Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM


BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

DISUSUN OLEH:
NAMA : NUR QALBI
STAMBUK: 15020150106
ASISTEN: OLVIN

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM
BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Dipersiapkan dan disusun oleh


Nur Qalbi
15020150106

Telah dipetahankan di asisten pendamping pada tanggal…………………………

Telah disetujui oleh:

Asisten pendamping,

OLVIN Tanggal, ……………. 2017


(Nama Asisten)
BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

1Nur Qalbi, 2Olvin

1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, Univeritas Muslim Indonesia.
2
Asisten Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi, Univeritas Muslim Indonesia.

Email: 04.nurqalbi@gmail.com

ABSTRAK
Brine Shimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode uji toksisitas
yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang toksik dari bahn
alam. Metode ini menunjukkan aktifasi farmakologis yang luas, tidak spesifik dan
dimanifestasikan sebagai toksisitas senyawa terhadap larva udang (Artemia Salina
Leach).
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan toksisitas suatu zat uji
dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap larva udang (Artemia
salina leach). Prinsip praktikum ini yaitu penentuan efek toksisitas suatu senyawa
bahan alam terhadap larva udang (Artemia Salina L) dengan menggunakan metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), dimana dimasukkan 10 ekor larva udang
(Artemia Salina L) ke dalam vial yang telah berisi ekstrak etanol daun sawo manila
(Manilkara zapota) dengan konsentrasi masing - masing 1, 10, 100, dan 1000 µg.
Kemudian diberikan 1 tetes ekstrak ragi sebagai sumber nutrisi. Vial-vial tersebut
disimpan ditempat yang cukup mendapat sinar lampu. Setelah 24 jam dilakukan
pengamatan dengan melihat banyaknya jumlah larva udang (Artemia Salina L) yang
mati.
Kata Kunci: Brine Shimp Lethality Test (BSLT), tokisisitas, Artemia salina leach.
PENDAHULUAN

BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) merupakan salah satu metode skrining bahan
yang berpotensi sebagai tanaman berkhasiat. Metode penelitian ini menggunakan larva
udang (Artemia salina Leach.) sebagai bioindikator. Larva udang ini merupakan
organism sederhana dari biota laut yang sangat kecil dan mempunyai kepekaan yang
cukup tinggi terhadap toksik (Meyer, dkk, 2002).
Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan cukup
reproduksibel sehingga dapat digunakan sebagai Bioassay Guided Isolation yaitu
isolasi komponen kimia berdasarkan aktifitas yang ditunjukkan oleh bioassay tersebut.
Dengan mengetahui aktifitas dari suatu kelompok komponen kimia (fraksi), dapat
dilakukan isolasi senyawa sehingga diperoleh senyawa tunggal aktif (Meyer,
dkk, 2002).
Senyawa yang diduga memiliki aktifitas anti kanker, harus di ujikan terlebih
dahulu pada hewan percobaan. Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan
menggunakan larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan uji merupakan salah
satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa antikanker baru yang
berasal dari tanaman. Hasil uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti memiliki
korelasi dengan daya sitotoksis senyawa anti kanker. Selain itu, metode ini juga mudah
dikerjakan, murah, cepat dan cukup akurat (Meyer, 2002).
Lebih dari itu uji larva udang ini juga digunakan untuk praskrining terhadap
senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antitumor. Dengan kata lain, uji ini
mempunyai korelasi yang positif dengan potensinya sebagai antikanker (Anderson,
2001).
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan
sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapeutis
obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis
yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“Sola dosis
facit venenum”: hanya dosis membuat racun, Paracelsus) (Tjay, 2002).
Bahan yang dapat bersifat toksik antara lain zat tambahan dan pencemar pada
makanan (seperti pewarna, pengawet, pemanis, bumbu penyebab, danlain-lain),
pestisida, logam-logam terutama logam berat, serta pencemar lingkungan (Mustcler,
2006).
Ada beberapa kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi diantaranya
(Mustchler, 2001) :
1. Efek toksis akut, yang langsung berhubungan dengan pengambilan zat toksik.
2. Efek toksik kronik, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit diterima tubuh
dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terakumulasi mencapai konsentrasi
toksik dan dengan demikian menyebabkan terjadinya gejala keracunan.
Efek toksik, atau toksisitas suatu obat dapat diidentifikasi melalui pemantauan
batas terapeutik obat tersebut dalam plasma (serum). Tetapi, untuk obat-obat yang
mempunyai indeks terapeutik yang lebar, batas terapeutik jarang diberikan. Untuk
obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik sempit, seperti antibiotika
aminoglikosida dan antikonvulsi, batas terapeutik dipantau dengan ketat. Jika kadar
obat melebihi batas terapeutik, maka efek toksik kemungkinan besar akan terjadi
akibat dosis yang berlebih atau penumpukan obat (Kee, 2006).
Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan
ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Paracelsus pada tahun 1564 telah
meletakkan dasar penilaian toksikologis dengan mengatakan, bahwa dosis
menetukan apakah suatu zat kimia adalah racun (dosis sola facit venenum).
Sekarang dikenal banyak faktor yang menentukan apakah suatu zat kimia bersifat
racun, namun dosis tetap merupakan faktor utama yang terpenting. Untuk setiap zat
kimia, termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali,
atau suatu dosis besar sekali yang dapat menimbulkan keracunan dan kematian.
Untuk zat kimia dengan efek terapi, maka dosis yang adekuat dapat menimbulkan
efek farmakoterapeutik (Gunawan, 2007).
Artemia salina Leach merupakan komponen dari invertebrate dari fauna pada
ekosistem perairan laut. Udang renik ini mempunyai peranan yang penting dalam
aliran energy dan rantai makanan. Spesies invertebrata ini umumnya digunakan
sebagai organisme sentinel sejati berdasarkan pada penyebaran, fasilitas sampling,
dan luasnya karakteristik ekologi dan sensifitasnya terhadap bahan kimia (Calleja,
2002).
Keunggulan penggunaan larva udang A. salina untuk uji BSLT ini ialah
sifatnya yang peka terhadap bahan uji, waktu siklus hidup yang lebih cepat, mudah
dibiakkan dan harganya yang murah. Sifat peka A. salina kemungkinan disebabkan
oleh keadaan membran kulitnya yang sangat tipis sehingga memungkinkan
terjadinya difusi zat dari lingkungan yang mempengaruhi metabolisme dalam
tubuhnya. A. salina ditemukan hampir pada seluruh permukaan perairan di bumi
yang memiliki kisaran salinitas 10-20 g/l, hal inilah yang menyebabkannya mudah
dibiakkan. Larva yang baru saja menetas berbentuk bulat lonjong dan berwarna
kemerah-merahan dengan panjang 400 μm dengan berat 15 μg. Anggota badannya
terdiri dari sepasang sungut kecil (anteluena atau antena I) dan sepasang sungut
besar (antena atau antena II). Di bagian depan di antara kedua sungut kecil tersebut
terdapat bintik merah yang berfungsi sebagai mata (oselus). Di belakang sungut
besarnya terdapat sepasang mandibula (rahang) yang kecil, sedangkan di bagian
perut (ventral) sebelah depan terdapat labrum (Mudjiman, 2008).

METODE PERCOBAAN
Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Aerator, alu, batang
pengaduk, corong, gelas ukur 10mL, kaca arloji, lumping, mikropipet, neraca analitik,
pipet skala 1 mL, pipet tetes, seperangkat alat penetasan telur dan Vial.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Air laut, air suling,
ekstrak ragi, ekstrak metanol daun sawo manila (Manilkara zapota), dan metanol.
Prosedur Kerja
Penyiapan Larva
Timbang 50 mg telur Artemia salina Leach masukkan dalam wadah yang berisi
250 mL air laut pada pH 8-9, letakkan di bawah cahaya lampu yang telah dilengkapi
dengan aerator pada suhu 25oC. Diamkan selama 24 jam sampai telur menjadi larva.
Larva yang telah berumur 48 jam, digunakan sebagai hewan uji aktivitas ketoksikan.
Penyiapan Bahan
Pembuatan suspensi ragi, ditimbang ragi 1 mg dan tambahkan dengan 10 mL air
laut lalu aduk hingga homogen. Simpan ragi dalam vial dan siap digunakan.
Pembuatan ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota), timbang ekstrak daun
sawo manila (Manilkara zapota) 1 mg, masukkan ekstrak yang telah ditimbang ke
dalam vial dan larutkan dengan metanol sebanyak 10 mL, homogenkan.
Perlakuan Hewan Coba
Pipet larutan stok ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota) menggunakan
mikropipet kedalam masing-masing vial yang berisi sesuai konsentrasi yang telah
ditetapkan yaitu 1 𝜇𝑔/𝑚𝐿, 10 𝜇𝑔/𝑚𝐿, 100 𝜇𝑔/𝑚𝐿, 1000 𝜇𝑔/𝑚𝐿, 10000 𝜇𝑔/𝑚𝐿 dan
100000 𝜇𝑔/𝑚𝐿. Uapkan dengan hair dryer, masukkan 5 mL air laut kedalam tiap vial
masukkan 10 ekor larva udang (Artemia salina Leach) dan cukupkan dengan air laut
hingga 10 mL. Tambahkan suspensi ragi 1 tetes, biarkan selama 1x 24 jam dan
amati berapa jumlah larva udang yang mati. Lakukan cara diatas dengan replikasi
sebanyak 4 kali pada masing-masing konsentrasi.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum BSLT menggunakan larva
udang (Artemia salina L.) dengan ekstrak etanol daun sawo manila (Manilkara
zapota), diperoleh data:
Jumlah larva udang yang mati tiap Kontrol air
Jenis sampel Replikasi konsentrasi 𝜇𝑔/𝑚𝑙 laut
1 10 100 1000
Ekstrak 1 1 2 3 4 0
metanol
2 0 2 3 6 0
daun sawo
manila 3 1 1 2 7 0

(Manilkara
4 2 5 8 17 0
zapota)
Total
40 4 10 16 34 0
kematian
% Kematian 10 % 25% 40% 85%

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖


% Kematian konsentrasi 1 = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
4
= 40 x 100% = 10 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖
% Kematian konsentrasi 10 = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
10
= 40 x 100% = 25 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖
% Kematian konsentrasi 100 = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
16
= 40 x 100% = 40 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖
% Kematian konsentrasi 1000 = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
34
= 40 x 100% = 85%
Log konsentrasi Probit Xy
X x2 Y y2
0 0 3.72 13.83 0
1 1 4.33 18.74 4.33
2 4 4.75 22.56 9.5
3 9 6.04 36.48 18.12
Σx = 15 Σx2 = 55 Σy = 18,84 Σy2 = 91,63 Σxy = 31,95

y = a + bx
Σx2 . Σy – Σx . Σxy
a =
𝑛 . Σx2 − (Σx)2
14 . 22,07 − 6 . 39,94
=
4 . 14 − 62
308,98−239,64
=
20
69,34
=
20

= 3,467
n . Σxy – Σx . Σy
b=
𝑛 . Σx2 − (Σx)2
4 . 39,94 − 6 . 22,07
=
4 . 14 − 62
159,76−132,42
=
20
27,34
=
20

= 1,367
Dimana :
LC50 = antilog x
x = konsentrasi
konsentrasi = antilog x
maka, y = 5
y = a + bx
 y = 3,467 + 1,367x
5 = 3,467 + 1,376x
5 −3,467
x= = 1,12
1,367

 Log LC50 = x
LC50 = antilog x
= antilog 1,12
= 13,18 µg / ml
Standar Error
X N Y W NW
0 40 3,467 0,238 9,52
1 40 4,834 0,627 25,08
2 40 6,201 0,370 14,8
3 40 7,568 0,040 1,6
ΣNW = 51

y = a + bx y = a + bx
y = 3,467+ 1,367x y = 3,467+ 1,367x
y = 3,467+ 1,367 . 0 y = 3,467+ 1,367 . 1
y =3,467 y = 4,834
y = a + bx y = a + bx
y = 3,467+ 1,367x y = 3,467+ 1,367x
y = 3,467+ 1,367. 2 y = 3,467+ 1,367. 3
y = 6,201 y = 7,568

𝟏 𝟏
σ =𝐛= 𝟏,𝟑𝟔𝟕 = 0,73
σ 0,73
SE Log Lc50 = = = 0,102
√NW √51

SE Lc50 = Lc50 x Log e 10 x SE Log Lc50


= 13,18 x 2,303 x 0,102
= 3,096 µg / ml
Lc50 = 13,18 + 3,096µg/ml (Baik untuk digunakan, tidak bersifat toksik)

PEMBAHASAN
Brine Shrimp Lethality Test (BST) merupakan metode yang menggunakan udang
laut Artemia salina Leach yang mana diajukan sebagai suatu bioassay sederhana untuk
penelitian produk alamiah. Metode ini menggunakan hewan uji Artemia salina Leach
yang merupakan udang-udangan primitif, sederhana dan efektif dalam ilmu biologi dan
toksikologi. Prosedur penentuan LC50 dalam µg/ml dari ekstrak dilakukan dalam
medium air asin. Besarnya aktivitas dari ekstrak ditunjukkan sebagai toksisitas
terhadap larva udang.
Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk sediaan tak murni
atau campuran dari beberapa zat aktif, metode ini tidak dapat dilakukan. Obat-obat ini
diukur dengan metode biologis, yaitu dengan bio-assay, dimana aktivitas ditentukan
oleh organisme hidup (hewan, kuman) dengan membandingkan efek obat tersebut
dengan efek suatu standar internasional.
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami uji
toksisitas dari suatu senyawa berdasarkan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST).
Salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang bersifat toksik adalah dengan
uji toksisitas terhadap larva udang dari Artemia Salina Leach (Brine Shrimp Lethality
Test).
Metode BSLT juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik dalam
proses isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek toksik dengan menentukan harga
LC50 dari senyawa aktif.
Adapun LC50 adalah konsentrasi dari satu senyawa kimia diudara atau dalam air
yang dapat menyebabkan 50% kematian pada statu populasi hewan uji atau makhluk
hidup tertentu.
Pada percobaan ini, pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Hewan coba yang akan digunakan yaitu Larva Udang (Artemia salina Leach). Alasan
digunakannya Larva Udang yaitu Karena pertumbuhan Larva Udang mirip dengan
pertumbuhan sel kanker. Adapun siklus hidup dari Larva Udang, dimulai dari kista atau
telur, kemudian menjadi embrio, embrio ini masih akan melekat pada kulit kista,
setelah menjadi embrio menjadi nauplii, nauplii inilah yang berenang bebas, dan
memulai hidupnya, dan dalam fase ini, mulai mencari makanan untuk dirinya sendiri,
setelah itu menjadi Artemia dewasa, setelah dewasa, Artemia jantan dan Artemia betina
bertemu dan mengalami perkembang biakan, dan lahirlah kembali kista ataupun telur.
Selanjutnya, dimasukkan sampel uji ekstrak etanol daun sawo manila (Manilkara
zapota) dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 1, 10, 100 dan 1000 µg/ml, serta
sebagai larutan kontrol yaitu air laut laut. Digunakan air laut sebagai kontrol, untuk
mencegah air laut akan memberikan efek, bukan ekstraknya.
Setelah dimasukkan kedalam vial, terlebih dahulu dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan. Sedangkan untuk kontrol air laut, dimasukkan sebanyak 5 ml
kedalam vial.Selanjutnya, untuk vial berisi sampel uji Ekstrak etanol biji Jali
ditambahkan 5 ml air laut, kemudian dimasukkan 10 ekor Larva Udang (Artemia salina
Leach) ke dalam masing-masing vial. Selanjutnya, ditambahkan 1 tetes suspensi
ekstrak ragi, yang digunakan sebagai sumber makanan pada Larva Udang
(Artemiasalina Leach). Lalu dicukupkan volumenya dengan air laut sampai 10 ml.
Disimpan vial-vial uji di tempat yang cukup mendapat sinar lampu agar Larva Udang
dapat hidup dengan suhu yang sesuai. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan terhadap
larva yang mati.
Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu Lc50 13,18 dan standar
eror yaitu 3,096µg/ml µg/ml, yang berarti ekstrak yang digunakan (Ekstrak Etanol
Sawo manila) baik dan tidak bersifat toksik karena niali Lc50 lebih kecil dari nilai
standar eror.

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang didapatkan hasil yaitu Lc50 13,18 dan standar eror yaitu
3,096µg/ml µg/ml, yang berarti ekstrak yang digunakan (Ekstrak Etanol Sawo manila)
baik dan tidak bersifat toksik karena niali Lc50 lebih kecil dari nilai standar eror.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.E and Mc. Laughlin, J.L., 2001, A Blind Comparison of Simple Bench Top
Bioassay and Human Tumour Cell Cytotoxicities as Antitumour Prescreens,
Phytochemical Analysis, Vol.2.

Anonim., 2016, Penuntuun Praktikum Farmakologi & Toksikologi III, UMI,


Makassar.
Calleja M.C, Persoone G, 2002. Cyst based toxicity test IV, The potential of
ecotoxicological test for the prediction of acute toxicity in man as evaluated
on the first ten chemical of the MEIC programme, ATLE-Altern Lab
Animals, 20:396-405.

Ditjen POM., 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Gunawan, Sulistia Gan., 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen


Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Kee, Joyce L., 2006, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

Meyer, Laughlin and Ferrigni., 2002, Brine Shrimp : Convenient General Bioassay
for Active Constituens, Planta Medica, Vol.45.

Mudjiman., 2008, Udang Renik air Asin (Artemia Salina), Bharta Karya Aksar, Jakarta.

Mutschler. E., 2001, Dinamika Obat, ITB, Bandung.

Tjay, Tan Hoan., 2002, Obat-Obat Penting, Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai