Diajukan Oleh :
Kepada
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
KENDARI
2018
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
warisan nenek moyang yang sejak dahulu kala dan telah banyak digunakan
Hal ini disebabkan karena penggunaan obat tradisional memiliki efek samping
dan uji toksisitas, yang jika syaratnya terpenuhi maka dapat berlanjut ketahap
uji klinik.
3
mengobati berbagai jenis luka tersayat (Dalimartha, 2000). Hasil skrining
etanol daun senggani memiliki efek anti inflamasi berturut-turut sebesar 10,75
%; 11,57 %; 32,67 %; dan 25,07 %. Potensi relatif efek anti inflamasi secara
%. Penelitian Galuh Nindya Tyas Tusthi, (2007) ekstrak etanol daun senggani
memiliki efek analgesik terhadap mencit putih betina pada dosis 850 mg/kg
BB, 1000 mg/kg BB, 1330 mg/kg BB, dan 1670 mg/kg BB berturut-turut
tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar. Uji toksisitas meliputi
umum suatu senyawa pada hewan percobaan, salah satu pengujian toksisitas
yang sering dilakukan adalah uji toksisitas yaitu pengujian yang dirancang
adalah untuk mendeteksi adanya toksisitas suatu zat, menentukan organ sasaran
senyawa secara akut dan untuk memperoleh informasi awal yang dapat
4
digunakan untuk menetapkan tingkat dosis yang diperlukan untuk uji toksisitas
dalam penelitian ini karena belum adanya informasi ilmiah mengenai potensi
itu metode BSLT sering digunakan untuk praskrinning terhadap senyawa aktif
kematian larva udang dengan hasil uji dinyatakan sebagai LC 50, dinyatakan
bersifat toksik terhadap Artemia salina L dan jika ekstrak tumbuhan tersebut
memiliki LC50 < 1000 µg/mL dan berpotensi sitotoksik, maka dapat
dikembangkan sebagai anti kanker. Namun jika hasil uji menunjukkan ekstrak
kepenelitian lebih lanjut seperti kepengujian khasiat lainnya atau uji toksisitas
lanjutan.
5
B. Rumusan masalah
2. Berapakah nilai LC50 dari ekstrak daun senggani terhadap kematian larva
C. Tujuan penelitian
2. Untuk menentukan nilai LC50 dari ekstrak daun senggani dengan melihat
D. Manfaat penelitian
Dari penelitian ini diharapkan manfaat yang dapat diperoleh antara lain:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Rujukan Penelitian
1. Penelitian Dwi Samni Agus Miarni (2017) yang berjudul uji efek
2. Penelitian Galuh Nindya Tyas Tusthi, (2007) yang berjudul uji efek
analgesik terhadap mencit putih betina pada dosis 850 mg/kg BB, 1000
mg/kg BB, 1330 mg/kg BB, dan 1670 mg/kg BB berturut-turut adalah
88,06 %; 83,42 %, 68,26 %, dan 44,56%. Hal ini diduga karena adanya
dosis 850 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB, 1330 mg/kg BB, dan 1670
7
mg/kg BB memiliki efek anti inflamasi berturut-turut sebesar 10,75 %;
%; dan 44,06 %.
4. Penelitian Rika Tri (2011) yang berjudul uji aktivitas sitotoksik ekstrak
ekstrak daun bayam pada konsentrasi 1000 ppm, 750 ppm, 500 ppm,
250 ppm, 100 ppm, 50 ppm dan 0 ppm sebagai kontrol negatif adalah
kontrol 0%. Hasil dari analisis probit menunjukkan harga LC50 dari
8
B. Landasan Teori
relaksasi pada kaki. Selain itu daun, buah, biji dan akar dapat digunakan
buah (pulp) sekeliling biji dapat dimakan, bijinya untuk pewarna hitam,
9
Gambar 1. Tumbuhan daun senggani (Melastoma malabathricum L.)
b. Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Melastomataceae
Genus : Melastoma
c. Morfologi Tumbuhan
lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang, atau
di daerah objek wisata sebagai tanaman hias dan dapat tumbuh sampai
ketinggian 1.650 m di atas permukaan air laut. Perdu, tegak, tinggi 0,5-4
10
ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek
yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar. Berbunga majmuk keluar
diujung cabang, warna ungu kemerahan. Buah masak akan merekah dan
terbagi atas beberapa bagian, warnanya ungu tua kemerahan. Biji kecil
2000).
d. Nama Lain
e. Kandungan Kimia
11
pereda nyeri (analgesik), peluruh air seni (diuretik), mengobati keputihan
2. Ekstraksi
nabati atau hewani dengan pelarut yang sesuai sehingga terpisah dari bahan
yang tidak dapat larut. Pemilihan pelarut dan metode ekstraksi akan
terekstraksi.
sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia menurut
dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode
mendekati sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah obat harus
12
utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara
pelarut dan jaringan yang diekstraksi. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang
pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut (Diantika, 2014).
a. Maserasi
b. Perkolasi
satu perkulator.
13
2. Ekstraksi cara panas
a. Refluks
pemanasan.
b. Digesti
c. Soxhlet
pendingin balik.
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih), suhu terukur
pada waktu yang lebih lama dan suhu sampai titik didih air, yaitu pada
14
e. Destilasi uap
aktif yang mudah menguap dari bahan segar atau simplisia dengan
3. Cairan penyari
aman digunakan adalah air, etanol, etanol-air atau eter (Kementrian Kesehatan
1. Selektivitas
3. Ekonomis
4. Ramah lingkungan
5. Keamanan.
penggunaan etanol sebagai pelarut adalah mempunyai titik didih yang rendah
sehingga lebih mudah menguap, oleh karena itu, jumlah etanol yang
mikrobia sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral,
15
perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Etanol
zat pengganggu yang terlarut hanya sedikit (Kementrian Kesehatan RI, 1986).
efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan
pada tahun 1778 diberi nama cancer salinus yang kemudian diubah namanya
oleh Leach pada tahun 1819 menjadi Artemia salina. Hewan ini
M, 2008).
16
a. Klasifikasi & Morfologi Artemia salina Leach (Mudjiman, 2000) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustaceae
Subclassis : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemilidae
Genus : Artemia
b. Lingkungan hidup
c. Morfologi
berat badan sekitar 10 mg. Anak yang baru menetas disebut nauplius.
17
panjang sekitar 0,4 mm dengan berat badan sekitar 15 mikrogram,
nauplius instar II panjangnya sekitar 0,6 mm, sedangkan nauplius instar III
sudah sepanjang 0,7 mm. Telur yang masih bercangkang bergaris tengah
sekitar 300 mikron dengan berat sekitar 3,65 mikrogram. Sedangkan telur
Artemia dewasa, biasanya ditandai dengan adanya tangkai mata yang jelas
terlihat pada kedua sisi bagian kepala, antenna sebagai alat sensori
(Mudjiman, 2000).
biseksual harus melalui proses perkawinan antara induk betina dan induk
Pada ovovivivar yang keluar dari induknya itu sudah berupa anak
Artemia muda. Sedangkan pada cara ovipar, yang keluar dari induknya
18
menjadi anak (burayak) masih harus melalui proses penetasan terlebih
memburuk, dengan kadar garam lebih dari 150 permil dan kandungan
oksigennya rendah.
induk betinanya akan beranak atau bertelur setiap 4-5 hari sekali. Setiap
kali dapat dihasilkan 50-300 ekor anak atau 50-300 butir telur. Anak-anak
(Mudjiman, 2000)
media penetasan dapat digunakan air laut biasa (kadar garam ± 30 permil).
Tapi untuk mencapai hasil penetasan yang lebih baik, kita perlu
dahulu, yakni dengan di rendam dengan air tawar selama satu jam, baru
19
penetasan tersebut perlu di sinari dengan lampu yang di pasang di samping
wadah. Dalam waktu 24-36 jam setelah telur di masukkan, biasanya telur-
telur itu sudah menetas menjadi anak Artemia yang di namakan nauplius.
Nauplius aktif yang berumur 48 jam digunakan sebagai hewan uji dalam
5. Toksikologi
makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Apabila zat kimia dikatakan
organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi
racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau
berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu
1. Toksisitas
mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain.
20
Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut
telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan
penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai
2. Uji toksisitas
menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar. Suatu
efek racun dalam jangka waktu panjang (karena kontak yang berulang-
Ada tiga cara utama bagi senyawa kimia untuk dapat memasuki
ketiga rute tersebut, senyawa yang bersifat racun dapat masuk ke aliran
senyawa yang diuji. Sebagian besar senyawa yang berada dalam bentuk
21
senyawa oksigen yang berada pada tekanan parsial 2 atm mempunyai sifat
(Priyanto, 2009).
misalnya LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji
(Pourfraidon, 2009).
senyawa yang akan terjadi dalam waktu yang singkat setelah pemejanan
hampir tidak mematikan seluruh hewan percobaan dan dosis tertinggi yang
Hall, 2002).
22
Menurut Environmental Protection Agency (EPA 2002), LD50
suatu zat. Semakin besar kisaran LD50 semakin besar pula kisaran
dapat bersifat lebih toksik atau kurang toksik dari sebelumnya. Zat baru
sedangkan zat baru yang lebih toksik dapat menimbulkan gangguan fungsi
sel.
23
Letal dosis (LD50) dapat dihubungkan dengan Efektif Dosis (ED50)
yaitu dosis yang secara terapeutik efektif terhadap 50% dari sekelompok
LD50 dengan ED50 yang disebut Indeks Terapeutik (IT). Makin besar indeks
tabel berikut :
Nilai LC50
No Kelas
(µg/mL)
4. Metode BSLT
memiliki LC50 < 1000 µg/mL dan berpotensi sitotoksik, maka dapat
24
Uji toksisitas dengan metode BSLT ini dapat ditentukan dari
menyebabkan kematian sebesar 50% dari jumlah hewan uji. Sifat toksisitas
namun dalam metode BSLT ini tidak spesifik untuk mendeteksi senyawa
sederhana, dan hanya dibutuhkan sampel yang sedikit, selain itu dalam
1998).
memiliki LC50 < 1000 µg/mL dan berpotensi sitotoksik, maka dapat
toksisitas lanjutan.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
(BSLT).
B. Desain penelitian
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan 210 ekor
larva udang yang terdiri atas 6 perlakuan dan 1 kontrol dengan 3 kali replikasi
26
C. Waktu dan tempat penelitian
senggani.
e
Metode BSLT dengan Kematian larva
Daun senggani Ekstrak hewan coba larva Artemia salina Nilai LC50
Artemia salina Leach Leach
F. Variabel penelitian
nilai LC50
27
2. Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari
sediaan uji.
3. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan metode untuk uji toksisitas
yang digunakan sebagai hewan uji untuk uji toksisitas bahan alam yang
menyebabkan terjadinya kematian pada 50% hewan uji yaitu larva udang
H. Hipotesis
I. Prosedur Penelitian
pengaduk, Cawan petri, Gelas kimia, Gelas ukur, Gunting, Pisau stenlis,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Air laut, air
bersih, aquadest, daun senggani, etanol 70%, kertas saring, kain flanel,
28
2. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan Simplisia
yang kecil.
tertutup rapat.
29
3. Pembuatan ekstrak daun senggani secara maserasi
tertutup rapat.
konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm dan 1000
ppm, dengan cara memipet 0,125 mL, 0,25 mL, 0,5 mL, 1,25 mL, 2,5 mL
30
5. Pelaksanaan pengujian
yang berumur 48 jam atau berusia dua hari ke dalam cawan petri
yang mati.
6. Analisis Data
1. Data
a. Sifat data
31
b. Jenis data
Data interval, yaitu jenis data yang diukur berdasarkan range atau
c. Sumber data
husada kendari.
yang relevan.
3. Penyajian Data
4. Pengolahan Data
diperoleh adalah berupa jumlah kematian larva udang pada tiap flakon
32
uji. Untuk menentukan persentase kematian larva udang pada tiap-tiap
persamaan garis lurus, pada nilai Y. Nilai LC50 dihitung dari nilai
Ʃ( X ) Ʃ( XY )−Ʃ( X 2) Ʃ(Y )
Intersep (b) =
(Ʃ(X ))2 – n Ʃ( X 2)
bersifat toksik.
33
J. Skema Jalannya Penelitian
Tumbuhan Daun
senggani (Melastoma
malabathricum L.)
1. Diambil sampel
2. Disortasi basah
3. Dicuci
4. Dirajang sampel
5. Diangin-anginkan
6. Disortasi kering
7. Diserbukkan
8. Ditimbang
Maserasi
1. Simplisia+etanol 70%
2. Didiamkan 3-5 hari
3. Disaring
4. Dipekatkan di rotavapor
Ekstrak kental
34
Simplisia Daun senggani Kontrol
(Air Laut)
25 ppm 50 ppm 100 ppm 250 ppm 500 ppm 1000 ppm
Replikasi 3 kali
Data
Temuan
Kesimpulan
35
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Samni Agus M. 2017, Uji Efek Antidiabetik Ekstrak Etanol Daun
Senggani (Melastomae Polyanthum BL.) Terhadap Penurunan
Kadar Gula Darah Mencit (Mus Musculus).
36
Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007, Farmakologi dan
Terapi, Edisi 5, Jakarta, FKUI.
Dhahiyat, Yayat. 2009, Uji Toksisitas Akut Lc-50 Dan Kronis Terhadap
Daphnia Carinata King, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Endra Dewi P. 2006, Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Daun Senggani
(melastoma polyanthum BI.) Pada Mencit Putih Betina.
Faisal, A. P., 2014, Telaah Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Batang Mojo
(Aegle marmelos L.) terhadap Aktivitas Fagositosis Sel Makrofag
dan Proliferasi Sel Limfosit Mencit secara In Vitro, Tesis,
Universitas Setia Budi Surakarta.
Guyton AC dan Hall JE. 1997, Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed ke-9,
Penerjemah oleh Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A,
Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hariaman, A. 2008, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lu, F.C. 1995, Toksikologi dasar asas organ sasaran dan penelitian
resiko edisi ke II. Diterjemahkan oleh Edi Nugroho, UI Press,
Jakarta.
37
Mudjiman. A., 2000, Makanan Ikan Cetakan XIV. Jakarta: Penebar
Swadaya, pp 75-95.
38