Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PRA SIDANG

Judul Penelitian : Aktivitas Antioksidan Dan Sitotoksik Ekstrak Buah


Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Sel Kanker
Galur MCF-7 Secara In Vitro
Pembimbing : 1. Dr. Tiana Milanda, M.Si., Apt.
2. Dr. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Nama/NPM : Rizky Azizah/260110140101
ABSTRAK

Kanker merupakan kelompok penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan dan penyebaran
sel tubuh secara tidak normal. Salah satu penyebab penyakit kanker adalah radikal bebas
yang mengakibatkan stress oksidatif pada manusia. Antioksidan adalah senyawa yang dapat
mengurangi stress oksidatif. Aktivitas antioksidan erat hubungannya dengan aktivitas
antikanker. Antioksidan sintetik yang sudah banyak digunakan memiliki beberapa
kekurangan seperti efek samping jangka panjang. Parijoto (Medinilla speciosa Blume)
merupakan salah satu tanaman khas di Indonesia yang memiliki aktivitas kemopreventif
terhadap sel kanker T47D. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antioksidan dan
sitotoksisitas terhadap sel kanker galur MCF-7 dari ekstrak buah parijoto secara in vitro.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan radikal 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH).
Ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan terbaik dengan nilai IC50 terendah sebesar
26,6 µg/mL. Uji sitotoksisitas terhadap sel kanker galur MCF-7 menggunakan metode Water
Soluble Tetrazolium (WST) Assay. Dari hasil pengujian sitotoksisitas didapat hasil bahwa
ekstrak metanol memiliki sitotoksisitas terbaik dengan nilai IC50 255,75 µg/mL. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak metanol buah
parijoto memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker terbaik sebagai agen sitotoksik.

Kata kunci : Medinilla speciosa, antioksidan, sitotoksisitas, DPPH, WST Assay.

ABSTRACT

Cancer is a group of diseases caused by the body's growth and spread of abnormal cells.
Free radicals is one among many causes of cancer by causing oxidative stress in humans.
Antioxidants are compounds that can reduce oxidative stress. Antioxidant activity is closely
related to anticancer activity. Synthetic antioxidant is widely used but have some
disadvantages, such as long-term side effects. Parijoto (Medinilla speciosa Blume) is one of
the typical plants from Indonesia that has chemopreventive activity against T47D cancer
cells. This study aims to investigate in vitro antioxidant activity and cytotoxicity against
MCF-7 strain cancer cells from parijoto fruit extract. Antioxidant activity testing was
performed with radical 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) and gave result that methanol
extract showed the best antioxidant activity with the lowest IC50 value of 26,6 mg / L. Testing
of cytotoxicity against MCF-7 strain cancer cells using Water Soluble Tetrazolium (WST)
Assay method gave result of cytotoxicity test result showed that methanol extract had the best
cytotoxicity with IC50 value 255,75 mg / L. Based on the results of research that has been
done to get the conclusion that the extract methanol parijoto fruit has the best antioxidant
and anticancer activity as chemopreventive agent.

Keywords : Medinilla speciosa, antioxidant, cytotoxicity, DPPH, WST Assay


PENDAHULUAN aktivitas ekstrak buah parijoto yang
Penyakit kanker merupakan salah berpotensi sebagai antioksidan dan
satu penyebab kematian utama di dunia antikanker dari esktrak n-heksan, ekstrak
(Cancer Research UK, 2012). Prevalensi etil asetat dan ekstrak metanol buah
kanker pada semua umur di masyrakat terhadap sel kanker MCF-7 dan
Indonesia pada tahun 2013 tercatat menggunakan metode DPPH dan WST
sebesar 1,4% atau sekitar 347.792 orang. Assay sebagai pemandu.
Menurut International Agency for
Research on Cancer (IARC), kasus METODE PENELITIAN
penyakit kanker payudara di Indonesia Alat
mencapai 0,05% kasus dari total Alat yang digunakan dalam
penderita kanker (IARC, 2013). penelitian ini adalah, spektrofotometer
Terapi kanker umumnya berupa Tecan Infinite M200 PRO Multi-Detection
kombinasi cara terapi untuk menghambat Microplate Reader, inkubator
penyebaran dan pertumbuhan sel kanker. karbondioksida, maserator, mikropipet
Saat ini pembedahan, radiasi, dan SERANA®, ZEISS Axio Vert.A1 Inverted
kemoterapi merupakan pilihan terapi Microscope, 96-well plate, microplate
untuk kanker. Gabungan terapi ini bersifat reader (Epoch Biotech®), 96-wells plate
sangat toksik dan memiliki banyak efek (NES®), rotary evaporator (IKA® HB 10),
samping, sehingga mengganggu kualitas lampu UV λ366 dan λ 254 (Camag UV-
hidup dan berbahaya bagi pasien Bertache), neraca analitik, penangas air
(Malcolm, 2003). (Memmert®), rotary evaporator,
Harvey dan Missalidis (2008) sentrifugasi, sonikator, tabung conical
menyatakan bahwa senyawa antioksidan steril, tissue culture flask, dan alat-alat
dan antikanker dari bahan alam mampu gelas yang umum digunakan di
memperbaiki sel-sel, jaringan dan organ Laboratorium Farmasi Bahan Alam,
tubuh yang rusak, dengan cara Laboratorium Kultur Sel dan Laboratorium
meningkatkan sistem imunitas tubuh Analisis Farmasi Universitas Padjadjaran.
manusia. Pada penggunaan yang tepat,
senyawa-senyawa alami ini tidak Bahan
menimbulkan efek samping, sehingga Bahan tumbuhan yang digunakan
aman digunakan (Rahmawati, et al., 2008). dalam penelitian ini adalah buah Parijoto
Oleh karena itu, sudah banyak penelitian (Medinilla speciosa Blume) dan diperoleh
yang dilakukan untuk mencari obat dari Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah.
antikanker yang efektif dan aman yang Sedangkan untuk bahan kimia yang
berasal dari tanaman. digunakan adalah air suling, amil alkohol,
Salah satu tanaman yang asam klorida (Merck), besi (III) klorida
berpotensi untuk dijadikan sebagai (Merck), kloroform (Merck), etil asetat, n-
sumber antikanker adalah tanaman heksan, metanol PA (Merck), etanol 70%,
parijoto terutama bagian buahnya. serbuk magnesium (Bratachem), natrium
Berdasarkan penelitian Wachidah (2013) asetat, kalium hidroksida 5%, pereaksi
tumbuhan parijoto memiliki aktivitas Dragendorf (Bratachem), pereaksi
antioksidan selain itu berdasarkan Liebermann-Bouchard (Bratachem),
penelitian yang telah dilakukan oleh pereaksi Mayer (Bratachem), vanilin sulat
Tussanti & Johan (2014) ekstrak etanol (Bratachem), ammonia 10%, pereaksi
buah parijoto memiliki sitotoksisitas DPPH (Sigma), troloks (Tokyo Chemical
moderat terhadap sel kanker payudara Industry), media sel Dulbecco’s Modified
T47D. Eagle’s Medium (DMEM) (Nacalai
Berdasarkan penelitian tersebut Tesque), Dimetil-sulfoksida (Merck),
maka, dilakukan penelitian untuk melihat Phosphate Buffer Salina (PBS) (Gibco®),
Penicillin-Streptomycin (Sigma), Fetal Aktivitas penangkap radikal DPPH(%)
Bovine Serum (FBS) (Gibco®), Trypsin dihitung dengan rumus berikut:
Replacement TripLE™ Express (Gibco®),
Cell Counting Kit-8 (Dojindo).

Pengujian Sitotoksisitas Ekstrak dengan


Metode Metode WST Assay
Pengumpulan, Pengolahan, dan Sel diambil dari tangki nitrogen
Determinasi Bahan cair dan dicairkan di atas penangas air
Bahan tumbuhan yang digunakan 37oC. Sel kemudian dipindahkan ke dalam
adalah simplisia buah parijoto (Medinilla tabung conical steril yang berisi medium
speciosa Blume) yang diperoleh dari DMEM dan disentrifugasi selama 5 menit.
Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah. Setelah disentrifugasi, supernatant dibuang
Simplisia buah parijoto dirajang secara dan pelet ditambahkan 1 mL medium
halus sehingga diperoleh serbuk yang siap pertumbuhan berisi 20% bovine serum dan
diekstraksi. Buah parijoto dideterminasi di dilakukan resuspensi perlahan. Kemudian
Laboratorium Taksonomi, Jurusan Biologi, dimasukkan ke dalam 3-4 tissue culture
Fakultas Matematika dan Ilmu flask kecil. Berikutnya dilakukan inkubasi
Pengetahuan Alam, Universitas pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah 24
Padjadjaran. jam, medium diganti hingga konfluen dan
jumlahnya cukup untuk penelitian,
Ekstraksi dilakukan penggantian medium dengan
Ekstraksi dilakukan dengan cara DMEM dan sel dilepaskan menggunakan
maserasi bertingkat menggunakan pelarut trypsin.
n-heksan, etil asetat dan metanol secara Kemudian larutan dipindahkan ke
berurutan. Ekstraksi dilakukan hingga dalam tabung conical steril dan
didapatkan maserat bening. Maserat yang ditambahkan DMEM hingga 10 mL.
didapat dari tiap maserasi dikentalkan Berikutnya dilakukan sentrifugasi kembali
menggunakan rotary evaporator hingga dan sel dicuci 2 kali dengan medium yang
diperoleh ekstrak kental. sama. Jumlah sel yang telah sesuai
jumlahnya siap digunakan untuk
Pengujian Antioksidan Ekstrak dengan pengujian.
metode DPPH Setelah dibuat larutan stock dengan
Larutan ekstrak dan troloks konsentrasi 4000 µg/mL, dibuat
masing-masing dimasukan ke dalam well pengenceran bertingkat hingga diperoleh
sebanyak 10 μL dan ditambahkan dengan konsentrasi pengujian 1.000 µg/mL; 500
190 μL larutan DPPH. Plat ditutup dan µg/mL; 250 µg/mL; 125 µg/mL; 62,5
diguncang dengan lembut, kemudian µg/mL; 31,25 µg/mL; 15,625 µg/mL; dan
disimpan pada ruang gelap dengan suhu 7,8125 µg/mL Setelah itu, masing-masing
kamar selama 30 menit. Pengukuran konsentrasi dimasukkan pada well plate
absorbansi dilakukan pada panjang yang telah berisi medium DMEM dan sel
gelombang yang telah ditentukan dan kanker payudara MCF-7. Kemudian well
diukur terhadap metanol sebagai blanko, plate diinkubasi dalam suhu 37oC selama
menggunakan microplate reader secara 24 jam.
triplo. Setelah didiamkan pada temperatur Setelah 24 jam, ditambahkan reagen
kamar selama 30 menit, sisa DPPH WST. Well plate kemudian diinkubasi
ditentukan secara spektrofoto metri pada kembali selama 2 jam, kemudian
panjang gelombang 517 nm. Pengujian ditambahkan pereaksi stopper (asam
larutan DPPH yang tidak mengandung klorida 0,1N) dan dilakukan penghitungan
bahan uji) serta kontrol positif troloks.
jumlah sel menggunakan microtiter plate Ekstrak n-heksan dan etil asetat yang
reader. dihasilkan dari maserasi berupa massa cair
berwarna hijau-kehitaman sedangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak metanol yang didapatkan berupa
Simplisia buah parijoto kering massa cair berwarna merah-kecoklatan.
sebanyak 751,10 gram diekstraksi dengan Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan
metode maserasi bertingkat menggunakan menggunakan rotary evaporator pada
pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol. suhu 50oC dengan kecepatan putaran 65
Maserasi dilakukan selama 5x24 jam rpm dan dihasilkan rendemen ekstrak pada
dengan pergantian pelarut setiap 24 jam Tabel 1.
agar proses penyarian lebih optimal.

Tabel 1. Rendemen Hasil Maserasi Buah Parijoto


Berat (g) Rendemen (%)
Simplisia 751,10
Ekstrak n-Heksan 21 2,8
Ekstrak Etil Asetat 12,2 1,62
Ekstrak Metanol 40,76 5,43

Ekstrak buah parijoto kemudian dianalisis banyak terpartisi dengan pelarut semi polar
dengan menggunakan kromatografi lapis ke polar.
tipis. Larutan pengembang sebagai fase Pengujian aktivitas antioksidan
gerak adalah campuran pelarut n-heksan : terhadap ekstrak buah parijoto dilakukan
etil asetat, dengan perbandingan 7 : 3. dengan menggunakan metode DPPH.
Pengembang n-heksan dipilih, karena Metode DPPH ini umum digunakan
sering digunakan pada pemeriksaan pola sebagai pengujian aktivitas antioksidan
KLT senyawa flavonoid (Harborne, 1973). pada suatu sampel menggunakan pereaksi
Hasil pengamatan KLT sebelum dan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil dengan standar
sesudah menggunakan penampak bercak yang digunakan adalah troloks.
aluminium klorida menunjukkan bahwa Ketiga ekstrak buah parijoto
ekstrak metanol memiliki bercak senyawa masing-masing dibuat larutan stok 10000
aktif paling banyak, diikuti ekstrak etil µg/mL dan larutan stok standar troloks
asetat. Bercak yang dimiliki ekstrak etil sebesar 1000 µg/mL. Pengujian pada
asetat dan ekstrak metanol didominasi oleh masing-masing ekstrak dilakukan secara
bercak yang berfluoresensi merah di triplicate dengan konsentrasi ekstrak n
bawah lampu UV 366 nm yang heksan 5000; 1000; 500; 300; 100 µg/mL,
menandakan adanya senyawa klorofil untuk konsentrasi ekstrak etil asetat 1000;
dalam ekstrak tersebut, dilanjutkan dengan 800; 500; 300; 100 µg/mL, konsentrasi
adanya satu atau dua bercak yang ekstrak metanol 1000; 800; 500; 300; 100
berfluoresensi biru yang menandakan µg/mL dan konsentrasi troloks sebesar
adanya senyawa golongan flavonoid pada 150; 125; 100; 50; 25 µg/mL, yang
ekstrak tersebut. Ekstrak n-heksan buah didapatkan dengan melakukan
parijoto tidak memiliki bercak, baik pengenceran bertingkat. Masing-masing
sebelum maupun sesudah disemprotkan well yang telah berisi 10 µL ekstrak diisi
penampang bercak aluminium klorida. Hal dengan 180 µL perekasi DPPH.
ini dapat diartikan sebagai metabolit aktif Kemudian, microplate yang telah berisi
pada ekstrak n-heksan tidak cocok pereaksi DPPH dan sampel di inkubasi
menggunakan eluen yang telah digunakan selama 30 menit di ruang gelap untuk
atau disebabkan senyawa flavonoid lebih diliat % inhibisi pada masing-masing
konsentrasi. % inhibisi pada masing-
masing konsentrasi ekstrtak dapat dilihat pada Tabel 2 berikut

Tabel 2 Persen Inhibisi Oksidan Ekstrak Buah Parijoto Terhadap DPPH


Jenis
Konsentrasi (µg/mL) Persen Inhibisi (%)
Sampel
25 21,83
50 34,17
Troloks 100 56,69
125 65,48
150 73,99
100 0,00
300 0,00
Ekstrak
500 0,00
n-Heksan
1000 0,00
5000 0,24
100 1,05
300 63,31
Ekstrak
500 67,85
Etil Asetat
800 78,70
1000 83,18
100 31,38
300 82,67
Ekstrak Metanol 500 83,81
800 84,74
1000 86,31

Dari hasil tersebut, kemudian dapat menghambat proliferasi sebesar 50%


diplotkan pada kurva respon dosis dimana dari total populasi sel. Nilai ini juga
sumbu x adalah konsentrasi, dan sumbu y menunjukkan potensi ekstrak sebagai agen
adalah nilai dari % inhibisi. Dari grafik antioksidan. tingkat aktivitas antioksidan
tersebut didapatkan persamaan garis dari dari ekstrak dapat dibagi menjadi sangat
masing-masing ekstrak, sehingga dapat kuat (<50 µg/mL), kuat (50-100 µg/mL),
dihitung nilai IC50. Nilai IC50 didapatkan sedang (100-250 µg/mL), lemah (250-500
menggunakan kurva respon dosis. IC50 µg/mL) dan tidak aktif (>500 µg/mL).
merupakan konsentrasi dari ekstrak yang (Jun, et al., 2006).
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1 Kurva inhibisi (a) Ekstrak n-heksan (b) Ekstrak etil asetat (c) Ekstrak metanol (d)
Troloks

Hasil perhitungan IC50 flavonoid, yang diduga disebabkan adanya


menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan ikatan rangkap pada cincin C. Secara
ekstrak metanol buah parijoto memiliki umum, aktivitas radical scavenging yang
nilai IC50 <100 µg/mL. Hal ini dimiliki oleh flavonoid bergantung pada
menunjukkan bahwa baik ekstrak etil asetat struktur dan susunan gugus hidroksil yang
dan esktrak metanol tergolong antioksidan terdapat pada flavonoid. Antioksidan
kuat. Ekstrak n-heksan sendiri memiliki tertinggi disebabkan oleh senyawa-senyawa
nilai IC50 yang besar yaitu lebih dari 500 flavonoid yang memiliki struktur orto 3,4,
µg/mL sehingga dianggap tidak aktif. Hal dihidroksi, gugus hidroksil pada posisi
ini dikarenakan senyawa yang memiliki meta (contoh 5, 7 dihidroksi pada cincin
aktivitas sebagai antioksidan yang terdapat A), dan senyawa flavonoid yang memiliki
pada ekstrak n-heksan lebih terpartisi pada ikatan rangkap pada C2 dan gugus
pelarut yang bersifat semipolar dan polar. hidroksil pada C3 cincin C (Kondo, et al.,
Aktivitas antioksidan biasanya 2000; Rice-Evans, et al., 1996).
berkaitan dengan adanya senyawa
Flavonoid secara kimiawi persentase penghambatan proliferasi sel
merupakan donor satu-elektron. Flavonoid yang disajikan dalam Tabel 4 berikut.
sendiri merupakan turunan dari struktur Kemudian dari data persen
dasar cincin terkonjugasi dan gugus penghambatan proliferasi dapat dihitung
hidroksil yang memiliki potensi sebagai Inhibition Concentration 50 (IC50) yang
antioksidan dalam kultur sel in vitro dengan disajikan dalam Tabel 5 dan perbandingan
menarik anion superoksida, oksigen singlet, IC50 antar sampel dapat dilihat pada
lipid peroksi-radikal, dan atau menstabilkan Gambar 2 berikut.
radikal bebas yang terlibat dalam proses Perhitungan IC50 diperoleh dari
oksidatif melalui hidrogenasi atau persamaan yang masing-masing subfraksi,
pengompleksan dengan spesies kemudian mensubtitusikan angka 50 pada
pengoksidasi (Kondo, et al., 2000). sumbu y yang berarti % inhibisi sebanyak
Tabel 4 Persen Penghambatan Proliferasi
Tabel 3 Nilai IC50 dari Ekstrak Buah Sel MCF-7 oleh Ekstrak Buah
Parijoto Terhadap DPPH Parijoto
Sampel Nilai IC50 (µg/mL) Penghambatan Proliferasi (%)
Troloks 525,875 Kons. Ekstrak
Ekstrak Ekstrak
Ekstrak 298,786 (µg/mL) Etil
n-Heksan Metanol
n-Heksan 312,718 Asetat
Ekstrak 359,163 1000 0,00 59,61 53,80
500 0,00 56,33 57,89
Pengujian sitotoksisitas dapat 250 0,00 16,65 55,46
dilakukan dengan mengamati sel yang 125 0,00 15,89 16,10
bertahan hidup setelah dilakukan 62,5 0,00 11,36 3,67
pemberian sampel uji yang diduga 31,25 0,00 6,74 12,08
memiliki aktivitas sitotoksik. Metode WST 15,625 0,00 1,11 4,76
assay merupakan metode yang digunakan 7,8125 0,00 3,94 6,33
dalam pengujian sitotoksisitas dalam
penelitian ini. Pengamatan sel yang
bertahan hidup setelah pemberian sampel
dapat dilakukan dengan melihat nilai %Cell Proliferation Inhibition
absorbansi yang diperoleh menggunakan
70%
microtiter plate reader.
60%
Sebelum dilakukan prosedur uji
50%
sitotoksisitas, sampel dipersiapkan, ekstrak
40%
%CPI

n-heksan, ekstrak etil asetat dan ekstrak


30%
metanol buah parijoto dilarutkan dengan
20%
menggunakan DMSO. DMSO sendiri
10%
merupakan pelarut polar yang dapat
melarutkan senyawa yang bersifat polar 0%
0 500 1000 1500
maupun non polar dan senyawa yang larut Konsentrasi (µg/ml)
diberbagai pelarut baik organik maupun air. Ekstrak n-Heksan Ekstrak Metanol
Meskipun DMSO merupakan pelarut yang Ekstrak Etil Asetat
baik, namun DMSO memiliki efek
Gambar 2 Perbandingan persentase
sitotoksik terhadap sel MCF-7 pada
penghambatan proliferasi
konsentrasi lebih dari 1% (Tussanti &
sel dari ekstrak n-heksan,
Johan, 2014). Sehingga konsentrasi DMSO
ekstrak etil asetat dan
1% masih dapat digunakan untuk
ekstrak metanol buah
membantu melarutkan subfraksi. Hasil
absorbansi kemudian dihitung dalam
parijoto terhadap sel MCF- karsinogen, pengaturan ekspresi gen pada
7 onkogen dan gen penekan tumor dalam
proliferasi sel dan diferensiasi, induksi
Tabel 5 Nilai IC50 Ekstrak Buah Parijoto penahanan siklus sel dan apoptosis,
Terhadap sel MCF-7 modulasi aktivitas enzim dalam
Sampel Nilai IC50 (µg/mL) detoksifikasi, oksidasi dan reduksi, sifat
Ekstrak n-Heksan Tidak terdefinisi anti-inflamasi dan aktivitas lain pada target
Ekstrak Etil Asetat 87,42 lain yang memungkinkan.
Ekstrak Metanol 103,398 Hasil pengujian antioksidan dan
WST assay dari ekstrak tersebut tidak
50%, kemudian dihitung dan di dapatkan berbanding lurus, dimana hasil pada uji
nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan DPPH menunjukan bahwa ekstrak yang
konsentrasi yang dibutuhkan untuk paling aktif adalah ekstrak metanol,
menghambat pertumbuhan sel sebesar sedangkan pada pengujian WST assay
50% dari total populasinya. Nilai IC50 yang terhadap sel MCF-7, didapatkan ekstrak
lebih kecil menunjukkan bahwa senyawa teraktif adalah ekstrak etil asetat. Sehingga
tersebut memiliki sifat yang lebih toksik bisa disimpulkan bahwa ekstrak yang
dibandingkan dengan nilai IC50 yang lebih memiliki aktivitas antioksidan terbaik
besar. Berdasarkan nilai-nilai IC50, tingkat belum tentu memiliki potensi antikanker
sitotoksisitas dari ekstrak dapat dibagi yang berbanding lurus. Begitu pula
menjadi kuat (<100 µg/mL), sedang sebaliknya, senyawa yang memiliki potensi
(101-200 µg/mL), dan lemah (>200 antikanker terbaik belum tentu memiliki
µg/mL) (Subarnas, et al., 2012) potensi antioksidan yang paling baik pula.
Berdasarkan hasil yang tertera pada
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai IC50 SIMPULAN DAN SARAN
terbaik dimiliki oleh ekstrak etil asetat, Simpulan
dengan nilai 87,42 µg/ml. Nilai IC50 aktivitas antioksidan
Mekanisme senyawa dalam ekstrak ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol
buah parijoto terhadap kematian sel belum buah parijoto berturut-turut 3475,317
diketahui, namun diduga senyawa µg/mL, 77,715 µg/mL dan 62,251 µg/mL
flavonoidnya menginduksi apoptosis sel dan nilai IC50 aktivitas sitotoksik ekstrak n-
tumor melalui aktivasi jalur kematian sel heksan, etil asetat dan metanol buah
(cell death pathway) oleh B-cell lymphoma parijoto berturut-turut tidak terdefinisi,
2 (Bcl-2) yang bersifat anti-apoptosis pada 87,42 µg/mL dan 103,398 µg/mL.
sel kanker, dengan memicu ekspresi NF-kB Saran
yang menurunkan ekspresi anti-apoptosis Berdasarkan hasil penelitian ini
Bcl-2, yang selanjutnya merusak sel kanker disarankan untuk melakukan fraksinasi dan
(Wang, et al., 2016). isolasi terhadap ekstrak buah parijioto dan
Ren, et al. (2003) dan Huang, et al. karakterisasi dari subfraksi teraktif yang
(2010) menyebutkan bahwa flavonoid telah di uji dengan metode DPPH untuk
memiliki sifat kemopreventif dan juga menyelidiki aktivitas antioksidan terbaik
berkontribusi untuk menginduksi apoptosis dan WST assay untuk menyelidiki senyawa
dengan menahan siklus sel, mengatur aktif yang bersifat sitotoksik terhadap sel
metabolisme karsinogen dan ekspresi kanker serviks MCF-7, serta penelusuran
ontogenesis. Ren, et al. (2003) dan Huang, mekanisme antikanker dari senyawa
et al. (2010) lebih lanjut menyebutkan tersebut sebagai pengembangan sebagai
bahwa flavonoid memiliki mekanisme yang fitofarmaka antioksidan maupun
saling melengkapi dan tumpang tindih, antikanker.
termasuk aktivitas antioksidan dan menarik
radikal bebas, modulasi metabolisme
DAFTAR PUSTAKA Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria
Cancer Research UK, 2012. Worlwide Macrocarpa) Terhadap Kultur Sel
Cancer Statistics. Tersedia online di Kanker Mieloma. J. Penelit. Med.
http://www.cancerresearchuk.org/health- Eksakta. 7(1): 48-54.
professional/cancer-statistics/worldwide- Ren W, Qiao Z, Wang H, et al., 2003.
cancer#heading-Zero. [diakses tanggal Flavonoids: promising anticancer agents.
10 Oktober 2017].
Med Res Rev, 23, pp. 519–534.
Harborne, J.B., 1973. Pytochemical
Rice-Evans, C. A., Miller, N. J. & Paganga,
Methods. London: Chapman and Hall.
G., 1996. Structure-antioxidant
Harvey, A. dan Missalidis L. 2008. Natural
activity relationships of flavonoids and
Product in Drug Discovery. Glasgow:
phenolic acids. Free Radical Biology
Elsavier.
and Medicine, 20(7), pp. 933-956.
Huang JH, Huang CC, Fang JY, et al.,
Subarnas A., A. Diantini, R. Abdulah, A.
2010. Protective effects of myricetin
Zuhrotun, C. Yamazaki, M. Nakazawa
against ultraviolet-B-induced damage in dan H. Koyama, 2012.
human keratinocytes. Toxicol In Vitro, Antiproliferative activity of primates-
24, pp. 21–28. consumed plants against MCF-7
IARC, 2013. Cancer Incidence and human breast cancer cell lines.
Mortality Worldwide. Tersedia online di Journal of Medical Research, 1(4), pp.
http://globocan.iarc.fr/. [diakses tanggal 38–43.
10 Oktober 2017]. Tussanti, I. dan A.W. Johan, 2014.
Jun, M. J. Hong. H. Fu, dan X.X. Wan. Sitotoksisitas in Vitro Ekstrak Etanolik
2006. Comparison of Antioxidant Buah Parijoto (Medinilla speciosa,
Activities of Isoflavones from Kudzu Reinw. Ex Bl.) Terhadap Sel Kanker
Root (Pueraria lobata Ohwi). Journal of Payudara T47D. Jurnal Gizi
Indonesia, 2(2): 53–58.
Food Science. 68(6):2117 – 2122.
Wachidah, L.N., 2013. Flavonoid Total
Kondo, K. et al., 2000. Conversion of Dari Buah Parijoto (Medinilla
procyanidin B-type (catechin dimer) to Speciosa Blume). [Skripsi]. Jakarta:
A-type: evidence for abstraction of C-2 Jurusan Farmasi FKIK UIN Syarif
hydrogen in catechin during radical Hidayatullah.
oxidation. Tetrahedron Letters, 41(4), Wang, S., Tian Q., & An F., 2016. Growth
pp. 485-488. inhibition and apoptotic effects of total
Malcolm, R.A., 2003. The Cancer flavonoids from Trollius chinensis on
Handbook. China: Huangzhiman. human breast cancer MCF-7 cells.
Rachmawati, K, Iwan S.H. dan Rochmah Oncology Letters, 12(3), pp. 1705–
K. 2008. Efek Sitotoksik In Vitro Dari 1710.

Anda mungkin juga menyukai