Anda di halaman 1dari 11

Praktikum ke-11 Hari/ Tanggal : Selasa/ 5 November 2019

m.k Biotoksikologi Hasil Perairan Asisten : Andi Setyo N


Sandri Nur S
Afrida N
Ulfa Sofiana
Derri Alfianto P

BRINE SHRIMP LETHALY TEST (BSLT)

Kelompok 1

Edy Ridwanda Sembiring (C34150048)


Fildza Amalia Novira (C34160017)
Rifda Rizkina Az Zahra (C34160037)
Novianty Fuji Astuti (C34160055)
Siti Ovi Yuliani (C34160073)
Intan Ariyanti (C34160095)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan dan Alat 2
Prosedur Kerja 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Hasil 3
Pembahasan 3
SIMPULAN DAN SARAN 4
Simpulan 4
Saran 4
DAFTAR PUSTAKA 5
LAMPIRAN 6
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahan-bahan alami seperti tanaman medis telah digunakan sejak zaman


dahulu karena mengandung komponen-komponen bioaktif seperti fenol,
flavonoid, alkaloid, steroid, terpenoid, dan tanin. Penggunaan tanaman medis
dalam bidang kesehatan dapat memberikan dampak positif bagi tubuh manusia
seperti mencegah maupun mengobati penyakit dengan tingkat keparahan yang
rendah hingga tinggi. Penggunaan tanaman medis secara berlebihan dapat
terakumulasi dalam tubuh manusia dan menyebabkan tanaman tersebut bersifat
toksik atau beracun. Beberapa tanaman medis dapat digunakan sebagai sumber
pangan, namun beberapa diantaranya memiliki potensi mutagen atau genotoksik.
Uji toksisitas dibutuhkan terhadap tanaman medis tersebut untuk mengetahui efek
toksik yang muncul pada komponen aktif yang terkandung dalam suatu bahan
(Mirzaei dan Mirzaei 2013).
Uji toksisitas merupakan salah satu parameter yang penting dalam
melakukan pengujian terhadap pengembangan senyawa baru dalam dunia
kesehatan. Uji toksisitas dilakukan untuk menjamin keamanan dari suatu senyawa
sebelum dapat dipasarkan maupun didistribusikan kepada konsumen (Susanti et
al. 2017). Uji toksisitas merupakan uji pendahuluan yang dilakukan terhadap
suatu bahan untuk mengetahui efek toksik dan ambang batas penggunaan suatu
bahan sebagai obat. Hasil dari uji toksisitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur
penggunaan konsentrasi senyawa aktif tertentu yang aman untuk dikembangkan
dalam pembuatan obat. Salah satu uji toksisitas yang umum digunakan yaitu
menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (Karundeng et al.
2019).
Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji toksisitas yang
digunakan untuk skrining toksisitas kimia dari produk alami dan isolasi dari
komponen aktif pada suatu ekstrak. Uji BSLT merupakan uji yang sederhana,
murah, dapat dipercaya, dan hasilnya berkorelasi dengan toksisitas secara
signifikan. Uji BSLT dilakukan dengan melarutkan ekstrak ke dalam pelarut
seperti metanol untuk membuat larutan utama 10.000 μg/mL kemudian
diencerkan menjadi 10, 100, dan 1000 μg/mL. Pelarut metanol diuapkan dan
dilarutkan kembali dalam larutan dimetil sulfoksida (DMSO). Uji BSLT
umumnya menggunakan sampel uji berupa larva udang Artemia salina atau
Artemia uramiana karena sampel tersebut merupakan biota invertebrata yang
dapat hidup dalam selang salinitas yang luas. Sampel Artemia sp. kemudian
ditambahkan ke dalam larutan uji dan dilakukan pengamatan selama 24 jam.
Mortalitas pada larva udang Artemia sp. dihitung dan dilakukan perhitungan LC50
untuk mengetahui tingkat toksisitasnya (Perdana et al. 2015).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan menentukan nilai toksisitas pada ekstrak buah dan
daun api-api putih (Avicennia marina).
2

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dilaksanakan


pada hari Selasa, 05 November 2019. Praktikum ini dimulai pukul 13.00-16.00
WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Praktikum mengenai Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ini memerlukan


beberapa alat dan bahan yang dapat menunjang proses pengujian. Bahan yang
digunakan antara lain benih artemia dan ekstrak. Alat yang digunakan antara
lainbeaker glass, pipet, batang pengaduk, dan gelas ukur.

Prosedur Kerja

Tahap prosedur kerja Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dilakukan


dengan pembuatan larutan yang kemudian dilakukan penambahan ekstrak. Tahap
selanjutnya dilakukan pemasukan 10 ekor benih artemia. Pengamatan dilakukan
selama 1 jam hingga di dapatkan data. Diagram alir prosedur kerja Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dapat dilihat pada Gambar 1.

Pembuatan larutan

Penambahan ekstrak konsentrasi 50-500 ppm

Penambahan 10 ekor artemia

Pengamatan 1 jam

Data

Gambar 1 Diagram alir prosedur kerja penentuan Brine Shrimp Lethality Test
3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Perhitungan Brine Shrimp Lethal Test (BSLT) dilakukan menggunakan


larva udang jenis Arthemia salina serta ekstrak buah dan daun Avicennia marina.
Konsentrasi yang digunaka terdiri dari 50, 100, 250 dan 500 ppm. Hasil
penentuan nilai LC50 yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil penentuan nilai LC50


log Total Larva
Konsentrasi % Mortalitas Nilai Probit LC50
konsentrasi Larva mati
50 1,7 10 4 40% 4,75
100 2 10 3 30% 4,48
128,82496
250 2,4 10 4 40% 4,75
500 2,79 10 8 80% 6,84

Hasil penentuan nilai LC50 berdasarkan Tabel 1 menunjukkan persentase


mortalitas beragam setelah pengamatan selama 24 jam. Kelompok 2
menggunakan ekstrak buah Avicennia marina dengan konsentrasi 50, 100, 250
dan 500 ppm. Persentase mortalitas tertinggi terdapat pada konsentasi 500 ppm
yaitu 80%. Persentase mortalitas terendah terdapat pada konsentasi 100 ppm yaitu
30%. Nilai LC50 yang diperoleh adalah 128.82496 ppm.

Pembahasan

Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode
penelitian awal terhadap suatu bahan yang bertujuan untuk mengetahui kandungan
toksisitasnya dan telah terbukti memiliki korelasi dengan aktivitas sebagai
antikanker (Muaja et al. 2013). Metode BSLT dapat digunakan untuk skrining
sampel yang berpotensi sebagai antikanker (Ningdyah et al. 2015). Metode ini
dilakukan dengan menggunakan larva udang (Artemia salina) untuk mengukur
mortalitas yang terjadi. Larutan dan larva yang diuji dibiarkan selama beberapa
saat kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan masih hidup dari tiap
perlakuan kemudian dihitung dengan analisa probit untuk menentukan LC50
(Puspitasari et al. 2018).
Fungsi metode BSLT adalah sebagai pengujian bioaktivitas senyawa pada
suatu sampel. Metode ini juga dapat menentukan tingkat toksisitas pada suatu
sampel ekstrak dengan menggunakan hewan uji. Fungsi lain dari metode ini yaitu
untuk mengetahui apakah suatu perairan mengandung senyawa toksik dalam
konsentrasi yang menyebabkan toksisitas akut. Kelebihan dari uji aktivitas
senyawa kimia dengan menggunakan BSLT antara lain waktu uji cepat, mudah,
tidak memerlukan peralatan khusus, sederhana, murah dan hasil representatif
murah, singkat pengerjaannya, dan mudah dikembangkan serta tidak adanya
aturan etika dalam penggunaan bahan uji (Kusuma et al. 2015).
4

Dimetilsulfoksida (DMSO) sudah dipelajari secara intensif sejak abad ke-


19 di Jerman. Bahan ini telah dimanfaafkan sebagai obat, pelarut, dan sebagai
enhancher absorpsi obat, baik obat sintetik maupun obat herbal. DMSO sebagai
obat memiliki efek anti inflamasi, analgetik, dan sebagai antioksidan. DMSO juga
dapat digunakan untuk amyloidosis yang merupakan terdepositinya beberapa
macam protein di jaringan tertentu. DMSO juga dapat dimanfaatkan sebagai
diuretik, vasodilatasi, muscle relaxation, pengaruh terhadap kadar kolestrol darah.
DMSO dapat meningkatkan fluks obat melalu intraksinya dengan lipid dan
merubah struktur protein sehingga dapat membuat terjadinya perubahan nilai
koefisien pertumbuhan parasitnya (Damayanti dan Yuwono 2015)
Uji toksisitas berguna untuk mengevaluasi konsentrasi toksik dan durasi
pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis.
Toksisitas dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah besar zat kimia.
Penggolongan toksistasi ini bertujuan mengetahui seberapa besar zat yang dapat
ditolerir oleh tubuh. Penggolongan toksisitas dibagi menjadi 6 golongan, yaitu
luar biasa toksik, sangat toksik, cukup toksisk, sedikit toksik, praktis tidak toksik,
dan relatif kurang berbahaya. Luar biasa toksik memilikik nilai dosis 1mg/kg atau
kurang, sangat toksik 1-50 mg/kg, cukup toksik 50-500 mg/kg, sedikit toksik 0,5-
5 mg/kg, dan praktis tidak toksik 5-15 mg/kg, serta relatif kurang berbahaya
memerlukan lebih dari 15 mg/kg ( Lubia et al. 2017).
Perhitungan Brine Shrimp Lethal Test (BSLT) pada kelompok 2 dilakukan
dengan menggunakan sampel ekstrak buah Avicennia marina dengan konsentrasi
50, 100, 250 dan 500 ppm. Pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan
menghitung jumlah larva mati pada ekstrak buah Avicennia marina. Hasil
perhitungan menunjukkan nilai LC50 yang diperoleh adalah 128.82496 ppm. Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak buah Avicennia marina bersifat toksik. Hasil
yang diperoleh sesuai dengan penelitian Puspitasari et al. (2018) yang menyatakan
bahwa ekstrak Avicennia marina bersifat toksik. Nilai LC50 hasil penelitian
tersebut ialah 404.44 ppm.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penghitungan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dilakukan dengan


bahan berupa ekstrak. Konsentrasi ekstrak yang digunakan bervariasi dengan
jumlah 50 hingga 500 ppm. Hasil LC50 yang diperoleh adalah sebesar 128,8 ppm.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak bersifat cukup toksik.

Saran

Praktikum uji toksisitas dapat menggunakan bahan atau senyawa zat lain
agar dapat membandingkan aktivitas toksik. Penggunaan ikan yang berbeda juga
dianjurkan. Perbedaan jenis ikan juga dapat membuktikan bahwa spesies ikan
yang berbeda memiliki daya adaptasi dan bertahan hidup yang berbeda pula.
5

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti RA, Yuwono T.2015. Dimetilsulfoksid sebagai enhancer transpor


transdermal teofilin sediaan gel. Majalah Farmaseutika. 1(11): 263-267
Karundeng GW, Simbala HE, Jayanto I. 2019. Identifikasi fitokimia, uji aktivitas
antioksidan dengan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH), dan
toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dari ekstrak
etanol tangkai buah pinang yaki (Areca vestiaria Giseke). Jurnal Ilmiah
Farmasi Unsrtat. 8(3): 205-214.
Kusuma I J D, Prasetyorini, Wardatun S. 2015. Toksisitas ekstrak daun kenikir
(Cosmos caudatus kunth) dengan perbedaan metode dan jenis pelarut
berbeda. Jurnal Online Mahasiswa Bidang Farmasi. 1(1):1-10.
Lubis MD, Sukiya, Harjana T, Nurcahyo H. 2017. Toksisitas limbah cair nata de
coco terhadap mortalitas dan struktur histologik ginjal pada ikan nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Prodi Biologi. 6(5): 281-291.
Mirzaei M, Mirzaei A. 2013. Comparison of the Artemia salina and Artemia
uramiana bioassays for toxicity of 4 Iranian medicinal plants.
International Research Journal of Biological Sciences. 2(3): 49-54.
Muaja AD, Koleangan HSJ, Runtuwene MRJ. 2013. Uji toksisitas dengan metode
BSLT dan analisis kandungan fitokimia ekstrak daun soyogik (Saurauia
bracteosa DC) dengan metode soxhletasi. Jurnal Mipa Unstrat. 2(2):
115118.
Ningdyah AW, Alimuddin AH, Jayuska A. 2015. Uji toksisitas dengan metode
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) terhadap hasil fraksinasi ekstrak kulit
buah tampoi (Baccaurea macrocarpa). JKK. 4(1): 75-83.
Perdana F, Eryanti M, Zamri A. 2015. Synthesis and toxicity assessments some
para-methoxy chalcones derivatives. International Symposium and Applied
Chemistry. 16: 129-133.
Puspitasari E, Rozirwan, Hendri M. 2018. Uji toksisitas dengan menggunakan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) pada ekstrak mangrove
(Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba dan
Xylocarpus granatum) yang berasal dari Banyuasin, Sumatera Selatan.
Jurnal Biologis Tropis. 18(1): 91-103.
Susanti NMP, Warditiani NK, Juwianti C, Wisesa INT. 2017. Potensi toksisitas
andrografolid dari sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees)
pada kulit dan mata secara in silico. Jurnal Farmasi Udayana. 6(1): 47-49.
6

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kurva BSLT


8

7
y = 1.8432x + 1.1085
6 R² = 0.6358

4 Series1
Linear (Series1)
3

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Gambar 1 Kurva BSLT kelompok 1

Lampiran 2 Contoh Perhitungan


kelompok 1
 Nilai x = ((5-1.1085)/1.8432)
= 2.111274

Lampiran 3 Dokumentasi Praktikum

Ekstrak buah pada microplate Pemasukkan air laut

Ekstrak daun Pengambilan ekstrak buah


7

Pengambilan larva Larva udang

Lampiran 4 Pembagian tugas


Edy Ridwanda Sembiring : metode, simpulan dan saran
Fildza Amalia Novira : pembahasan I dan 2
Rifda Rizkina Az Zahra : pendahuluan
Novianty Fuji Astuti : Hasil dan banlit
Siti Ovi Yuliani : Pembahasan 3 dan 4
Intan Ariyanti : Editor, Lampiran

Anda mungkin juga menyukai