adalah jurnal yang diterbitkan online dan diterbitkan dalam bentuk cetak. Jurnal ini
diterbitkan 3 kali dalam 1 tahun (Januari, Mei dan September). Jurnal ini diterbitkan oleh
APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia). Lingkup jurnal ini meliputi
Organisasi Farmasi, Kedokteran, Kimia Organik Sintetis, Kimia Organik Bahan Alami,
Biokimia, Analisis Kimia, Kimia Fisik, Biologi, Mikrobiologi, Kultur Jaringan, Botani
dan hewan yang terkait dengan produk farmasi, Keperawatan, Kebidanan, Analis
Kesehatan, Nutrisi dan Kesehatan Masyarakat.
ALAMAT REDAKSI :
Jl. Buaran II No. 30 A, I Gusti Ngurah Rai, Klender Jakarta Timur, Indonesia
Email : apdfi.2013@gmail.com
Advisor :
Editors in Chief :
Reviewer :
Abdi Wira Septama, Ph.D., Apt (Pusat Penelitian Kimia, PDII LIPI)
Operator :
UJI Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine
bulbosa (Mill.) Urb) DAN UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI AKTIF
Dwi Lestari; Rudi Kartika; Eva 1-10
Marlina................................................……………………………………….............….
Eryani………………………………………………………………………….
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV) PADA RESEP PASIEN RAWAT
JALAN DARI KLINIK HIV/AIDS SALAH SATU RUMAH SAKIT SWASTADI KOTA
BANDUNG
Ani Anggriani, Ida Lisni, Olga Susana 64-81
Wiku……………………………………………………………………………..
1, 2, 3
Program Studi S2 Kimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman
Email Korespondensi : rieka4827@gmail.com
ABSTRAK
Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb berasal dari keluarga Iridaceae, spesies ini
mengandung metabolit sekunder dalam bentuk flavonoid dan kuinon. Metode penelitian
ini meliputi uji toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan larva Artemia
salina Leach untuk menentukan nilai LC50. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental farmakologis menggunakan desain acak lengkap dalam pola arah yang
sama dalam pemilihan hewan uji, 25 hewan yang digunakan adalah mencit putih dibagi
menjadi 5 kelompok dengan 5 mencit per kelompok, dengan 4 jam diamati untuk
mengetahui gejala toksik dan melanjutkan observasi setiap 24 jam untuk melihat
kematian. Pengujian hasil BSLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki toksisitas
LC50 = 66,68 ppm (kategori sangat toksik), fraksi n-heksana memiliki toksisitas LC50 =
47,64 ppm (kategori sangat toksik), fraksi kloroform memiliki toksisitas LC 50 = 295,1
ppm (kategori toksik), dan fraksi air memiliki toksisitas LC50 = 194,54 ppm (kategori
sangat toksik). Fraksi kloroform adalah fraksi aktif. Uji toksisitas akut nilai LD50
berdasarkan metode perhitungan Miller Tainter Probit (187,499 mg / KgBB), metode
perhitungan Thompson Weil (182.810 mg / KgBB), cara menghitung Farmakope
Indonesia (187,068 mg / KgBB). Berdasarkan tiga perhitungan, nilai LD50 berada dalam
kategori sedang (50-500 mg / kgBB).
Kata kunci : Eleutherine bulbosa, BSLT, fraksi kloroform, uji toksisitas akut
1
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
ABSTRACT
Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb come from the Iridaceae family, this species
contains secondary metabolites in the form of flavonoids and quinones. This research
method includes Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) toxicity using Artemia salina
Leach larvae to determine the LC50 value. This study used experimental methods
pharmacologically using a completely randomized design in the same direction pattern in
the selection of test animals, 25 animals used were white mice divided into 5 groups with
5 mice per group, with 4 hours observed to find out toxic symptoms and continued
observation every 24 hours to see death. Testing of BSLT results showed that ethanol
extract had LC50 toxicity = 66.68 ppm (very toxic category), n-hexane fraction had LC50
toxicity = 47.64 ppm (very toxic category), chloroform fraction had LC 50 toxicity =
295.1 ppm ( toxic category), and the water fraction has a toxicity of LC50 = 194.54 ppm
(very toxic category). The chloroform fraction is an active fraction. Acute toxicity test
LD50 value according to the calculation method of Miller Tainter Probit (187,499
mg/KgBB), the method of calculation of Thompson Weil (182,810 mg/KgBB), how to
calculate Indonesian Pharmacopoeia (187,068 mg/KgBB). Based on the three
calculations, the LD50 value is in the medium category (50-500 mg/kgBB).
2
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
adalah suatu perhitungan untuk plate dan stirrer, beaker gelas, gelas ukur,
menentukan keaktifan dari suatu ekstrak labu ukur, batang pengaduk, selang
atau senyawa. Penggunaan LC50 aerator, botol aqua, penjepit tabung reaksi,
ditujukan untuk uji ketoksikan dengan mesin pengaduk (IKA RW 20 Digital),
perlakuan terhadap larva udang. corong Büchner (Rocker), kandang
Kematian hewan uji digunakan untuk mencit
memperkirakan dosis kematian jika 2. Bahan dan hewan uji
digunakan manusia (Priyanto, 2009). Umbi bawang tiwai, air suling,
Apabila nilai LC50 dengan metode BSLT ragi, garam laut, etanol 90%, n-heksana,
pada ekstrak tanaman bersifat toksik Kloroform, aluminium foil, kertas saring.
dapat dikembangkan sebagai obat Hewan uji: mencit putih jantan
antikanker (Carballo, 2002). BSLT pada B. Cara Kerja
penapisan senyawa-senyawa aktif yang 1. Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)
terdapat dalam ekstrak tanaman yang Disiapkan air laut buatan dengan
ditunjukkan dengan melihat harga LC50 melarutkan 15 g natrium klorida dalam 1
nya (LC50 ≤ 1000 μg/mL) (Harmita dan L aquades. (Harmita dan Radji, 2008).
Radji, 2008). 2. Penetasan Telur A. salina Leach
Uji toksisitas akut merupakan Telur udang ditetaskan sekitar 36-48
salah satu jenis pengujian toksisitas yang jam sebelum dilakukan pengujian
mengutamakan mencari efek toksik. toksisitas, wadah yang berbentuk kerucut
Pengujian ini dilakukan dengan yang bening atau transparan digunakan
memberikan zat kimia yang sedang diuji untuk penetasan telur udang kemudian
sebanyak satu kali, atau beberapa kali ditambahkan air laut buatan telah diukur
dalam jangka waktu 24 jam. Uji toksisitas PH-nya (8-9), wadah tersebut diberi
akut dapat menggunakan mencit. Tujuan penerangan dengan cahaya lampu 40
uji toksisitas akut suatu obat adalah untuk Watt untuk menghangatkan suhu dalam
menerapkan potensi toksisitas akut penetasan agar suhu penetasan 25ºC-31ºC
(LD50), menilai berbagai gejala klinis, tetap terjaga dan merangsang proses
spektrum efek toksik, dan mekanisme penetasan dengan menggunakan aerator.
kematian pada fraksi kloroforM umbi Telur A. salina Leach 50-150 mg dicuci
bawang Tiwai sebagai fraksi aktif. terlebih dahulu, yakni ditaburkan dan
direndam pada wadah berisi aquades
METODE PENELITIAN selama 1 jam setelah itu pada wadah
A. Alat, Bahan dan Hewan uji berisi air laut buatan 500 mL dinyalakan
1. Alat aerator. Telur A. salina Leach dibiarkan
Pisau, blender (Miyako), lampu selama 36-48 jam sampai menetas
neon 40 watt (Philips), toples, vial, cawan, menjadi nauplii yang matang dan siap
cawan petri, corong, spatula, pipet tetes, digunakan dalam percobaan. Telur akan
kaca arloji, penangas air, mikropipet menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan
10-100 µL, timbangan analitik, kotak bergerak secara alamiah menuju daerah
penampung larva (plastik), tabung reaksi, terang sehingga larva udang terpisah dari
rotary evaporator (IKA RV 10 basic), hot kulit telur. Larva yang sehat bersifat
3
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
fototropik dan siap dijadikan hewan uji gerak lincah, bulunya bersih, umur
pada umur 36-48 jam. Larva dipisahkan 2-3 bulan dengan bobot badan
dari telurnya dengan pipet ke dalam vial mencit 20-30 gram.
yang berisi air laut buatan (Harmita dan 2) Penyiapan Hewan Uji
Radji, 2008). Disiapkan 25 ekor mencit putih
3. Pembuatan Larutan Uji jantan. Mencit dibagi dalam 5
Vial disiapkan untuk tiap kelompok kelompok, yaitu 4 kelompok diberi
sesuai peringkat konsentrasi dengan larutan ekstrak fraksi kloroform dan
masing-masing kemudian disediakan 8 1 kelompok sebagai kontrol negatif.
vial dan direplikasikan sebanyak 3 kali Tiap kelompok terdiri atas 5 ekor
Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok mencit jantan. Ditimbang berat
(induk) sebesar 10 mg kemudian sampel badan selama seminggu sebelum
dilarutkan dengan air laut buatan sampai dilakukan penelitian ketoksikan
100 mL. Pengujian dilakukan dengan b. Perlakuan Pada Hewan Uji
menggunakan larutan uji yang dibuat Hewan uji diberi larutan ekstrak
dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol fraksi kloroform secara oral
negatif), 15,625 μg/mL, 31,25 μg/mL, sebanyak 0,5 ml/ 20g berat badan
62,5 μg/mL, 125 μg/mL, 250 μg/mL, 500 dengan tingkat dosis I (50 mg/
μg/mL dan 1000 μg/mL dalam air laut KgBB), dosis II (100 mg/Kg BB),
buatan. Setiap vial yang telah diisi dosis III (200 mg/Kg BB), dan dosis
sampel dengan volume 10 mL diisi 10 IV (400 mg/Kg BB) serta kontrol
ekor larva A. salina Leach dan negatif (CMC-Na 0,5%). Ekstrak
ditambahkan satu tetes suspensi ragi (0,6 fraksi kloroform diberikan dengan
mg/mL) sebagai makanannya (Harmita cara disuspensikan dengan CMC-Na
dan Radji, 2008). Uji kontrol negatif 0,5%
(blanko) diberi perlakuan sama seperti c. Pengujian
larutan uji tetapi tanpa ekstrak. Vial-vial Dilakukan pengujian, kemudian
tersebut diletakkan di bawah penerangan diamati gejala keracunan yang mungkin
dengan lampu 40 Watt. Jumlah larva A. timbul.
salina Leach yang mati dalam tiap vial d. Pengamatan
selama 24 jam dihitung dengan cara 1) Pengamatan sebelum diberikan
manual. Pengamatan dilakukan selama 24 perlakuan dilakukan selama 1 minggu
jam, tingkat toksisitas diperoleh dengan dengan menimbang berat badan
menghitung jumlah larva yang mati, yaitu mencit. Hal ini dilakukan untuk
bila larva udang tidak menunjukkan memastikan mencit dalam keadaan
pergerakan selama beberapa detik baik dan sehat untuk digunakan
observasi (Ramadhani, 2009). sebagai hewan uji.
4. Uji Toksisitas Akut 2) Pengamatan setelah diberi perlakuan
a. Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji yaitu pengamatan potensi ketoksikan
1) Pemilihan Hewan Uji akut, pengamatan ini dilakukan dengan
Hewan uji yang digunakan adalah melihat gejala-gejala fisik umum
mencit putih jantan sehat, aktivitas sebagai tanda keracunan yang timbul
4
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
5
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
6
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
Aklimatisasi dilakukan dengan Hari ke-1 sampai hari ke-7 semua hewan
tujuan agar semua kelompok menerima uji ditimbang untuk mengetahui
keadaan dan situasi yang sama dalam kesehatan dengan melihat bobot pada
proses penyesuaian terhadap lingkungan. mencit.
7
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
8
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
SIMPULAN
1. Pengujian hasil BSLT menunjukkan Febrinda, A. E., Astawan, M., Wresdiyati,
bahwa ekstrak etanol memiliki T., Yuliana, N. D. 2013.”Kapasitas
toksisitas LC50 = 66,68 ppm Antioksidan dan Inhibitor Alfa
(kategori sangat toksik), fraksi Glukosidase Ekstrak Umbi Bawang
n-heksana memiliki toksisitas LC50 Dayak”. Jurnal Teknologi dan
= 47,64 ppm (kategori sangat toksik), Industri Pangan. 24(2). Hal: 161
fraksi kloroform memiliki toksisitas
LC50 = 295,1 ppm (kategori toksik), Galingging, R.Y. 2009.”Bawang Dayak
dan fraksi air memiliki toksisitas LC50 (Eleutherine palmifolia) Sebagai
= 194,54 ppm (kategori sangat Tanaman Obat Multifungsi”. Warta
toksik). Penelitian dan Pengembangan.
2. Fraksi kloroform merupakan fraksi 15(3): 16-18
aktif, hasil uji Ketoksikan akut Nilai
LD50 menurut cara perhitungan Harmita dan Radji, M. 2008. Analisis
Probit Miller Tainter (187,499 Hayati. Jakarta: Penerbit Buku
mg/KgBB), cara perhitungan Kedokteran. Hal: 76-78
Thompson Weil (182,810
mg/KgBB), cara perhitungan Kuntorini, E. M., Astuti, M. D., Nugroho,
Farmakope Indonesia (187,068 L. H. 2010.”Struktur Anatomi dan
mg/KgBB). Berdasarkan dari ketiga Aktivitas Antioksidan Bulbus
perhitungan tersebut maka diketahui Bawang Dayak (Eleutherine
nilai LD50 nya termasuk kategori americana Merr) Dari Daerah
sedang (50-500 mg/kgBB). Kalimantan Selatan”. Penelitian
Hayati. (16): 1-7.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, F. R. 2014.”Efektivitas Ekstrak Loomis, T.A. 1978. Toksikologi Dasar.
Bawang Dayak (Eleutherine Diterjemahkan oleh Donatos, I. A.
palmifolia L. Merr) dalam Semarang: IKIP Semarang Press
Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Escherichia coli”. Laporan Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putnam, J.
Penelitian. Jakarta: Fakultas E., Jacobsen, L. B., Nicholas, D. E.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Dan Mc Laughlin, J. L. 1982.”Brine
Universitas Islam Negeri Syarif Shrimp: A Convenient General
Hidayatullah. Hal: 7 Bioassay for Active Plant
Constituent”. Drug Information
Carballo, J. L. I., Inda, Z. L. H., Perez. Journal. (45): 31-34
2002.”A Comparison between Two
Brine Shrimp Assay to Detect in Priyanto. 2009. Toksikologi Mekanisme
Vitro Cytotoxicity in Marine Natural Terapi Antidotum dan Penilaian
Product”. BMC Biotecnology. 2 (17): Resiko. Jakarta: Lembaga Studi dan
1-5. Konsultasi Farmakologi. Hal:
9
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
156-167
.
Ramadhan, B.K., dan Schaalan, M.F.,
2011, The Renoprotective Effect of
Honey on Paracetamol-Induced
Nephrotoxicity In Adult Male
Albino Rats, Life Science Journal 8
(3).
10
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
1, 2, 3
Akademi Farmasi Samarinda
Jl. Brig Jend A. Wahab Syahranie, Samarinda, Kaltim 75124
ABSTRAK
Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd.) merupakan tumbuhan
Kalimantan yang berkhasiat obat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
kadar flavonoid ekstrak etanol daun kelakai dengan metode spektrofotometri UV-
Vis.Tahapan penelitian diawali dengan pengumpulan sampel dan determinasi
tumbuhan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak etanol simplisia dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 70%, uji skrining fitokimia dan penetapan kadar
flavonoid dengan metode spektrofotometri UV-Vis dengan baku pembanding kuersetin.
Data dianalisis secara deskriptif. Diperoleh rendemen ekstrak etanol daun kelakai
(22,92%), penetapan kadar air pada ekstrak kental (19,71%), dan kadar flavonoid pada
428 nm (2,2159 ± 0,083%).
11
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
ABSTRACT
Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm F.) Bedd.) is a medicinal plant of Borneo. The
purpose of this research is to determine the level of flavonoid in crude extract of kelakai
leaf by UV-Vis Spectrophotometer. The research was conducted by collection of the
kelakai leaves and plant determination. The ethanolic extract of kelakai leaves was
collected using macceration methode. The determination of flavonoid level was
conducted by UV-Vis Spectrophotometer using quersetin as standard compound. The
study showed that the rendemen of crude extract of kelakai leaf was (22,92%). The
moisture content in viscous extract was (19,71%). The level of Flavonoids in extract was
(2,2159±0,083%).
Keywords : Leaf kelakai, Flavonoid levels, Crude extract
12
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
13
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
14
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
15
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
16
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
17
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
1. Replikasi 1 2,2945
2. Replikasi 2 2,1290
2,2159 ± 0,083
3. Replikasi 3 2,1621
4. Replikasi 4 2,2779
18
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
19
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
20
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
ABSTRAK
21
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
ABSTRACT
Kemuning’s plantations in Karang Anyar Regency are famous for their lush tea
plantations and good quality. Tea leaves contain several substances including
flavonoids, 30- 40% polyphenols, caffeine, essential oils and tannins. The famous tea
leaf polyphenols are catechins. Catechins have properties as antidiarrheal,
antibacterial, especially against Staphyloccocus aureus bacteria, which is one of the
gram-positive bacteria that cause infections in the skin. Based on this, tea leaf extract
can be used as a natural supplement in the manufacture of transparent soap products.
In this study tea leaf extract became one of the components in making transparent soap
by adding tea leaf extract to formula 1 (0%), formula 2 (1.5%), formula 3 (3%) and
formula 4 (4, 5%). Then transparent soap preparations were tested for organoleptic
and quality quality including moisture and vaporizing soap content, amount of fatty
acids, free alkali content and levels of unbunned fractions and anti-bacterial activity
against the growth of Staphyloccocus aureus bacteria. Based on the results of the study,
it was found that transparent 4 solid soap with 4.5% tea leaf extract content had the
darkest color of solid soap, evaporated water and substance content, free alkali content,
fatty acid, acidity level (pH), unbonded fraction level and the highest foam stability.
Formula 4 solid soap also has the best inhibitory power against the growth of
Staphyloccocus aureus bacteria.
Keywords : Tea Leaf Extract, Transparent Solid Soap, Staphyloccocus aureus
22
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm antara lain : Daun Teh (Camellia sinensis
oil) dengan Penambahan Bahan Aktif L.), Etanol 96%, Eosin Methylen Blue
Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis), Olii Agar (EMBA), Media Mueller Hinton
(2015) Formulasi Sabun Transparan Agar (MHA), Nutrient Agar, Bakteri
Minyak Buah Merah sebagai Antioksidan, Staphyloccocus aureus, Larutan Kristal
Putri (2016) Pengaruh Penambahan ekstrak violet, Larutan Lugol, Larutan Fuchsin,
Daun Kelor terhadap kualitas sabun Suspensi Mc. Farland dan Akuades.
transparan sebagai antioksidan, Sehingga Bahan-bahan yang digunakan untuk
mulai diminati penelitian-penelitian pembuatan sabun transparan antara lain :
membuat sabun padat dengan penambahan ekstrak daun teh, asam stearat, minyak
campuran bahan alam dan campuran bahan kelapa, gliserin, natrium hidroksida,
alam yang tidak hanya memiliki manfaat sukrosa, etanol, NaCl, Coco DEA, air.
sebagai aspetik bahkan memiliki sebagai Rancangan Penelitian
antioksidan, dan aromaterapi seperti pada Penelitian yang akan dilakukan ini
penelitian Berdasarkan hal tersebut maka merupakan penelitian yang menggunakan
ekstrak daun teh dapat dijadikan sebagai metode eksperimental dilakukan dengan
bahan tambahan alami dalam pembuatan pembuatan ekstrak daun teh, pembuatan
produk sabun transparan. Penambahan sabun padat transparan dan uji
ekstrak daun teh sebagai salah satu mikrobiologi di Laboratorium
komponen di dalam pembuatan sabun Mikrobiologi Sekolah Tinggi Ilmu
transparan dapat mempengaruhi kualitas Kesehatan Nasional. Pada penelitian ini
produk sehingga perlu dilakukan sampel yang digunakan adalah daun teh
pengkajian mengenai pengaruh dari perkebunan Kemuning Tawang
penambahan ekstrak daun teh terhadap Mangu Kab. Karanganyar pada usia yang
mutu sabun transparan yang dihasilkan. sudah cukup panen.
Sabun padat transparan yang dihasilkan Adapun tahapan-tahapan penelitian yang
juga diuji aktivitas antibakteri dengan akan dilakukan adalah sebagai berikut :
menghitung zona bening sabun transparan 1) Penyiapan simplisia daun teh
yang dihasilkan terhadap bakteri 2) Pembuatan ekstrak daun teh
Staphyloccocus aureus dengan 3) Pembuatan sediaan sabun padat
menggunakan media pembenihan Nutrient transparan
Agar (NA). Pengujian Antibakteri ini 4) Pengujian Mutu Sabun Padat
dilakukan untuk mengetahui manfaat Transparan
sabun transparan yang mengandung 5) Uji aktivitas antibakteri dengan
ekstrak daun teh sebagai sabun pembersih menghitung zona bening sabun
sekaligus sebagai sabun antiseptik. transparan yang dihasilkan terhadap
bakteri Staphyloccocus aureus
METODE PENELITIAN dengan menggunakan media
MATERIAL pembenihan Nutrient Agar (NA).
Bahan yang digunakan untuk pembuatan Berikut adalah formula sabun padat
ekstrak daun teh dan uji mikrobiologi transparan
23
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
polar salah satunya adalah steroid. Steroid berupa klorofil yang dapat mempengaruhi
ini merupakan senyawa organik lemak kadar fraksi tak tersabunkan yang terdapat
sterol yang tidak dapat terhidrolisis. dalam sabun padat transparan yang
Sehingga, semakin ditambahkan ke dalam dihasilkan.
proses pembuatan sabun padat transparan, Derajat Keasaman (pH)
maka semakin tinggi pula jumlah asam Formula 4 memiliki Derajat Keasaman
lemak yang terkandung dalam sabun padat (pH) yang paling tinggi yaitu 10,3. Derajat
transparan yang dihasilkan. Hal ini sesuai keasaman (pH) semakin meningkat dengan
dengan Badan Standarisasi Indonesia meningkatnya konsentrasi ekstrak daun
(1994) yang menyebutkan bahwa sabun teh. Penambahan ekstrak daun teh dapat
yang dapat dipasarkan di masyarakat yang mempengaruhi nilai derajat keasaman (pH)
aman adalah sabun dengan nilai asam yang dihasilkan. Hal ini karena ekstrak
lemak yang tinggi lebih dari 70 %. daun teh mengandung senyawa alkaloid
Kadar Alkali Bebas yang bersifat basa, sehingga dapat
Kadar Alkali bebas tidak berbeda meningkatkan derajat keasaman (pH) pada
signifikan, formula 4 menunjukkan kadar sabun padat transparan yang dihasilkan.
alkali paling tinggi yaitu sebesar 0,07. Stabilitas Busa
Kelebihan alkali dapat disebabkan karena Bahan Surfaktan yang berfungsi untuk
penambahan alkali yang berlebih pada meningkatkan stabilitas busa dalam
proses pembuatan sabun. Alkali bebas pembuatan sabun padat transparan pada
yang melebihi dari standar dapat penelitian ini adalah coco-DEA.
menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan Persentase stabilitas busa pada formula 4
alkali bebas ini diduga pula karena ekstrak paling tinggi sebesar 50 %. Penambahan
daun teh mengandung senyawa alkalinitas. ekstrak daun teh dapat mempengaruhi
Kadar Fraksi Tak Tersabunkan stabilitas busa yang dihasilkan oleh sabun
Kadar fraksi tak tersabunkan merupakan transparan. Kandungan saponin pada
jumlah komponen yang tidak tersabunkan ekstrak daun teh dapat menghasilkan busa,
karena tidak bereaksi dengan senyawa sehingga dengan penambahan ekstrak daun
alkali (natrium), namun dapat larut dalam teh dapat meningkatkan stabilitas busa
minyak pada saat pembuatan sabun. sabun padat transparan. Robinson (1995)
Persentase kadar fraksi tak tersabunkan menyatakan bahwa saponin tertentu dapat
tertinggi terdapat pada formula 4 yaitu digunakan sebagai bahan baku untuk
0,95. Kadar fraksi tak tersabunkan sintesis hormon steroid. Selain itu, saponin
berkaitan dengan zat-zat yang sering juga berfungsi sebagai antimikroba.
terdapat dalam minyak atau lemak yang
tidak dapat tersabunkan oleh hidrokarbon-
hidrokarbon alkali dan tidak dapat larut
dalam air. Zat-zat tersebut biasanya berupa
25
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
. Emulsi 0 5 0
9 2
5
9 Stabilitas 40 5 50 5
. Busa 0 0
29
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
ABSTRAK
Bawang rambut (Allium chinense G.Don.) merupakan tanaman yang mengandung
senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid dan saponin. Rendemen suatu ekstrak dapat
dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh metode ekstraksi maserasi dan digesti terhadap hasil rendemen
dan identifikasi senyawa metabolit sekunder pada ekstrak umbi bawang rambut.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan
adalah bawang rambut yang diperoleh di Kota Bangun Kalimantan Timur, diekstraksi
dengan 2 metode ekstraksi yaitu metode maserasi dan digesti menggunakan pelarut
etanol 70% dan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Identifikasi senyawa metabolit
sekunder dilakukan dengan skrining fitokimia meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, dan steroid. Data pengujian diolah dengan analisis statistik. Hasil penelitian
rendemen dengan 3 kali replikasi dari metode digesti diperoleh sebesar 20,02 gram,
19,03 gram, dan 19,17 gram. Sedangkan metode maserasi diperoleh sebesar 12,38 gram,
12,45 gram, dan 15,91 gram. Sehingga terdapat perbedaan antara rendemen hasil
metode digesti dan metode maserasi. Berdasarkan pengujian skrining fitokimia
menunjukkan bahwa ekstrak kental umbi bawang rambut mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid dan saponin.
30
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
ABSTRACT
Allium chinense are plants that contain bioactive compounds such as alkaloids,
flavonoids, and saponins. The rendement of an extract may be affected by the extraction
mentod used. This study aims to determine the effect of maseration and digestion
extraction method on rendemen and identification of secondary metabolite in the extract
of the hair onion bulbs. Research conducted is an experimental study. The samples
used were hair bulbs obtained in Kota Bangun, East Kalimantan, extracted wiyh 2
extraction methods of maceration and digestion using ethanol 70% solvent and done as
much as 3 times replication. Identification of secondary metabolite compounds was
performed by phytochemical screening including test of alkaloids, flavonoids, saponins,
tannins, and steroids. From the test data is processed by statistical analysis. The result
of rendement with 3 times replikation of digesti mentod obtained by 20,02 gram, 19,03
gram, and 19,17 gram. While the maseration method obtained for 12,38 grams, 12,45
grams, and 15,91 grams. So there are differences between the results of the results of
digestion mentod and maseration mentod. Based on phytochemical screening tets
showed that the thick extract of hair onion bulbs contain compounds alkaloids,
flavonoids, and saponins.
31
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
pengocokan atau pengadukan pada asam klorida pekat, besi (III) klorida
temperatur ruangan (kamar). 1%, kloroform, asam sulfat pekat,
Berdasarkan proses ekstraksi metode serbuk magnesium, amil alkohol,
maserasi dapat juga dilakukan cara pereaksi bouchardat, pereaksi
panas dengan modifikasi menggunakan dragendorf, pereaksi meyer, pereaksi
suhu 40oC (Depkes RI, 2000). lieberman-bouchardat, ekstrak kental
Penelitian Putri, (2014), umbi bawang rambut (Allium chinense
menyatakan bahwa rendemen yang G.Don).
dihasilkan menggunakan metode
maserasi dan digesti memiliki pengaruh Prosedur Penelitian
yang berbeda. Serta kandungan Pembuatan Simplisia
senyawa metabolit sekunder yang Sampel yaitu umbi bawang
terdapat pada ekstrak bawang rambut rambut yang diambil dari desa Kedang
adalah alkaloid, flavonoid, saponin, Ipil Kota Bangun. Determinasi tanaman
triterpenoid, steroid, dan minyak atsiri umbi bawang rambut dilakukan di
(Liu et al, 2014). Tetapi, penelitian Labolatorium Fisiologi Jurusan Biologi
tentang ekstraksi umbi bawang rambut Fakultas Matematika dan Ilmu
dengan menggunakan metode digesti Pengetahuan Alam Universitas
jarang ditemukan atau belum pernah Mulawarman Samarinda. Bawang
dilakukan. rambut yang telah dikumpulkan
Berdasarkan latar belakang, maka ditimbang, dicuci, ditiriskan dan
dilakukan penelitian tentang pengaruh diangin-anginkan sampai kering ± 7-14
rendemen dan skrining fitokimia ekstrak hari dan dihaluskan.
umbi bawang rambut (Allium chinense
G.Don) berdasarkan metode ekstraksi Ekstraksi Dengan Metode Maserasi
menggunakan pelarut etanol 70%. Dan Digesti
Metode maserasi dilakukan
METODOLOGI PENELITIAN dengan cara merendam serbuk simplisia
Alat Dan Bahan ditimbang 50 gram, dimasukkan dalam
Alat-alat yang digunakan adalah wadah kaca dan ditambahkan larutan
beaker glass (pyrex), neraca analitik, etanol 70% direndam selama 24 jam.
blender, wadah kaca, gunting, gelas Kemudian diaduk dengan maserator
ukur 100 ml, maserator, hot plate, dengan kecepatan ± 1000 rpm selama 2
tabung reaksi dan rak tabung, cawan jam. Hasil ekstraksi disaring
porselin, labu spiritus, penangas air, menggunakan corong buchner dan
ayakan mesh 60, infrared thermometer, vacum untuk memisahkan maserat
sendok tanduk, corong buchner, vacum, dengan filtrat. Selanjutnya dilakukan
erlenmayer, pipet, batang pengaduk penguapan menggunakan penangas air
kaca, aluminium foil. untuk mendapatkan ekstrak kental dan
Bahan yang digunakan antara diulangi seluruh proses sebanyak 3 kali.
lain etanol 70 %, air suling, tissue, Sedangkan untuk digesti,
kertas saring, asam asetat anhidrat, sebanyak 50 gram serbuk umbi bawang
32
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
rambut, dimasukkan dalam wadah kaca endapan atau paling sedikit dua dari
dan ditambahkan larutan etanol 70% tiga percobaan diatas (Harbone,
direndam selama 24 jam. Kemudian 1987).
diletakkan di atas hot plate, atur suhu
40oC dan ditunggu hingga suhu pada 2. Flavonoid
sampel mencapai 40oC yang diukur Ekstrak etanol sebanyak 1 mL
menggunakan infrared thermometer. ditambahkan 3 mL etanol 70%, dan
Perlakuan pengadukan sampel dikocok, selanjutnya dipanaskan
dilakukan menggunakan maserator dalam penangas air dan disaring.
dengan kecepatan ± 1000 rpm selama 2 Filtrat hasil mpenyaringan
jam. Hasil ekstraksi disaring ditambahkan serbuk Mg sebanyak
menggunakan corong buchner dan 0,1 gram serta 2 tetes HCl pekat
vacum untuk memisahkan maserat dan amil alkohol. Uji positif
dengan filtrat. Selanjutnya dilakukan flavonoid ditandai dengan adanya
penguapan menggunakan penangas air warna merah, kuning hingga jingga
untuk mendapatkan ekstrak kental dan pada lapisan amil alkohol
diulangi seluruh proses sebanyak 3 kali. (Harbone, 1987).
33
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
asam sulfat pekat. Hasil uji positif penyimpanan pada jangka waktu yang
mengandung senyawa steroid jika lama (Depkes RI, 1987). Umbi bawang
mengalami perubahan warna rambut yang telah dikeringkan
menjadi biru muda atau hijau selanjutnya dihaluskan dengan blender
(Harbone, 1987). dan diayak menggunakan mesh 60.
Tujuan pengayakan mengunakan mesh
HASIL DAN PEMBAHASAN 60 untuk memperbesar luas permukaan
sampel sehingga penarikan senyawa
Hasil Determinasi Tumbuhan kimia yang terkandung lebih mudah
Hasil determinasi tumbuhan di dilewati pelarut pada proses ekstraksi
Labolatorium Anatomi dan Sistematika (Akmal, 2014). Serbuk simplisia
Tumbuhan Fakultas Matematika dan selanjutnya disimpan dalam wadah
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas kering dan terlindung dari cahaya untuk
Mulawarman, menunjukkan bahwa mencegah kerusakn dan mutu simplisia
sampel adalah spesies Allium chinense tetap terjaga.
G.Don, famili Liliaceae.
34
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
20,02
20 19,03 19,17 Tabel 1. Data Hasil Rendemen Metode
15,91 Maserasi dan Digesti
15
12,38 12,45
10
Bobot Ren Rata
5 Metode Ekstra dem -
Ekstraksi k en Rata
0 Kental (%) (%)
Maserasi Digesti (gram)
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
35
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
36
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
37
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih kepada Yayasan
Kagama Kalimantan Timur pada
Akademi Farmasi Samarinda, yang
telah memberikan fasilitas peralatan dan
Laboratorium selama penelitian.
Gambar 4. Reaksi Uji Fitokimia DAFTAR PUSTAKA
Flavonoid (Andersen et al, 2006) Andersen, Oyvind, and Merkham,
Kenneth R. 2006. Flavonoids
Metabolit sekunder berupa Chemistry, Biochemistry and
alkaloid dapat berkhasiat sebagai anti Aplications. New York: CRC
diare, antidiabetes, antimikroba, dan Press Taylor and Francis Group.
antimalaria, akan tetapi beberapa Hal: 143.
senyawa golongan alkaloid dapat
bersifat racun (Ningrum et al, 2016). Departemen Kesehatan RI. 1987.
38
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
39
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019
40
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
I Nyoman Gede Tri Sutrisna1, Ni Luh Gede Widyastuti 2, Kadek Duwi Cahyadi3
1, 3
Prodi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha
2
Prodi D3 Farmasi, Akademi Farmasi Saraswati Denpasar
ABSTRAK
Pengobatan tradisional di Bali merupakan konsep budaya Bali yang digunakan secara turun-
temurun. Usada adalah pengetahuan pengobatan tradisional Bali sebagai sumber konsep untuk
memecahkan masalah di bidang kesehatan. Penyembuhan (usada) terdapat dalam suatu lontar yang
disebut dengan lontar usada. Lontar Usada Kacacar merupakan salah satu lontar usada yang
membahas mengenai penyakit cacar. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui informasi yang
terkandung dalam Lontar Usada Kacacar. Informasi meliputi jenis keadaan cacar, ramuan
pengobatan, bentuk sediaan dan cara penggunaan. Selain itu, dalam penelitian dapat diketahui
tumbuhan yang digunakan sebagai obat cacar tradisional. Pengobatan di Bali berdasarkan lontar
usada, penelitian kali ini dilakukan pada lontar Usada Kacacar. Penelitian ini dilakukan secara
deskriptif terhadap hasil terjemahan Lontar Usada Kacacar yang diterjemahkan oleh I Gusti
Ngurah Wiriawan, S.S. Hasil terjemahan Lontar Usada Kacacar dibuat dalam bentuk tabel meliputi
jenis keadaan cacar, ramuan pengobatan, cara penggunaan dan penggunaan mantra. Pada hasil
tabel ditemukan informasi 100 ramuan pengobatan, 75 jenis keadaan cacar, 107 jenis tumbuhan,
10 jenis cara penggunaan dan 16 cara pengobatan yang disertai dengan mantra.
41
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
ABSTRACT
The Traditional medicine in Bali is a concept of Balinese culture that is used for
generations. Usada is a knowledge of traditional Balinese medicine as a source of concepts to
solve problems in the health sector. Healing (usada) is found in lontar called lontar usada. Lontar
Usada Kacacar is one of the usada which discusses smallpox. The purpose of this study is to find
out information contained in Lontar Usada Kacacar. Information includes the type of smallpox,
treatment ingredients, dosage form and method of use. In addition, in research can be inform a
plants that are used as traditional smallpox drugs. Healing in Bali is based on lontar, the research
this time was carried out on eaves of Usada Kacacar. This research was conducted descriptively
to the translation of Lontar Usada Kacacar translated by I Gusti Ngurah Wiriawan, S.S. The
results of the translation of Lontar Usada Kacacar made in table form include the types of
smallpox, medicinal herbs, how to use and use spells. The results of the table found information
on 100 medicinal herbs, 75 types of smallpox, 107 types of plants, 10 types of methods of use and
16 methods of treatment accompanied by spells.
42
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
fakta yang telah ada. Lontar Usada Kacacar Proses penerjemahan dilakukan oleh Bapak I
yang telah diterjemahkan oleh bapak I Gusti Gusti Ngurah Wiriawan, S.S.
Ngurah Wiriawan S,S, kemudian dibuatkan
dalam tabel mengenai gejala cacar, tumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN
obat, bagian yang digunakan dan cara Pada terjemahan Lontar Usada
penggunaan formula. Kacacar, diperoleh 100 formula pengobatan
Hasil terjemahan lontar, buku serta ilmiah yang menggunakan tumbuhan, 75
jurnal-jurnal mengenai kandungan pada jenis obat untuk gejala cacar yang disebutkan
tanaman obat yang terkait. Penelitian ini pada lontar, 107 jenis tumbuhan dengan 10
dilakukan dengan cara menerjemahkan lontar cara penggunaan formula, selain itu terdapat
Usada Kacacar yang masih menggunakan pula 16 formula yang disertakan dengan
bahasa Sansekerta menjadi bahasa Indonesia. doa/mantra
Tabel 1. Pengobatan Cacar menurut Lontar Usada Kacacar untu Pengobatan Luar
Gejala Cacar Formula Bagian Tumbuhan Cara Mantra
Pengobatan yang Digunakan Penggunaan
Penyakit cacar 1. Kakap/sirih 1. Daun Diparut, diperas, -
2. Lengkuas 2. Rimpang kemudian
3. Gamongan 3. Umbi dipotong kecil-
4. Kencur 4. Rimpang kecil
1. Kambo- 1. – Dipanggang -
kambo 2. Kayu sampai matang,
2. Cendana 3. Kulit dicampur, diisi
3. Kelapa dengan cendana
yang dikerik,
kelapa yang disisir
kemudian
dipanggang
sampai matang.
Semua itu
kemudian
dipotong kecil-
kecil
1. Sirih 1. Daun Dipanggang, -
2. Lunak 2. Daging buah sampai tidak
3. Buah 3. Kulit buah menghasap
badung dibubuhi dengan
4. Kemiri cara
menyemburkan.
Kelapa disisir,
dipanggang
sampai matang,
sudah matang
kemudian
dipotong kecil-
kecil sampai
43
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
hancur (ketek).
Yang
disemburkan tadi
jangan sampai
tebal, dibubuhi
dan diratakan
dengan cendana
harum, kemiri
krusuk (digoreng
tanpa minyak), air
beras putih
Obat cacar 1. Kencur 1. Rimpang Diparut peras dan -
yang disembur 2. Kelapa 2. Air ampasnya
pada cacar yang muda 3. Kayu dipotong kecil,
sudah pecah 3. Cendana 4. Daun dicampur dengan
jenggi kencur dan air
4. Sirih kelapa muda,
diratakan dengan
cendana jenggi,
jika sudah
tumbuh, ditambal
dan semburkan
daun sirih.
Kemudian
ditumpuk dengan
2 parijata,
dihilangkan 2
parijata, kemudian
ditambal dengan
kambo-kambo
Obat bengkak 1. Jambe buah 1. Buah Disemburkan -
pinang 2. Umbi lapis dengan kotoran
2. Bawang 3. Rimpang subatah, beras
putih merah dan yang
3. Jangu dioleskan,
4. Semangka dikeringkan,
dicampur dengan
mata air yang
keluar dari batu
karang.
Obat cacar 1. Bawang 1. Umbi lapis Dibedakkan, Ong brahmà
sebelum sakit merah 2. Biji dibasuh dengan hurung, sarwwa
2. Beras air di pane (priuk) hurung gring
yang baru, hurung, bràhmà
selanjutnya sirép, 2, Ung
dirajah tumbah putih mtu
ring walang, mtu
wurung, 3.
44
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
45
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
46
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
diisi dengan
lebwani
kemenyan madu.
1. Jambe 1. Buah Jambe dan jebug -
2. Jebug 2. Buah digoreng tanpa
3. Sirih 3. Daun minyak,
ditambahkan
bahan lainnya
kemudian
disemburkan pada
punggungnya.
Jika bibirnya 1. Dadap 1. Embong Semuanya diulek, -
pecah-pecah 2. Bawang 2. Daging dibubuhi dengan
3. Kemiri 3. Buah kemiri
dihangatkan,
oleskan pada
bibirnya yang
pecah.
Obat cacar jika 1. Bawang 1. Daging Semua Ong puuh sukun,
perutnya terasa putih 2. Batang dilumatkan, puwuh balulang,
sakit 2. Jaringau 3. - ditaruh pada perut puwuh nasi wruh
3. Lasowi bagian tengah. sip o ko saking
maloki, rep ta
ngko dengku
(Mantra yang
digunakan ketika
memandikan
orang yang sakit
cacar, priuknya
dirajah dengan
mantra : Ong
sùkûma nirmmlà,
nirpapà, nir
upadrawa, tirthà
pawitra jati ya
namah swahà.)
Obat cacar 1. Kayu skang 1. Belahan kayu Belahan kayu Brahmà wurung
apabila ia 2. Liligundi 2. Daun skang, 2 liligundi, tutugakna.
terlihat buruk 3. Lombok 3. Buah ditutup dengan
rambat kain. Bahan lain
disemburkan,
lombok rambat
digoreng tanpa
minyak.
Jika pecah- 1. Kacemcem 1. Kulit Dibakar, diulek, -
pecah, dan jika 2. Buhu 2. Kulit dicampurkan
ia luka yang 3. Cengkeh 3. Tangkai semua
cukup besar 4. Jebugarum 4. Buah dilumatkan,
47
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
48
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
49
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
50
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
51
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
dioleskan pada
bokongnya.
1. Melinjo 1. Kulit Dioleskan pada -
2. Jebugarum 2. Daging buah bokongnya.
3. Cengkeh 3. Tangkai
4. Masuwi 4. Kulit batang
Obat cacar jika 1. Canging 1. – Dipanggang, -
terasa gatal 2. Maduri 2. Bunga kemudian
3. Lengkuas 3. Rimpang oleskan.
52
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
53
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
dakangnya belum
keluar.
Obat, sakit 1. Sirih 1. Daun yang tua Daun sirih tua -
perut melilit 2. Asam 2. Daging buah digoreng tanpa
minyak, asam,
garam uku,
tempelkan pada
pusar.
Menghidupkan 1. Sirih 1. Daun yang tua Dilumatkan, -
dakang 2. Temu ros 2. Rimpang kemudian
3. Merica 3. Buah dioleskan.
4. Cabe 4. Buah
bungkut
Obat dakang 1. Sirih 1. Daun yang tua Dilumatkan -
api 2. Temu ros 2. Rimpang kemudian
3. Cabe 3. Buah dioleskan.
4. Kacang 4. Biji
hijau
Obat dakang 1. Jebug/pinan 1. Buah Dibakar, -
dedek g 2. Umbi dilumatkan
2. Bawang 3. Rimpang kemudian
putih dioleskan.
3. Jaringau
Obat dakang 1. Antawali 1. - Dihangatkan -
yang 2. Lengkuas 2. Rimpang (tambus),
membengkak digosokan,
kemudian oleskan
pada yang
membengkak.
Obat dakang 1. Sirih 1. Daun tua Dibakar, -
adasar bintul, 2. Temu ros 2. Rimpang dilumatkan,
dan bengah 3. Merica 3. Buah dioleskan pada
(perih) 4. Lombok 4. Buah yang terlihat
memerah.
Obat dakang 1. Bawang 1. Umbi Dioleskan -
paburinik, 2. Beras merah 2. Buah
tidak
memuncak
(bintulnya tidak
muncul)
Obat ngéncéd 1. Sirih 1. Daun yang tua Dioleskan pada -
2. Ketumbar 2. Buah semua jari kaki.
54
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
55
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
1,2
Akademi Farmasi Jember
ABSTRAK
Sauropus androgynus (L) Daun Merr di Indonesia disebut katuk memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat dengan IC50 80,01 ppm. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin
mengetahui sifat fisik sampo daun katuk yang diformulasikan dalam berbagai formula.
Dalam penelitian ini katuk diformulasikan dalam sampo dengan agen viskositas (HPMC,
natrium CMC dan Carbopol) dalam berbagai konsentrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa
semua formula shampo memiliki aroma melati yang rendah, tetapi memiliki bentuk dan
warna yang berbeda. Viskositas Sampoo meningkat dengan meningkatnya agen
viskositas. Viskositas tertinggi ditunjukkan oleh F7 dengan konsentrasi karbopol 0,5%.
Uji pH menunjukkan bahwa sampoo dengan HPMC dan natrium CMC memiliki nilai pH
6. nilai pH sampo dengan carbopol adalah 5. Semua formula pH memenuhi persyaratan
standar SNI. Hasil statistik menunjukkan bahwa sifat fisik busa tinggi, viskositas dan pH
semua formula memiliki perbedaan yang signifikan.
Kata kunci : HPMC, natrium CMC, Carbopol, Sauropus androgynus (L) Merr
56
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
ABSTRACT
Sauropus androgynus (L) Merr leaf in Indonesia called katuk have strong
antioxidant activity with IC50 80,01 ppm. The aims of this research is want to know
physical properties of katuk leaf shampoo which is formulated in various formulas. In
this research katuk was formulated in shampoo with viscocity agent (HPMC, sodium
CMC and Carbopol) in various concentration. The result showed that all shampoo
formulas had low jasmine smell, but had different in form and colour. Sampoo viscocity
increased with increased viscocity agent. The highest viscocity showed by F7 with 0,5%
carbopol concentration. pH test showed that the sampoo with HPMC and sodium CMC
had pH value 6. pH value of shampoo with carbopol was 5. All of pH formulas meet the
requirement of SNI standard. Statistical result showed that the physical properties of
foam high, viscocity and pH all formulas had significant difference.
57
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
58
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
(maserasi ulang dilaukan 3x). Dari sediaan sampai batas tanda di dalam
filtrate yang didapat dikumpulkan dan wadah, lalu dihomogenkan dengan
campuran ekstrak tersebut dipekatkan homogenizer pada kecepatan 1000 rpm
dengan rotary evaporator dan diuapkan selama 10 menit.
diatas waterbath 60C sampai didapatkan
bobot konstan. Kemudian hasilnya Evaluasi Sediaan
ditimbang pada cawan yang telah ditara Pengamatan Organoleptis
dan disimpan dalam desikator (Arista, Analisis organoleptis dilakukan dengan
2013). mengamati perubahan bentuk, bau, dan
warna sediaan SAMPO yang
Uji Skrining Fitokimia mengandung berbagai ekstrak daun
Ekstrak daun katuk dikocok kuat dengan katuk.
kloroform lalu ditambahkan air suling
sampai terbentuk dua lapisan. Filtrat Pengukuran Tinggi Busa
pertama ditambah 2 tetes FeCl3 1%, Sediaan SAMPO antiketombe yang
yang menghasilkan warna hitam, yang mengandung berbagai konsentrasi
menunjukkan adanya senyawa ekstrak daun katuk dibuat larutannya 2%
flavonoid. dalam 500 ml air. Kemudian dimasukkan
Filtrat pertama ditambah 2 tetes NaOH kedalam labu (bagian atas) yang
10%, yang menghasilkan warna hijau berkapasitas 1L. Pada gelas ukur 1L diisi
kebiruan, yang menunjukkan adanya dengan larutan uji 50 ml, diletakkan d
senyawa flavonoid (Zuhra et al, 2008) bawah labu bagian atas. Larutan uji di
labu atas sebanyak 500 ml dialirkan ke
Pembuatan sediaan . gelas ukur yang berisi 50 ml larutan uji
Viscocity agent didispersikan dengan sampai habis. Busa yang terjadi diamati
aquadest. Campur cocoamide dengan tingginya setelah 0,5, 3,5,dan 7 menit.
BHT, EDTA Na kemudian aduk dengan
homogenizer selama 5 menit lalu Pengukuran Viskositas
tambahkan sodium lauryl sulfat dan aduk Pengukuran viskositas dilakukan dengan
selama 1 menit (campuran b). Ekstrak menggunakan alat Viskometer
katuk dan natrium benzoat dilarutkan Brookfield. Caranya adalah dengan
dalam aquades kemudian ditambahkan menempatkan sediaan SAMPO
dengan dispersi HPMC, aduk sampai antiketombe yang akan diperiksa dalam
homogen (campuran c). D&C green #5 beaker glass (±200 mL), kemudian
dilarutkan dalam air kemudian diletakkan dibawah alat viscometer
tambahkan ke dalam campuran c, aduk Brookfield model DV-E dengan tongkat
sampai larut. pemutar (spindel) yang sesuai. Spindel
Mentol, oleum jasmin royal dilarutkan dimasukkan ke dalam sediaan sampai
dalam alkohol sampai larut. Campuran b terendam. Pengukuran dilakukan pada
dicampur dengan campuran c kemudian minggu pertama dan setelah 4 minggu
ditambahkan dimeticone dan mentol. penyimpanan.
Sisa aquadest ditambahkan ke dalam
59
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
60
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
pH sekitar 2,5 - 3,5 tergantung pada dapat membuat kulit menjadi kering
konsentrasi polimer (Rowe et al., 2009 (Tranggono et al., 2007).
; Anonim, 2010). Dari hasil pengolahan Statistical
Dari hasil penelitian sifat fisik Product Services Solution (SPSS) 16
pH telah memenuhi persyaratan rentang menggunakan uji kruskal wallis dan
pH sesuai dengan syarat SNI yaitu 5,0- didapatkan nilai signifikansi 0,001
9,0. Dengan kisaran pH tersebut (p<0,05) maka dapat diartikan bahwa
diharapkan sediaan tidak mengiritasi sifat fisik pH pada kesembilan
kulit kepala karena jika sediaan yang formula memiliki perbedaan yang
terlalu asam dapat mengiritasi kulit bermakna
sedangkan sediaan yang terlalu basa
61
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
62
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
63
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
1,2,3
Bandung Of School Pharmacy (Sekolah Tinggi Farmasi Bandung)
Jalan Soekarno Hatta No 754 Cibiru Bandung, Indonesia.
ABSTRAK
Human Immunodeficiency Virus (HIV) terus menjadi isu kesehatan masyarakat global utama,
yang menargetkan sistem kekebalan tubuh manusia. Penggunaan ARV dalam pengobatan
HIV/AIDS meningkatkan harapan hidup bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat ARV pada pasien rawat jalan
dari Klinik HIV/AIDS dan menilai kesesuaiannya dengan standar pengobatan yang sudah
ditetapkan. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif non eksperimental, dengan
pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, menggunakan data resep pasien bulan
April-Desember 2017. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan 87% merupakan pasien laki-
laki, dan kelompok umur terbanyak adalah 20-29 tahun (39%). Golongan obat ARV yang
digunakan adalah Nucleoside/Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI), Non
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI), dan Protease Inhibitors (PI), dengan
kombinasi obat ARV terbanyak adalah kombinasi lini pertama
tenofovir+lamivudine+efavirenz (69%) sedangkan obat lini kedua
zidovudine+lamivudine+lopinavir/ritonavir sebesar 1%. Obat penyerta yang terbanyak
digunakan adalah kotrimoksasol. Untuk data kualitatif yaitu ketepatan kombinasi dan dosis
obat ARV adalah 100% sesuai dengan standar Permenkes No.87 Tahun 2014, dengan
kepatuhan pasien 79% dalam memperoleh pengobatan antiretroviral setiap bulan. Potensi
interaksi obat ARV dengan obat lainnya untuk kategori moderat terbanyak adalah
zidovudin+kotrimoksasol (11%) yang terjadi secara farmakokinetik dengan menurunkan
klirens ginjal dari zidovudine dan metabolit glucuronide-nya. Kesimpulannya, pola
penggunaan obat ARV sudah memenuhi standar Permenkes No.87 Tahun 2014, dengan
penggunaan terbanyak adalah kombinasi lini pertama tenofovir+lamivudine+efavirenz.
64
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
ABSTRACT
The Human Immunodeficiency Virus (HIV) continues to be a major global public health
issue, which targets the human immune system. The using of ARVs in the treatment of HIV /
AIDS increased life expectancy for PLHIV (People With HIV / AIDS). This study aims to
determine the description of the using of ARV drugs in outpatients of the HIV / AIDS Clinic
and assessed their suitability with established treatment standards. This research was
carried out in a descriptive non-experimental manner, with data collection carried out
retrospectively, used patient prescription data from April to December 2017. The results of
quantitative studies showed 87% were male patients, and the largest age group was 20-29
years (39%) . Class of antiretroviral drugs used were Nucleoside / Nucleotide Reverse
Transcriptase Inhibitors (NRTIs), Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors
(NNRTIs), and Protease Inhibitors (PI), with a combination of antiretroviral drugs most was
the combination of first-line tenofovir + lamivudine + efavirenz (69%) while the second-line
drug zidovudine + lamivudine + lopinavir / ritonavir was 1%. The most commonly used
comorbid drug was cotrimoxazole. For qualitative data, the accuracy of combination and
dose of ARV drugs was 100% in accordance with Permenkes No. 87/ 2014, with 79% of
patients adhered to antiretroviral treatment every month. The potential for most ARV drug
interactions with other drugs for the moderate category was zidovudin + cotrimoxazole
(11%) which occured pharmacokinetically by decreasing renal clearance of zidovudine and
glucuronide metabolites. In conclusion, the pattern of used of ARV drugs had met the
standard of Permenkes No.87/2014, with the most used were the first line combination of
tenofovir + lamivudine + efavirenz.
65
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
66
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
67
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
bebas tanpa pengaman dengan bayi. Faktor risiko lainnya berasal dari
pasangan yang berganti-ganti, pola hidup seperti halnya pada laki-
penggunaan narkoba suntik, atau dapat laki, terutama bagi wanita yang bekerja
juga karena kelompok LSL (laki-laki sebagai PSK (pekerja seks komersial).
berhubungan seks dengan laki-laki) Menurut Laporan Perkembangan
yang semakin meningkat. Namun HIV/AIDS Triwulan I Tahun 2017,
penularan HIV pada laki-laki dapat faktor risiko penularan terbanyak
juga diperoleh dari ibunya yang melalui heteroseksual (68%), pengguna
terinfeksi HIV. Napza suntik (11%), diikuti
Untuk perempuan, faktor risiko homoseksual (4%), dan penularan
sebagian besar terjadi pada ibu rumah melalui perinatal (3%) (Ditjen P2P
tangga yang pasangannya tertular Kemenkes RI, 2017).
HIV/AIDS atau penularan dari ibu ke
produktif lebih rentan tertular pasien HIV yang tertular dari orangtua
HIV/AIDS karena pola hidup yang mereka yang juga terinfeksi HIV,
bebas, karena pada kelompok umur ini berdasarkan catatan klinis pasien pada
cenderung untuk melakukan seks bebas klinik HIV rumah sakit tersebut.
tanpa pengaman dengan pasangan yang Menurut WHO (2017) transmisi HIV
berganti-ganti, atau penggunaan Napza dari ibu ke anak dapat mencapai antara
suntik (Ditjen P2P Kemenkes RI, 15-45%. Transmisi infeksi perinatal
2017). atau transmisi dari ibu ke anak dapat
Posisi terendah terdapat pada terjadi selama kehamilan, atau
kelompok umur 50-59 tahun (3%) dan mendekati kelahiran, dan selama masa
kelompok umur 1-4 tahun (2%). Untuk menyusui. Risiko penularan dari ibu ke
usia pasien terendah pada usia 1 tahun, anak terjadi pada masa kehamilan dan
dan usia tertinggi pada 59 tahun. pada saat melahirkan sekita 25%,
Menurut penelitian Jamil (2014) sedangkan risiko penularan selama
umumnya penderita HIV/AIDS paling menyusui sekitar 15-20% dalam 6
sering dijumpai pada kelompok usia bulan pertama kehidupan. Oleh karena
produktif (15-49 tahun). Hal ini itu penting dilakukan pengobatan bagi
kemungkinan karena pengaruh aktifitas wanita hamil yang menderita HIV
seksual yang masih tinggi pada rentan selama masa kehamilannya. Setelah
usia ini, pengaruh lingkungan dan melahirkan, ibu sangat dianjurkan
pekerjaan (Jamil, 2014). untuk tidak menyusui anaknya apabila
tersedia alternatif yang lebih aman
Pasien anak-anak dan remaja (usia (Chisholm-Burns, 2016).
≤ 14 tahun) yang mendapatkan
pengobatan ARV di sini merupakan
70
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
71
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
tablet yang dapat larut dalam air virus lainnya seperti demam, myalgia,
sehingga cocok diberikan pada anak- faringitis, atau ruam (Chisholm-Burns,
anak. Satu pasien menggunakan 2016). Dalam pedoman pengobatan
efavirenz tablet yang merupakan antiretroviral, dikatakan bahwa
golongan NNRTI yang dikombinasikan pemberian terapi penyerta
dengan Duviral® Kaplet yang dimaksudkan untuk terapi pencegahan
mengandung dua obat golongan NRTI infeksi oportunistik, mengatasi efek
(zidovudin dan lamivudine). samping obat antiretroviral, maupun
Sedangkan satu pasien menggunakan untuk mengatasi infeksi oportunistik
tablet Aluvia® (lopinavir/ritonavir) (Permenkes No.87 Tahun 2014).
yang merupakan golongan PI, yang obat penyerta yang paling banyak
dikombinasikan dengan Duviral® digunakan oleh pasien adalah
sebagai kombinasi lini kedua yang kotrimoksasol yaitu 48% untuk
diberikan untuk pasien yang kotrimoksasol tablet dan 7% untuk
mengalami kegagalan terapi kotrimoksasol suspensi. Pemberian
(Permenkes RI No.87 Tahun 2014). kotrimoksasol merupakan bagian dari
pelayanan HIV dimana digunakan
Berdasarkan Obat Penyerta sebagai pengobatan pencegahan pada
Pemberian obat penyerta selain obat ODHA dewasa, wanita hamil dan anak
antiretroviral dimaksudkan untuk untuk Pneumocystis pneumonia,
mengatasi keluhan lain selain penyakit toksoplasmosis dan infeksi bakteri
utama. Pasien yang terinfeksi HIV (Permenkes No.87 Tahun 2014).
secara akut biasanya tanpa gejala atau
menunjukkan gejala terkait infeksi
Keterangan:
∑ = Jumlah pasien
% = Persentase Pasien
74
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
CD4 turun > 50% dari jumlah CD4 kombinasi obat ARV yang digunakan
tertinggi, sedangkan gagal virologis pada pasien rawat jalan dari Klinik
dilihat dari viral load > 1000 kopi/mL HIV/AIDS yang berobat pada bulan
berdasarkan pemeriksaan HIV RNA April-Desember 2017 sudah sesuai
dengan jarak 3-6 bulan (Permenkes RI dengan standar yang ditetapkan pada
No. 87 tahun 2014). pedoman pengobatan Antiretroviral
Dari hasil analisis ketepatan Permenkes RI No.87 tahun 2014.
kombinasi obat, dapat dikatakan bahwa
Zidovudine+ 15 10 2 29 0 0 0 0
lamivudine+ 5 %
nevirapin
Zidovudine+ 1 0 1 1% 0 0 0 0
lamivudine+
efavirenz
Zidovudine+ 0 1 1 1% 0 0 0 0
lamivudine+
lopinavir/r
Total 75 12 8 100 0 0 0 0
7 %
75
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
Penentuan dosis obat ARV yang pasien adalah pasien anak dengan
tepat sangat berperan penting dalam koinfeksi tuberkulosis, dengan dosis
keberhasilan terapi. Untuk usia 18 yang disesuaikan dengan berat badan
tahun ke atas, dosis standar telah pasien, sesuai dengan standar
ditetapkan tanpa mempertimbangkan pengobatan yang berlaku (Permenkes
RI No. 87 Tahun 2014).
berat badan pasien, sedangkan Untuk kombinasi zidovudine +
untuk yang di bawah 18 tahun lamivudine + nevirapin tersedia dalam
penentuan dosis mempertimbangkan dosis dewasa (300 mg/150 mg/200 mg)
berat badan dan dosis anak (60 mg/30 mg/50 mg)
dengan aturan pakai dua kali sehari satu
pasien. Dalam pemberian obat tablet untuk dewasa, sedangkan untuk
ARV, dosis untuk komponen dalam anak-anak disesuaikan dengan berat
rentang berat badan tertentu mungkin badan anak. Lopinavir/ritonavir hanya
agak di atas atau di bawah dosis target digunakan oleh 1 pasien anak dengan
yang direkomendasikan. Hal ini tidak dosis 10 mg/2,5 mg LPV/r/kg berat
dapat dihindari mengingat keterbatasan badan/dosis setiap dua kali sehari untuk
kombinasi dosis tetap, namun perlu berat badan 15-<40 kg. Untuk aturan
diperhatikan bahwa pemberian dosis pemakaian, tenofovir + lamivudine +
obat untuk anak tidak melebihi 25% di efavirenz diberikan pada saat perut
atas dosis maksimum target atau lebih kosong atau malam menjelang tidur
dari 5% di bawah dosis target minimum untuk mengurangi efek samping
(WHO, 2016). efavirenz pada sistem saraf pusat,
Dari hasil penelitian, diketahui sedangkan untuk kombinasi
bahwa dosis yang paling banyak zidovudine/lamivudine/nevirapine
digunakan adalah kombinasi Tenofovir dalam tablet dispersibel untuk anak,
300 mg+lamivudine 300 mg + penggunaannya tidak terpengaruh oleh
efavirenz 600 mg sekali sehari satu makanan dan tablet dapat direndam
tablet yang dikonsumsi pada malam dalam air hingga larut dengan
hari sebelum tidur. Dosis tersebut sendirinya sebelum diminumkan
merupakan dosis dewasa yang (Permenkes RI No. 87 Tahun 2014).
digunakan oleh 59 pasien, sedangkan 1
Kepatuhan pengobatan
antiretroviral merupakan parameter
penting yang mendukung keberhasilan
pengobatan (Permenkes RI No.87 menurunkan transmisi HIV (Permenkes
Tahun 2014). Yang dimaksudkan RI No.87 Tahun 2014).
dengan tingkat kepatuhan pada Ada beberapa faktor yang dapat
penelitian ini adalah ketaatan pasien menyebabkan ketidakpatuhan
untuk mendapatkan pengobatan pengobatan. Hasil penelitian Surilena
antiretroviral secara teratur setiap menyimpulkan bahwa pengetahuan
bulannya pada Klinik HIV/AIDS salah pasien, efek samping antiretroviral,
satu Rumah Sakit Swasta di kota depresi, dukungan sebaya dan
Bandung, yang dilihat dari frekuensi ketersediaan antiretroviral memiliki
pengambilan obat antiretroviral di hubungan yang signifikan terhadap
Instalasi Farmasi Rumah Sakit tersebut. kepatuhan terapi antiretroviral, dengan
Hasil analisis data menunjukkan faktor yang paling dominan adalah
bahwa dari 87 pasien yang diteliti 79% pengetahuan pasien (Surilena, 2015).
pasien patuh dalam mendapatkan Untuk ODHA dengan kepatuhan yang
pengobatan ARV setiap bulan, tidak baik atau berhenti minum obat,
sedangkan 21% pasien tidak patuh penilaian kegagalan terapi dilakukan
dalam mendapatkan pengobatan ARV setelah minum obat kembali secara
setiap bulannya. Menurut standar teratur minimal 3 sampai 6 bulan.
pengobatan antiretroviral, kepatuhan Untuk menjaga kepatuhan secara
pengobatan didefinisikan sebagai berkala perlu dilakukan penilaian
sejauh mana perilaku ODHA dalam kepatuhan dan jika diperlukan dapat
menjalani pengobatan,sesuai dengan dilakukan konseling ulang (Permenkes
yang dianjurkan petugas kesehatan. RI No.87 Tahun 2014). Parameter
Untuk terapi ARV, kepatuhan yang kepatuhan pengobatan memerlukan
tinggi sangat diperlukan untuk penelitian lebih lanjut dengan
menurunkan replikasi virus dan mempertimbangkan aspek-aspek
memperbaiki kondisi klinis dan lainnya.
imunologis; menurunkan risiko
timbulnya resistansi ARV; dan
77
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
79
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
DAFTAR PUSTAKA
Jamil, K.F (2014) : Profil Kadar CD4 Siregar, C.J.P. dan Kumolosasi. E.
terhadap Infeksi Oportunistik pada (2006) : Farmasi Klinik : Teori dan
Penderita Human Immunodeficiency Terapan, Cetakan I, Penerbit Buku
Virus / Acquired Immunodeficiency Kedokteran EGC, Jakarta, 306-307.
Syndrome (HIV/AIDS) di RSUD
DR.Zainoel Abidin Banda Aceh, Surilena dan Valeri J.(2015) :
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 14(2), Knowledge of HIV-AIDS a dominant
79. factor of antiretroviral theraupetic
adherence in women with HIV-AIDS,
Katzung, B.G. dan Trevor, A.J. (2015) Universa Medicina, 34(2), 129.
: Basic and Clinical Pharmacology,
Thirteenth Edition, McGraw-Hill Tatro, D. (2014) : Drug Interaction
Education, New York, 1244-1257. Facts, Facts and Comparison
Publishing Group, California, xiii-xvii,
Kusumayanti, R.R., Yunihastuti, E., 249, 299, 1408, 1125, 2170, 2180.
Purnamasari, D., Witjaksono, F., dan
Dewiasty E. (2015) : Faktor-Faktor WHO (2016) : Consolidated
yang Berperan terhadap Terjadinya Guidelines on The Use of
Lipodistrofi pada Pasien HIV yang Antiretroviral Drugs for Treating and
Mendapatkan Terapi Antiretroviral Preventing HIV infection, 2nd Edition,
Lini Pertama, Jurnal Penyakit Dalam WHO Press, Switzerland, 388-395.
Indonesia, 2 , 223.
WHO (2017) : Elimination of Mother-
to-Child Transmission of HIV
80
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
81
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
ABSTRAK
Penelitian ini di latar belakang oleh banyaknya pengguna Program Terapi Rumatan
Metadon (PTRM) yang Dropped Out karena kurangnya motivasi dan kepatuhan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan kepatuhan
pengguna PTRM Puskesmas Tambora. Desain penelitian menggunakan metode
kuasi eksperimen dengan tes awal-tes akhir kelompok grup tidak sebanding. Sampel
penelitian secara sukarela berjumlah 100 dengan pembagian @ 50 untuk kelompok
kontrol (KK) dan @ 50 untuk kelompok perlakuan (KE). Berdasarkan hasil analisis
data diperoleh hasil sebagai berikut:
(1) Ada peningkatan pada variabel motivasi dan kepatuhan terhadap kelompok yang
diberi edukasi dengan ceramah dan leaflet. (2) Edukasi farmasis (variabel
pengetahuan, sikap dan tindakan) secara serentak dapat meningkatkan motivasi
pengguna dengan skor 15,4% (p value 0,00 <0,05) di PTRM Puskesmas Tambora.
(3) Edukasi farmasis (variabel pengetahuan, sikap dan tindakan) secara serentak
meningkatkan kepatuhan pengguna layanan di PTRM Puskesmas Tambora dengan
skor 12,7% (p value 0,00 <0,05). Kesimpulan edukasi farmasis dapat meningkatkan
motivasi dan kepatuhan kepada pengguna layanan PTRM Puskesmas Tambora.
82
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
ABSTRACT
This study was triggered by the large number of users of Methadone Maintenance Therapy
Program (MMTP) who Dropped Out due to lack of motivation and compliance. The
purpose of this study was to increase the motivation and compliance of the Tambora
Community Health Center MMTP users. The study design used the quasi-experimental
method with the pretest-the posttest the group was not comparable. Voluntary research
samples amounted to 100 with a distribution of @ 50 for the control group (KK) and @
50 for the treatment group (KE). Based on the results of data analysis, the following results
were obtained: (1) There was an increase in the motivation and compliance variables
for the group given education with lectures and leaflets.
(3) Pharmacist education (variable knowledge, attitudes and actions) simultaneously can
increased the motivation of users with a score of 15.4% (p value 0.00 <0.05) in MMTP
at the Tambora Community Health Center. (3) Pharmacist education (variable knowledge,
attitudes and actions) simultaneously increases the compliance of service users in MMTP
Tambora Community Health Center with a score of 12.7% (p value 0.00
<0.05). The Conclusion pharmacist education can increase motivation and compliance to
users of Tambora Community Health Center MMTP services.
83
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
Namun 40% hingga 50% pengguna penelitian yang dipakai adalah kuasi
dinyatakan Dropped Out (DO) karena eksperimen dengan bentuk tes awal- tes
sulitnya akses menuju tempat layanan. akhir kelompok grup tidak sebanding
Berdasarkan pengalaman PTRM di Bali, (Sugiyono,2012). Metode ini dipakai
dikatakan bahwa masalah jarak ke peneliti karena kuasi eksperimen
tempat PTRM menjadi kendala bersifat natural, non randomized, tanpa
kepatuhan dari pengguna. Berdasarkan mengganggu kealamian proses
data observasi awal di Puskesmas kehidupan dari pengguna sehingga
Tambora, Jakarta Barat, pada bulan Juli pengguna tidak terganggu dengan
2014, masih banyak pemakai PTRM di adanya penelitian ini. Pengguna dibagi
Puskesmas Tambora yang kurang dalam dua kelompok yaitu KK yang
termotivasi dan kurang patuh, padahal tidak diberi edukasi dan KE (perlakuan)
sedikitnya ada 100 pengguna aktif yang diedukasi melalui leaflet dan
metadon (Agustus 2014) (Anonim, diskusi. Ceramah dan diskusi yang
2014). Farmasis sebagai bagian dari berisi informasi tentang pengetahuan,
masyarakat mempunyai tanggung jawab sikap, tindakan, motivasi, dan kepatuhan
sebagai konselor kesehatan atau pengguna PTRM. Masing- masing
pendidik dalam meningkatkan kelompok pengguna berjumlah 2 x 50
pengetahuan dan perilaku sehat pengguna. Pengambilan data dilakukan
masyarakat, terutama bidang melalui kuesioner, wawancara dan
kefarmasian, melihat edukasi model rekam medik di lapangan. Jumlah
barat ternyata tidak dapat sampling pengguna menggunakan
menanggulangi peningkatan sampling kebetulan yaitu dicari 100
ketergantungan narkoba, maka pengguna dari 105 populasi. Model
diperlukan model edukasi yang sampling dengan asumsi bahwa 1
membantu mendidik individu, variabel menggunakan 10 sampel
lingkungan, dan meningkatkan derajat (Sugiyono, 2012). Variabel terikat, yaitu
kesehatan masyarakat (Depkes, 2009, motivasi dan kepatuhan akan diuji dengan
Depkes, 2014). Farmasis yang variabel bebas edukasi, yaitu
berorientasi pada pendidikan yang pengetahuan, sikap, dan tindakan, yang
humanis, menekankan pentingnya diharapkan saling berpengaruh dan
pelestarian keberadaan umat manusia, berhubungan dalam penelitian ini. Data
dengan menganut model edukasi Ki variabel edukasi (pengetahuan, sikap
Hadjar Dewantara, yang menyangkut dan tindakan), motivasi dan kepatuhan
pengetahuan, sikap, dan tindakan dikumpulkan melalui kuesioner yang
(Riyanto T, 2014, Riyanto T, 2014, sudah valid dan reabil. Setiap variabel
Anonim, 2013). dikomparasi antar data awal dan akhir
pada kelompok kontrol, data awal dan
METODE PENELITIAN akhir kelompok edukasi, data kelompok
Pendekatan penelitian ini bersifat kontrol dengan data kelompok edukasi
kualitatif dan kuantitatif dengan pada lima variabel perlakuan. Selanjutnya
mengumpulkan data penelitian yang dilakukan uji F untuk melihat secara
berupa angka–angka dan akan di analisa serempak signifikansi variabel
menggunakan statistik. Metode independen dalam
84
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
kontrol (KK) variabel sikap (tidak tindakan yang lebih baik dalam
diintervensi) awal dan setelah menjalankan PTRM. Data yang
diberikan edukasi berupa ceramah metadon ini. Dari hasil analisa regresi
diskusi dan tambahan informasi dengan (nilai sig 0,00 < 0,05) dan uji determinasi
leaflet yang berhubungan dengan (Adjusted R Square) didapat variabel
pentingnya motivasi tentang edukasi (pengetahuan, sikap dan
menjalankan PTRM. Data yang tindakan) secara serentak menghasilkan
dikumpulkan pada kontrol (KK) nilai skor indeks 15,4 yang signifikan
variabel kepatuhan (tidak diintervensi) terhadap variabel motivasi. Artinya cara
awal dan setelah dikumpulkan pada edukasi dengan meningkatkan
akhir penelitian mengalami perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan melalui
yang signifikan dengan nilai sig 0,036 < metode diskusi ceramah dan juga
0,05 ini juga sama terjadi pada pemberian informasi melalui leaflet,
kelompok edukasi peningkatan diasumsikan mampu meningkatkan
kepatuhan yang signifikan pada variabel motivasi yang peneliti pandang
kelompok kontrol ini bisa terjadi karena sebagai salah satu faktor yang penting
interaksi dan kedekatan, juga pergaulan pada diri pengguna PTRM dalam
antar kelompok yang cukup erat. menjalankan rehabilitasi yang biasanya
Selanjutnya jika dibandingkan data ditempuh sekitar setahun. Skor indeks
edukasi (KE) variabel kepatuhan regresi nilai 15,4 ini tergolong lemah, ini
sebelum intervensi dan setelah diberi menjadi perhatian bahwa peningkatan
edukasi pada kelompok edukasi (KE) motivasi memang tergolong sulit untuk
terjadi perubahan data yang signifikan merubah motivasi seseorang pengguna
dengan nilai sig 0,000 < 0,05 berarti narkoba dari lemah menjadi tergolong
materi diskusi ceramah, dan tambahan kuat. Dirasakan memang diperlukan
informasi leaflet dapat meningkatkan treatmen treatmen khusus yang selalu
kepatuhan pengguna PTRM di dicoba dan dievaluasi dalam hal untuk
Puskesmas Tambora. Pada kelompok membantu mengurangi Dropped Out
kontrol (KK) variabel motivasi dari hasil pengguna PTRM, dan untuk pengguna
analisa regresi (nilai sig 0,154 > 0,05) PTRM di Puskesmas Tambora, yang
dan uji determinasi 2,3% berarti tidak ternyata memerlukan tingkat edukasi
signifikan. Karena tidak dilakukan yang lebih inovasi dan beragam dan juga
intervensi mengakibatkan tidak terjadi mungkin memerlukan waktu pertemuan
perubahan motivasi pada kelompok yang intens, lebih sering dan lebih
kontrol (KK). Memang agak sukar panjang. berupaya meningkatkan
mengubah motivasi untuk pengguna motivasi pengguna PTRM setinggi
yang sudah kronis karena memang tingginya ternyata diperlukan dukungan
dirasa membosankan dan jenuh untuk motivasi internal pengguna PTRM
terus datang setiap hari dan minum secara maksimal dalam diri pengguna
metadon setiap hari dengan rasa yang PTRM sehingga peningkatan motivasi
agak pahit dan sedikit membuat mual tersebut benar-benar dapat maksimal.
walaupun selalu diberikan bersama Melihat keadaan pengguna PTRM yang
sirup tetapi tetap saja rasa pahit itu terus suka mengantuk karena efek dari minum
berasa selama satu harian ini tentu metadon sehari hari juga menjadi
membuat pengguna selalu punya alasan kendala dalam farmasis melaksanakan
kuat untuk tidak datang dan minum
86
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
proses edukasi, teramati dan terlihat oleh terapi yang ternyata meningkatkan
peneliti bahwa setelah mengkonsumsi faktor ketidakpatuhan pengguna PTRM.
metadon efek dari metadon seperti (Turnip IF, 2012) Kembali diingatkan
mengantuk akan timbul sehingga dalam bahwa memang dibutuhkan usaha
sesi edukasi ternyata agak mengganggu, semua yang berkepentingan
walaupun kemauan pengguna PTRM (stakeholder) dalam hal meningkatkan
terlihat sangat positif dalam mengikuti kembali harkat dan martabat pengguna
sesi edukasi tetapi keadaan jasmaninya PTRM, tentu edukasi farmasis secara
(fisik) yang terlihat agak lemah sinergis bersama rekan sejawat
(Widayatun TR, 2009, Anonim, 2014) kesehatan yang lain menjadi salah satu
yang membuat keinginan peneliti untuk hal baik yang patut dikembangkan. Peran
lebih mengusahakan peningkatan farmasis perlu terus dilibatkan dalam
motivasinya pengguna PTRM jadi rangka peningkatan kepatuhan pengguna
terhambat dan kurang maksimal. Hasil PTRM di Puskesmas Tambora
tes parsial (sendiri sendiri) variabel khususnya dan PTRM lain umumnya.
independen yang mempengaruhi Dalam upaya mampu mencapai tingkat
kepatuhan pengguna PTRM adalah motivasi yang lebih baik dan kuat, telah
tindakan (nilai sig 0.001 < 0,05), peneliti perkirakan sebelumnya,
dinyatakan bahwa variabel tindakan sehingga peneliti telah menambahkan
menjadidominan meningkatkan variabel komponen edukasi tambahan melalui
kepatuhan pengguna PTRM, jadi untuk leaflet yang berisi info pengetahuan
terus meningkatkan kepatuhan agar tentang metadon, efek samping, interaksi
maksimal, juga harus diiringi dengan obat dan ditambah informasi tentang
peningkatan tindakan secara sinergis heroin dan efek sampingnya supaya tidak
dengan variabel pengetahuan, hal ini mengulang memakai heroin juga
sesuai dengan penelitian Indriani informasi keberhasilan pengguna
Pratiwi (Pratiwi I, et al., 2014) yang metadon yang telah berhasil bertahan
menekankan pentingnya variabel dan stabil dalam mengikuti rehabilitasi ini
pengetahuan dalam meningkatkan diharapkan ini dapat meningkatkan
kepatuhan pengguna PTRM. Juga motivasi dan kepatuhan pengguna
didukung oleh penelitian Turnip bahwa PTRM di puskesmas Tambora. Untuk
pengguna PTRM yang kurang patuh variabel kepatuhan hasil analisa regresi
karena kurang pengetahuan dan (nilai sig
sikapnya (Turnip IF, 2012). Masa 0,001 < 0,05) dan uji determinasi
penelitian dalam rentang tiga bulan (Adjusted R Square) untuk kepatuhan
diasumsikan masih kurang lama dalam didapat variabel edukasi (pengetahuan,
meningkatkan kepatuhan pengguna sikap dan tindakan) secara serentak
PTRM, jadi dalam mengusahakan menghasilkan nilai skor indeks 12,7
kepatuhan agar lebih kuat kepatuhannya yang walaupun signifikan namun juga
untuk kehidupan pengguna PTRM di berarti sangat lemah, di sini kembali
masa depan dibutuhkan pendampingan terlihat bahwa tingkat kepatuhan
lebih tiga bulan. Kemudian satu masalah pengguna PTRM memang sangat kuat
lagi yang serin terabaikan atau luput dari dalam hal tidak patuh, hal tersebut
perhatian kita adalah lamanya periode dikuatkan dengan data terakhir Dropped
87
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
Out 20% memang terbukti kepatuhan pasien kronis karena lambat untuk
pengguna PTRM di Puskesmas sembuh dan membutuhkan pengobatan
Tambora tergolong kurang kuat. jangka panjang. Secara tes parsial (sendiri
Kepatuhan adalah perilaku terpenting sendiri) variabel independen yang
dalam menjalankan rehabilitasi metadon mempengaruhi motivasi pengguna
yang harus sinergis dengan motivasi PTRM adalah pengetahuan (nilai sig
yang harus dijalankan dan diikuti secara 0,027 < 0,05), dan tindakan (nilai sig
mutlak oleh pengguna PTRM jika ingin 0,010 < 0,05). Variabel pengetahuan
dapat menyelesaikan masa rehabilitasi menjadi faktor penting dalam
dengan waktu yang agak cepat. meningkatkan motivasi dan kepatuhan
Kepatuhan juga yang dapat mencegah pengguna PTRM dalam rehabilitasi,
pengguna PTRM ini untuk kembali data ini ditunjang oleh penelitian Turnip
menggunakan putaw atau heroin yang yang menyatakan adanya perbedaan
dapat mengancam jiwa pengguna pengetahuan antara pengguna PTRM
PTRM disamping dapat tertular yang Dropped Out dengan pengguna
bermacam macam penyakit yang PTRM yang aktif (Turnip IF, 2012).
diakibatkan oleh bertukarnya jarum Usaha meningkatkan motivasi pengguna
suntik seperti hepatitis dan HIV-AIDS. “ PTRM dari sudut teori motivasi
Sebagai suatu perilaku, ketidakpatuhan (Widayatun TR, 2009, Anonim,
merupakan sesuatu yang biasa 2014)memang tidak semudah teorinya,
dilakukan oleh sejumlah orang dalam motivasi pada diri pengguna terbagi atas
menghadapi peraturan-peraturan yang motivasi internal dan motivasi eksternal
dianggap mengganggu kebebasan atau yang seharusnya sejalan dan
merugikan dirinya. Namun, perilaku ini berdampingan, tujuan meningkatkan
menjadi sesuatu yang tidak biasa dalam motivasi memang punya kelemahan
lingkup kesehatan. Apalagi kalau sudah terutama jika tidak mampu
menyangkut ketidakpatuhan mengikuti meningkatkan motivasi internal pada
petunjuk dokter. Akibatnya bisa fatal diri pengguna, walaupun peneliti
bagi pasien. Sayangnya, hal ini melihat dan berupaya meningkatkan
seringkali tidak disadari oleh pasien” motivasi pengguna PTRM setinggi
(Afdhal A F, 2011). Namun dalam tingginya ternyata diperlukan dukungan
rehabilitasi ini seharusnya pengguna motivasi internal pengguna PTRM
PTRM sadar bahwa ketidakpatuhan secara maksimal dalam diri pengguna
adalah hal yang berbahaya bagi dirinya. PTRM sehingga peningkatan motivasi
Penelitian-penelitian kepatuhan berobat tersebut benar benar dapat maksimal.
pasien kronis memang sering mendapat Melihat keadaan pengguna PTRM yang
hasil mengecewakan, setelah suka mengantuk karena efek dari minum
dikumpulkan hasil penelitian ditemukan metadon sehari-hari juga menjadi
250 faktor yang berpengaruh kepada kendala dalam farmasis melaksanakan
kepatuhan (Afdhal A F, 2011). proses edukasi, teramati dan terlihat oleh
Seseorang yang kurang motivasi peneliti bahwa setelah mengkonsumsi
umumnya memiliki tingkat kepatuhan metadon efek dari metadon seperti
yang rendah, ini terbukti pada pengguna mengantuk akan timbul sehingga dalam
PTRM jika peneliti golongkan termasuk sesi edukasi ternyata agak menganggu,
88
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
1. Uji Normalitas
Tabel.3. Uji Normalitas
Kelompok Mean±SD Value
Motivasi
Awal Akhir
89
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
89
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
Uji regresi
berganda
a. Uji F
b. Uji Determinasi
Tabel.9. Uji F
Kelompok
Uji F
Motivasi Kepatuhan
Kontrol (KK) 0,154 0,634
Edukasi (KE) 0,000* 0,001*
90
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
91
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.1, 2019
92