Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL SKRIPSI

JUDUL PENELITIAN : PENGARUH TEMPAT TUMBUH


TERHADAP AKTIVITAS
ANTIKANKER EKSTRAK DAUN
PATIKALA (Etlingera
elatior (Jack) R.M Smith)
MENGGUNAKAN SEL HeLa
METODE MTT.

NAMA MAHASISWA : CHINTIA MANGIRI


NIM : 1701199
PEMBIMBING UTAMA : Apt. Yuri Pratiwi
Utami, S.Farm.,M. Si
PEMBIMBING PERTAMA : Dr. apt Wahyu Hendrarti, S.Si.,
M.Kes

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kanker serviks merupakan penyakit kedua yang sering terjadi pada kalangan
wanita setelah kanker payudara. Kanker serviks penyebab kematian kedua setelah
penyakit kardiovaskular. (Longo, 2009). Penyakit ini telah menyebabkan kematian
terhadap wanita sekitar 270.000 orang pada tahun 2012. Hal ini terjadi pada
negara berkembang lebih dari 85% (WHO, 2014), termasuk Indonesia dimana
terdapat 41 kasus baru setiap harinya dan 20 wanita mengalami kematian.
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi kanker di
Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2013).
Salah satu pengobatan yang sedang banyak diteliti yaitu pengobatan yang
berasal dari tumbuhan. Banyak tanaman obat dengan kandungan senyawa alkaloid,
fenolik, flavonoid, steroid, saponin dan minyak atsiri yang memiliki aktivitas
1
antikanker. Senyawa-senyawa ini ada yang memiliki aktivitas apoptosis,
antiangiogenik, dan menghambat regulasi pertumbuhan sel kanker HeLa
(continuous cell line) dari kanker serviks. (Widiya, 2018)
Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tanaman obat di Indonesia
biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun
temurun dan belum teruji secara ilmiah.Agar peranan obat tradisional dalam
pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan, maka perlu dilakukan upaya penelitian
suatu tanaman obat sehingga nantinya obat tersebut dapat digunakan dengan aman
dan efektif dalam mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit (Jenova,
2009)
Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai antikanker,
antiproliferatif dan sitotoksik yaitu tanaman patikala (Etilengra elatior) (Jackie et
al;,2011). Patikala merupakan salah satu family Zingiberaceae dan merupakan
tanaman asli Indonesia. Tumbuhan ini pada masyarakat umumnya digunakan untuk
memperbanyak ASI, deodorant, dan daunnya digunakan sebagai obat luka. Menurut
Hasbah et al, (2005), tanaman patikala dapat dipakai untuk mengobati penyakit yang
tergolong berat yaitu kanker dan tumor. Tanaman patikala mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid,steroid, saponin dan minyak atsiri yang diduga memiliki
mengandung senyawa bioaktif seperti polifenol potensi sebagai antioksidan (Ningtyas
et al, 2010). Kandungan metabolit sekunder pada suatu tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal seperti gen dan
faktor eksternal diantaranya seperti cahaya, suhu, kelembaban, pH, kandungan
unsur hara didalam tanah, ketinggian tempat dan perbedaan tempat tumbuh. Setiap
daerah yang ketinggian tempatnya berbeda memiliki suhu yang berbeda pula.
Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan suatu tanaman. (Laily et al, 2012).
Berdasarkan peneltian yang telah dilakukan oleh Kartika (2023), pengujian
aktivitas sitotoksik ekstrak etanol daun patikala menggunakan metode BSLT.
Hasil penelitian BSLT ekstrak etanol daun patikala asal Kabupaten Tana Toraja
memiliki toksisitas lebih kuat dengan nilai LC50 sebesar 50,2 ppm dibandingkan
dengan ekstrak etanol daun patikala asal Luwu Utara dengan nilai LC 50 sebesar
74,30 ppm. Pada peneltian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Sipahelut,
2022), pengujian aktivitas sitotoksik fraksi-fraksi daun patikala menggunakan

2
metode BSLT. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tempat tumbuh
pada tanaman berpengaruh pada aktivitas sitotoksik dengan metode BSLT. Hasil
penelitinan menunjukan bahwa fraksi n-heksan, etanol-air, dan etil asetat
memilikidaya sitotoksik dengan kategori kuat dari tanaman patikala yang berasal
dari luwu dengan nilai LC50 72, 44 ppm, 66,06 ppm dan 60,25 ppm sedangkan
yang berasal dari tana toraja dengan nilai LC 50 140 ppm, 87 ppm dan 140 ppm
dengan kategori sedang.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Microculture
Tetrazolium Salt (MTT) .Microculture Tetrazolium Salt (MTT) merupakan
,metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas metabolit kultur sel in vitro
dengan menafsirkan karakteristik pertumbuhan sel, menentukan nilai IC50 dan
menghitung sel hidup dengan dasar pembentukan formazan ungu. Prinsip dari
metode MTT dengan melihat terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT
oleh enzim reduktase, suksinat tetrazolium yang termasuk dalam rantai respirasi
dalam mitokondria sel hidup yang membentuk kristal formazan ungu dan tidak
larut air. Penambahan reagen stopper (bersifat detergenik) melarutkan kristal
tersebut yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan Enzyme-linked
Immunosorbent Assay (ELISA) reader. Intensitas warna ungu yang terbentuk
proporsional dengan jumlah sel yang hidup. Oleh karena itu, jika intensitas warna
ungu semakin besar, maka jumlah sel hidup semakin banyak (Mardihusodo dkk,
2011).
I.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh faktor tempat tumbuh terhadap aktivitas antikanker
ekstrak daun patikala (Etlingera. elatior) pada sel kanker serviksa (HeLa) dengan
menggunakan metode MTT?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh faktor tempat
tumbuh terhadap aktivitas antikanker daun patikala (Etlingera. elatior) pada sel kanker
HeLa dengan menggunakan metode MTT.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang apakah ada aktivitas
antikanker pada sel kanker HeLa yang dapat dipengaruhi oleh ekstrak berdasarkan
perbedaan tempat tumbuh dengan menggunakan metode MTT.
3
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis penelitan


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental skala
laboratorium.
III.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan bersifat eksperimental berskala laboratorium.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Makassar dan Laboratorium Kultur Sel Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta pada bulan maret sampai juni 2023.
III.3 Alat dan Bahan
III.3.1 Alat penelitian
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu batang pengaduk, bejana
maserasi, Biosafety Cabinet (BSC), blender, cawan porselin, conical tube
(Corming®), corong, corong pisah (Pyrex®), desikator, ELISA reader (Thermo
Fischer Scientific®), erlenmeyer 250 mL (Pyrex®), gelas beaker 100 mL dan 250
mL (Pyrex®), gelas ukur 10 mL, 100 mL (Iwaki®), inkubator CO2, kaca arloji,
kertas saring, laminari air flow (Esco®), lemari pengering, lemari asam, lempeng
KLT GF 254, mikroplate 96-well sumuran (Iwaki®), mikropipet (Bio Rad®),
mikroskop inverted (Olimpus®), neraca analitik, pipa kapiler, rak tabung kecil,
sendok tanduk, statif dan klem, tabung eppendoft, (Nesco®), tabung reaksi kecil
dan vacum rotary evaporator (Buchi®).
III.3.2 Bahan
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu aluminium foil, asam
nitrat, aquadest, DMSO (Dimethyl sulfoxide), ekstrak daun patikala (Etilangera
elatior (Jack) R.M. Smith), [ ekstrak etanol daun patikala diperoleh dari
peneliti Sebelumnya yang menggunakan pengaruh faktor tumbuh yang berasal dari
dua lokasi (Ba,dkk 2023)], FBS (Fetal Bovine Serum) (GIBCO), FeCl3 (Besi III
Klorida), Fungizone (GIBCO), HCl, kertas label, media RPMI 1640 (Roswell Park
Memorial Institute 1640) (GIBCO), reagen MTT (3-(4,5-dimetiliazol-2-il)-2,5-
difenil tetrazolium bromide), pelarut etil asetat, Pen-Strep (GIBCO), PBS
(Phospate buffered salina) (HImedia), pereaksi AlCl3 (Aluminiumklorida), stopper
4
SDS, silica gel, Tripsin EDTA (GIBCO),
Sel uji yang digunakan untuk uji aktivitas adalah sel HeLa yang diperoleh dari
stok sel kanker di Laboratorium Kultur Sel Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta .
III.4 Cara Kerja
III.4.1 Pengambilan Sampel
III.4.2 Pengolahan Simplisia
Sampel daun patikala (Etlingera elatior (Jack) R.M.Smith) yang telah
dikumpulkan dari Toraja dan Makassar kemudian dilakukan sortasi basah untuk
dipilah daun yang layak dijadikan sampel, kemudian dicuci dengan air mengalir
dan dirajang untuk memperkecil ukuran sampel agar memudahkan pada saat
proses pengeringan. Setelah proses perajangan, kemudian dikeringkan dalam oven
simplisia selama 3 hari dengan suhu 50⁰ C. Dilakukan s ortasi kering kemudian
disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk menghindari kontaminasi pada
sampel.
III.4.3 Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun Patikala
Dimasukkan serbuk daun patikala ke dalam wadah maserasi. Ditambahkan
pelarut etil asetat hingga serbuk simplisia terendam. Dibiarkan selama 3-5 hari
sambil sesekali diaduk. Setelah proses ekstraksi pertama selesai, ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari yang sama sampai berwarna kuning.
Ekstrak yang diperoleh lalu dipekatkan dengan menggunakan alat Rotary Vacum
Evaporator hingga diperolehekstrak kental.
III.4.4 Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Patikala Dengan Metode KLT
(Kromatografi Lapis Tipis)
Dilakukan uji skrining fitokimia meliputi uji flavanoid, uji tanin, dan uji
alkaloid, sebagai berikut (Kinam et al., 2021):
1) Identifikasi Senyawa Flavanoid
Plat KLT yang telah ditotolkan dengan fraksi dielusi fase gerak n-Heksana :
Etil Asetat (7:3), dengan penampak noda pereaksi AlCl 3 1%. Reaksi positif
ditunjukkan dengan terbentuknya noda berwarna kuning kecokelatan atau
berfluoresensi kuning pada UV dengan panjang gelombang 366 nm.
2) Identifikasi Senyawa Tanin
Fase gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3), dengan penampak noda pereaksi
5
FeCl3 10%. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya noda berwarna
hitam.
3) Identifikasi Senyawa Alkaloid
Plat KLT yang telah ditotolkan dengan fraksi dielusi dengan fase gerak n-
Butanol : Asam Asetat : Air (6:2:2), dengan penampak noda pereaksi asam nitrat.
Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya noda berwarna jingga.
III.4.5 Uji Aktivitas Antikanker Pada Sel HeLa
III.4.5.1 Pembuatan Medium RPMI-1640 (Roswell Park Memorial Institute)
Pembuatan medium ini dilakukan dengan mencampurkan media RPMI
(Roswell Park Memorial Institute) dengan Pen-Strep 1,5% dan Fungizone 0,25%
dan FBS (Fetal Bovine Serum) 10% sehingga menjadi media lengkap.
III.4.5.2 Preparasi Penanaman dan Panen Sel HeLa
Sel HeLa diperoleh dari Laboratorium Kultur Sel Laboratorium Kultur Sel
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sel diambil dari inkubator CO2 dan
kemudian diamati kondisi sel (jika sudah konfluen 80% sel siap dipanen). Panen
sel sesuai dengan Protokol Panen Sel. Kemudian sel dihitung sesuai Protokol
Perhitungan Sel (10.000 per sumuran dalam 96 well plate atau disesuaikan
dengan jenis sel yang digunakan). Sel ditanam sebanyak 100 µl dalam masing-
masing sumuran, disisakan 3 sumuran kosong untuk kontrol media. Distribusi sel
tersebut diamati dengan mikroskop Inverted dan didokumentasikan. Selanjutnya
sel diinkubasi 24 jam atau sesuai kondisi sel jika sudah attach dan siap diberi
perlakuan(konfluen 80%) (CCRC, 2010).
III.4.5.3 Pembuatan Larutan Uji
Dibuat stok ekstrak dengan kadar 10 mg/1 mL DMSO kemudian diencerkan
konsentrasi sampel dengan cara dipipet 100 µL dan dicukupkan dalam 1 mL atau
1000 ppm.
III.4.5.4 Perlakuan Sampel pada Sel
Sebelum dilakukan perlakuan diamati terlebih dahulu kondisi sel yang telah
didistribusikan pada sumuran, jika siap dibuat seri konsentrasi sampel perlakuan
Yaitu 62,5 µg/mL, 125 µg/mL, 250 µg/mL, 500 µg/mL dan 1000 µg/mL.
Selanjutnya plate yang berisi sel dan media diambil dari inkubator CO2 dan
dimasukan BSC (Biosafety Cabinet). Kemudian media sel dibuang dengan cara
plate dibalikkan 180o diatas tempat buangan dengan jarak ± 10 cm, kemudian
6
plate

7
ditekan di atas tissue untuk meniriskan sisa cairan. Selanjutnya, sel dicuci dengan
PBS (Phospate buffered salina) sebanyak 100 µl tiap sumuran yang terisi sel,
kemudian PBS dibuang dengan cara seperti sebelumnya. Sampel seri konsentrasi
dimasukkan dalam sumuran dengan 3 kali pengulangan atau sesuai kebutuhan.
Kemudian plate diinkubasi dalam inkubator CO2 selama 24 jam atau tergantung
dengan efek sampel terhadap sel (24-48 jam) (CCRC, 2010).
III.4.5.5 Uji Aktivitas dengan Metode MTT Assay
Setelah waktu inkubasi sel tersebut telah selesai kemudian sel dikeluarkan
dari inkubator CO2 dan didokumentasikan. Selanjutnya disiapkan reagen MTT
dengan konsentrasi (0,5 mg/ml) untuk 1 well plate. Sampel dibuang kemudian
dicuci dengan PBS dan ditambahkan reagen MTT 100 µl tiap sumuran, termasuk
kontrol media. Sel diinkubasi selama 2-4 jam. Sel diamati dengan mikroskop
inverted. Jika terbentuk formazan ditambahkan stopper 100 µl SDS 10% dalam
HCl 0,01 N. Plate dibungkus dengan alumunium foil dan diinkubasi pada suhu
ruang semalam. Selanjutnya dibuka pembungkus plate dan dibaca dengan Elisa
reader dengan ƛ = 550-620 nm (CCRC, 2010).
III.5 Variabel Penelitian
III.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah tempat tumbuh patikala.
III.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah aktivitas antikanker terhadap sel
HeLa menggunakan metode MTT.
III.6 Analisis Data
Hasil uji aktivitas berupa respon absorbansi (serapan) dikonversi dalam persen
hidup. (CCRC, 2009)

%Sel Hidup = Absorbansi Kontrol Sel−Absorbansi Kontrol Media x 100%


Absorbansi Perlakuan−Absorbansi Kontrol Media

Data yang didapat dibuat grafik dan dihitung persentase sel hidup dan ditentukan nilai IC 50.
Nilai IC50 merupakan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel kanker
sebanyak 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai IC50
ditentukan menggunakanpersamaan regeresi linear dari persentase viabilitas sel hidup terhadap
log konsentrasi dengan menggunakan Microsoft Excel, sehingga didapatkan persamaany = bx + a,
lalu dimasukkan rumus y = 50%.

8
III.7 Jadwal penelitian

TAHAP KEGIATAN PERIODE WAKTU

April Mei Juni Juli

Persiapan Study Pustaka

Seminar
Proposal

Pelaksanaan Penelitian

Analisis Data

Penyelesaian Penyusunan
Hasil

Seminar Hasil

Ujian Tugas
Akhir

9
SKEMA KERJA PENELITIAN
1. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Daun Patikala (Etingera elatior (Jack) R.M.Smith)

Sampel Daun Patikala


- Penyiapan Sampel
1. Pengumpulan Sampel
2. Sortasi Basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi Kering
7. Dihaluskan dan diayak
- Dimaserasi dengan etil asetat
selaman 3x24 jam
- Disaring

Residu

Filtrat 1. Dimaserasi dengan


etil asetat
2. Disaring

Filtrat Residu
- Diuapkan menggunakan rotary evaporator

Ekstrak Kental

10
1. Pembuatan Medium RPMI-1640 (Roswell Park Memorial Institute)

Bahan-bahan untuk media


- Disiapkan media RPMI 1640
- Ditambahkan Pen-Strep 1,5%, Fingizone 0,25%
dan FBS (Fetal Bovine Serum) 10%

Media lengkap
2. Preparasi Penanaman dan Panen Sel Kanker HeLa

Sel
-
Diambil dari inkubator CO2 dan diamati
kondisi sel (jika sudah konfluen 80% sel
siap dipanen).
-
Panen sel dilakukan sesuai dengan
Protokol Panen Sel
-
Sel dihitung sesuai Protokol Perhitungan Sel
Sel hasil (10.000 per sumuran dalam 96 well plate atau
disesuaikan dengan jenis sel yang digunakan)
-
Sel ditanam sebanyal 100 µl dalam masing-
Hasil perhitungan sel
masing sumuran dan sisakan 3 sumuran kosong
untuk control media
-
Distribusi sel diamati dengan mikroskop
Inverted dan didokumentasi.
Penanaman sel -
Sel diinukbasi 24 jam atau sesuai kondisi sel
jika sudah attach dan siap diberi
perlakuan (konfluen 80%).

Sel siap diberi

11
3. Pembuatan Larutan Uji

- Dibuat strok sampel dengan kadar 10 mg//1


Bak mL DMSO

- Diencerkan konsentrasi sampel sampel dengan


Stok dipipet 100 µl
- Dicukupkan dalam 1 mL atau 1000 ppm

Sampel yang telah di encerkan


4. Perlakuan Sampel Pada Sel
- Kondisi sel terlebih dahulu diamato, jika sudah
Se siap dibuat seri konsentrasi sampel
perlakuan 62,5 µl/mL, 250 µl/mL, 500
µl/mL dan 100 µg/mL
Konsentrasi sampel -
Plate diambil dari incubator CO2 dan
dimasukkan ke BSC (Biosafety
Cabinet).
-
Media sel dibuang (plate dibalikkan 180o)
diatas tempat buangan dengan jarak ± 10
cm, kemudian tekan plate di atas tissue
untuk meniriskan sisa cairan
-
Cuci sel dengan PBS sebanyak µl tiap sumuran
yang terisi sel, kemudian buang PBS dengan
cara yang sama
-
Masukkan sampel seri konsentrasi
dalam sumuran dengan 3 ulangan ataui
sesuai kebutuhan
Sampel diskrinning -
Plate diinukbasi dalam inkubator CO2
selama 24 jam atau tergantung dengan efek
sampel
terhadap sel (24-48 jam)
Sampel selesai

12
5. Uji Aktivitas Antikanker dengan Metode MTT Assay
- Setelah waktu inkubasi sel dilakukan dari
Sampel diinkubasi inkubator CO2 dan didokumentasikan
- Reagen MTT disiapkan dengan konsentrasi
(0,5 mg/mL) untuk 1 well plate
- Buang sampel, cuci dengan PBS dan
tambahkan reagen MTT 100 µl tiap
sumuran, termasuk kontrol media
- Sel diinkubasi selama 2-4 jam
- Sel diamato dengan mikroskop inverted (jika
terbentuk formazan tambahkan stopper 100 µl
SDS 10% dalam HCl 0,01 N)

- Plate dibungkus dengan aluminium foil dan


Hasil penyebab sel diinkubasi suhu ruang semalam
- Buka pembungkus plate dan baca dengan Elisa
reader dengan ƛ = 550-620nm

Hasil pembacaan sampai

13
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.E, Goetz,C.M, McLaughlin,J.L. and Suffnes,M. (1991). A blnd


comparison of simple bench-top bioassays and human tumour cell
scytotoxities as antitumor prescreens. Phytochemical Analysis. 2: 107-111.

Brigita, O.I.K., Rolan, R., Wisnu, C, P., Supriatno Salam. 2021. Skrining Fitokimia
dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.)
serta Uji DPPH. Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda,
Indonesia.

Bandaso, G. 2023. Pengaruh Tempat Tumbuh Terhadap Kadar Flavonoid Total


dan Polifenol Ekstrak Etanol Daun Patikala (Etlingera elatior (Jack) R.M.
Smith). Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar : Makassar

CCRC. (2009). Prosedur Tetap Subkultur Sel. Cancer Chemoprevention Research Center,
6–9.

CCRC. (2010). Prosedur Tetap Uji Kombinasi dengan Agen Kemoterapi. Cancer
Chemoprevention Research Center Fakultas Farmasi UGM, 6–9.

Habsah, M., Lajis, N. H., Sukari, M. A., Yap Y. H., Kikuzaki, H., Nakatani,
N., & Ali A. M. (2005). Antitumour Promoting and Cytotoxic
Constituentssof Etlingera elatior. Malaysian J Medical Sci. 12. 6-12.

Henny, M., Yanwirasti., Salmiah Agus, 2011. Hubungan Ekspresi E6 Human


Papillomavirus 16/18 dengan Derajat Differensiasi Karsinoma Sel Skuamosa
pada Kepala dan Leher serta Korelasinya dengan Ekspresi Ki-67, Bagian Ilmu
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, Padang.

Jackie, T., Haleagrahara, N., & Cakravarthi, S. (2011). Antioxidant Effects of


Etlingera elatior Flower Extract against Lead Acetate-Induced Petubations
in Free Radical Scavenging Enzymes and Lipid Peroxidation in Rats. BMC
Research Notes, 4, 67.

Longo, DL. 2009. Harrison’s hematology and oncology. Derived from arrison’s Principles
of Internal Medicine. 17th Edition. Mc Graw Hill. Toronto: Medical Publishing
Division.

Mardihusodo, H.R., Wahyuningsih, M.S.H., Ardian, O., Empel, G.V., 2011. Sitotoksisitas
Campuran Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithoniadiversifolia
(HEMSLEY) A. GRAY.) Dan Rimpang Kencur (KaempferiagalangaL.) Pada Sel
WiDR. Majalah Obat Tradisional, Vol. 16, No. 3, hal. 174-181.

Widiya Nurmalasari, Ferry Ferdiansyah Sofian, 2018. Aktivitas Antikanker Serviks Dari

1
Beberapa Tanaman Obat. Suplemen Volume 16 Nomor 1. Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran : Bandung

Jenova, R., (2009). Uji Toksisitas Akut Yang Diukur Dengan Penentuan LD50 Ekstrak
Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) Terhadap Mencit Balb/C. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI

Kartika, S 2023. Pengaruh Tempat Tumbuh Terhadap Aktivitas Sitotoksik Ekstrak


Etanol Daun Patikala (Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm) Menggunakan Metode
BSLT).
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar : Makassar.

Laily AN, Suranto, S. 2012. Characteristices of Carica pubescens of DiengPlateau


Central Java according to its morphology, antioxidant and proteinpattern.
Nusantara Bioscience 4 No. 1, halaman 16- 21.

Sipahelut, E. 2022. Pengaruh tempat tumbuh terhadap aktivitas sitotoksik fraksi-


fraksi ekstrak daun patikala ( Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm)
menggunakan metode BSLT. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar : Makassar.

WHO. 2014. Comprehensive cervical cancer control: a guide to essential practice Second
edition. Australia: Word Health Organization

Anda mungkin juga menyukai