Kanker merupakan kelompok penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan dan penyebaran
sel tubuh secara tidak normal. Salah satu penyebab penyakit kanker adalah radikal bebas
yang mengakibatkan stress oksidatif pada manusia. Antioksidan adalah senyawa yang dapat
mengurangi stress oksidatif. Aktivitas antioksidan erat hubungannya dengan aktivitas
antikanker. Antioksidan sintetik yang sudah banyak digunakan memiliki beberapa
kekurangan seperti efek samping jangka panjang. Parijoto (Medinilla speciosa Blume)
merupakan salah satu tanaman khas di Indonesia yang memiliki aktivitas kemopreventif
terhadap sel kanker T47D. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antioksidan dan
sitotoksisitas terhadap sel kanker galur MCF-7 dari ekstrak buah parijoto secara in vitro.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan radikal 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH).
Ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan terbaik dengan nilai IC50 terendah sebesar
26,6 µg/mL. Uji sitotoksisitas terhadap sel kanker galur MCF-7 menggunakan metode Water
Soluble Tetrazolium (WST) Assay. Dari hasil pengujian sitotoksisitas didapat hasil bahwa
ekstrak metanol memiliki sitotoksisitas terbaik dengan nilai IC50 255,75 µg/mL. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak metanol buah
parijoto memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker terbaik sebagai agen sitotoksik.
ABSTRACT
Cancer is a group of diseases caused by the body's growth and spread of abnormal cells.
Free radicals is one among many causes of cancer by causing oxidative stress in humans.
Antioxidants are compounds that can reduce oxidative stress. Antioxidant activity is closely
related to anticancer activity. Synthetic antioxidant is widely used but have some
disadvantages, such as long-term side effects. Parijoto (Medinilla speciosa Blume) is one of
the typical plants from Indonesia that has chemopreventive activity against T47D cancer
cells. This study aims to investigate in vitro antioxidant activity and cytotoxicity against
MCF-7 strain cancer cells from parijoto fruit extract. Antioxidant activity testing was
performed with radical 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) and gave result that methanol
extract showed the best antioxidant activity with the lowest IC50 value of 26,6 mg / L. Testing
of cytotoxicity against MCF-7 strain cancer cells using Water Soluble Tetrazolium (WST)
Assay method gave result of cytotoxicity test result showed that methanol extract had the best
cytotoxicity with IC50 value 255,75 mg / L. Based on the results of research that has been
done to get the conclusion that the extract methanol parijoto fruit has the best antioxidant
and anticancer activity as chemopreventive agent.
Ekstrak buah parijoto kemudian dianalisis banyak terpartisi dengan pelarut semi polar
dengan menggunakan kromatografi lapis ke polar.
tipis. Larutan pengembang sebagai fase Pengujian aktivitas antioksidan
gerak adalah campuran pelarut n-heksan : terhadap ekstrak buah parijoto dilakukan
etil asetat, dengan perbandingan 7 : 3. dengan menggunakan metode DPPH.
Pengembang n-heksan dipilih, karena Metode DPPH ini umum digunakan
sering digunakan pada pemeriksaan pola sebagai pengujian aktivitas antioksidan
KLT senyawa flavonoid (Harborne, 1973). pada suatu sampel menggunakan pereaksi
Hasil pengamatan KLT sebelum dan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil dengan standar
sesudah menggunakan penampak bercak yang digunakan adalah troloks.
aluminium klorida menunjukkan bahwa Ketiga ekstrak buah parijoto
ekstrak metanol memiliki bercak senyawa masing-masing dibuat larutan stok 10000
aktif paling banyak, diikuti ekstrak etil µg/mL dan larutan stok standar troloks
asetat. Bercak yang dimiliki ekstrak etil sebesar 1000 µg/mL. Pengujian pada
asetat dan ekstrak metanol didominasi oleh masing-masing ekstrak dilakukan secara
bercak yang berfluoresensi merah di triplicate dengan konsentrasi ekstrak n
bawah lampu UV 366 nm yang heksan 5000; 1000; 500; 300; 100 µg/mL,
menandakan adanya senyawa klorofil untuk konsentrasi ekstrak etil asetat 1000;
dalam ekstrak tersebut, dilanjutkan dengan 800; 500; 300; 100 µg/mL, konsentrasi
adanya satu atau dua bercak yang ekstrak metanol 1000; 800; 500; 300; 100
berfluoresensi biru yang menandakan µg/mL dan konsentrasi troloks sebesar
adanya senyawa golongan flavonoid pada 150; 125; 100; 50; 25 µg/mL, yang
ekstrak tersebut. Ekstrak n-heksan buah didapatkan dengan melakukan
parijoto tidak memiliki bercak, baik pengenceran bertingkat. Masing-masing
sebelum maupun sesudah disemprotkan well yang telah berisi 10 µL ekstrak diisi
penampang bercak aluminium klorida. Hal dengan 180 µL perekasi DPPH.
ini dapat diartikan sebagai metabolit aktif Kemudian, microplate yang telah berisi
pada ekstrak n-heksan tidak cocok pereaksi DPPH dan sampel di inkubasi
menggunakan eluen yang telah digunakan selama 30 menit di ruang gelap untuk
atau disebabkan senyawa flavonoid lebih diliat % inhibisi pada masing-masing
konsentrasi. % inhibisi pada masing-
masing konsentrasi ekstrtak dapat dilihat pada Tabel 2 berikut
(c) (d)
Gambar 1 Kurva inhibisi (a) Ekstrak n-heksan (b) Ekstrak etil asetat (c) Ekstrak metanol (d)
Troloks