Anda di halaman 1dari 11

Praktikum ke-9 Hari/ Tanggal : Selasa/ 15 Oktober 2019

m.k Biotoksikologi Hasil Perairan Asisten : Afrida Nurwulan


Sandri Nur Anisa
Andi Setyo N
Derri Alfianto P
Ulfa Sofiana
Dewi Ulfa Trisdiani
Desy Arisandi
Iis Rupiah

EKSTRAKSI

Kelompok 15

Immatul Ulya (C34160014)


Machmud Putera A (C34160032)
Fitri Rahayu (C34160035)
Fahri S inulingga (C34160052)
Steffen (C34160071)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
METODOLOGI 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan dan Alat 2
Prosedur Kerja 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Hasil 3
Pembahasan 3
SIMPULAN DAN SARAN 4
Simpulan 4
Saran 5
DAFTAR PUSTAKA 5
LAMPIRAN 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi Praktikum 7
2 Contoh Perhitungan 7
3 Pembagian Tugas Praktikum 7
4 Pembagian Tugas Laporan 7
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Senyawa bioaktif menurut Souza et al. (2014) merupakan hasil dari


metabolisme sekunder dimana setiap individu dapat berbeda-beda tergantung dari
jenis spesies dan habitatnya. Senyawa bioaktif akan bermanfaat bagi tubuh manusia
apabila senyawa tersebut telah mencapai titik aktifnya. Manfaat dari senyawa
bioaktif dapat berupa antikanker, antioksidan, antiobesitas, antihipertensi,
antidepresi, dan menjaga daya tahan tubuh. Sumber senyawa bioaktif yang umum
diketahui masyarakat yaitu yang berasal dari tumbuhan, sedangkan sumber
senyawa bioaktif dari biota perairan masih belum banyak diketahui. Rumput laut
juga digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit. Potensi senyawa bioaktif pada
jenis rumput laut telah dikaji dalam beberapa penelitian diantaranya adalah rumput
laut hijau sebagai antioksidan dan antibakteri. Komponen bioaktif yang dihasilkan
rumput laut diantaranya termasuk kelompok polisakarida, lemak dan asam lemak,
pigmen, serta metabolit sekunder diantaranya fenol, alkaloid, terpen, dan lektin
(Basir 2017). Cara pengambilan senyawa bioaktif dari bioata perairan menurut
Azmir et al. (2013) dapat dilakukan dengan cara modern yaitu teknik kromatografi
dan spektrometri, serta cara konvensional yaitu dengan cara ekstraksi.
Ekstraksi menurut Rahmayani et al. (2013) merupakan proses penarikan
atau pemisahan komponen atau zat aktif suatu sampel dengan menggunakan pelarut
tertentu. Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan komponen bioaktif dari suatu
bahan. Keberhasilan dalam menekstrak sampel ditentukan oleh beberapa faktor
yang memengaruhi proses ekstraksi. Durasi atau lamanya proses ekstraksi dapat
memengaruhi hasil nilai rendemen kasar yang dihasilkan dari proses ekstraksi suatu
sampel. faktor lainnya yang dapat memengaruhi proses ekstraksi ialah metode yang
digunakan, ukuran dan jenis sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, serta
perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah sampel yang akan diekstraksi
(Romansyah 2011). Mekanisme ekstrasi terjadi dengan cara pelarut yang digunakan
masuk ke dalam simplisia dan berdifusi dengan senyawa yang terdapat dalam
simplisia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi antara lain suhu,
tekanan, metode ekstraksi dan sampel (Nile et al. 2017). Senyawa yang dapat
diekstraksi yaitu glikosida, flavonoid, fenol dan alkaloid. Ektraksi bertujuan
memisahkan senyawa metabolit pada bahan yang akan larut dengan memisahkan
residu pada bahan. Jenis-jenis metode ekstraksi yaitu perkolasi, reflux, maserasi,
destilasi uap, kromatografi lapis tipis dan soxhlet (Azwanida 2015).
Metode yang digunakan untuk mengekstrak senyawa bioaktif dari sebuah
sampel ialah ekstraksi dengan suhu panas dan suhu dingin. Metode suhu panas
terdiri dari reflux dan soxhlet. Metode refluks merupakan ekstraksi pelarut pada
suhu yang mendidih selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet adalah ekstraksi yang
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu. Metode suhu dingin
pada ekstraksi yaitu maserasi dan perkolasi. Perkolasi merupakan ekstraksi yang
dilakukan dengan penetesan cairan dalam wah silinder atau kerucut (Putra et al.
2014).
2

Tujuan
Praktikum ekstraksi bertujuan memperoleh rendemen ekstrak keong matah
merah dan rumput laut Gracillaria sp. dengan maserasi menggunakan pelarut.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum tentang ekstraksi dilaksanakan pada hari selasa, 15 Oktober 2019.


Waktu pratikum dari pukul 13.00-16.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di
Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu rumput laut Gracillaria sp.
dan keong matah merah. Bahan lainnya dalam praktikum ini adalah pelarut yaitu
etanol 70% dan n-heksan 70%. Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya
erlenmayer, timbangan, beaker glass, sudip, shaker, rotary evaporator.

Prosedur Kerja

Praktikum ekstraksi diawali dengan preparasi bahan-bahan yang akan


digunakan kemudian penimbangan sampel dan larutan. Sampel dan pelarut
dicampurkan dan dilakukan proses pengadukan (stirrer) selama 24 jam
menggunakan shaker. Hasil pengadukan disaring dan dievaporasi. Hasil ekstraksi
ditimbang rendemen. Prosedur kerja proses ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 1.

Sampel

Preparasi

Penimbangan sampel dan pelarutan

Stirrer (pengadukan) selama 24 jam

Penyaringan

`
Evaporasi

Penimbangan rendemen

Data
Gambar 1 Prosedur kerja ekstraksi
3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penentuan rendemen hasil ekstraksi dilakukan menggunakan beberapa


sampel. Sampel yang digunakan diantaranya rumput laut Gracilaria sp. dan keong
matah merah. Metode yang digunakan untuk menentukan nilai rendemen dari
sampel yakni dengan metode ekstraksi. Pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi adalah etanol dan n-heksan. Hasil rendemen dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil rendemen ekstraksi
Hasil yang didapat pada Tabel 1 menunjukan bahwa nilai rendemen yang
dihasilkan memiliki hasil yang berbeda-beda pada setiap perlakuannya. Nilai
Sampel Pelarut Rendemen %
Gracilaria sp. Etanol 0.7040%
Gracilaria sp. N-heksan 0.5653%
Keong matah merah Etanol 0.7679%
Keong matah merah N-heksan 0.7444%
rendemen sampel Gracilaria sp. dengan pelarut etanol memiliki rendemen sebesar
0.7040%, sampel Gracilaria sp. dengan pelarut n-heksan memiliki rendemen
sebesar 0.5653%, sampel keong matah merah dengan pelarut etanol memiliki
rendemen sebesar 0.7679% dan sampel keong matah merah dengan pelarut n-
heksan memiliki rendemen sebesar 0.7444%. Nilai rendemen tertingi terdapat pada
perlakuan Gracilaria sp. dan pelarut etanol sebesar 0.7040%, sedangkan nilai
rendemen terendah terdapat pada perlakuan Gracilaria sp. dengan pelarut n-heksan
yakni sebesar 0.5653%. Nilai rendemen yang dihasilkan pada kelompok 15 sebesar
0.7444% dengan sampel keong matah merah dan pelarut n-heksan. Hasil yang
didapatkan pada kelompok 15 lebih kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya
yang menggunakan sampel keong matah merah dengan pelarut etanol.

Pembahasan

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut. Prisip ekstraksi antara lain; 1) Senyawa kimia
telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme 2) Bahan diperiksa
untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid
atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui 3) Organisme (tanaman atau hewan) digunakan
dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya
tradisional chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat 4) Sifat
senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun
(Baihaqi 2017).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
4

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Jenis-jenis ekstraksi antara lain ekstraksi dingin meliputi maserasi, perkolasi.
Ekstraksi panas meliputi soxhletasi, refluks, destilasi uap air, rotavapor, ekstraksi
cair-cair, kromatografi lapis tipis, penampakan noda (UV 254; 366 nm), pereaksi
semprot H2SO4 10% (Yariv et al. 2015).
Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode
maserasi adalah peralatannya sederhana. Kerugiannya antara lain waktu yang
diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan
lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin (Prasetyaningrum et al. 2012). Metode
maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi, yaitu modifikasi maserasi melingkar,
melingkar bertingkat, remaserasi, dan modifikasi maserasi dengan mesin pengaduk.
Ektraksi menggunakan pelarut yang disesuaikan dengan tingkat kepolaran
dari bahan yang digunakan. Pelarut tersebut ada yang polar, semi polar, dan non
polar. Pelarut polar ada asam asetat, etanol, butanol, metanol, dan air. Pelarut non
polar ada heksana, benzene, dietil eter, dan kloroform. Pelarut semi polar ada aseton
dan etil asetat. Pelarut yang sering digunakan adalah etanol, metanol, etil asetat dan
heksana. Perbedaan ketiga jenis pelarut ini disebabkan oleh struktur kimia dan
gugus karbonnya (Romadanu et al. 2014). Jumlah rendemen dalam proses ekstraksi
dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang digunakan dan jenis pelarut apabila
semakin polar maka hasil ekstraksi akan semakin banyak hasil rendemenya. Jenis
pelarut polar seperti metanol akan menghasilkan rendemen paling banyak
dibandingkan menggunakan pelarut lainnya (Maharany et al. 2017).
Hasil praktikum kali ini sesuai dengan penelitian Juwairiyah (2011) yang
menggunakan sampel keong. Hasil menunjukkan bahwa ekstraksi dengan pelarut
etanol memiliki nilai rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen
yang dihasilkan dengan ekstraksi yang menggunakan pelarut n-heksan. Hasil
menunjukan nilai rendemen protein, lemak dengan pelarut etanol sebesar 42.6%
dan 14.6%, sedangkan nilai rendemen protein dan lemak yang dihasilkan dengan
pelarut n-heksan sebesar 42% dan 14.5%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi dengan


menggunakan pelarut yang memiliki perbedaan kepolaran, yaitu pelarut non-polar,
dan polar. Hasil rendemen ekstrak kasar pada sampel rumput laut Gracilaria sp.
dan keong matah merah dengan menggunakan pelarut yang berbeda. Hal tersebut
akan menyebabkan rendemen yang dihasilkan berbeda. Hasil persentase rendemen
5

tertinggi terdapat pada sampel keong matah merah yaitu sebesar 0.7679% dengan
penambahan pelarut etanol. Hasil persentase rendemen terendah terdapat pada
sampel Gracilaria sp. sebesar 0.5653% dengan penambahan pelarut n-heksan.

Saran

Praktikum ekstraksi yang dilakukan hanya menggunakan rumput laut


Gracilaria sp. dan keong matah merah untuk mengetahui persentase rendemen.
Penggunaan rumput laut sebaiknya dapat menggunakan beberapa jenis rumput laut
dan sampel yang lebih beragam. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat
mengetahui perbedaan rendemen yang dihasilkan dari setiap jenis rumput laut dan
sampel lain yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Azmir J, Zaidul IS, Rahman MM, Sharif KM, Mohammed A, Sahena F, Jahurul
MH, Ghafoor K, Norulaini NA, Omar AK. 2013. Techniques for extraction
of bioactive compounds from plant materials: A review. Journal of Food
Engineering. 117(4): 426-436.
Azwanida NN. 2015. A review on the extraction methods use in medicinal plants
principle, strength and limitation. Medicinal and Aromatic Plants. 4(3): 1-
6.
Basir A. 2017. Aktivitas antibakteri dan antioksidan alga hijau Halimeda gracilis
dan Halimeda macroloba dari Kabupaten Administrasi, Kepulauan Seribu
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Baihaqi. 2017. Peningkatan efektivitas ekstraksi oleoresin pala (Myristica fragrans)
menggunakan metode berbantu ultrasonik [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Juwairiyah. 2011. Pembuatan konsentrat protein dari daging bekicot dengan proses
ekstraksi. VISIPENA. 2(1): 35-41.
Maharany F, Nurjanah, Suwandi R, Anwar E, Hidayat T. 2017. Kandungan
senyawa bioaktif rumput laut Padina australis dan Eucheuma cottonii
sebagai bahan baku krim tabir surya. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 20(1): 10-17.
Nile SH, Nile AS, Keum YS. 2017. Total phenolics, antioxidant, antitumor, and
enzyme inhibitory activity of Indian medicinal and aromatic plants extracted
with different extraction methods. Biotech. 7: 76.
Prasetyaningrum, Utami R, R Baskara KA. 2012. Aktivitas antioksidan, total fenol,
dan antibakteri minyak atsiri dan oleoresin kayu manis (Cinnamomum
burmannii). Jurnal Teknosains Pangan. 1(1):24-31.
6

Putra AAB, Bogoriani NW, Diantariani NP, Sumadewi NLU. 2014. Ekstraksi zat
warna alam dari bonggol tanaman pisang (Musa paradiasciaca L.) dengan
metode maserasi, refluks, dan sokletasi. Jurnal Kimia. 8(1): 113-119.
Rahmayani U, Pringgenies D, Djunaedi A. 2013. Uji aktivitas antioksidan ekstrak
kasar keong Bakau (Telescopium telescopium) dengan pelarut yang berbeda
terhadap metode DPPH (diphenyl picril hidrazil). Journal of Marine
Research. 2(4): 36-45.
Romadanu, Rachmawati SH, Lestari SD. 2014. Pengujian aktivitas antioksidan
ekstrak bunga lotus (Nelumbo nucifera). Fishtech. 3(1): 1-7.
Romansyah Y. 2011. Kandungan senyawa bioaktif antioksidan karang lunak
Sarcophyton sp. alami dan transplantasi di perairan Pulau Pramuka,
Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Souza VR, Pereira PA, Silva TL, Lima LC, Pio R, Queiroz F. 2014. Determination
of the bioactive compounds, antioxidant activity and chemical composition
of brazilian blackberry, red raspbery, strawberry, blueberry and sweet
cherry fruits. Food Chemistry. 156(1): 362-368.
Yariv I, Lipovsky A, Gedanken A, Lubart R, Fixler D. 2015. Enhanced
pharmacological activity of vitamin B12 and penicillin as nano particles.
International Journal of Nanomedicine. 10(1):3593-3601.
7

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Praktikum

Sampel dalam larutan n-


Penimbangan sampel Shaking
heksana

Pelarut etanol Pelarut n-heksana Pengukuran akuades

Lampiran 2 Contoh Perhitungan


bobot akhir
R= ×100%
bobot awal
0.5653
R= ×100%
100
R = 0.7444%

Lampiran 3 Pembagian Tugas Praktikum


Immatul Ulya (C34160014) Evaporasi
Machmud Putera A (C34160032) Evaporasi
Fitri Rahayu (C34160035) Pelarutan
Fahri Sinulingga (C34160052) Penyaringan
Steffen (C34160071) Pelarutan, penyaringan

Lampiran 4 Pembagian Tugas Laporan


Immatul Ulya (C34160014) Metode, pembahasan 4,5
Machmud Putera A (C34160032) Hasil, banlit
Fitri Rahayu (C34160035) Pendahuluan, simpulan dan saran
Fahri Sinulingga (C34160052) Pembahasan 1,2,3
Steffen (C34160071) Editor, cover, lampiran, daftar isi

Anda mungkin juga menyukai