Anda di halaman 1dari 7

Zaenal Fanani/ Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.

1 (2017) 21-27 | 21

SANGKETAN (ACHYRANTHES ASPERA) AGEN SITOTOKSIK


POTENSIAL DI MASA DEPAN
Zaenal Fanani1,a
1
STIKES Muhammadiyah Kudus
Jl. Ganesha I Purwosari, Kudus, Indonesia
a
zaenalfanani@stikesmuhkudus.ac.id

Abstrak
Kanker telah menjadi beban kesehatan utama bagi masyarakat dan perawatan utama untuk kanker
masih terdiri atas operasi, kemoterapi, terapi radiasi dan imunoterapi. Namun, efek samping yang
berbahaya dari obat kanker dan radiasi masih menjadi ancaman bagi penderita kanker. Kemoprevensi
adalah pendekatan terbaru yang berkembang pesat dengan menggunakan bahan alami atau agen sintetis
untuk mencegah,menghambat atau membalikkan tumorigenesis serta menekan perkembangan kanker.
Skrining fitokimia yang dilakukan terhadap daun Achyranthes aspera yang mempunyai daya sitotoksik
terhadap Artemia salina, menunjukkan adanya kandungan minyak atsiri, senyawa terpenoid bebas,
saponin triterpenoid, flavonoid dan polifenol. Senyawa flavonoid yang dapat berperan sebagai anti kanker
adalah β sitosterol. Senyawa ini dapat meningkatkan proliferasi limfosit darah perifer dan meningkatkan
efek sitotoksik sel pembunuh alami. Ekstrak metanol Achyranthes aspera, pada fraksi alkaloid, non-
alkaloid dan saponin telah menunjukkan efek penghambatan yang signifikan pada aktivasi antigen awal
virus Epstein-Barr. Pada studi in vitro ekstrak metanol, fraksi non-alkaloid menunjukkan aktivitas
penghambatan yang paling signifikan. Dalam studi in vivo, semua fraksi dari ekstrak metanol memiliki
aktivitas sitotoksik, yang telah dibuktikan dapat menghambat karsinogenesis oleh DMBA/TPA pada kulit
tikus.

Kata Kunci: Kanker, Achyranthes aspera, β sitosterol, Sitotoksik

Abstract

Cancer become major public health burden and primary care for cancer still consists surgery,
chemotherapy, radiation therapy also immunotherapy. However, harmful side effects of cancer drugs and
radiation still threat to cancer patients. Chemoprevency is latest approach that growing rapidly, using
natural ingredients or synthetic agents to prevent, inhibit or reverse tumorigenesis and suppress
development cancer cell. Phytochemical screening of Achyranthes aspera leaf has cytotoxicity on Artemia
salina, indicates presence of essential oils, free terpenoid compounds, triterpenoid saponins, flavonoids
and polyphenols. Flavonoid compounds can act anti-cancer is β sitosterol. This compound can increase
proliferation of peripheral blood lymphocytes and increase cytotoxic effect of natural killer cells.
Methanol extract of Achyranthes aspera, alkaloid, non-alkaloid and saponin fractions has shown
significant inhibitory effect on early antigen activation Epstein-Barr virus. In vitro study of methanol
extract, non-alkaloids fraction showed most significant inhibitory activity. In vivo study, all fractions
methanol extract had cytotoxic activity, which shown inhibit carcinogenesis DMBA / TPA in mouse skin.

Keywords: Cancer, Achyranthes aspera, β sitosterol, Cytotoxic

I. PENDAHULUAN di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau


Penyakit kanker merupakan salah satu diperkirakan sekitar 347.792 orang (Depkes
penyebab kematian utama di seluruh dunia. RI, 2015).
Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian Kanker telah menjadi beban kesehatan
disebabkan oleh kanker. Diperkirakan kasus utama bagi masyarakat dan perawatan utama
kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta untuk kanker masih terdiri atas operasi,
pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade kemoterapi,terapi radiasi dan imunoterapi.
berikutnya. Secara nasional, prevalensi Namun, efek samping yang berbahaya dari
penyakit kanker pada penduduk semua umur obat kanker dan radiasi masih menjadi
ancaman bagi penderita kanker, sedangkan
22 | Zaenal Fanani/ Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.1 (2017) 21-27

tidak semua pasien kanker dapat semakin tidak toksik. Akhir dari uji
disembuhkan dengan operasi. Kemoprevensi sitotoksisitas pada organ target
kanker adalah pendekatan terbaru yang memberikan informasi langsung tentang
berkembang pesat dengan menggunakan perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara
bahan alami atau agen sintetis untuk spesifik (Djajanegara dan Wahyudi, 2009).
mencegah,menghambat atau membalikkan Dua metode umum yang digunakan
tumorigenesis serta menekan perkembangan untuk uji sitotoksik adalah metode
kanker yang invasif (Tong dkk., 2013). perhitungan langsung (direct counting)
Penelitian tanaman Sangketan yang dengan menggunakan biru tripan (trypan
pernah dilaporkan adalah Skrining Fitokimia blue) dan metode MTT assay. Uji MTT
Terhadap Tumbuhan yang Mempunyai Daya assay merupakan salah satu metode yang
Sitotoksik Terbesar Terhadap Artemia salina digunakan dalam uji sitotoksik. Metode
dari Beberapa Tumbuhan Suku Labiatae ini merupakan metode kolorimetrik,
(Muawanah, 2000). Hasil skrining fitokimia dimana pereaksi MTT ini merupakan
yang dilakukan terhadap daun Sangketan garam tetrazolium yang dapat dipecah
yang mempunyai daya sitotoksik, menjadi kristal formazan oleh sistem suksinat
menunjukkan adanya kandungan minyak tetrazolium reduktase yang terdapat dalam
atsiri, senyawa terpenoid bebas, saponin jalur respirasi sel pada mitokondria yang
triterpenoid, flavonoid dan polifenol. aktif pada sel yang masih hidup. Kristal
Tanaman Sangketan (Achyranthes aspera) formazan ini memberi warna ungu yang
mudah tumbuh liar di di tempat terbuka dan dapat dibaca absorbansinya dengan
biasanya tumbuh di pinggir – pinggir jalan, menggunakan ELISA reader (Junedy, 2005).
perkarangang kosong dan di ladang.
Tanaman Sangketan jarang sekali orang II. LANDASAN TEORI
membudidayakan seperti di tanaman di pot Nama daerah tanaman Sangketan antara
layaknya tanaman lainya, karena tanaman ini lain Jarongan; Pecut Kuda; Ngadi rengo;
kelihatan dari bentuk fisiknya bila tersentuh Jarong lalaki; Daun Sangketan; Nyarang.
kulit menjadi gatal akan tetapi sebenarnya Deskripsi tanaman Sangketan berupa
tidak gatal dan sedikit orang tahu akan semak, tegak, tinggi 20-90 cm. Batang
kemanfaatnya ini yang menjadikan orang berkayu, bulat, bercabang, warna hijau
enggan untuk merawat dan keputih-putihan. Daun tunggal, bulat telur,
membudidayakanya (Kurdi, 2010). ujung runcing, tepi beringgit, pangkal
Uji sitotoksik adalah uji toksisitas secara meruncing, panjang 4-9 cm, lebar 2,5-5 cm,
in vitro menggunakan kultur sel yang pertulangan menyirip, berbulu, warna hijau.
digunakan untuk mendeteksi adanya Bunga majemuk bentuk bulir, tangkai
aktivitas antineoplastik dari suatu senyawa. pendek, mahkota tabung, warna ungu (Kurdi,
Penggunaan uji sitotoksisitas pada kultur sel 2010).
merupakan salah satu cara in vitro untuk Klasifikasi tanaman Sangketan sebagai
mendapatkan obat-obat sitotoksik. Sistem ini berikut (Kurdi, 2010) :
merupakan uji kuantitatif dengan cara Divisi : Spermatophyta
menetepkan kematian sel (Freshney, 1987). Sub divisi : Angiospermae
Parameter yang digunakan untuk uji Kelas : Dicotyledoneae
sitotoksik yaitu nilai IC50. Nilai IC50 Bangsa : Caryophyllales
menunjukkan nilai konsentrasi yang Suku : Amaranthaceae
menghasilkan hambatan proliferasi sel Marga : Achyranthes
sebesar 50% dan menunjukkan potensi Jenis : Achyranthes aspera L
ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Kandungan kimia tanaman Sangketan
Nilai ini merupakan patokan untuk menurut Muawanah (2000), hasil skrining
melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai fitokimia yang dilakukan terhadap daun
IC50 dapat menunjukkan potensi suatu Sangketan menunjukkan adanya kandungan
senyawa sebagai sitotoksik. Semakin besar minyak atsiri, senyawa terpenoid bebas,
harga IC50 maka senyawa tersebut saponin triterpenoid, flavonoid dan polifenol.
Zaenal Fanani/ Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.1 (2017) 21-27 | 23

Achyranthes aspera memiliki berbagai vitro, fraksi non-alkaloid yang terutama


kandungan fitokimia seperti alkaloid, tanin, mengandung senyawa nonpolar
glikosida jantung, steroid, flavonoid, menunjukkan aktivitas penghambatan yang
terpenoid, gula pereduksi dan saponin paling signifikan (Bhoomika dkk., 2007).
(Sharma dkk., 2013a). Senyawa tersebut Dalam studi in vivo twostage karsinogenesis
memiliki peran pada berbagai tujuan pada kulit tikus, semua fraksi dari ekstrak
pengobatan (Sharma dkk., 2013b). metanol memiliki aktivitas sitotoksik
Beberapa kegunaan bagian tanaman (Chakraborty, dkk., 2002).
terutama akar berkhasiat sebagai pelancar air Pemeriksaan kimia awal biji Achyranthes
seni dan rematik. Untuk obat rematik dipakai aspera, diidentifikasi senyawa α-L-
6-18 gram akar segar Achyranthes aspera, rhamnopyranosyl-(1,4)-(β-Dglucopyranosyl
dicuci dan direbus dengan 3 gelas air sampai uronic acid)-(1,3)-oleanolic acid, α-L
mendidih selama 15 menit, dinginkan dan rhamnopyranosyl-(1,4)-(β-Dglucopyranosyl
disaring (Kurdi, 2010). uronic acid)-(1,3)-oleanolic acid-28-O-β-D-
Serbuk herba Achyranthes aspera adalah glucopyranoside dan α-Lrhamnopyranosyl-
obat yang baik untuk perdarahan dan (1,4)-(β-Dglucopyranosyl uronic acid)-(1,3)-
masalah perut. Akar digunakan sebagai sikat oleanolic acid-28-O- β-Dglucopyranosyl-
gigi untuk membersihkan mulut dan untuk (1,4)-β-D- glukopiranosida (Rashmi, &
menyembuhkan halitosis. Infus dari ranting Dayal, 2003). Dari ekstrak etanol akar
juga digunakan sebagai pembersih mulut Achyranthes aspera senyawa asam alifatik
pada sakit gigi. Ekstrak akar digunakan baru telah diisolasi dan diidentifikasi sebagai
sebagai tetes mata pada waktu tidur untuk n-heksakos-14-enoic acid (Sharma dkk.,
rabun ayam (Raji, 2013). Telah dilaporkan 2009). Senyawa ini dilaporkan sebagai yang
mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, pertama kali dari sumber alami dan sintetis.
steroid dan terpenoid. Flavonoid telah Beberapa senyawa lainnya juga diisolasi dan
terbukti mencegah atau memperlambat diidentifikasi sebagai strigmasta-5, 22-dien-
perkembangan beberapa jenis kanker 3-β-ol, trans-13-docasenoic acid, n-
(Narayana dkk., 2001). heksacosanyl n-decaniate, n-hexacos-17-
Achyranthes aspera L. (Amaranthaceae) enoic acid dan n-hexacos-11-enoic acid.
adalah tanaman obat asli Asia, Amerika Rameswar (2007), mengisolasi senyawa
Selatan dan Afrika. Bagian daunnya biasa minyak atsiri dari daun Achyranthes aspera.
digunakan oleh ahli penyembuhan tradisional Saponin A diidentifikasi sebagai asam D-
dalam pengobatan demam (terutama demam glukuronat dan saponin B diidentifikasi
malaria), disentri, asma, hipertensi dan sebagai β-D-galaktopiranosil bentuk ester
diabetes. Herba kering digunakan untuk asam D-glukuronat dari Achyranthes aspera.
mengobati kolik pada anak-anak dan juga Bersamaan dengan konstituen ini konstituen
sebagai astringen dalam pengobatan tertentu lainnya juga terisolasi seperti asam
gonorrhea. Aplikasi topikal ekstrak metanol oleanolic, asam amino dan hentriacontane
daun Achyranthes aspera menghambat (Ram dkk., 2004). Biji mengandung senyawa
karsinogenesis oleh DMBA/TPA pada kulit kimia 10-tricosanone, 10-octacosanone dan
tikus (Chakraborty, dkk., 2002). 4-tritriacontanone (Ali, 2003).
Achyranthes aspera L. (Family- Telah diisolasi dua senyawa baru, 27-
Amaranthaceae) adalah herba yang umum cyclohaxylhepta-cosan-7-ol dan 16-hydroxy-
ditemukan sebagai gulma pinggiran jalan di 26-methylheptacosan-2-one (Li, & Hu,
seluruh India. Pada ekstrak metanol 1995). Senyawa yang terkandung dalam biji
Achyranthes aspera, fraksi alkaloid, non- Achyranthes aspera adalah saponin A dan B.
alkaloid dan saponin telah menunjukkan efek Merupakan senyawa glikosida dari asam
penghambatan yang signifikan pada aktivasi oleanolic. Komponen karbohidrat berupa
antigen awal virus Epstein-Barr yang gula D-glukosa, L-rhamnose, D-glucuconic
diinduksi oleh karsinogen 12-O- acid (pada saponin A). Sedangkan saponin B
tetradecanoylphorbol-13-asetat pada sel Raji adalah bentuk ester B-D-galactopyranosyl
(pada konsentrasi 100 μg). Pada studi in dari Saponin A [7]. Kandungan asam
24 | Zaenal Fanani/ Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.1 (2017) 21-27

oleanolic bebas pada akar sekitar 0,54%. asam palmitat, α-spinasterol-3-β-D glikosida,
Ecdysterone, senyawa phyto ecdysone, daukosterol dan ecdysteron.
dihasilkan dan ditandai dengan warnanya dan β sitosterol merupakan salah satu jenis
reaksi kimia khusus. Kandungannya pada fitosterol yang juga dikenal sebagai sterol
bagian tanaman (g/kg) adalah: 0,25 (biji), tumbuhan, senyawa steroid alkohol, yang ada
0,09 (akar), 0,04 (batang, daun) (Banerji secara alami di dalam berbagai spesies
dkk., 1997a). Ekstrak akar berperan pada tanaman. Senyawa ini dari golongan 4-
aktivitas hormonal terkait moulting pada desmetil sterol, yang terdapat pada serum
serangga, ditemukan karena pengaruh lemak pada tumbuhan dan berguna bagi
ecdysterone (Banerji dkk., 1997b). Dalam sintesis steroid. Fitosterol merupakan
penyelidikan kandungan alkaloid pada triterpena yang penting demi menjaga
batang, hanya satu indikasi yang ditemukan. struktur membran tumbuhan, dan dalam
Tapi ini dinilai hanya dengan reaksi warna bentuk senyawa organik bebas digunakan
dan tidak dengan teknik modern. Oleh karena untuk menjaga keseimbangan membrane
itu hasil ini bisa diabaikan. Hal ini fosfolipid dari sel tumbuhan.
bertentangan dengan karakteristik umum β sitosterol dapat meningkatkan
famili Amaranthaceae, termasuk Achyranthes proliferasi limfosit darah perifer dan
aspera (Gariballa dkk., 1998). Konstituen meningkatkan efek sitotoksik sel pembunuh
utama Betaine dan Achyranthine adalah alami. β sitosterol yang ditemukan alami
alkaloid utama, yang diidentifikasi dari pada tanaman bisa membantu menurunkan
keseluruhan bagian tanaman (Kapoor & resiko penyakit kanker. Sangat baik untuk
Singh, 1996). menurunkan resiko kanker usus besar dan
juga kanker prostat, bahkan β sitosterol bisa
III.PEMBAHASAN efektif untuk meningkatkan kesehatan bagi
Achyranthes aspera memiliki kandungan penderita kanker darah.
fitokimia seperti alkaloid, tanin, glikosida Ekstrak metanol Achyranthes aspera,
jantung, steroid, flavonoid, terpenoid, gula pada fraksi alkaloid, non-alkaloid dan
pereduksi dan saponin. Flavonoid terbukti saponin telah menunjukkan efek
mencegah atau memperlambat penghambatan yang signifikan pada aktivasi
perkembangan beberapa kanker. antigen awal virus Epstein-Barr yang
Mekanisme flavonoid sebagai antikanker diinduksi oleh karsinogen 12-O-
ada beberapa teori. Pertama, flavonoid tetradecanoylphorbol-13-asetat.
sebagai oksidan yakni melalui mekanisme Infeksi virus Epstein-Barr (EBV) telah
pengaktifan jalur apoptosis sel kanker. terbukti konsisten dengan timbulnya berbagai
Mekanisme apoptosis sel pada teori ini penyakit kanker. EBV dikenal sebagai
merupakan akibat fragmentasi DNA. human herpes virus 4 (HHV4) termasuk
Fragmentasi ini diawali dengan dilepasnya famili Herpesviridae, sub famili
rantai proksimal DNA oleh senyawa oksigen Gammaherpersvirus dan genus
reaktif seperti radikal hidroksil. Senyawa ini Lymphocryptovirus. Diperkirakan 95 persen
terbentuk dari reaksi redoks Cu(II). Senyawa populasi di dunia telah terpapar EBV. Pada
tembaga ini dimobilisasi oleh flavonoid baik umumnya infeksi EBV spesifik pada
dari ekstra sel maupun intra sel. Kedua, manusia. Walaupun dalam eksperimen EBV
flavonoid sebagai penghambat proliferasi dapat menginfeksi beberapa jenis monyet.
tumor/kanker yang salah satunya dengan Sel yang terinfeksi EBV mengekspresikan
menginhibisi aktivitas protein kinase beberapa antigen virus yang spesifik untuk
sehingga menghambat jalur tranduksi sinyal setiap periode infeksi. Infeksi laten EBV
dari membran sel ke inti sel. Ketiga, dengan ditandai oleh ekspresi protein Epstein-Barr
menghambat aktivitas reseptor tirosin kinase. Virus Nuclear Antigen-1 (EBNA-1) dan
Karena reseptor tirosin kinase yang naik EBNA-2, Membrane Protein Laten (LMP),
berperan pada pertumbuhan keganasan. dan Epstein Barr virus Encoded small RNAs
Senyawa flavonoid yang terdapat dalam (EBER). Protein-protein ini dapat
Achyranthes aspera adalah α spinasterol, β mengadakan interaksi atau mempunyai
sitosterol, crysophanol, dibutyl phthalate,
Zaenal Fanani/ Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.1 (2017) 21-27 | 25

homologi dengan berbagai protein tubuh sebagai skrining awal dapat dilakukan
seperti protein antiapoptosis, sitokin dan dengan berbagai metode antara lain adalah
transduksi sinyal. metode Brine Shrimp Lethality Test (BST).
Protein virus berperan dalam Metode BST adalah suatu metode uji guna
mempertahankan genom EBV pada sel B. untuk menentukan toksisitas suatu senyawa
Terdeteksi pada semua periode infeksi laten. bahan alam dengan cepat, murah dan cukup
Adanya DNA EBV di dalam serum yang akurat untuk penapisan ekstrak bahan aktif
berasal dari sel kanker mengindikasikan dengan menggunakan hewan uji Artemia
terdapat DNA virus dalam sirkulasi. Salina Leach yang berumur 48 jam.
Sehingga dapat digunakan sebagai penanda Metode BST juga digunakan untuk
awal dalam mendiagnosis penyakit kanker. mendeteksi keberadaan senyawa toksik
Pada studi in vitro ekstrak metanol dalam proses isolasi senyawa dari bahan
Achyranthes aspera, fraksi non-alkaloid yang alam yang berefek sitotoksik dengan
terutama mengandung senyawa nonpolar menetukan harga LC50 dari senyawa aktif.
menunjukkan aktivitas penghambatan yang Metode BST dapat digunakan dari berbagai
paling signifikan. Dalam studi in vivo system uji seperti uji pestisida, mitotoksin,
twostage karsinogenesis, semua fraksi dari polutan, anastetik, komponen seperti morfin,
ekstrak metanol memiliki aktivitas sitotoksik. karsinogenik dan ketoksikan dari hewan dan
Telah dibuktikan dapat menghambat tumbuhan laut serta senyawa racun dari
karsinogenesis DMBA/TPA pada kulit tikus. tumbuhan darat.
Belakangan ini telah banyak pengujian Lemna Minor Bioassay terutama
tentang toksisitas yang dikembangkan untuk digunakan sebagai uji pendahuluan terdapat
pencarian produk alam yang potensial bahan yang dapat menghambat dan
sebagai bahan anti kanker, metode pengujian meningkatkan pertumbuhan tanaman.
tersebut antara lain simple brench-Top Dengan pengujian ini dapat diamati bahwa
Bioassay (terdiri dari Brine Shrimp lethality senyawa anti kanker alami juga dapat
Test, Lemna Minor Bioassay dan Crown- menghambat pertumbuhan Lemna, walaupun
Gall Potato Disc Bioassay) dan pengujian korelasinya dengan pengujian anti kanker
pada sel telur Bulu Babi. lainnya kurang baik. Oleh karena itu
Dengan berdasarkan pemikiran bahwa pengujian ini lebih diarahkan untuk mencari
efek farmakologi adalah toksikologi herbisida dan stimulant pertumbuhan
sederhana pada dosis yang rendah dan tanaman baru.
sebagian besar senyawa antikanker adalah Crown-Gall Potato Bioassay merupakan
sitotoksik, maka Brine Shrimp Lethality metode pengujian toksisitas yang relative
Test dapat digunakan sebagai uji cepat pengerjaannya, tidak mahal, tidak
pendahuluan senyawa anti kanker. Senyawa memerlukan hewan percobaan serta
yang mempunyai kemampuan membunuh sel menunjukkan korelasi yang sangat baik
kanker dalam kultur sel. Pengujian ini adalah dengan uji anti kanker lainnya. Crown-Gall
pengujian letalitas yang sederhana dan tidak merupakan suatu penyakit neoplastik pada
spesifik untuk aktifitas kanker, tetapi tumbuhan yang disebabkan bakteri gram
merupakan indikator toksisitas yang baik dan negative Agrobacterium tumefaciens yang
menunjukan korelasi yang kuat dengan selanjutnya menyebabkan pertumbuhan
pengujian anti kanker lainnya seperti uji jaringan tumor secara otonom dan tidak
sitotoksitas dan uji leukemia tikus. Karena dipengaruhi oleh mekanisme kontrol normal
kesederhanaan prosedur pengerjaan, biaya tumbuhan. Pengujian dilakukan dengan
yang rendah serta korelasinya terhadap mengukur kemampuan suatu senyawa
pengujian toksisitas dan pengujian anti menghambat pertumbuhan tumor Crown-
kanker menjadikan Brine Shrimp Lethality Gall pada umbi kentang yang diinfeksikan
Test sebagai uji hayati pendahuluan untuk dengan bakteri Agrobacterium tumefaciens.
aktifitas anti kanker yang sesuai dan dapat Brine Shimp Lethality Test merupakan
dilakukan secara rutin di Laboratorium salah satu metode untuk menguji bahan-
dengan fasilitas sederhana. Uji toksisitas bahan yang bersifat sitotoksik. Metode ini
26 | Zaenal Fanani/ Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.1 (2017) 21-27

menggunakan larva Artemia salina Leach Banerji, A., Chintalwar G.J., & Joshi, N.K.
sebagai hewan coba. Uji toksisitas dengan (1997a). Isolation of ecdysterone from
metode BST ini merupakan uji toksisitas akut Indian plants. Phytochemistry 10,
dimana efek toksik dari suatu senyawa 2225-6.
ditentukan dalam waktu singkat setelah Banerji, A., & Chadha, M.S. (1997b) Insect
pemberian dosis uji. Prosedurnya moulting hormone from Achyranthes
dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas aspera. Phytochemistry 9, 1671.
komponen aktif tanaman terhadap larva
Artemia salina Leach. Suatu ekstrak Bhoomika R., Ramesh K.G., & Anita A.M.
dikatakan aktif sebagai antikanker (2007). Phyto-pharmacology of
berdasarkan metode BST jika harga LC < Achyranthes aspera: A Review.
1000 μg/ ml. Penelitian menunjukkan adanya Pharmacognosy Reviews, 1(1), 143.
hubungan konsisten antara sitotoksisitas dan Chakraborty, A., Brantner, A., Mukainaka,
letalitas Brine shrimp pada ekstrak tanaman. T., Nobukuni, Y., Kuchide, M.,
Metode BST dipercaya untuk menguji Konoshima, T., Tokuda, H., & Nishino,
aktivitas toksikologi dari bahan alami. H. (2002). Cancer chemopreventive
IV. KESIMPULAN activity of Achyranthes aspera leaves on
Etpstein-Barr virus activation and two-
Achyranthes aspera memiliki berbagai
stage mouse skin carcinogenesis. Cancer
kandungan fitokimia salah satunya flavonoid
Letters, 177(1), 1-5.
yang telah terbukti mencegah atau
memperlambat perkembangan beberapa jenis Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
kanker. Senyawa flavonoid Achyranthes (2015). Stop Kanker. Jakarta: Pusat data
aspera yang dapat berperan sebagai anti dan infomasi kementerian kesehatan RI.
kanker adalah β sitosterol. Senyawa ini dapat Djajanegara, I., & Wahyudi, P. (2009).
meningkatkan proliferasi limfosit darah Pemakaian Sel Hela dalam Uji
perifer dan meningkatkan efek sitotoksik sel Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan
pembunuh alami. Etanol Ekstrak Daun Annona squamosa.
β sitosterol merupakan salah satu jenis Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 7(1),
fitosterol atau sterol tumbuhan, 7-11.
senyawa steroid alkohol. Senyawa ini dari
golongan 4-desmetil sterol, yang terdapat Freshney, R.I. (1987). Culture of animal
pada serum lemak pada tumbuhan dan cells: A manual of basic technique, 2nd
berguna bagi sintesis steroid. Fitosterol ed. New York: Alan Liss Inc.
merupakan triterpena yang penting demi Gariballa, Y., Iskander, G.M,, & Daw El
menjaga struktur membran tumbuhan. Beit, A. (1998). Investigation of the
Ekstrak metanol Achyranthes aspera, alkaloid components in the Sudan Flora.
pada fraksi alkaloid, non-alkaloid dan Fitoterapia 54, 269-72.
saponin telah menunjukkan efek
penghambatan yang signifikan pada aktivasi Junedy, S. (2005). Isolasi dan Uji
antigen awal virus Epstein-Barr. Pada studi Sitotoksisitas Senyawa Alkaloid dari
in vitro ekstrak metanol, fraksi non-alkaloid Spon Koleksi no MD-02 Cyang.
menunjukkan aktivitas penghambatan yang Universitas Gadjah Mada Yogakarta.
paling signifikan. Dalam studi in vivo, semua Kapoor & Singh. (1996) A new aliphatic acid
fraksi dari ekstrak metanol memiliki aktivitas from Achyranthes aspera Linn. roots.
sitotoksik, yang telah dibuktikan dapat Indian J. Chem. 4, 461.
menghambat karsinogenesis oleh
DMBA/TPA pada kulit tikus. Kurdi, A. (2010).
https://aseranikurdi.files.wordpress.com/
2011/09/tanaman-herbal.pdf. di akses
DAFTAR PUSTAKA pada 08 Juni 2017.
Ali, M. (2003). Oriental Journal of Li, X., & Hu, S. (1995). Determination of
Chemistry, 9(1), 84-85. oleanolic acid in the root of
Zaenal Fanani/ Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.1 (2017) 21-27 | 27

Achyranthes bidentata from different Rameswar R.D. (2007). Essential oil


places of production by TLC-scanning constituents of Achyranthes aspera
Zhongguo Zhong Y ao Za. Zhi 20, 8, leaves. Indian Perfumer, 51(1): 33-34.
459-60. Rashmi, & Dayal, R. (2003). Fatty acid
Muawanah, A. (2000). Skrining Fitokimia composition of Achyranthes aspera
Terhadap Tumbuhan yang Mempunyai seed oil. Journal of Oil Technologist’s
Daya Sitotoksik Terbesar Terhadap Association of India, 53-54.
Artemia salina (Leach) dari Beberapa Sharma, S.K., Vasudeva, N.M., & Ali.
Tumbuhan Suku Labiatae. Universitas (2009). Indian Journal of Chemistry -
Surabaya. Section B Organic and Medicinal
Narayana, R.K., Reddy, S.M., Chaluvadi Chemistry, 48(8), 1164-1169.
M.R., & Krishna D.R. (2001). Sharma, V., Chaudhary, U., Singh, R., &
Bioflavanoids: classification, Agarwal, A. (2013a). Achyranthes
pharmacological, biochemical effects aspera: phytochemical estimation. Am J
and therapeutic potentials. Indian Jour Pharmtech Res, 3(2), 242-51.
Pharmacol, 33, 2-16.
Sharma, V., Agarwal, A., Chaudhary, U., &
Raji, R. (2013). Achyranthes aspera- Singh, M. (2013b). Phytochemical
Medicinal plant: A review. Int Jour Investigation of various extracts of
Pharma and Bio Sciences, 4(1)(B), 719- leaves and stems of achyranthes aspera
724. linn. Int J Pharm Pharm Sci, 5(1),
Ram, P., Rastogi, B.N., & Mehrotra. (2004). 317-20.
Compendium of Indian Medicinal plants.
Tong, X., & Peliing, J. (2013). Targeting the
Central Drug Research Institute, PI3K/Akt/mTOR axis by apigenin for
Lucknow and National institute of cancer prevention. Anticancer Agents
science communication and Med Chem, 13(7), 971–978.
information resources, New Delhi, V,
7-8, 11.

Anda mungkin juga menyukai