampiran 23. Hasil statistik uji efek analgetik dengan metode Writhing test ......94
Lampiran 24. Hasil statistik uji efek antiinflamasi dengan metode edema
Buatan pada telapak kaki tikus .......................................................99

1
BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan. Di dalam
hutan tropis Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan.
Diduga dari jumlah tersebut sekitar 9.600 jenis diketahui berkhasiat sebagai
obat dan 200 jenis diantaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi
industri obat tradisional (Sriningsih et al., 2006).
Masyarakat luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih
aman dibandingkan dengan obat kimia sehingga mereka lebih suka
menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya.
Walaupun demikian bukan berarti obat tradsional tidak memiliki efek
samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Dan kurangnya
informasi tentang obat tradisional oleh masyarakat merupakan salah satu
kendala dalam penggunaan obat tradisional sehingga penggunaannya
menjadi kurang optimal (Anggraini, 2008).
Salah satu tumbuhan yang telah lama dipergunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai bahan obat-obatan adalah daun sirih (Piper bettle, Linn).
Daun sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili Piperaceae yang
telah dikenal luas sehingga mempunyai beberapa nama daerah, misalnya :
sedah, suruh (Jawa) (Sirait et al, 1992). Secara empiris, untuk pemakaian
dalam tumbuhan ini antara lain telah digunakan untuk obat batuk, bronchitis,
gangguan lambung (gastritis), rheumatik, bengkak-bengkak, menghilangkan

1
2
bau badan, keputihan, hidung berdarah, mulut berbau, mata sakit (Sudarsono
et al., 1996).
Dari beberapa pustaka diketahui bahwa daun sirih mempunyai
kandungan kimia diantaranya minyak atsiri (terdiri hidroksi kavikol,
kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metil eugenol, -sitosterol, karvakrol,
terpen, seskuiterpen, triterpenoid), tanin, diastase, gula, dan pati (Mursito,
2004). Saeed et al (1993) dalam Rachmat et al, (2000) menyebutkan bahwa
isolasi kandungan minyak atsiri daun sirih berkhasiat sebagai antiplateled
dan anti bengkak (antiinflamasi).
Analgetik dan antiinflamasi masing-masing adalah senyawa-senyawa
yang dapat melenyapkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran dan mengatasi edema. Rasa nyeri dan peradangan merupakan
gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering terjadi yang disebabkan
karena suatu kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan yang
diikuti dengan pembebasan dan pembentukan bahan mediator, seperti
prostaglandin, histamin, serotonin dan bradikinin (Tjay dan Kirana. 2007;
Mustcher, 1991; Ganiswara et al., 2007).
Berdasarkan uraian diatas dan belum adanya informasi yang lengkap
mengenai efek farmakologi dari ekstrak etanol daun sirih, maka dilakukan
pemeriksaan efek analgetik dan antiinflamasi ekstrak daun sirih ini. Dari
penelitian ini diharapkan diperoleh data dan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah sehingga dapat dibuktikan bahwa ekstrak tumbuhan
ini benar-benar berkhasiat secara farmakologis.
3
Pada penelitian ini dilakukan uji efek analgetik menggunakan mencit
sebagai hewan coba dengan metode Writhing test, dimana asam asetat
sebagai penginduksi rasa nyeri. Rasa nyeri ini pada mencit diperlihatkan
dalam bentuk respon gerakan geliat yaitu abdomen menyentuh dasar tempat
berpijak dan kedua pasang kaki ditarik kebelakang (Park et al, 1998).
Sebagai pembanding digunakan asam mefenamat dan Na CMC untuk
kontrol negatifnya. Sedangkan untuk pemeriksaan efek antiinflamasi
menggunakan tikus sebagai hewan coba dan menggunakan metode edema
buatan pada telapak kaki hewan percobaan yang disuntik dengan suspensi
karagen 2% (Kelompok kerja ilmiah, 1993).
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan, yaitu: apakah ekstrak etanol 70% daun sirih (Piper betle L.)
memiliki efek sebagai analgetik dan antiinflamasi secara in vivo ?
1.3 HIPOTESA
Ekstrak etanol 70% daun sirih (Piper betle L.) dapat menghambat rasa
nyeri pada mencit putih yang telah diinduksi asam asetat, serta dapat
menghambat pembentukkan udema pada tikus putih yang ditimbulkan oleh
larutan karagenan.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1. Menguji efek analgesik dari ekstrak etanol 70% daun sirih pada mencit
secara in vivo.
4
2. Menguji efek antiinflamasi ekstrak etanol 70% daun sirih terhadap udem
yang ditimbulkan oleh larutan karagenan pada telapak kaki tikus secara in
vivo.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1. Menambah data penelitian tanaman obat tradisional yang berkhasiat
sebagai analgesik dan antiinflamasi.
2. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang khasiat ekstrak
etanol 70% daun sirih sebagai analgesik dan antiinflamasi.































5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Sirih (Piper betle L.)
Tinjauan mengenai tumbuhan ini meliputi klasifikasi tumbuhan, nama
daerah, morfologi, bagian tanaman yang digunakan, deskripsi tumbuhan,
habitat, kandungan kimia serta khasiat.
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Tanaman sirih diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L. (Sirait et al, 1980).
2.1.2 Nama Daerah
Sumatera : ranub (Aceh), blo, sereh (Gayo), belo (Batak Karo), demban
(Batak Toba), sirieh, sirih, suruh (Palembang, Minangkabau),
canbai (Lampung).
Jawa : seureuh (Sunda), sedah, suruh (Jawa), sere (Madura).
Bali : base, sedah
Sulawesi : ganjang, gapura (Bugis), baulu (Bare), buya, dondili (Buol),
bolu (Parigi), komba (Selayar), lalama, sangi (Talaud).
5
6
Maluku : ani-ani (Hok), papek, raunge, rambika (Alfuru), nein (Bonfia),
kakinuam (Waru), amu (Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias),
garmo (Buru), bido (Macan).
Irian : reman (Wendebi), manaw (Makimi), namuera (Saberi),
etouwon (Armahi), nai wadok (Saarmi), mera (Sewan),
mirtan (Berik), afo (Sentani), wangi (Sawa), freedor (Awija),
dedami (Marind) (Sirait et al, 1980).
2.1.3 Bagian tanaman yang digunakan
Daun segar, setengah kering, atau daun kering. (Standar of ASEAN,
1993).
2.1.4 Deskripsi Daun Sirih (Piperis Folium)
Pemerian daun sirih adalah memiliki bau aromatik khas; rasa pedas,
khas. Secara makroskopik yaitu daun tunggal, warna coklat kehijauan
sampai coklat. Helaian daun berbentuk bundar telur sampai lonjong, ujung
runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit,
pinggir daun rata agak menggulung ke bawah, panjang 5 cm sampai 18,5
cm, lebar 3 cm sampai 12 cm; permukaan atas rata, licin agak mengkilat,
tulang daun agak tenggelam; permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang
daun menonjol, permukaan atas berwarna lebih tua dari permukaan bawah.
Tangkai daun bulat, warna coklat kehijauan, panjang 1,5 cm sampai 8 cm
(Sirait et al, 1980).
2.1.5 Habitat
Sirih tumbuh liar di hutan jati atau hutan sampai ketinggian 300 m di
atas permukaan laut. Untuk pertumbuhan yang baik memerlukan tanah
7
yang kaya akan humus, subur, dan pengairan yang baik. (Standar of
ASEAN, 1993).
2.1.6 Kandungan Kimia
Sirih mengandung minyak atsiri 1 4,2%, hidroksikavikol, kavikol 7,2
16,7%, kavibetol 2,7 6,2%, llypyrokatekol 0 9,6%, karvakrol 2,2
5,6%, eugenol 26,8 42,5%, eugenol methyl ether 4,2 15,8%, p-cymene
1,2 2,5%, sineole 2,4 4,8%, caryophyllene 3,0 9,8%, candinene 2,4
15,8%, estragol, seskuiterpen, fenil propane, tannin, diastase, katekol,
pyrocatechin, terpinyl acetat, alkaloids, 1-alanine, -alanine, -amino
butyric acid, 1-arginine, asparagine, 1-asam aspartat, 1-asam glutamat,
glisin, histidin, 1-leusin, 1-lisin, 1-metionin, fenilalanin, 1-prolin, 1-serin, 1-
teronin, 1-triptopan, 1-rirosin, 1-valin, -alanin, sistin, asam oksalat, d(+)
asam malat, n-hentriakontan, n-pentatriakontan, -sitosterol, terpena, fenil
propana, gula, pati, flavonoid dan vitamin C (Standar of ASEAN, 1993;
Hariana, 2006; BPOM RI, 2004).
2.1.7 Khasiat
Khasiat daun sirih adalah sebagai anti sariawan, anti batuk, dan
antiseptik (Sirait et al, 1980). Selain itu juga sebagai antiradang, peluruh
kentut, dan menghilangkan gatal. Efek zat aktif eugenol (daun) untuk
mencegah ejakulasi, mematikan jamur Candida albicans yang merupakan
penyebab keputihan, antikejang. Tanin (daun) untuk mengurangi sekresi
cairan pada vagina, pelindung hati, antidiare, dan antimutagenik (Standar of
ASEAN, 1993; Hariana, 2006).

8
2.2 Simplisia
2.2.1 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan
belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan. (Sampurno et al, 2000).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia
Kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses
pembuatannya.
a. Bahan baku simplisia
Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar
dan atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari
tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, dan galur (asal
usul, garis keturunan) tanaman yang dipantau. Sementara jika diambil dari
tanaman liar maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa
dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan tempat tumbuh.
b. Proses pembuatan simplisia
Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan
tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, ,
pengeringan, sortasi kering, pengubahan bentuk, pengepakan, dan
penyimpanan.
2.3 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Massa atau
9
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi standar baku
yang telah ditetapkan. (Depkes RI, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah :
1. Faktor biologi
Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat), dipandang
secara khusus dari segi biologi yaitu jenis tumbuhan, lokasi tumbuhan
asal, waktu panen, penyimpanan, bahan tumbuhan, dan bagian yang
digunakan.
2. Faktor kimia
Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat), dipandang
secara khusus dari kandungan kimia, yaitu :
a. Faktor internal, seperti jenis senyawa aktif dalam bahan, kompisisi
kualitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif.
b. Faktor eksternal, seperti metode ekstraksi perbandingan ukuran alat
ekstraksi, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam
berat, ukuran kekerasan, dan kekeringan bahan. (Sampurno et al, 2000).
2.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang
terdapat pada simplisia. Karena di dalam simplisia mengandung senyawa
aktif yang berbeda-beda dan mempunyai struktur kimia yang berbeda-beda,
sehingga metode di dalam penarikan senyawa aktif di dalam simplisia harus
memperlihatkan faktor seperti : udara, suhu, cahaya, logam berat. Proses
ekstraksi dapat melalui tahap menjadi : pembuatan serbuk, pembasahan,
penyarian, dan pemekatan.
10
2.3.2 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut
Dengan menggunakan metode penyarian atau pelarut dalam ekstraksi
dapat dibedakan macam-macam cara ekstraksi diantaranya :
1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah proses pengekstraksikan simplisia dengan
menggunakan pelarut beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar).
b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara tahap
penampungan ekstrak, terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Cara Panas
a. Refluksi adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya perbandingan balik. Biasanya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
terbentuk proses ektraksi sempurna.
b. Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang baru, secara
umum dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinyus dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendinginan balik.
11
c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyus)
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara
umum pada temperatur 40-50
o
C.
d. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air mendidih (96-98
o
C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (>30
o
C) dan
temperatur sampai titik didih air (Sampurno et al, 2000).
2.4 Nyeri
2.4.1 Patofisiologi Nyeri
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang sering terjadi.
Fungsinya untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau
kejangan otot. Nyeri timbul jika adanya rangsangan mekanik, termal, kimia
atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan
karena itu menyebabkan kerusakan jaringan, membebaskan mediator nyeri
yang dapat merangsang reseptor nyeri. Reseptor-reseptor nyeri terletak pada
ujung-ujung saraf bebas kulit, selaput lendir dan jaringan internal tertentu
seperti peritoneum, dinding arteri dan permukaan sendi. Dari tempat ini
rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke SSP melalui sumsum
tulang belakang ke talamus (optikus) dan kemudian kepusat nyeri di dalam
otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri (Tjay dan Kirana,
2002 ; Muschler, 1991).


12
2.5 Analgetik
Analgetik adalah senyawa yang pada dosis terapi mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Mutschler, 1991).
Analgetik menurut potensi kerja dapat dibagi dalam dua golongan besar
yaitu analgetik narkotik dan analgetik perifer.
a. Analgetik Narkotik
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan
titik kerja yang terletak di SSP sehingga disebut juga analgetik kuat
(hipoanalgetik). Umumnya analgetik sentral ini dapat mengurangi
kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan), mengakibatkan toleransi
dan kebiasaan serta ketergantungan fisik dan psikis misalnya golongan
morfin dan turunannya : morfin dan kodein, heroin, hidromorfin,
hidrokodon dan dionin. (Tjay dan Kirana, 2002; Mustchler, 1991).
b. Analgetik perifer (Non Narkotik)
Analgetik ini berkhasiat lemah sampai sedang yang bekerja pada
perifer karena obat ini tidak mempengaruhi SSP, tidak menurunkan
kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Disamping kerja analgetik,
senyawa ini juga bersifat antipiretik, termasuk golongan ini antara lain:
asam mefenamat, indometasin, piroksikam, dan parasetamol. Mekanisme
kerja analgetik ini adalah mempengaruhi proses sintesa prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase yang menyebabkan
asam arakidonat dan asam C
20
tak jenuh tidak dapat membentuk
endoperokside yang merupakan prazat dari prostaglandin (Tjay dan
Kirana, 2002 ; Muschler, 1991).
13
2.5.1 Asam Mefenamat
Asam mefenamat merupakan derivat antranilat dengan khasiat analgetik,
antipiretik dan antiradang. Asam mefenamat mencapai kadar puncak dalam
plasma dalam waktu 30-60 menit dan mempunyai waktu paruh yang pendek
yaitu 1-3 jam (Tjay dan Kirana, 2002; Katzung, 2002). Obat ini sering
digunakan untuk obat nyeri dan rema. Absorbsi obat ini melalui saluran
cerna berlangsung cepat dan lengkap yang terikat 90% pada protein plasma.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah gangguan lambung-usus.
Pemakaian obat ini dikontraindikasikan pada kehamilan; belum dibuktikan
kemanjuran dan keamanannya pada anak kecil. Asam mefenamat, fenamat
yang lain, mempunyai sifat analgetik tetapi kemungkinan efek anti
inflamasinya kurang efektif dibandingkan aspirin (Tjay dan Kirana, 2002).
2.5.2 Beberapa percobaan untuk menentukan efek analgetik (Vogel, 2002)
1. Metode perangsangan panas.
Secara in vivo dilakukan pada mencit, tikus dan marmot dan secara
in vitro dilakukan pada anjing. Rangsang panas dapat dilakukan dengan
menggunakan lempeng tipis logam yang diletakkan di atas asam formalin
dan aseton mendidih pada suhu: 55-55,5
o
C, tikus-tikus dijatuhkan pada
lempeng tersebut. Selain pengujian aktifitas analgetik dengan plate panas
dapat juga digunakan alat tail flick yang dilaporkan oleh DAmour dan
Smith. Kedua metode ini digunakan untuk uji efek analgetik narkotik
(Vogel, 2002; Turner, 1965). Uji rangsang panas secara in vitro dilakukan
dengan menggunakan darah anjing yang diberi obat analgetik dan yang
14
tidak diberi obat. Penilaian dilakukan terhadap kemampuan obat
mengambat terjadinya haemolisa pada darah anjing.
2. Metode Perangsangan Mekanik
Penggunaan rangsang mekanik dapat dilakukan pada anjing, tikus dan
mencit yaitu dengan cara menekan jari kaki hewan percobaan dengan
menggunakan suatu alat yang dapat diatur tekanannya sehingga
menimbulkan efek nyeri tekan.
3. Metode Perangsang Listrik
Rangsang nyeri dapat juga ditimbulkan dengan mengguanakan alat
yang dapat menghasilkan arus listrik sesuai dengan yang diperlukan.
Dilakukan secara in vivo pada bagian tubuh yang peka dari hewan.
4. Metode Perangsangan Kimia
a. Metode Writhing test
Suatu zat kimia yang diberikan secara oral 30 menit sebelum pemberian
asam asetat 0,5% secara intraperitonial pada hewan coba. Pemberian asam
asetat untuk menimbulkan rasa nyeri pada mencit. Reaksi nyeri
diperlihatkan oleh mencit antara lain menggeliat, menggeser-geserkan
perut pada alas kandang. Mencit yang dapat dipakai adalah mencit yang
dapat memberikan reaksi seperti diatas . jumlah geliat langsung di amati
selama 30 menit dengan selang waktu 5 menit. Efek mengurangi rasa nyeri
dapat ditunjukkan dengan berkurangnya geliat mencit yang diberi bahan
uji. Beberapa zat kimia yang dapat menimbulkan efek nyeri pada
peritoneal adalah asam asetat, fenil benzoquinon dan larutan NaCl 4%.

15
2.6 Inflamasi
2.6.1 Definisi Inflamasi
Inflamasi pada jaringan yaitu terjadinya respon jaringan terhadap
rangsangan yang merusak secara kimia, fisika, dan biologi. Seperti
kerusakan jaringan akibat radiasi panas, infeksi bakteri dan lainnya.
Rangsangan yang merusak tersebut menyebabkan pecahnya sel mast dan
melepaskan mediator-mediator inflamasi dan enzim-enzim lisosom yang
berperan pada proses inflamasi. Gejala inflamasi yaitu terjadinya panas
(kalor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan gangguan
fungsi (fungsio laesa) (Tjay dan Kirana, 2002).
Gejala-gejala ini merupakan akibat dari meningkatnya permeabilitas
kapiler dan migrasi leukosit ke daerah jaringan yang mengalami inflamasi
seperti histamin, serotonin, bradikinin dan prostaglandin.
Infeksi atau radang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Trauma mekanis (Khususnya benturan)
b. Radiasi (Sinar UV)
c. Kerusakan kimia langsung (bahan kimia kaustik dan korosif)
d.Kerusakan kimia tidak langsung (bahan pengawet dan bahan pewarna
makanan)
e. Organisme pengganggu (virus, bakteri dan parasit) (Bowman, 1980).
2.6.2 Mekanisme Terjadinya Inflamasi
Terjadi nya inflamasi dimulai dengan adanya stimulus yang merusak
jaringan, mengakibatkan sel mast pecah dan terlepasnya mediator-
mediator inflamasi. Terjadi vasodilatasi dari seluruh pembuluh darah pada
16
daerah inflamasi sehingga aliran darah meningkat. Terjadinya perubahan
volume darah dalam kepiler dan venula, yang menyebabkan sel-sel endotel
pembuluh darah meregang dan terjadi kenaikan permeabilitas pembuluh
darah, protein plasma keluar dari pembuluh, timbullah edema. Infiltrasi
leukosit ke tempat inflamasi, pada tingkat awal infiltrasi oleh neutrofil,
selanjutnya infiltrasi oleh sel monosit. Kedua jenis leukosit ini berasal dari
pembuluh darah, melengket pada dinding endotelium venula kemudian
menuju daerah inflamasi dan memfagositosit penyebab inflamasi. Secara
kronologik jenis inflamasi ini termasuk tipe inflamasi akut (Guyton, 1995;
Katzung, 2007).
2.6.3 Macam-macam Inflamasi
Berdasarkan tipe terjadinya, inflamasi dapat dibagi atas 2 macam :
1. Inflamasi Akut
Inflamasi ini ditandai dengan kemerahan dan panas yang terlihat jelas
pada jaringan luar. Hal ini akibat pecahnya sel mast sehingga melepaskan
mediator-mediator inflamasi dan enzim lisosom serta ditandai dengan
banyaknya leukosit. Selain dari peristiwa tersebut, terjadi eksudasi cairan
plasma ke tempat inflamasi yang terus meningkat sehingga terbentuk
cairan eksudat yang ditandai dengan edema. Inflamasi akut akan hilang
setelah satu atau dua hari karena mempunyai waktu kerja yang pendek.
Sebagai contoh inflamasi akut ini adalah inflamasi akibat gigitan serangga,
akibat luka dan lainnya (Guyton, 1995; Underwood, 1999).


17
2. Inflamasi Kronik
Inflamasi tipe ini ditandai dengan banyaknya eksudat jaringan
granulomatosis, monositosis, limfositosis dan pengumpulan plasma sel.
Akibatnya jaringan mengalami fibrosis dan timbullah hiperplasia disekitar
jaringan. Tetapi hal ini dapat terjadi tergantung dari kedudukan dan
kondisi inflamasi kronik. Elemen-elemen jaringan yang diserang akan
menghasilkan reaksi imun antara suatu antigen dengan suatu antibodi yang
merangsang terjadinya inflamasi. Inflamasi kronik mempunyai waktu
kerja yang lama. Sebagai contoh inflamasi kronik adalah inflamasi akibat
tuberkolosis dan rematoid artritis (Guyton, 1995; Underwood, 1999).
2.6.4 Golongan obat antiinflamasi
Obat-obat antiinflamasi adalah obat yang memiliki aktifitas menekan
atau mengurangi peradangan. Aktifitas ini dapat dicapai melalui berbagai
cara yaitu menghambat pembentukkan mediator radang prostaglandin,
menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat
pelepasan prostaglansin dari sel-sel tempat pembentukannya.
Berdasarkan mekanisme kerjanya obat-obat antiinflamasi terbagi ke dalam
golongan :
a. Antiinflamasi steroid
Bekerja dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-
sel sumbernya, termasuk golongan obat ini antara lain: hidrokortison,
prednison, prednisolon, metil prednisolon, triamsolon, deksametason, dan
betametason (Bowman, 1980).

18
b. Antiinflamasi non steroid
Bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Termasuk golongan obat ini
adalah: aspirin, ibuprofen, naproksen, fenoprofen, indometasin, sulindak,
tolmetin, fenilbutazon, piroksikam, asam mefenamat dan diflunisal. Indikasi
obat ini adalah penyakit-penyakit yang disertai radang terutama penyakit
rematik yang disertai peradangan. Efek samping yang sering terjadi adalah
induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai
anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. (Ganiswara, 2007).
2.6.5 Natrium Diklofenak
Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi nonsteroid yang
bekerja menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam
metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin yang merupakan salah
satu mediator inflamasi. Natrium diklofenak merupakan derivat fenilasetat
yang mempunyai daya anti radang yang paling kuat dengan efek samping
yang kurang dibandingkan dengan obat lainnya (seperti indometasin,
piroxikam). Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri pada
migrain dan encok. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung
cepat dan lengkap yang terikat 99% pada protein plasma dan mengalami
efek lintas awal (first-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu singkat yakni
1-3 jam, Na diklofenak diakumulasi di cairan sinovilia yang menjelaskan
efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Efek
samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala.
Pemakaian obat ini harus berhati-hati pada penderita tukak lambung dan
19
pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan (Tjay dan Kirana, 2002;
Ganiswarna, 2007).
2.6.6 Beberapa metode uji antiinflamasi
1. Metode Pembentukan Edema Buatan
Metode ini berdasarkan pengukuran volume dari edema buatan.
Volume edema diukur sebelum dan sesudah pemberian zat yang di uji.
Beberapa iritan yang dipakai sebagai penginduksi edema antara lain
formalin, kaolin, ragi dan dekstran. Iritan yang umum digunakan dan
memiliki kepekaan yang tinggi adalah karagen (Vogel, 2002).
2. Metode Pembentukan Eritema
Metode ini berdasarkan pengamatan secra visual terhadap eritema pada
kulit hewan yang telah dicukur bukunya. Eritema dibentuk akibat iritasi
sinar UV selama 20 detik, sehingga terjadi vasodilatasi yang diikuti
dengan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan leukositosis
lokal. Dua jam kemudian eritema yang terbentuk diamati (Vogel, 2002;
Turner, 1965).
3. Metode iritasi Dengan Panas
Metode ini berdasarkan pengukuran luas radang dan berat edema yang
terbentuk setelah diiritasi dengan panas. Mula-mula hewan diberi zat
warna tripan biru yang disuntik secara IV, dimana zat ini akan berikatan
dengan albumin plasma. Kemudian pada daerah penyuntikan tersebut
dirangsang dengan panas yang cukup tinggi. Panas menyebabkan
pembebasan histamin endogen sehingga timbul inflamasi. Zat warna akan
keluar dari pembuluh darah yang mengalami dilatasi bersama-sama
20
dengan albumin plasma sehingga jaringan yang meradang kelihatan
berwarna. Penilaian derajat inflamasi diketahui dengan mengukur luas
radang akibat perembesan zat ke jaringan yang meradang. Pengukuran
juga dapat dilakukan dengan menimbang edema yang terbentuk, dimana
jaringan yang meradang dipotong kemudian ditimbang (Vogel, 2002;
Turner, 1965).
4. Metode Pembentukan Kantong Granuloma
Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk di
dalam kantong granuloma. Mula-mula benda terbentuk pelet yang terbuat
dari kapas yang ditanam di bawah kulit abdomen tikus menembus lapisan
linia alba. Respon yang terjadi berupa gejala iritasi, migrasi leukosit dan
makrofag ke tempat radang yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan
timbullah granuloma (Vogel, 2002).
5. Metode Iritasi Pleura
Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk
karena iritasi dengan induktor radang. Adanya aktifitas obat yang diuji
ditandai dengan berkurangnya volume eksudat. Obat diberikan secara oral.
Satu jam kemudian disuntik dengan induktor radang seperti formalin
secara intra pleura. Setelah 24 jam, hewan dibunuh dengan eter lalu
rongga pleura dibuka dan volume eksudat inflamasi diukur (Turner, 1965).
6. Metode Penumpukan Kristal Synovitis
Pada percobaan ini telapak kaki tikus disuntik dengan suspensi ragi
brewer dalam larutan metil selulosa secara subkutan. Akibat penyuntikan
ini menyebabkan peningkatan suhu rektal lebih kurang 2
o
C atau lebih.
21
Pada waktu 18 jam setelah penyuntikan diberikan obar secara oral dan
suhu rektal diukur dalam selang 30 menit (Vogel, 2002; Turner, 1965).
2.6.7 Karagenan
Karagenan dikenal juga dengan nama carragenan, carragenin,
carraghenates, chondrus extrak dan irish moss extrak (Reynold, 1982).
Karagenan merupakan suatu ekstrak kering ganggang laut merah
(Rhodopyceae) yang diperoleh dari spesies Chondrus crispus. Ekstrak
berwarna kuning kecoklatan sampai putih, sedikit berbau dan memberi rasa
berlendir pada lidah, larut sempurna dalam air panas yang bersifat kental.
Komposisi dari karagenan mengandung senyawa derivat mukopolisakarida
yaitu poligalaktosa sulfat. (Shen, 1981; Reynold, 1982).













22
BAB III
ALUR PENELITIAN







































Mencit
dan
Tikus
Dilakukan
aklimatisasi
Pengelompokkan hewan
uji berdasarkan perlakuan
yang diberikan (kontrol
positif, kontrol negatif,
Dosis rendah, Dosis
sedang, Dosis tinggi).
Daun sirih
(Piper betle L.)
DETERMINASI
Serbuk daun
sirih
Ekstraksi dengan
etanol 70%
Ekstrak kental
1. Penapisan fitokimia
2. Organoleptis (bentuk,
warna, bau dan rasa)
3. Susut Pengeringan dan
kadar air.
4. Kadar abu
5. Kadar abu tidak larut
asam
Uji analgetik
Analisa data
Uji antiinflamasi
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Farmakologi Jurusan
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi UHAMKA.
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan (April 2010 Juli 2010).
4.2 Alat dan Bahan Penelitian
4.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) Neraca analitik
(Wiggen Hauser); (2) Spuit injeksi suplantar dan peroral 1 ml & 3 ml
(Terumo); (3) Stopwatch (Olympic); (4) Alat-alat gelas (Pyrex Iwaki Glass);
(5) Vacum Rotari Evaporator (Memmert Eyele); (6) Pletismometer; (7)
Kandang mencit & tikus; (8) Sonde; (9) Timbangan hewan, (10) Blender
(National); (11) Oven (Memmert); (12) Kapas; (13) lumpang dan stamfer;
(14) tissu gulung; (15) label; (16) botol vial; (17) spatel.
4.2.2 Bahan Penelitian
Simplisia yang digunakan adalah daun sirih (Piperis Folium) dari
tanaman sirih (Piper betle, L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (BALITRO).




23
24
4.2.3 Bahan Kimia
Bahan Analgetik
Aquades, Asam asetat 0,5%, Asam mefenamat dari PT. Brataco sebagai
zat pembanding, Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC) dari PT.
Brataco.
Bahan Antiinflamasi
Aquades, Karagenan dari Puslit Oseanografi, Na diklofenak dari PT.
Kimia Farma, Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC) dari PT. Brataco.
4.2.4 Bahan Pereaksi
Bahan pelarut untuk ekstraksi adalah etanol 70%.
Bahan untuk penapisan fitokimia adalah ammonia (10%, 25%), etil asetat,
HCl (1%, 1:10), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, aquadest, lempeng
magnesium, HCl pekat, butanol, larutan besi (III) klorida (FeCl
3
) 1%,
pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat anhidrat, H
2
SO
4
pekat,
pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter.
4.2.5 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian uji efek
analgetik ini adalah mencit putih jantan (Mus Musculus) galur Deutche
Denken Yoken (DDY) umur 2 3 bulan, bobot 20 25 gram sedangkan
hewan yang digunakan untuk uji antiinflamasi ini adalah tikus putih betina
galur Sprague Dawley (SD) dengan berat badan 200 250 gram dan
berumur 2 3 bulan yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB).

25
4.3 Prosedur Penelitian
4.3.1 Determinasi Tanaman
Bahan yang digunakan adalah daun sirih (Piper betle L.) yang
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Sebelum
dilakukan penelitian terhadap tumbuhan, terlebih dahulu dideterminasi
untuk mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran simplisia.
Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi
Bidang Botani LIPI Cibinong.
4.3.2 Penyiapan Bahan yang Digunakan
a. Pengumpulan dan penyediaan simplisia
b. Daun sirih yang akan digunakan dicuci dengan air hingga bersih,
ditiriskan agar dapat bebas dari sisa cucian, dikeringkan dengan
diangin-anginkan, setelah kering dan bebas air kemudian digiling
hingga menjadi serbuk, serbuk yang diperoleh disimpan dalam wadah
bersih dan tertutup rapat.
4.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. 400 gram
serbuk kering dari daun sirih (Piper betle L.) dimaserasi dengan
pelarut etanol 70% dan dilakukan pengadukan secara terus menerus.
Proses tersebut dilakukan selama 1,5-2,5 jam dimana pelarut tetap
diganti dan disaring. Proses tersebut diulangi terus menerus sampai
diperoleh filtrat yang mendekati jernih kemudian semua filtrat
digabung, dan diuapkan atau dipekatkan dengan rotary evaporator
26
pada suhu 40C hingga diperoleh ekstrak kental. Dihitung hasil %
kadar ekstrak dengan rumus :
Bobot ekstrak yang didapat
% kadar ekstrak = x 100%
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi
4.3.4 Pembuatan Sediaan
1. Pembuatan sediaan ekstrak etanol daun sirih
Ekstrak ditimbang sesuai dengan dosis yang direncanakan lalu
dilarutkan dengan larutan Na CMC 1% yang telah dibuat sebelumnya,
kemudian diaduk hingga homogen. Sediaan uji dibuat berdasarkan
volume ideal yang boleh dimasukkan ke dalam tubuh hewan
percobaan secara oral. Volume pemberian zat uji 1% dari berat hewan
dengan menggunakan rumus (Thompson, 1990):
VAO = dosis ( mg/ kg BB ) X Berat Badan ( kg )
Konsentrasi ( mg/ ml )
2. Pembuatan suspensi asam mefenamat 0,5% b/v
Untuk dosis 91 mg/kg BB
Asam mefenamat ditimbang sebanyak 18,2 mg digerus perlahan di
dalam lumpang, tambahkan 5 ml suspensi Na CMC 1 % sambil diaduk
homogen, kemudian ditambahkan sampai 10 ml. Dikocok homogen
dan dimasukkan ke dalam vial.
3. Pembuatan suspensi Na diklofenak
Untuk dosis 5,14 mg/kg BB
27
Diklofenak ditimbang sebanyak 25,75 mg digerus perlahan di
dalam lumpang, tambahkan 30 ml suspensi Na CMC 1% sambil
diaduk homogen. kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml
lalu ditambahkan suspensi Na CMC 1% hingga tanda batas. Dikocok
homogen dan dimasukkan ke dalam vial.
4. Pembuatan larutan karagenan 2% b/v
Untuk membuat 10 ml larutan karagenan 2% b/v digunakan
digunakan karagenan sebanyak 0,2 gram, kemudian dilarutkan dengan
NaCl fisiologis sampai 10 ml dalam gelas ukur kemudian di panaskan
dalam water bath sambil di aduk sampai larut dengan sempurna.
4.3.5 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak
(Sampurno et al, 2000)
1. Parameter spesifik :
a. Organoleptik
Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.
2. Parameter non spesifik terdiri dari:
a. Susut Pengeringan dan Kadar Air.
Ekstrak atau simplisia ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram
sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal
bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105
o
C
selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak
diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan
botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai
10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya.
28
Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105
o
C hingga
diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan,
botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator
hingga suhu kamar
b. Kadar Abu
1 g sampai 2 g ekstrak atau simplisia yang telah digerus dan
ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus
silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak atau simplisia
diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan
air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu.
Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama. Filtrat
dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot
tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan
dinyatakan dalam % b/b.
c. Kadar abu tidak larut asam: Abu yang diperoleh pada penetapan
kadar abu, didihkan dengan 25 ml HCl encer selama 5 menit,
dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui
krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,
dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang
tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di
udara.


29
4.3.6 Penapisan Fitokimia
a. Identifikasi Golongan Alkaloid
Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 ml ammonia 25%,
digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan
digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan
kertas saring. Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan
A), sebagian dari larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan
HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan
bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada
kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk
warna merah atau jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan
adanya senyawa golongan alkaloid dalam sampel.
Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-
masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan
merah bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan
pereaksi Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan
alkaloid.
b. Identifikasi Golongan Flavonoid
1 gram sampel ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5
menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan
digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan
percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng
magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol,
dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk
30
warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka hal itu menunjukkan
adanya senyawa golongan flavonoid.
c. Identifikasi Golongan Saponin
Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b
(identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan
selama 10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil
dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu
menunjukkan adanya senyawa golongan saponin.
d. Identifikasi Golongan Tanin
2 gram sampel ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15 menit
lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring, filtrat yang
diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat pertama
ditambahkan 10 ml larutan FeCl
3
1%, jika terbentuk warna biru tua
atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa
golongan tanin.
Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny
(formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas
penangas air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan
warna merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya
endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat,
ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl
3
1%, jika terbentuk warna
biru tinta maka menunjukkan adanya tanin galat.

31
e. Identifikasi Golongan Kuinon
Diambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi
golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna
merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon.
f. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid
1 gram sampel ditambahkan dengan 20 ml eter, dibiarkan selama 2 jam
dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring dan diambil filtratnya.
5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga
diperoleh residu/sisa. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard).
Jika terbentuk warna hijau atau merah maka hal itu menunjukkan
adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid dalam simplisia
tersebut.
g. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri
Sejumlah 2 gram sampel dalam tabung reaksi (volume 20 ml),
ditambahkan 10 ml pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang
diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut
tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan
didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh
diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu
dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan
kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, jika residu
32
berbau aromatik/menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya
senyawa golongan minyak atsiri.
h. Identifikasi Golongan Kumarin
2 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml),
ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang corong (yang
diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut
tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan
didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh
diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu
ditambahkan air panas sebanyak 10 ml lalu didinginkan. Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml
larutan ammonia (NH
4
OH) 10%. Lalu diamati di bawah sinar lampu
ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm. Jika terjadi fluoresensi
warna biru atau hijau maka hal itu menunjukkan adanya senyawa
golongan kumarin (Fransworth, 1966).
4.4 Uji Analgetik dan Antiinflamasi
4.4.1 Aklimatisasi dan pengelompokkan hewan percobaan
Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, semua mencit
dipelihara terlebih dahulu selama 2 minggu untuk penyesuaian
lingkungan, mengontrol kesehatan dan berat badan serta
menyeragamkan makanannya. Hewan percobaan dikelompokkan
secara acak menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor.


33
Hal ini memenuhi Rumus Federer, yaitu:
(n-1) (t-1) 15
Keterangan :
n = jumlah hewan percobaan per kelompok
t = jumlah kelompok
Rumus Fereder untuk Metode Whriting test (Analgetik) :
(n-1) (5-1) 15
(n-1) 4 15
4n 4 15
4n 19
n 4,75 ~ 5
Rumus Fereder untuk Metode edema buatan pada telapak kaki tikus
(Antiinflamasi) :
(n-1) (5-1) 15
(n-1) 4 15
4n 4 15
4n 19
n 4,75 ~ 5
Jadi jumlah minimal mencit yang digunakan dalam percobaan metode
whriting test adalah 5 ekor dalam satu kelompok, dan metode edema
buatan pada telapak kaki tikus adalah 5 ekor tikus dalam satu kelompok.
Adapun pembagian kelompok sebagai berikut :


34
Tabel 1. Pembagian Kelompok Hewan Uji Analgetik
Kelompok Jumlah
Mencit
Perlakuan
1 5 Kontrol negatif, diberi Na CMC 1%
2 5 Kontrol positif, diberi suspensi asam
mefenamat 0,5% b/v
3 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam
Na CMC 1% dosis 216 mg/kgBB
4 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam
Na CMC 1% dosis 432 mg/kgBB
5 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam
Na CMC 1% dosis 864 mg/kgBB
Setiap ekor disuntikan 0,4 ml/20 grBB mencit asam asetat 0,5% secara
intraperitoneal (i.p)


Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri
dari 5 ekor. Rinciannya sebagai berikut :
Tabel 2. Pembagian Kelompok Hewan Uji antiinflamasi
Kelompok Jumlah
Tikus
Perlakuan
1 5 Kontrol negatif, diberi Na CMC 1%
2 5 Kontrol positif, diberi Na diklofenak
3 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam
Na CMC 1% dosis 108 mg/kgBB
4 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam
Na CMC 1% dosis 216 mg/kgBB
5 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam
Na CMC 1% dosis 432 mg/kgBB
Setiap ekor disuntikkan 0,4 ml/200 grBB tikus suspensi karagenan 2% secara
subkutan
35
4.4.2 Pengujian Efek Analgetik
1. Persiapan hewan coba
Hewan coba mencit putih jantan galur DDY berumur 2-3 bulan dengan
berat badan 20-25 gram sebanyak 25 ekor mencit. Diadaptasikan dengan
lingkungan laboratorium sekitar kurang lebih 2 minggu, dengan tujuan
membiasakan hidup dalam lingkungan dan perlakuan.
2. Pengujian Efek Analgetik dengan Metode Writhing Test
1. Hewan percobaan dipuasakan makan selama 18 jam, minum tetap
diberikan.
2. Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan secara acak, yaitu: kelompok
kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok uji. Tiap
kelompok terdiri dari lima ekor.
3. Untuk kelompok kontrol negatif diberi Na CMC 1% sebanyak 0,5
ml/20 gr BB.
4. Untuk kelompok kontrol positif diberi asam mefenamat 0,5% b/v
dalam Na CMC 1% dengan dosis 91 mg/kgBB mencit.
5. Pada kelompok uji, masing-masing kelompok diberi zat uji dengan
dosis yang sesuai, secara oral.
6. Setelah 30 menit pemberian zat uji diinjeksi secara intraperitoneal (IP)
larutan asam asetat 0,5% dengan volume 0,4 ml/20 gram BB (Putri,
2001).
7. Hitung geliat yang terjadi selang 5 menit selama 30 menit.
8. Hitung persentase inhibisi pada masing-masing kelompok dosis dengan
menggunakan rumus (Turner, 1965) :
36
%inhibisi geliat = 100% - ( jumlah geliatan rataan zat uji x 100%)
jumlah geliat rataan kontrol
4.4.3 Uji antiinflamasi
1. Persiapan hewan coba
Hewan coba tikus betina galur Sprague Dawley (SD) berumur 2-3 bulan
dengan berat badan 200-250 gram sebanyak 25 ekor tikus.
Diadaptasikan dengan lingkungan laboratorium sekitar kurang lebih 2
minggu, dengan tujuan membiasakan hidup dalam lingkungan dan
perlakuan.
2. Pengujian Efek Antiinflamasi dengan Metode Edema Buatan Pada
Telapak Kaki Tikus (Vogel, 2002).
1. Tikus dipuasakan 18 jam sebelum pengujian, air minum tetap
diberikan.
2. Pada hari pengujian, tikus ditimbang bobotnya dan dikelompokkan
secara acak; ada lima kelompok tikus dengan jumlah tikus masing-
masing kelompok adalah 5 ekor.
3. Volume kaki kiri belakang setiap tikus yang akan diinduksi, diberi
tanda pada mata kaki lalu diukur terlebih dahulu dengan cara
mencelupkan kaki tikus ke dalam raksa hingga tanda batas. Pada setiap
pengukuran, tinggi cairan pada alat dicatat sebelum dan sesudah
pengukuran.
4. Pada kelompok kontrol negatif, setiap tikus diberi Na CMC 1% dengan
dosis 2 ml/200 grBB tikus.
37
5. Pada kelompok kontrol positif, setiap tikus diberi suspensi obat
antiinflamasi natrium diklofenak dalam Na CMC 1% dengan dosis
5,14 mg/kgBB tikus
6. Pada masing-masing kelompok uji diberikan suspensi bahan uji dalam
Na CMC 1% yang diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
dosis yang diinginkan.
7. Setelah 1 jam diberi sediaan uji, telapak tikus disuntik dengan larutan
karagenan 2% sebanyak 0,4 ml secara intrakutan, sebelumnya kaki
tikus dibersihkan dengan etanol 70%.
8. Setelah 1 jam kaki tikus dicelupkan ke dalam alat pletismometer hingga
batas mata kaki lalu diukur pada jam ke-1, 2, 3, 4, dan 5 setelah
diinduksi dengan karagenan.
9. Ukur volume edema telapak kaki masing-masing tikus.
10. Hitung persentase edema dan persentase inhibisi pembentukan edema
dengan rumus (Kelompok kerja ilmiah, 1993):
% udem = (X)
t
(X)
o
x 100%
(X)
o
% Inhibisi udem = a b x 100%
a
Dimana :
( X )
t
= Volume telapak kaki tikus pada waktu t
( X )
o
= Volume telapak kaki tikus pada waktu nol
a = % udem rata-rata kelompok kontrol
b = % udem rata-rata kelompok yang diberi zat uji

38
4.4.4 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
melihat distribusi data dan dianalisis dengan uji Levene untuk melihat
homogenitas data. Jika data terdistribusi normal dan homogenitas maka
dilanjutkan dengan uji Analisis varians (ANAVA) satu arah dengan taraf
kepercayaan 95% sehingga dapat diketahui apakah perbedaan yang
diperoleh bermakna atau tidak. Jika terdapat perbedaan bermakna,
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (LSD) (Santoso, 2008).
































39
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL PENELITIAN
5.1.1 Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman telah dilakukan di laboratorium Herbarium LIPI
Bogor. Jawa Barat. Hasil determinasi telah menunjukkan bahwa tanaman yang
menjadi sampel adalah Piper betle, Linn atau lebih dikenal dengan sebutan daun
sirih dan bersuku Piperaceae.
5.1.2 Ekstraksi
Tabel 3. Hasil Ekstraksi
No. Jenis Hasil
1 Daun sirih segar 3 kg
2 Daun sirih kering 830 gr
3 Serbuk 400 gr
4 Ekstrak etanol kental 75,2 gr

5.1.3 Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan
Ekstrak
Tabel 4. Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak
Karakteristik Simplisia
(Serbuk)
Persyaratan Ekstrak Kental
Daun Sirih
Persyaratan
Organoleptis Warna : Hijau
Bau : Khas
Rasa : Pedas

_
Warna : Coklat
tua
Bau : Khas
Rasa : Pedas
_
Susut 4,4% Tidak lebih dari 10% _ _
39
40
pengeringan (Depkes RI, 1995)
Kadar air
_ _
4,15% Tidak lebih dari
5,4% (BPOM,
2004).
Kadar abu 11,68% Tidak lebih dari 14%
(Depkes RI, 1980).
7,90%
(Ekstrak etanol
70%)
Tidak lebih dari
0,29% ( ekstrak
etanol 95%)
(BPOM, 2004).
Kadar abu tak
larut asam
4,12 % Tidak lebih dari 7%
(Depkes RI, 1980)
3,52 %
(Ekstrak etanol
70%)
Tidak lebih dari
0,08% (ekstrak
etanol 95%)
(BPOM, 2004)
% Kadar
Ekstrak
_ _ 18, 8% _

5.1.4 Penapisan Fitokimia
Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan pada daun sirih
(Piper betle, Linn) diperoleh beberapa golongan senyawa kimia yang hasilnya
dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 5. Hasil Penapisan Fitomikia Ekstrak Daun Sirih
Golongan Senyawa Hasil Penapisan
Serbuk Ekstrak Kental
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Steroid
Triterpenoid
Tanin
Kuinon
Minyak Atsiri
Kumarin
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
41
5.2 Hasil Uji Analgetik
a. Rata-rata geliat mencit setelah diinduksi asam asetat 0,5% pada masing-
masing perlakuan.
Tabel 6. Data pengamatan rata-rata jumlah geliat
Kelompok Rata-rata jumlah geliat menit ke
5 10 15 20 25 30
Na CMC 1%
0,5 mL/20 g BB
44 39 38 35 24 14,67
Asam Mefenamat 0,5%
91mg/kg BB
7,33 6 4,33 3 2,33 1,33
Ekstrak Daun Sirih
216mg/kg BB
24,33 20 16,67 11,33 8,67 6,33
Ekstrak Daun Sirih
432mg/kg BB
16,33 13,67 9,67 7,67 5,67 4
Ekstrak Daun Sirih
864mg/kg BB
8,33 6,33 5,33 4,33 3,33 2,33

0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
5' 10' 15' 20' 25' 30'
Waktu (menit)
R
a
t
a
-
r
a
t
a

j
u
m
l
a
h

g
e
l
i
a
t
Kontrol negatif
Kontrol positif
Dosis rendah
Dosis sedang
Dosis tinggi

Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah geliat

42
b. Rata-rata persentase inhibisi geliat ekstrak daun sirih terhadap
kelompok perlakuan.
Tabel 7. Persentase inhibisi geliat
Kelompok Persentase inhibisi geliat
Na CMC 1%
0,5 ml/20 grBB
0 0
Asam Mefenamat
0,5% 91mg/kg BB
87,54 2,13
Ekstrak Daun Sirih
216mg/kg BB
54,91 5,21
Ekstrak Daun Sirih
432mg/kg BB
70,79 8,35
Ekstrak Daun Sirih
864mg/kg BB
84,80 1,50

0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
Dosis
rendah
Dosis
sedang
Dosis
tinggi
Kelompok perlakuan
%

i
n
h
i
b
i
s
i

g
e
l
i
a
t
Series1

Gambar 2. Grafik persentase inhibisi geliat terhadap kelompok perlakuan



43
5.3 Hasil Uji Antiinflamasi
a. Rata-rata volume edema telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan
pada masing-masing perlakuan.
Tabel 8. Rata-rata volume udem (mL)
Kelompok Rata-rata volume udem (mL) tiap 1 jam selama 5 jam
0 1 2 3 4 5
Na CMC 1%
2 mL/200 g BB
0,19 0,38 0,42 0,43 0,46 0,43
Na Diklofenak
5,14mg/kg BB
0,21 0,28 0,34 0,36 0,40 0,37
Ekstrak Daun Sirih
108mg/kg BB
0,20 0,33 0,38 0,41 0,43 0,41
Ekstrak Daun Sirih
216mg/kg BB
0,21 0,32 0,38 0,41 0,42 0,39
Ekstrak Daun Sirih
432mg/kg BB
0,21 0,30 0,35 0,37 0,39 0,36

0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0jam 1jam 2jam 3jam 4jam 5jam
Waktu
R
a
t
a
-
r
a
t
a

u
d
e
m
Kontrol negatif
Kontrol positif
Dosis rendah
Dosis sedang
Dosis tinggi

Gambar 3. Grafik rata-rata volume udem terhadap waktu

44
b. Rata-rata persen radang telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan pada
masing-masing perlakuan.
Tabel 9. Rata-rata persen udem
Kelompok Persen rata-rata udem tiap 1 jam selama 5 jam
0 1 2 3 4 5
Na CMC 1%
2 mL/200 g BB
0 97,64 117,2 123,9 138,03 120,86
Na Diklofenak
5,14mg/kg BB
0 30,56 58,89 68,33 86,67 73,89
Ekstrak Daun Sirih
108mg/kg BB
0 66,76 93,63 103,7 118,18 81,67
Ekstrak Daun Sirih
216mg/kg BB
0 53,63 78,78 91,20 109,99 85,15
Ekstrak Daun Sirih
432mg/kg BB
0 42,12 70,90 77,57 90,60 77,57

0
20
40
60
80
100
120
140
160
1jam 2jam 3jam 4jam 5jam
Waktu
%

r
a
t
a
-
r
a
t
a

u
d
e
mKontrol negatif
Kontrol positif
Dosis rendah
Dosis sedang
Dosis tinggi

Gambar 4. Grafik hubungan % rata-rata udem terhadap waktu

45
c. Rata-rata persen penghambatan radang telapak kaki tikus pada masing-masing
perlakuan selama 5 jam.
Tabel 10. Persen inhibisi udem
Kelompok Persen inhibisi udem tiap 1 jam selama 5 jam
0 1 2 3 4 5
Na Diklofenak
5,14mg/kg BB
0 67,02 49,38 44,9 37,08 38,68
Ekstrak Daun Sirih
108mg/kg BB
0 30,74 20,08 16,23 15,34 24,96
Ekstrak Daun Sirih
216mg/kg BB
0 45,33 32,95 26,25 20,59 29,73
Ekstrak Daun Sirih
432mg/kg BB
0 55,38 39,42 37,39 34,16 35,68

0
10
20
30
40
50
60
70
80
1jam 2jam 3jam 4jam 5jam
Waktu
%

i
n
h
i
b
i
s
i

u
d
e
m
Kontrol positif
Dosis rendah
Dosis sedang
Dosis tinggi

Gambar 5. Grafik % inhibisi udem terhadap waktu

5.4 PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan ekstrak kental daun sirih (Piper betle, Linn)
diperoleh dari proses ekstraksi yang merupakan kegiatan penarikan kandungan
kimia yang terdapat pada simplisia. Proses ekstraksi dapat melalui tahap menjadi
46
pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Pembuatan serbuk
dilakukan daun sirih dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk
menghindari kemungkinan rusaknya senyawa-senyawa komplek yang terkandung
di dalam daun lalu diblender menjadi serbuk. Pembasahan dan penyarian
merupakan salah satu cara ekstraksi yaitu maserasi. Maserasi adalah proses
pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada temperature ruangan kamar, dan pengulangan penambahan
pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya bertujuan
agar dapat menarik semua zat aktif yang terkandung di dalam daun. Kemudian
dilakukan pemekatan dengan alat Rotary Evaporator untuk memperoleh ekstrak
kental daun sirih. Dari proses tersebut didapatkan ekstrak kental sebanyak 75,2
gram. Selanjutnya pengujian simplisia dan ekstrak kental daun sirih dilakukan
penapisan fitokimia untuk mengetahui senyawa yang terkandung di dalam daun
sirih (Tabel 5). Kemudian uji parameter spesifik dan non spesifik ekstrak dengan
beberapa karakteristik ekstrak yaitu organoleptis, susut pengeringan, kadar air,
kadar abu dan kadar abu tak larut asam. Ekstrak kental daun sirih digunakan untuk
diuji efek analgetik dan antiinflamasi.
Pemakaian etanol 70% sebagai pelarut karena etanol 70% dapat melarutkan
senyawa organik dalam tumbuhan baik yang bersifat polar maupun non polar,
tidak beracun, tidak mudah ditumbuhi kapang dan kuman, dan pemanasan yang
diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Disamping itu etanol 70% mempunyai
titik didih yang rendah (78,4
o
C) sehingga mudah diuapkan, aman digunakan dan
mudah mendapatkannya (Riawan, 1990).
47
Bahan uji yang diberikan dalam bentuk tersuspensi dengan Na CMC 1%, hal
ini dikarenakan ekstrak tidak larut sempurna dalam air. Pada uji efek analgetik ini
dilakukan dengan metode Writhing test yang diperlihatkan dengan adanya
kontraksi dari dinding perut, kedua pasang kaki ditarik ke belakang sehingga
abdomen menyentuh dasar dari ruang yang ditempatinya. Metode ini dipilih,
karena mudah dilakukan tanpa memiliki keahlian khusus, dan tanpa menggunakan
alat yang khusus. Metode Writhing test digunakan untuk pengujian analgetik non
narkotik. Prinsip metode ini adalah mengamati penurunan jumlah geliat yang
terjadi akibat pemberian zat uji pada mencit yang diberi larutan asam asetat 0,5%
dengan volume 0,4 ml/20 grBB mencit, secara intraperitoneal. Larutan asam
asetat ini digunakan sebagai induktor nyeri berupa geliatan pada mencit
sedangkan bahan pembanding yang digunakan adalah asam mefenamat 0,5% b/v.
Dimana asam mefenamat ini terikat sangat kuat pada protein plasma (Ganiswara,
2007) dan paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri.
Hewan percobaan yang digunakan uji efek analgetik ini adalah mencit putih
jantan galur Deutche Denken Yoken (DDY) karena dapat menghasilkan banyak
keturunan sehingga mudah didapat dalam jumlah banyak, memiliki ukuran tubuh
yang relatif kecil sehingga pada saat pengujian mudah diamati, sifat kanibalnya
rendah, dan memiliki harga jual yang relatif tidak mahal.
Pada uji efek analgetik ini digunakan 3 variasi kelompok dosis yaitu
kelompok dosis rendah 216 mg/kg BB, kelompok dosis sedang 432 mg/kg BB,
dan kelompok dosis tinggi 864 mg/kg BB. Pada kelompok ekstrak daun sirih
dosis 216 mg/kg BB, dosis 432 mg/kg BB dan dosis 864 mg/kg BB jumlah geliat
yang ditimbulkan lebih kecil dari pada kelompok kontrol negatif Na CMC 1%, hal
48
ini berarti kelompok ekstrak daun sirih sudah dapat memberikan efek analgetik.
Pengamatan terhadap persen inhibisi geliat selama 30 menit menunjukkan bahwa
dosis 864 mg/kg BB memberikan efek yang maksimal.
Pada grafik hubungan antara kelompok dosis dengan jumlah geliat rataan
atau antara dosis dengan persentase inhibisi geliat (Lampiran 18). Terlihat bahwa
semakin tinggi dosis ekstrak daun sirih yang diberikan semakin kecil jumlah
peregangan yang terjadi. Ini berarti efek inhibisi terhadap rasa nyeri yang
ditimbulkan semakin besar. Sehingga dapat diduga ada hubungan antara dosis
dengan efek analgetiknya.
Data yang diperoleh dianalisa secara statistik menggunakan metode analisa
varian (ANOVA) satu arah. Metode ini digunakan untuk melihat rata-rata
persentase inhibisi geliat mencit pada kelompok perlakuan adalah sama atau
sebaliknya secara nyata. Jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji
LSD. Sebelum analisa tersebut dilakukan, telah dilakukan uji normalitas dengan
metode Kalmogorof-Smirnov dan homogenitasnya dengan metode Levene. Untuk
uji efek analgetik ini analisa awal dilakukan uji normalitas dengan metode
Kalmigorov-Smirnov untuk melihat distribusi data persen inhibisi geliat mencit
terhadap kelompok perlakuan (Lampiran 23) menunjukkan semua kelompok
perlakuan terdistribusi normal dan tidak berbeda secara bermakna. Kemudian
dilanjutkan uji homogenitas dengan metode Levene untuk melihat data persentase
inhibisi geliat mencit homogen atau tidak, hasil menunjukkan semua kelompok
perlakuan tidak terdistribusi homogen ( 0,05). Karena data tersebut tidak
memenuhi syarat homogenitas maka dilanjutkan uji Kruskal Willis untuk
49
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persentase inhibisi geliat mencit
pada data yang tidak memenuhi syarat normalitas dan homogenitas.
Kemudian uji BNT dengan metode LSD dilakukan apabila hasil pengujian
menunjukkan adanya perbedaan nilai secara bermakna dengan tujuan untuk
menetukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara
bermakna dengan kelompok lainnya. Hasil tersebut menunjukkan persentase
inhibisi geliat mencit seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kontrol
positif kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05
(Lampiran 22). Berdasarkan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak etanol daun sirih (Piper betle, Linn) dengan dosis 216
mg/kgBB, 432 mg/kgBB dan 864 mg/kg BB dapat menurunkan geliat pada
mencit putih jantan yang diinduksi asam asetat0,5% dan pada dosis 864mg/kg BB
mencit memberikan efek analgetik yang sama dengan asam mefenamat sebagai
kontrol positifnya.
Pada pengujian efek antiinflamasi digunakan metode pembentukkan edema
buatan pada telapak kaki belakang tikus putih betina dan karagenan sebagai
penginduksi udem. Metode ini dipilih, karena sederhana dan lebih mudah
dilakukan tanpa keahlian khusus namun memiliki hasil yang akurat. Metode
pembentukan edema buatan pada telapak kaki tikus yang sebenarnya
menggunakan 0,2 ml suspensi karagenan 1% dalam NaCl fisiologis sebagai
induksi secara subkutan (Kelompok kerja ilmiah, 1993). Namun, pada penelitian
kali ini menggunakan 0,4 ml suspensi karagenan 2% karena lebih terlihat volume
udem yang terbentuk pada telapak kaki tikus.
50
Pengukuran volume udem menggunakan pletismometer dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain adalah volume air raksa pada alat, kejelasan tanda batas
harus terbenamnya kaki tikus dalam air raksa, posisi kaki tikus pada saat
pengukuran, cara pembacaan skala pada alat, dan kondisi perlakuan selama
penelitian. Pengurangan sebanyak mungkin pengaruh faktor tersebut dilakukan
dengan meningkatkan ketelitian saat pengukuran yaitu melakukan pengukuran
dengan pengulangan sebanyak tiga kali dan mengusahakan tikus dalam keadaan
tenang saat pengukuran.
Bahan pembanding yang digunakan pada penelitian adalah natrium
diklofenak. Dimana natrium diklofenak ini mempunyai daya absorbsi yang cepat
dalam tubuh dengan efek samping yang lebih rendah dari yang lainnya
(indometaxim, piroxicam) (Tjay dan Kirana, 2002). Natrium diklofenak juga
sering digunakan sebagai kontrol pembanding pada penelitian efek antiinflamasi.
Karagenan dipilih sebagai penginduksi udem karena dapat menimbulkan
gejala antiinflamasi akut, selain itu udem yang dihasilkan lebih responsif terhadap
obat-obat antiinflamasi. Pembentukkan udem oleh larutan karagenan 2% b/v
sebanyak 0,4 ml/200 gBB juga tidak menyebabkan kerusakan jaringan dan udem
dapat bertahan selama beberapa jam kemudian berangsur-angsur berkurang
setelah 24 jam.
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih betina karena dapat
diperoleh dalam jumlah banyak, ukuran telapak kaki tikus lebih mudah diamati
saat diukur volume udemnya. Hewan uji tersebut dipilih galur, umur, jenis
kelamin, dan kondisi perlakuan yang sama agar meminimalkan variasi biologis
selama penelitian. Pada penelitian ini digunakan hewan uji tikus putih betina galur
51
Sprague Dawley dengan berat badan 200-250 gram dengan usia 2-3 bulan.
Pemilihan galur tikus tersebut didasarkan pada mekanisme patofisiologinya
terhadap iritasi, udem dan aktivasi asam arakhidonat dalam sintesis prostaglandin
dan tromboksan yang mirip dengan manusia (Convorti and Bellavite, 2010). Jenis
kelamin betina dipilih karena respon inflamasi pada tikus betina lebih nyata
dibandingkan pada tikus jantan. Respon inflamasi pada tikus putih dipengaruhi
oleh hormon estrogen dan testosteron (Green et al, 1999). Perlakuan hewan
dimulai dengan aklimatisasi terlebih dahulu selama dua minggu, agar hewan dapat
beradaptasi dengan lingkungan. Kemudian tikus dikelompokan menjadi lima
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari tiga ekor tikus. Kelompok
kontrol negatif yang diberi 2 ml/200 grBB Na CMC 1% per oral, Kelompok
kontrol positif yang diberi pembanding natrium diklofenak per oral, Kelompok
dosis rendah yang diberikan ekstrak etanol daun sirih dengan dosis 108 mg/kgBB,
Kelompok dosis sedang yang diberikan ekstrak etanol daun sirih dengan dosis 216
mg/kgBB, dan Kelompok dosis tinggi yang diberi ekstrak etanol daun sirih
dengan dosis 432 mg/kg BB. Pengukuran dilakukan satu jam setelah penyuntikan
karagenan 2%.
Pengukuran volume udem pada telapak kaki tikus dilakukan setiap satu jam
selama 5 jam setelah telapak kaki tikus dibuat udem dengan induksi karagenan
(Lampiran 20, Tabel 19). Persentase penghambatan udem juga dihitung pada
setiap jam yang sama (Lampiran 20, Tabel 20). Pengamatan selama 5 jam
dilakukan untuk mengetahui waktu dimana volume udem maksimal terbentuk.
Pada penelitian ini, volume udem rata-rata terbesar terjadi pada jam keempat
52
kemudian berangsur-angsur menurun pada jam kelima setelah diinduksi
karagenan (Tabel 8 dan Gambar 3).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variasi dosis ekstrak etanol
70% daun sirih mampu menghambat radang. Pada perlakuan menunjukkan bahwa
radang terbesar terlihat pada jam keempat. Pada dosis 432 mg/kgBB
memperlihatkan kemampuan menghambat udem terbesar yaitu 55,38% pada jam
pertama dan menurun pada jam keempat. Sedangkan pada dosis 108 mg/kgBB
memperlihatkan kemampuan menghambat udem terkecil yaitu 30,74% pada jam
pertama dan menurun pada jam keempat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar persentase penghambatan udem maka semakin kecil persentase udemnya,
dan sebaliknya jika semakin kecil penghambatan udem maka semakin besar
persentase udem tersebut, ini bisa disebabkan karena absorbsi yang cepat
kemudian efeknya menurun karena adanya proses ekskresi. Bila dilihat secara
keseluruhan pada gambar 5, maka persentase penghambatan udem pada setiap
kelompok uji masih lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol positif
yang diberikan Na diklofenak.
Data yang diperoleh dianalisa secara statistik, untuk uji antiinflamasi ini
analisa awal dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode Kalmogorof-
Smirnov untuk melihat distribusi data persen penghambatan udem telapak kaki
tikus pada jam ke-1, jam ke-2, jam ke-3, jam ke-4 dan jam ke-5 (Lampiran 23)
menunjukkan semua kelompok tikus terdistribusi normal dan tidak berbeda secara
bermakna. Kemudian dilanjutkan uji homogenitas dengan metode Levene untuk
melihat data persen penghambatan udem telapak kaki tikus homogen atau tidak,
hasil menunjukkan jam ke-2 dan jam ke-3 tidak terdistribusi homogen (0,05)
53
maka dilanjutkan uji Kruskall Willis. Selanjutnya dilakukan uji BNT dengan
metode LSD. (Lampiran 23)
Pada jam ke-2 dan jam ke-3 seluruh kelompok berbeda secara bermakna
dengan kontrol positif kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada
taraf uji 0,05. Semua kelompok dosis ekstrak memperlihatkan tidak adanya
perbedaan secara bermakna antara ketiga kelompok dosis tersebut pada taraf uji
0,05 kecuali kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi berbeda secara
bermakna.
Uji ANOVA pada jam ke-1, jam ke-4 dan jam ke-5 menunjukkan bahwa
seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif. Pada jam ke-
1 dan jam ke-4 menunjukkan seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol positif kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada
taraf uji 0,05. Kemudian pada jam ke-5 menunjukkan seluruh kelompok ekstrak
tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok positif kecuali dengan
kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.
Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian
ekstrak etanol daun sirih (Piper betle, Linn) dengan dosis 108 mg/kgBB, 216
mg/kgBB dan 432 mg/kg BB dapat menurunkan radang pada telapak kaki tikus
putih betina yang diinduksi karagenan 2%.
Pada penelitian uji efek analgetik dan antiinflamasi ekstrak etanol 70% daun
sirih ini menunjukkan bahwa efek tergantung dosis pada peningkatan dosis
tertentu. Efek analgetik dan antiinflamasi dapat dilihat dari kandungan terbesar
pada daun sirih yaitu minyak atsiri dimana komponen minyak atsiri yang paling
berperan dalam efek analgetik dan antiinflamasi adalah triterpene dan terpenoid
54
(Sudarsono et al, 1996). Minyak atsiri (triterpene dan terpenoid) berhubungan
dengan aktivitasnya sebagai antioksidan (Parwata et al, 2009) dimana kedua
senyawa ini mampu menghambat oksidasi asam arakhidonat menjadi
endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim lipoksigenase. Apabila oksidasi
asam arakhidonat dapat dihambat maka tidak terbentuk oksigen reaktif yang dapat
menyebabkan nyeri dan inflamasi. Penurunan aktivitas enzim lipoksigenase
menyebabkan tidak terbentuknya leukotrien yang dapat mengaktivasi leukosit
yang memacu terjadinya peradangan. Adanya hambatan pada oksidasi asam
arakhidonat dan penetralan oksigen reaktif menyebabkan triterpene dan terpenoid
berefek sebagai analgetik dan antiinflamasi, selain itu triterpen dan triterpenoid
dapat menghambat terbentuknya leukotrien sehingga proses antiinflamasi dapat
dihambat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol 70% daun sirih tidak
hanya triterpene dan triterpenoid yang terkandung dalam minyak atsiri yang
bertanggung jawab dalam memberikan efek analgetik dan antiinflamasi.
Kemungkinan senyawa lain yang terkandung dalam ekstrak daun sirih juga dapat
memberikan efek analgetik dan antiinflamasi.















55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1. Ekstrak kental etanol 70% daun sirih (Piper betle, Linn) dengan dosis
216mg/kgBB, 432mg/kgBB dan 864mg/kgBB mencit putih mempunyai
efek analgetik. Dosis uji yang memberikan persentase inhibisi geliat
mencit tertinggi adalah 864mg/kgBB sebesar 84,80%. Hasil uji statistik
dengan ANOVA menunjukkan semua kelompok ekstrak uji terdapat
perbedaan secara bermakna (0,05) terhadap kontrol negatif dan pada
dosis tinggi tidak ada perbedaan secara bermakna (0,05) dengan kontrol
positif.
2. Ekstrak kental etanol 70% daun sirih (Piper betle, Linn) dosis 108
mg/kgBB, 216 mg/kgBB dan 432 mg/kgBB mempunyai kemampuan
menurunkan udem pada telapak kaki tikus putih betina yang diinduksi
karagenan 2% tetapi lebih rendah dibandingkan dengan pembanding Na
diklofenak. Kelompok dosis tinggi 432 mg/kgBB dapat menurunkan udem
yang setara dengan Na diklofenak. Hasil uji statistik dengan ANOVA
menunjukkan semua kelompok ekstrak uji terdapat perbedaan secara
bermakna (0,05) terhadap kontrol negatif dan pada dosis tinggi tidak
ada perbedaan secara bermakna (0,05) dengan kontrol positif.







56
6.2 SARAN
Perlu dilakukan pengujian efek analgetik dan antiinflamasi dari ekstrak
daun sirih dengan metode yang sama tetapi dengan dosis ditingkatkan lagi
untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.







































57
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Wenny. 2008. Efek Anti Inflamasi Ekstrak EtanolDaun Jambu Biji
(Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Surakarta:
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Bowman, WC. 1980. Texbook of pharmacology 2
nd
ed. Blackwell Scientific
Publication. Oxford, London, hal 13.15, 13.17.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan
Obat Indonesia, volume 1. BPOM RI, Jakarta: 96-98.

Conforti, A., Paolo, B., Simone, B., Flavia, C., Francesca, M.I., Roberto, R., Rat
models of acute inflammation: a randomized controlled study on the effects
of homeopathic remedies. University of Verona.
http://www.biomedcentral.com/1472(-)6882/7/1 on september, 2010 at
13.30 WIB

Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya. Jakarta :
178-181.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: xxx.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant.
J.Pharm, Sci: 55, 3.

Green, P., Solbritt, R.D., William, M.I., Holly, J.S., Frederick, J.P., Joh, D.L. Sex
Steroid Regulation of the Inflammatory Response: Sympathoadrenal
Dependence in the Female Rat. The Journal of Neuroscience, 19(10), May
15, 1999 : 4082-4089.

Gunawan, D., Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.
Penebar Swadaya, Jakarta : 9-17.

Guyton C. A. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. EGC. Jakarta : 307

Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Penerbit Swadaya.
Jakarta, 86-87.

58
Hamid Hinna, Tarique Abdullah, Asif Ali, M. Sarwar Alam, and Ansari. Anti-
inflammatory and Analgesic Activity of Uraria Lagopoides.
Pharmaceutical Biology, Vol. 42, No. 2, 2004, 114-116.

Kelompok Kerja Ilmiah. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka.
Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Jakarta: Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.: 3-2 , 43-45


Katzung, G.B. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba Medika.
Jakarta: 567.

Mursito, Bambang. 2004. Tampil Percaya Diri dengan Ramuan Tradisional.
Penebar Swadaya. Jakarta : 108 109.

Mustchler, E. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi
Edisi 5, diterjemahkan oleh Widianto, M. B. dan A.S, ranti, Penerbit ITB.
Jakarta, 177-195.

Parwata, O.A., Wiwik Susanah Rita dan Raditya Yoga. Isolasi dan Uji Antiradikal
Bebas Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle, Linn) Secara
Spektroskopi Ultra Violet Tampak. Jurnal Kimia, Vol. 3, No. 1, Januari
2009, 7-13

Park, Eun-Hee., Ja-Hoon Kahng dan Eun-Ah Paek. Studies On The
Pharmacological Actions of Cactus : Identification of Its Anti-inflammatory
Effect. Archive of Pharmacal Research, Vol. 21, No. 1, November 1998, 30-
34

Price, S. A. dan Wilson, L. M, 1995. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi IV, diterjemahkan oleh P. Nugraha, Penerbit EGC, Jakarta:
36-37.

Porchezhian, E., S.H. Ansari dan Sarfaraz Ahmad. Analgesic and Anti-
Inflammatory Effect of Alangium salvifolium. Pharmaceutical Biology, Vol.
39, No. 1, 2001, 65-66

Putri, E. 2001. Uji Efek Analgetik, Antipiretik dan Anti Inflamasi Ekstrak
Metanol Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers ex Hook. F. &
Thems). Skripsi. UNAND

Rachmat, M., Mae Sri Hartati W dan Subagus Wahyuono. Aktivitas Antibakteri
Sediaan Obat Kumur Berisi Minyak Atsiri Daun Sirih (Piper betle, Linn.)
Dan Analisis Komposisi Minyak Atsirinya. Majalah Farmasi Indonesia,
Vol. 11, No. 4, 2000, 235-240
59

Reagan Shaw, Shannon,. Nihal, Minakshi and Ahmad, Nihal. 2008. Dose
translation from animal to human studies revisiteh. The FASEB Journal
2008; 22 : 649-661. http://www.faseb.org. Diakses tanggal 21 April 2009,
pukul 13.55

Reynold, J.E.F (editor). 1982. Martindle the Extra Pharmacopie, 30
th
Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi I. Binarupa Aksara. Jakarta, 76

Rumawas W. 1989. Patologi Umum. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor

Rustam, E., Indah Atmasari dan Yanwirasti. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol
Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 2, No. 2, September 2007, 112-
115

Sampurno, et al., 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 1-17.

Saeed, S. A., Farnas, S., Simjee, R. U., Malik, A., 1993, Triterpenes and -
Sitosterol from Piper betle L.: Isolation, Antiplatelet and Antiinflamatory
Effects, Biochem. Soc. Trans, Vol 21. No. 4: 462S

Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta : 237-247.

Shen, T.Y., Non Steroidal Anti Inflammatory agents, in M.E. Wolff, Burgers
Medicinal Chemistry, 4
th
Ed, Part III, Jhon Willey & Son, New York, 1981

Sirait, M., Loohu, E., dan Sutrisno,R.B., 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid
IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : 92-98.

Sriningsih dan Agung EW. 2006. Efek Protektif Pemberian Ekstrak Etanol Herba
Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Aktivitas dan Kapasitas
Fagositosis Makrofag Peritoneum Tikus. Dalam : Artocarpus Media
Pharmaceutica Indonesiana Vol.6 (2). Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya, Surabaya: 91-96.

Standard of ASEAN Herbal Medicine. 1993. Volume 1. Jakarta, Indonesia :
ASEAN Countries. Hal. 341-344

60
Suhendi, A., Kuswandi dan Agung, E.N. Efek Analgetik Infusa Daun Dewa
(Gynura procumbens (Lour) Merr.) Pada Mencit Putih Jantan Galur DDI.
Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 4, No. 2, Desember 2003, 77-83.

Sudarsono., Pudjoarinto A., Gunawan D., Wahyuono S., Donatus IA., Dradjad.,
Wibowo S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat. PPOT UGM.
Yogyakarta.

Soesilo,S., Andajaningsih., Panjaitan, R., 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 1ii; 7.

Takahashi, M., Umehara, N., Suzuki, S., Tezuka, M., 2001, Analgesic Action of a
Sustained Release Preparation of Diclofenac Sodium in a Canine Urate-
Induced Gonarthritis, Journal of Health Science, 464467, (online),
(http://jhs.pharm.or.jp/47(5)/47(5)p464.pdf, diakses tanggal 14 april
2007).

Tjay, Tan H., Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-efek sampingnya, edisi kelima. PT Elexmedia Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta : 313

Thompson E. B., Drug Bioscreening, Drug Evaluation Techniques in
Pharmacology, Departement of Pharmacodinamics, College of
Pharmacy, The University of Illion at Chicago, VCH, Weinheim Basel
Cambridge, New York, 1990

Turner, A. 1965. Screenening Methods In Pharmacology. Academic Press, New
York: 101-117, 152-163.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2. EGC. Jakarta :
232 235.

Vogel, H.G., W. H, Vogel, Drug Discovery And Evaluation, Pharmacological
Assay, Springer, Verlag Berlin, Heidelberg, 2002.

Wilmana, P.F., Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. bagian
Farmakologi FKUI. Jakarta : 230-240.








LAMPIRAN



























Lampiran 1. Gambar daun sirih (Piper betle, Linn)











Gambar 6. Daun Sirih (Piper betle, Linn)
















Lampiran 2. Alat Penelitian



























Gambar 7. Pletismometer



















Lampiran 3. Perlakuan Hewan Uji (Analgetik)














Gambar 8. Mencit Putih Jantan















Gambar 9. Perlakuan sonde Gambar 10. Penyuntikan
pada mencit secara intraperitoneal













Gambar 11. Geliat pada mencit

Lampiran 4. Perlakuan Hewan Uji (Antiinflamasi)

















Gambar 12. Pelaksanaan sonde Gambar 13. Penyuntikan
pada tikus karagenan secara subkutan

















Gambar 14. udem pada telapak Gambar 15. Pengukuran udem
kaki tikus pada telapak kaki kiri tikus









Lampiran 5. Hasil Determinasi Daun Sirih (Piper betle, Linn)















































Lampiran 6. Hasil Analisa Asam Mefenamat















































Lampiran 7. Sertifikat Natrium Diklofenak















































Lampiran 8. Sertifikat Analisa Diklofenak Sodium















































Lampiran 9. Sertifikat Karagenan















































Lampiran 10. Proses Penyiapan Simplisia



























Gambar 16. Bagan proses penyiapan simplisia


Lampiran 11. Aklimatisasi Hewan Percobaan
Determinasi tanaman
Sortasi basah
Pencucian dengan air bersih
Diangin-anginkan
Sortasi kering
Daun sirih digiling hingga menjadi serbuk
Pembuatan ekstrak:
Simplisia dimaserasi dengan etanol 70% dan
dilakukan pengadukan secara terus menerus. Proses
tersebut dilakukan selama 1,5-2,5 jam dimana pelarut
tetap diganti. Filtrat digabung dan disaring.
Filtrat diuapkan pada suhu 40
o
C
Ekstrak kental
Pengujian parameter spesifik dan non spesifik
ekstrak dan penapisan fitokimia




























Gambar 17. Bagan aklimatisasi hewan percobaan

Lampiran 12. Skema Kerja Analgetik
Disiapkan 25 ekor mencit
jantan putih dengan bobot
20-25 g

Diadaptasikan atau
diaklimatisasi selama 2
minggu dalam kondisi
percobaan
Dikelompokkan secara
acak menjadi 5 kelompok
5 ekor kelompok Kontrol Positif
5 ekor kelompok Kontrol Negatif
5 ekor kelompok Dosis Rendah
5 ekor kelompok Dosis Sedang
5 ekor kelompok Dosis Tinggi
Disiapkan 25 ekor tikus
jantan putih dengan bobot
200 250 g


















30 menit



5 menit







Gambar 18. Skema kerja analgetik


5 ekor
mencit
Kontrol
Positif
5 ekor
mencit
Kontrol
Negatif
5 ekor
mencit
Dosis
216mg/kg
BB
5 ekor
mencit
Dosis
432mg/kg
BB
5 ekor
mencit
Dosis
864mg/kg
BB
Diberikan
Asam
mefenamat
dosis91mg/
kgBB
dalam Na
CMC 1%
per oral
Diberikan
larutan
0,5 ml Na
CMC 1%
per oral
Diberikan
ekstrak daun
sirih dosis
216mg/kgBB
dalam Na
CMC 1% per
oral
Diberikan
ekstrak daun
sirih dosis
432mg/kgBB
dalam Na
CMC 1% per
oral
Setiap ekor disuntikan 0,4 ml/20grBB asam asetat 0,5% secara intraperitoneal
(i.p)
Hitung geliat selama 30 menit dengan interval
waktu 5 menit
Diberikan
ekstrak daun
sirih dosis
864mg/kgBB
dalam Na
CMC 1% per
oral
Lampiran 13. Skema Kerja Antiinflamasi


















1 jam






Gambar 19. Skema kerja antiinflamasi




25 ekor tikus dibagi
menjadi 5 kelompok
Timbang berat badan
Ukur volume telapak kaki kiri
belakang tikus
Perlakuan tiap kelompok
Kontrol positif
diberikan Na
diklofenak
dosis
5,14mg/kgBB
dalam Na
CMC 1% per
oral


Kontrol negatif
diberikan
2ml/200grBB
larutan Na
CMC 1%
per oral
Ekstrak daun
sirih dosis
108mg/kgBB
dalam Na
CMC 1%
diberikan per
oral
Ekstrak daun
sirih dosis
216mg/kgBB
dalam Na
CMC 1%
diberikan per
oral
Ekstrak daun
sirih dosis
432mg/kgBB
dalam Na
CMC 1%
diberikan per
oral
Masing-masing disuntikkan
0,4 ml/200grBB karagenan 2%
Ukur volume telapak kaki belakang tikus pada jam
ke-1, 2, 3, 4, dan 5
Lampiran 14. Rumus Perhitungan Dosis Hewan (Reagan-Shaw, Shannon,. Nihal,
Minakashi and Ahmad, Nihal. 2008)

Formula for Dose Translation Based on BSA

HED (mg/kg) = Animal dose (mg/kg) multiplied by Animal Km
Human Km


Tabel 11. Conversion of animal doses to HED based on BSA

Species Weight (kg) BSA (m
2
) Km factor
Human
Adult 60 1,6 37
Child 20 0,8 25
Baboon 12 0,6 20
Dog 10 0,5 20
Monkey 3 0,24 12
Rabbit 1,8 0,15 12
Guinea pig 0,4 0,05 8
Rat 0,15 0,025 6
Hamster 0,08 0,02 5
Mouse 0,02 0,007 3



















Lampiran 15. Perhitungan Dosis Ekstrak Kental Daun Sirih ( Piper betle, Linn )

Ekstrak daun sirih
Berat rata-rata dari 10 helai daun sirih segar = 1,6 gram
Berat serbuk simplisia yang diekstraksi = 400 gram
Berat ekstrak kental yang didapat = 75,2 gram

% kadar ekstrak = Berat ekstrak kental yang didapat
_________________________________ x 100%
Berat serbuk simplisia yang diekstraksi
= 75,2 gr x 100%
400
= 18,8 %

Dalam 400 gram serbuk daun sirih setara dengan :
400 gram = 250 helai daun sirih segar.
1,6 gram

Untuk berat ekstrak per satu daun yaitu
= Berat ekstrak kental yang didapat
Berat segar daun sirih
= 75,2 gram
250 helai
= 0,3 gram/helai daun sirih
Jadi, berat ekstrak untuk tiap satu daun sebanyak 0,3 gram.

Dosis untuk manusia 7 helai daun sirih untuk pengobatan bronchitis (Dalimartha,
2006) setara dengan :
7 helai daun sirih x 0,3 gram/helai daun sirih = 2,1 gram
Jadi, dosis manusia
= 2,1 gram atau 2100 mg

Jadi, dosis yang digunakan untuk mencit dan tikus adalah:
Dosis mencit ( Uji Analgetik) :
HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x Km animal
Km human
2100 mg/ 60 kg = animal dose (mg/kg) x 3 / 37
35 mg/kg = animal dose (mg/kg) x 3/ 37
Animal dose = 432 mg/kg atau 8,64 mg/20 gr BB

Dosis tikus (Uji antiinflamasi) :
HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x Km animal
Km human
2100 mg/ 60 kg = animal dose (mg/kg) x 6 / 37
35 mg/kg = animal dose (mg/kg) x 6 / 37
Animal dose = 216 mg/kg atau 43,2 mg/200 gr BB

Keterangan :
A. Dosis mencit ( Uji analgetik)
1. Dosis rendah = x dosis sedang = x 8,64 mg/20 grBB = 4,32 mg/20
grBB atau 216 mg/kgBB
2. Dosis sedang = 1 x 8,64 mg/20 grBB = 8,64 mg/20 grBB atau
432 mg/kgBB
3. Dosis tinggi = 2 x dosis sedang = 2 x 8,64 mg/20 grBB = 17,28 mg/20
grBB atau 864 mg/kgBB

B. Dosis tikus ( Uji antiinflamasi)
1. Dosis rendah = x dosis sedang = x 43,2 mg/200 grBB = 21,6 mg/200
grBB atau 108 mg/kgBB
2. Dosis sedang = 1 x 43,2 mg/200 grBB = 43,2 mg/200 grBB atau 216
mg/kgBB
3. Dosis tinggi = 2 x dosis sedang = 2 x 43,2 mg/200 grBB = 86,4
mg/200grBB atau 432 mg/kgBB.

1. Konsentrasi setiap pemberian untuk mencit dengan berat badan 20 gr
a. VAO pada dosis rendah =
0,5 ml = 20 gr x 4,32 mg/ 20 gr BB
[ ]
[ ] = 8,64 mg/ml
b. VAO pada dosis sedang =
0,5 ml = 20 gr x 8,64 mg/ 20 gr BB
[ ]
[ ] = 17,28 mg/ml
c. VAO pada dosis tinggi =
0,5 ml = 20 gr x 17,28 mg/ 20 gr BB
[ ]
[ ] = 34,56 mg/ml

2. Konsentrasi setiap pemberian untuk tikus dengan berat badan 200 gr
a. VAO pada dosis rendah =
2 ml = 200 gr x 21,6 mg/ 200 gr BB
[ ]
[ ] = 10,8 mg/ml
b. VAO pada dosis sedang =
2 ml = 200 gr x 43,2 mg/ 200 gr BB
[ ]
[ ] = 21,6 mg/ml

c. VAO pada dosis tinggi =
2 ml = 200 gr x 86,4 mg/ 200 gr BB
[ ]
[ ] = 43,2 mg/ml
Lampiran 16. Perhitungan Dosis Asam mefenamat dan Na diklofenak

1. Dosis Asam Mefenamat 0,5% b/v : (Andi Suhedi, Kuswandi dan Agung
Endro Nugroho, 2003).
Dosis lazim asam mefenamat untuk manusia adalah 500 mg untuk sekali
pakai. Untuk dosis analgetik adalah 91 mg/kgBB mencit sekali pakai maka
dosis yang dapat diberikan pada mencit (20 gr) adalah:
Konsentrasi asam mefenamat : 0,5 gram = 500 mg = 5 mg/ml
100 ml 100 ml

VAO = Berat badan hewan(gr) x dosis (mg/grBB)
Konsentrasi
= 0,02 kg x 91 mg/kg BB
5mg/ml
= 0,364 ml

VAO
total
= VAO x jumlah tikus
= 0,364 ml x 5 ekor
= 1,82 ml

Jumlah Asam mefenamat = VAO
total
x Konsentrasi
= 1,82 ml x 5 mg/ml
= 9,1 mg dalam 5 ml suspensi Na CMC 1%

Jadi, bila membuat 10 ml menjadi:
9,1 mg x 10 ml = 18,2 mg dalam 10 ml suspensi Na CMC 1%
5 ml





2. Dosis Na diklofenak : ( Tjay dan Rahardja, 2007)
Dosis lazim Na diklofenak untuk manusia adalah 25 50 mg garam Na/K
untuk sekali pakai. Untuk dosis anti inflamasi adalah 25 - 50 mg sekali pakai
maka dosis yang dapat diberikan pada tikus (200 gr) adalah:

HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x Km animal
Km human
50 mg/ 60 kg = animal dose (mg/kg) x 6 / 37
Animal dose = 5,14 mg/kg atau 1,03 mg/ 200 gr BB tikus

VAO = Berat badan hewan(gr) x dosis (mg/grBB)
Konsentrasi
2 ml = 200 gr x 1,03 mg/200 gr BB
[ ]
[ ] = 0,515 mg/ml
VAO
total
= VAO x jumlah tikus
= 2 ml x 5 ekor
= 5 ml
Jumlah Diklofenak = VAO
total
x Konsentrasi
= 5 ml x 0,515 mg/ml
= 2,575 mg dalam 5 ml suspensi Na CMC 1%
Jadi, bila membuat 50 ml menjadi:
2,575 mg x 50 ml = 25,75 mg dalam 50 ml suspensi Na CMC 1%
5 ml

Lampiran 17. Hasil Pemeriksaan Simplisia Daun Sirih (Piper betle L.)

A. Penetapan nilai susut pengeringan
Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,6793 g
Berat botol timbang + tutup + simplisia (berat awal) = 24,7052 g
Berat simplisia = 1,0259 g

Tabel 12. Susut pengeringan pada simplisia
No Berat awal
(gram)
Berat akhir
(gram)
Susut pengeringan
1
24,7052
24,6824
4,4 %

2 24,6743
3 24,6633
4 24,6598

Susut pengeringan = berat awal berat akhir
berat ekstrak
= 24,7052 24,6598
1,0259
= 4,4 %

B. Penetapan kadar abu
Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,7466 g
Berat botol timbang + tutup + simplisia (berat awal) = 24,7892 g
Berat ekstrak = 1,0426 g
X 100 %
X 100 %
Tabel 13. Kadar abu pada simplisia
No Berat awal
(gram)
Berat akhir
(gram)
Kadar abu
1
24,7892
24,6884
11,68 %

2 24,5384
3 24,2074
4 23,8684

Kadar abu = berat akhir berat kosong
berat simplisia
= 23,8684 23,7466
1,0426
= 11,68 %

C. Penetapan kadar abu tak larut asam
Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,8571 g
Berat botol timbang + tutup + ekstrak (berat awal) = 24,8597 g
Berat simplisia = 1,0026 g
Tabel 14. Kadar abu tak larut asam pada simplisia
No Berat awal
(gram)
Berat akhir
(gram)
Kadar abu
tak larut asam
1
24,8597
24,7415
4,12 %

2 24,7207
3 24,1099
4 23,8984

X 100 %
X 100 %
Kadar abu tak larut asam = berat akhir berak kosong
berat simplisia
= 23,8984 23,8571
1,0026
= 4,12 %






































X 100 %
X 100 %
Lampiran 18. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih (Piper betle L.)

A. Penetapan nilai kadar air
Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 22,6125 g
Berat botol timbang + tutup + ekstrak (berat awal) = 23,6380 g
Berat ekstrak = 1,0255 g
Tabel 15. Kadar air pada ekstrak
No Berat awal
(gram)
Berat akhir
(gram)
Kadar Air
1
23,6380
23,6174
4,15 %

2 23,6069
3 23,5984
4 23,5954

Kadar air = berat awal berat akhir
berat ekstrak
= 23,638 23,5954
1,0255
= 4,15%
B. Penetapan kadar abu
Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,8643 g
Berat botol timbang + tutup + ekstrak (berat awal) = 24,8665 g
Berat ekstrak = 1,0022 g


X 100 %
X 100 %
Tabel 16. Kadar abu pada ekstrak
No Berat awal
(gram)
Berat akhir
(gram)
Kadar Abu
1
24,8665
23,9800
7,90%

2 23,9795
3 23,9671
4 23,9435

Kadar abu = berat akhir berat kosong
berat ekstrak
= 23,9435 23,8643
1,0022
= 7,90 %











X 100 %
X 100 %
C. Penetapan kadar abu tak larut asam
Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,5412 g
Berat botol timbang + tutup + ekstrak (berat awal) = 24,5441 g
Berat ekstrak = 1,0029 g

Tabel 17. Kadar abu tak larut asam pada ekstrak
No Berat awal
(gram)
Berat akhir
(gram)
Kadar Abu
Tak Larut Asam
1
24,5441
24,5315
3,52%

2 23,9436
3 23,5770
4 23,5765

Kadar abu tak larut asam = berat akhir berak kosong
berat ekstrak
= 23,5765 23,5412
1,0029
= 3,52 %















X 100 %
X 100 %



87
Lampiran 19. Data persentase inhibisi geliat pada semua kelompok perlakuan

Tabel 18. Data persen inhibisi geliat pada kelompok perlakuan

Kel Perlakuan Dosis Mencit Jumlah geliat menit ke Jumlah geliat
rataan
% inhibisi geliat
5 10 15 20 25 30
1 Kontrol negatif 0,5 ml/20 gBB 1 47 42 42 41 21 15 34,67 0
(Na CMC 1%) 2 40 38 37 29 22 14 30 0
3 45 37 35 35 29 15 32,67 0
Rata-rata SD 44 39 38 35 24 14,67 0 0

2 Kontrol positif 91 mg/kgBB 1 9 8 5 4 3 1 5 85,57
( As. mefenamat
0,5% b/v)
2 7 5 4 3 2 2 3,83 87,23
3 6 5 4 2 2 1 3,33 89,81
Rata-rata SD 7,33 6 4,33 3 2,33 1 87,54 2,13

3 Ekstrak Daun 216 mg/kgBB 1 28 20 17 9 8 5 14,50 58,17
Sirih 2 24 20 16 14 10 8 15,33 48,90
3 21 20 17 11 8 6 13,83 57,66
Rata-rata SD 24,33 20 16,67 11,33 8,67 6,33 54,91 5,21

4 Ekstrak Daun 432 mg/kgBB 1 22 19 12 10 7 5 12,5 63,95
Sirih 2 16 13 10 8 6 4 9,5 68,33
3 11 9 7 5 4 3 6,5 80,10
Rata-rata SD 16,33 10,33 9,67 7,67 5,67 4 70,79 8,35

5 Ekstrak Daun 864 mg/kgBB 1 9 7 6 4 3 2 5,16 85,11
Sirih 2 7 5 4 4 3 2 4,16 86,13
3 8 7 6 5 4 3 5,5 83,16
Rata-rata SD 8 6,33 5,33 4,33 3,33 2,33 84,80 1,50

Lampiran 20. Perhitungan % Inhibisi Geliat
1. Ekstrak daun sirih dosis 216 mg/kgBB
a. Mencit Pertama
%inhibisi geliat = 100% - ( jumlah geliatan rataan zat uji x 100%)
jumlah geliat rataan kontrol
= 100% - ( 14,50 / 34,67 x 100%)
= 100% - 41,82%
%inhibisi geliat = 58,17 %

b. Mencit kedua
%inhibisi geliat = 100% - ( jumlah geliatan rataan zat uji x 100%)
jumlah geliat rataan kontrol
= 100% - (15,33 / 30 x 100%)
= 100% - 51,1%
%inhibisi geliat = 48,90 %

c. Mencit ketiga
%inhibisi geliat = 100% - ( jumlah geliatan rataan zat uji x 100%)
jumlah geliat rataan kontrol
= 100% - (13,83 / 32,67 x 100%)
= 100% - 42,33%
%inhibisi geliat = 57,66 %




Lampiran 21. Hasil Pengamatan Udem Pada Uji Antiinflamasi

Tabel 19. Pengukuran volume udem telapak kaki tikus setelah diinduksi
karagenan pada masing-masing perlakuan.

Kel Perlakuan Dosis N Volume udem (mL) selama 5 jam pengamatan
0 1 2 3 4 5
1 Kontrol negatif 2ml/200gBB 1 0,18 0,38 0,40 0,40 0,44 0,40
(Na CMC 1%) 2 0,18 0,36 0,38 0,40 0,42 0,40
3 0,22 0,40 0,48 0,50 0,52 0,48
Rata-rata 0,19 0,38 0,42 0,43 0,46 0,43
SD 0,02 0,02 0,05 0,05 0,05 0,05

2 Kontrol Positif 5,14mg/kgBB 1 0,20 0,24 0,30 0,32 0,36 0,34
(Na diklofenak) 2 0,20 0,26 0,32 0,34 0,36 0,32
3 0,24 0,34 0,40 0,42 0,48 0,46
Rata-rata 0,21 0,28 0,34 0,36 0,40 0,37
SD 0,02 0,05 0,05 0,05 0,07 0,07

3 Ekstrak Daun 108mg/kgBB 1 0,18 0,30 0,36 0,38 0,42 0,40
Sirih 2 0,20 0,34 0,38 0,40 0,4 0,38
3 0,22 0,36 0,42 0,44 0,48 0,44
Rata-rata 0,20 0,33 0,38 0,41 0,43 0,41
SD 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

4 Ekstrak Daun 216mg/kgBB 1 0,20 0,34 0,40 0,44 0,46 0,42
Sirih 2 0,22 0,32 0,38 0,40 0,42 0,40
3 0,22 0,32 0,36 0,40 0,40 0,36
Rata-rata 0,21 0,32 0,38 0,41 0,42 0,39
SD 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,03

5 Ekstrak Daun 432mg/kgBB 1 0,22 030 0,38 0,38 0,40 0,38
Sirih 2 0,20 0,28 0,34 0,36 0,38 0,34
3 0,20 0,30 0,34 0,36 0,40 0,38
Rata-rata 0,21 0,30 0,35 0,37 0,39 0,36
SD 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,02











Tabel 20. Persentase udem telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan pada
masing-masing perlakuan.

Kel Perlakuan Dosis N Waktu pengamatan (jam)
0 1 2 3 4 5
1 Kontrol negatif 2ml/200gBB 1 0 111,1 122,2 122,2 144,4 122,2
(Na CMC 1%) 2 0 100 111,1 122,2 133,3 122,2
3 0 81,81 118,2 127,3 136,4 118,2
Rata-rata 0 97,64 117,2 123,9 138,03 120,86

2 Kontrol Positif 5,14mg/kgBB 1 0 20 50 60 80 70
(Na diklofenak) 2 0 30 60 70 80 60
3 0 41,67 66,67 75 100 91,67
Rata-rata 0 30,56 58,89 68,33 86,67 73,89

3 Ekstrak Daun 108mg/kgBB 1 0 66,67 100 111,1 133,3 55
Sirih 2 0 70 90 100 100 90
3 0 63,63 90,90 100 100 100
Rata-rata 0 66,76 93,63 103,7 118,18 81,67

4 Ekstrak Daun 216mg/kgBB 1 0 70 100 110 130 110
Sirih 2 0 45,45 72,72 81,81 90,90 81,81
3 0 45,45 63,63 81,81 109,09 63,63
Rata-rata 0 53,63 78,78 91,20 109,99 85,15

5 Ekstrak Daun 432mg/kgBB 1 0 36,36 72,72 72,72 81,81 72,72
Sirih 2 0 40 70 80 90 70
3 0 50 70 80 100 90
Rata-rata 0 42,12 70,90 77,57 90,60 77,57


















Tabel 21. Persentase inhibisi udem telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan
pada masing-masing perlakuan.


Kel Perlakuan Dosis N Waktu pengamatan (jam)
0 1 2 3 4 5
1 Kontrol negatif 2ml/200gBB 1 0 111,1 122,2 122,2 144,4 122,2
(Na CMC 1%) 2 0 100 111,1 122,2 133,3 122,2
3 0 81,81 118,2 127,3 136,4 118,2
Rata-rata 0 97,64 117,2 123,9 138,03 120,86

2 Kontrol Positif 5,14mg/kgBB 1 0 82 59,08 50,90 44,59 42,72
(Na diklofenak) 2 0 70 46 42,72 39,98 50,90
3 0 49,06 43,60 41,08 26,68 22,44
Rata-rata 0 67,02 49,38 44,90 37,08 38,68

3 Ekstrak Daun 108mg/kgBB 1 0 40 18,16 9,08 7,68 33,16
Sirih 2 0 30 19 18,16 24,98 26,35
3 0 22,22 23,09 21,44 13,35 15,39
Rata-rata 0 30,74 20,08 16,23 15,34 24,96

4 Ekstrak Daun 216mg/kgBB 1 0 37 18,16 9,98 9,97 9,98
Sirih 2 0 54,55 34,54 33,05 31,80 33,05
3 0 44,44 46,16 35,73 20,02 46,16
Rata-rata 0 45,33 32,95 26,25 20,59 29,73

5 Ekstrak Daun 432mg/kgBB 1 0 67,72 40,50 40,50 43,34 40,49
Sirih 2 0 60 37 34,53 32,48 42,72
3 0 38,88 40,77 37,15 26,68 23,85
Rata-rata 0 55,38 39,42 37,39 34,16 35,68

















Lampiran 22. Perhitungan % udem dan %inhibisi udem telapak kaki tikus

1. % udem ekstrak daun sirih dosis 108 mg/kgBB
a. Tikus pertama jam ke-1
% Udem = (X)t (X)o x 100%
(X)o

= 0,30 0,18 x 100%
0,18
= 66,67 %

b. Tikus kedua jam ke-1
% Udem = (X)t (X)o x 100%
(X)o
= 0,34 0,20 x 100%
0,20
= 70 %

c. Tikus ketiga jam ke-1
% Udem = (X)t (X)o x 100%
(X)o
= 0,36 0,22 x 100%
0,22
= 63,63 %
2. % inhibisi udem ekatrak daun sirih dosis 108 mg/kgBB
a. Tikus pertama jam ke-1
% inhibisi udem = a b x 100%
a
= 111,1% 66,67% x 100%
111,1%
= 40 %

b. Tikus kedua jam ke-1
% inhibisi udem = a b x 100%
a
= 100% - 70% x 100%
100%
= 30 %

c. Tikus ketiga jam ke-1
% inhibisi udem = a b x 100%
a
= 81,81% - 63-63% x 100%
81,81%
= 22,22 %






Lampiran 23. Hasil Statistik Uji Efek Analgetik dengan Metode Writhing Test.

1. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene Terhadap
persen inhibisi geliat pada tiap kelompok perlakuan
a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov
Tujuan : untuk mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data persen inhibisi geliat yang terdistribusi normal
Ha : Data persen inhibisi geliat yang tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikan 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikan 0,05 maka Ho ditolak

Persen inhibisi geliat
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hasil
N 15
Normal Parameters
a
Mean 59.6080
Std. Deviation 3.33299E1
Most Extreme Differences Absolute .210
Positive .182
Negative -.210
Kolmogorov-Smirnov Z .813
Asymp. Sig. (2-tailed) .522
a. Test distribution is Normal.


Keputusan : Ho diterima artinya uji normalitas persen inhibisi geliat seluruh
kelompok hewan uji terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data persen inhibisi analgetik homogen atau tidak.
Hipotesis
Ho : Data persen inhibisi geliat bervariasi homogen
Ha : Data persen inhibisi geliat bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho diterima
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho ditolak
Persen inhibisi geliat
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
5.654 4 10 .012


Keputusan : Hasil data signifikan ( = 0,012) lebih kecil dari 0,05 hal ini
menunjukkan bahwa varian data tidak homogen maka dilanjutkan
dengan uji Kruskal Wallis karena syarat homogenitasnya belum
terpenuhi.












c. Uji Kruskal Wallis

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persen inhibisi
geliat mencit pada semua kelompok perlakuan yang tidak memenuhi
syarat pengujian ANOVA
Hipotesis
Ho : Data persen inhibisi geliat mencit tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data persen inhibisi geliat mencit berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho ditolak
Persen inhibisi geliat
Test Statistics
a,b


Hasil
Chi-Square 13.329
df 4
Asymp. Sig. .010
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok

Keputusan : Data persen inhibisi geliat mencit pada semua kelompok berbeda
secara bermakna maka dilanjutkan dengan BNT menggunakan metode LSD. Uji
BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan
adanya perbedaan nilai secara bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan
kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan
kelompok lainnya.
d. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Pada Semua Kelompok Perlakuan

Tujuan : Untuk mengetahui persen inhibisi geliat yang bermakna di antara kelima
kelompok perlakuan.
Hipotesis :
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna di antara kelima kelompok
perlakuan.
Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna di antara kelima kelompok perlakuan.

Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho ditolak
Persen inhibisi geliat
Multiple Comparisons
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol negatif Kontrol positif -87.53667
*
3.71939 .000 -95.8240 -79.2493
Dosis rendah -54.91000
*
3.71939 .000 -63.1973 -46.6227
Dosis sedang -70.79333
*
3.71939 .000 -79.0807 -62.5060
Dosis tinggi -84.80000
*
3.71939 .000 -93.0873 -76.5127
Kontrol positif Kontrol negatif 87.53667
*
3.71939 .000 79.2493 95.8240
Dosis rendah 32.62667
*
3.71939 .000 24.3393 40.9140
Dosis sedang 16.74333
*
3.71939 .001 8.4560 25.0307
Dosis tinggi 2.73667 3.71939 .479 -5.5507 11.0240
Dosis rendah Kontrol negatif 54.91000
*
3.71939 .000 46.6227 63.1973
Kontrol positif -32.62667
*
3.71939 .000 -40.9140 -24.3393
Dosis sedang -15.88333
*
3.71939 .002 -24.1707 -7.5960
Dosis tinggi -29.89000
*
3.71939 .000 -38.1773 -21.6027

Dosis sedang Kontrol negatif 70.79333
*
3.71939 .000 62.5060 79.0807
Kontrol positif -16.74333
*
3.71939 .001 -25.0307 -8.4560
Dosis rendah 15.88333
*
3.71939 .002 7.5960 24.1707
Dosis tinggi -14.00667
*
3.71939 .004 -22.2940 -5.7193
Dosis tinggi Kontrol negatif 84.80000
*
3.71939 .000 76.5127 93.0873
Kontrol positif -2.73667 3.71939 .479 -11.0240 5.5507
Dosis rendah 29.89000
*
3.71939 .000 21.6027 38.1773
Dosis sedang 14.00667
*
3.71939 .004 5.7193 22.2940
Keterangan : * berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05

Kesimpulan :
1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok
kontrol positif dan seluruh kelompok dosis pada taraf uji 0,05.
2. Kelompok kontrol positif berbeda secara bermakna dengan kelompok
dosis rendah dan dosis sedang sedangkan dengan kelompok dosis tinggi
tidak berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.
3. Data persen inhibisi geliat semua kelompok dosis ekstrak memperlihatkan
adanya perbedaan secara bermakna antara ketiga dosis tersebut pada taraf
uji 0,05.















Lampiran 24. Hasil Statistik Uji Efek Antiinflamasi dengan Metode Edema
Buatan pada Telapak Kaki Tikus.
1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene terhadap
persen inhibisi udem kaki tikus
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Tujuan : Untuk melihat distribusi data persen inhibisi udem kaki tikus
Hipotesis
Ho : Data persen inhibisi udem kaki tikus tidak terdistribusi normal
Ha : Data persen inhibisi udem kaki tikus terdistribusi normal

Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho diterima
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho ditolak
Persen inhibisi udem
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5
N 15 15 15 15 15
Normal Parameters
a
Mean 39.7247 28.4040 24.9547 21.4367 25.8140
Std. Deviation 2.58721E1 1.88121E1 1.75570E1 1.56372E1 1.75471E1
Most Extreme Differences Absolute .138 .161 .211 .123 .132
Positive .138 .134 .136 .115 .129
Negative -.125 -.161 -.211 -.123 -.132
Kolmogorov-Smirnov Z .533 .624 .817 .476 .511
Asymp. Sig. (2-tailed) .939 .831 .517 .977 .957
a. Test distribution is Normal.


Keputusan : Uji normalitas persen inhibisi udem kaki tikus seluruh kelompok
hewan uji terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data persen inhibisi udem kaki tikus homogen atau
tidak.
Hipotesis
Ho : Data persen inhibisi udem kaki tikus bervariasi homogen
Ha : Data persen inhibisi udem kaki tikus tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho diterima
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho ditolak
Persen inhibisi udem
Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.
Jam1 2.393 4 10 .120
Jam2
3.937 4 10 .036
Jam3 6.754 4 10 .007
Jam4 1.725 4 10 .221
Jam5
2.581 4 10 .102

Keputusan : Uji homogenitas persen inhibisi udem telapak kaki tikus seluruh
kelompok hewan uji bervariasi homogen kecuali persen inhibisi
telapak kaki tikus pada jam ke-2 dan jam ke-3 ( 0,05)

Kesimpulan : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus jam ke-1, jam ke-4
dan jam ke-5 dapat dilanjutkan dengan ANAVA karena syarat normalitas dan
homogenitasnya telah terpenuhi, sedangkan data persen inhibisi udem telapak
kaki tikus jam ke-2 dan jam ke-3 dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis karena
syarat normalitas dan homogenitasnya belum terpenuhi.
2. Uji Kruskal Wallis dan BNT (Beda NYata Terkecil) terhadap persen inhibisi
udem kaki tikus.

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persen inhibisi
udem kaki tikus untuk data yang tidak memenuhi syarat pengujian
ANOVA
Hipotesis
Ho : Data persen inhibisi udem kaki tikus tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data persen inhibisi udem kaki tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho ditolak
Persen inhibisi udem
Test Statistics
a,b


Jam2 Jam3
Chi-Square 11.175 12.791
df 4 4
Asymp. Sig. .025 .012
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok

Keputusan : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus jam ke-2 dan jam ke-3
berbeda secara bermakna maka dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan metode
LSD. Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian
menunjukkan adanya perbedaan nilai secara bermakna. Tujuannya adalah untuk
menentukkan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara
bermakna dengan kelompok lainnya.
Uji BNT (LSD) persen inhibisi udem jam ke-2 dan jam ke-3

Multiple Comparisons
Dependent
Variable (I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper
Bound
Jam2 Kontrol negatif Kontrol positif -49.56000
*
6.09568 .000 -63.1420 -35.9780
Dosis rendah -20.08333
*
6.09568 .008 -33.6654 -6.5013
Dosis sedang -32.95333
*
6.09568 .000 -46.5354 -19.3713
Dosis tinggi -39.42333
*
6.09568 .000 -53.0054 -25.8413
Kontrol positif Kontrol negatif 49.56000
*
6.09568 .000 35.9780 63.1420
Dosis rendah 29.47667
*
6.09568 .001 15.8946 43.0587
Dosis sedang 16.60667
*
6.09568 .021 3.0246 30.1887
Dosis tinggi 10.13667 6.09568 .127 -3.4454 23.7187
Dosis rendah Kontrol negatif 20.08333
*
6.09568 .008 6.5013 33.6654
Kontrol positif -29.47667
*
6.09568 .001 -43.0587 -15.8946
Dosis sedang -12.87000 6.09568 .061 -26.4520 .7120
Dosis tinggi -19.34000
*
6.09568 .010 -32.9220 -5.7580
Dosis sedang Kontrol negatif 32.95333
*
6.09568 .000 19.3713 46.5354
Kontrol positif -16.60667
*
6.09568 .021 -30.1887 -3.0246
Dosis rendah 12.87000 6.09568 .061 -.7120 26.4520
Dosis tinggi -6.47000 6.09568 .313 -20.0520 7.1120
Dosis tinggi Kontrol negatif 39.42333
*
6.09568 .000 25.8413 53.0054
Kontrol positif -10.13667 6.09568 .127 -23.7187 3.4454
Dosis rendah 19.34000
*
6.09568 .010 5.7580 32.9220
Dosis sedang 6.47000 6.09568 .313 -7.1120 20.0520
Jam3 Kontrol negatif Kontrol positif -44.90000
*
6.08862 .000 -58.4663 -31.3337
Dosis rendah -16.22667
*
6.08862 .024 -29.7930 -2.6604
Dosis sedang -26.25333
*
6.08862 .002 -39.8196 -12.6870
Dosis tinggi -37.39333
*
6.08862 .000 -50.9596 -23.8270
Kontrol positif Kontrol negatif 44.90000
*
6.08862 .000 31.3337 58.4663
Dosis rendah 28.67333
*
6.08862 .001 15.1070 42.2396
Dosis sedang 18.64667
*
6.08862 .012 5.0804 32.2130
Dosis tinggi 7.50667 6.08862 .246 -6.0596 21.0730
Dosis rendah Kontrol negatif 16.22667
*
6.08862 .024 2.6604 29.7930
Kontrol positif -28.67333
*
6.08862 .001 -42.2396 -15.1070
Dosis sedang -10.02667 6.08862 .131 -23.5930 3.5396
Dosis tinggi -21.16667
*
6.08862 .006 -34.7330 -7.6004
Dosis sedang Kontrol negatif 26.25333
*
6.08862 .002 12.6870 39.8196
Kontrol positif -18.64667
*
6.08862 .012 -32.2130 -5.0804
Dosis rendah 10.02667 6.08862 .131 -3.5396 23.5930
Dosis tinggi -11.14000 6.08862 .097 -24.7063 2.4263
Dosis tinggi Kontrol negatif 37.39333
*
6.08862 .000 23.8270 50.9596
Kontrol positif -7.50667 6.08862 .246 -21.0730 6.0596
Dosis rendah 21.16667
*
6.08862 .006 7.6004 34.7330
Dosis sedang 11.14000 6.08862 .097 -2.4263 24.7063
Keterangan : * berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05
Kesimpulan :
Jam ke-2 dan Jam ke-3
1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
positif, kelompok kontrol dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi pada
taraf uji 0,05.
2. Seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol positif
kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.
3. Semua kelompok dosis ekstrak memperlihatkan tidak adanya perbedaan secara
bermakna antara ketiga kelompok dosis tersebut pada taraf uji 0,05 kecuali
kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi berbeda secara
bermakna.
3. Uji Anava Satu Arah

Tujuan : Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari persen inhibisi
udem kaki tikus tiap kelompok perlakuan
Hipotesis
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap persen inhibisi udem kaki
tikus tiap kelompok perlakuan.
Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap persen inhibisi udem kaki tikus
tiap kelompok perlakuan.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho diterima
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho ditolak

a. Uji ANOVA satu arah terhadap persen inhibisi udem seluruh kelompok hewan
uji pada jam ke-1, jam ke-4 dan jam ke-5.
Persen inhibisi udem
ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Jam1 Between Groups 8055.427 4 2013.857 15.306 .000
Within Groups 1315.717 10 131.572

Total 9371.144 14

Jam4 Between Groups 2712.952 4 678.238 9.548 .002
Within Groups 710.354 10 71.035

Total 3423.306 14

Jam5 Between Groups 2836.772 4 709.193 4.812 .020
Within Groups 1473.821 10 147.382

Total 4310.593 14


Keputusan : Persen inhibisi udem seluruh kelompok pada jam ke-1, jam ke-4
dan jam ke-5 berbeda secara bermakna.

b. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) jam ke-1, jam ke-4 dan jam ke-5

Tujuan : Untuk mengetahui persen inhibisi udem kaki tikus yang bermakna di
antara keempat kelompok perlakuan.
Hipotesis :
Ho : Tidak terdapat perbedaan volume udem yang bermakna di antara keempat
kelompok perlakuan.
Ha : Terdapat perbedaan volume yang bermakna di antara keempat kelompok
perlakuan.

Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho diterima
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho ditolak
Persen inhibisi udem
Multiple Comparisons
Depen
dent
Variabl
e (I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Jam1 Kontrol negatif Kontrol positif -67.02000
*
9.36560 .000 -87.8879 -46.1521
Dosis rendah -30.74000
*
9.36560 .008 -51.6079 -9.8721
Dosis sedang -45.33000
*
9.36560 .001 -66.1979 -24.4621
Dosis tinggi -55.53333
*
9.36560 .000 -76.4012 -34.6655
Kontrol positif Kontrol negatif 67.02000
*
9.36560 .000 46.1521 87.8879
Dosis rendah 36.28000
*
9.36560 .003 15.4121 57.1479
Dosis sedang 21.69000
*
9.36560 .043 .8221 42.5579
Dosis tinggi 11.48667 9.36560 .248 -9.3812 32.3545
Dosis rendah Kontrol negatif 30.74000
*
9.36560 .008 9.8721 51.6079
Kontrol positif -36.28000
*
9.36560 .003 -57.1479 -15.4121
Dosis sedang -14.59000 9.36560 .150 -35.4579 6.2779
Dosis tinggi -24.79333
*
9.36560 .024 -45.6612 -3.9255
Dosis sedang Kontrol negatif 45.33000
*
9.36560 .001 24.4621 66.1979
Kontrol positif -21.69000
*
9.36560 .043 -42.5579 -.8221
Dosis rendah 14.59000 9.36560 .150 -6.2779 35.4579
Dosis tinggi -10.20333 9.36560 .302 -31.0712 10.6645
Dosis tinggi Kontrol negatif 55.53333
*
9.36560 .000 34.6655 76.4012
Kontrol positif -11.48667 9.36560 .248 -32.3545 9.3812
Dosis rendah 24.79333
*
9.36560 .024 3.9255 45.6612
Dosis sedang 10.20333 9.36560 .302 -10.6645 31.0712
Jam4 Kontrol negatif Kontrol positif -37.08333
*
6.88164 .000 -52.4166 -21.7501
Dosis rendah -15.33667
*
6.88164 .050 -30.6699 -.0034
Dosis sedang -20.59667
*
6.88164 .014 -35.9299 -5.2634
Dosis tinggi -34.16667
*
6.88164 .001 -49.4999 -18.8334
Kontrol positif Kontrol negatif 37.08333
*
6.88164 .000 21.7501 52.4166
Dosis rendah 21.74667
*
6.88164 .010 6.4134 37.0799
Dosis sedang 16.48667
*
6.88164 .038 1.1534 31.8199
Dosis tinggi 2.91667 6.88164 .681 -12.4166 18.2499
Dosis rendah Kontrol negatif 15.33667
*
6.88164 .050 .0034 30.6699
Kontrol positif -21.74667
*
6.88164 .010 -37.0799 -6.4134
Dosis sedang -5.26000 6.88164 .462 -20.5932 10.0732
Dosis tinggi -18.83000
*
6.88164 .021 -34.1632 -3.4968
Dosis sedang Kontrol negatif 20.59667
*
6.88164 .014 5.2634 35.9299
Kontrol positif -16.48667
*
6.88164 .038 -31.8199 -1.1534
Dosis rendah 5.26000 6.88164 .462 -10.0732 20.5932
Dosis tinggi -13.57000 6.88164 .077 -28.9032 1.7632
Dosis tinggi Kontrol negatif 34.16667
*
6.88164 .001 18.8334 49.4999
Kontrol positif -2.91667 6.88164 .681 -18.2499 12.4166
Dosis rendah 18.83000
*
6.88164 .021 3.4968 34.1632
Dosis sedang 13.57000 6.88164 .077 -1.7632 28.9032
Jam5 Kontrol negatif Kontrol positif -38.68667
*
9.91235 .003 -60.7728 -16.6006
Dosis rendah -24.96667
*
9.91235 .030 -47.0528 -2.8806
Dosis sedang -29.73000
*
9.91235 .013 -51.8161 -7.6439
Dosis tinggi -35.68667
*
9.91235 .005 -57.7728 -13.6006
Kontrol positif Kontrol negatif 38.68667
*
9.91235 .003 16.6006 60.7728
Dosis rendah 13.72000 9.91235 .196 -8.3661 35.8061
Dosis sedang 8.95667 9.91235 .387 -13.1294 31.0428
Dosis tinggi 3.00000 9.91235 .768 -19.0861 25.0861
Dosis rendah Kontrol negatif 24.96667
*
9.91235 .030 2.8806 47.0528
Kontrol positif -13.72000 9.91235 .196 -35.8061 8.3661
Dosis sedang -4.76333 9.91235 .641 -26.8494 17.3228
Dosis tinggi -10.72000 9.91235 .305 -32.8061 11.3661
Dosis sedang Kontrol negatif 29.73000
*
9.91235 .013 7.6439 51.8161
Kontrol positif -8.95667 9.91235 .387 -31.0428 13.1294
Dosis rendah 4.76333 9.91235 .641 -17.3228 26.8494
Dosis tinggi -5.95667 9.91235 .561 -28.0428 16.1294
Dosis tinggi Kontrol negatif 35.68667
*
9.91235 .005 13.6006 57.7728
Kontrol positif -3.00000 9.91235 .768 -25.0861 19.0861
Dosis rendah 10.72000 9.91235 .305 -11.3661 32.8061
Dosis sedang 5.95667 9.91235 .561 -16.1294 28.0428
Keterangan : * berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05

Kesimpulan :
a. Jam ke-1 dan Jam ke-4

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
positif, kelompok kontrol dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi pada
taraf uji 0,05.
2. Seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol positif
kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.
3. Semua kelompok dosis ekstrak memperlihatkan tidak adanya perbedaan secara
bermakna antara ketiga kelompok dosis tersebut pada taraf uji 0,05 kecuali
kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi berbeda secara
bermakna.
b. Jam ke-5
1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
positif, kelompok kontrol dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi pada
taraf uji 0,05.
2. Seluruh kelompok ekstrak tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok
positif kecuali dengan kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna
pada taraf uji 0,05.

Anda mungkin juga menyukai