EKSTRAKSI
Kelompok 15
DAFTAR ISI 1
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
METODOLOGI 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan dan Alat 2
Prosedur Kerja 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Hasil 3
Pembahasan 3
SIMPULAN DAN SARAN 4
Simpulan 4
Saran 5
DAFTAR PUSTAKA 5
LAMPIRAN 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi Praktikum 7
2 Contoh Perhitungan 7
3 Pembagian Tugas Praktikum 7
4 Pembagian Tugas Laporan 7
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Praktikum ekstraksi bertujuan memperoleh rendemen ekstrak keong matah
merah dan rumput laut Gracillaria sp. dengan maserasi menggunakan pelarut.
METODOLOGI
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu rumput laut Gracillaria sp.
dan keong matah merah. Bahan lainnya dalam praktikum ini adalah pelarut yaitu
etanol 70% dan n-heksan 70%. Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya
erlenmayer, timbangan, beaker glass, sudip, shaker, rotary evaporator.
Prosedur Kerja
Sampel
Preparasi
Penyaringan
`
Evaporasi
Penimbangan rendemen
Data
Gambar 1 Prosedur kerja ekstraksi
3
Hasil
Pembahasan
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut. Prisip ekstraksi antara lain; 1) Senyawa kimia
telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme 2) Bahan diperiksa
untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid
atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui 3) Organisme (tanaman atau hewan) digunakan
dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya
tradisional chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat 4) Sifat
senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun
(Baihaqi 2017).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
4
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Jenis-jenis ekstraksi antara lain ekstraksi dingin meliputi maserasi, perkolasi.
Ekstraksi panas meliputi soxhletasi, refluks, destilasi uap air, rotavapor, ekstraksi
cair-cair, kromatografi lapis tipis, penampakan noda (UV 254; 366 nm), pereaksi
semprot H2SO4 10% (Yariv et al. 2015).
Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode
maserasi adalah peralatannya sederhana. Kerugiannya antara lain waktu yang
diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan
lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin (Prasetyaningrum et al. 2012). Metode
maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi, yaitu modifikasi maserasi melingkar,
melingkar bertingkat, remaserasi, dan modifikasi maserasi dengan mesin pengaduk.
Ektraksi menggunakan pelarut yang disesuaikan dengan tingkat kepolaran
dari bahan yang digunakan. Pelarut tersebut ada yang polar, semi polar, dan non
polar. Pelarut polar ada asam asetat, etanol, butanol, metanol, dan air. Pelarut non
polar ada heksana, benzene, dietil eter, dan kloroform. Pelarut semi polar ada aseton
dan etil asetat. Pelarut yang sering digunakan adalah etanol, metanol, etil asetat dan
heksana. Perbedaan ketiga jenis pelarut ini disebabkan oleh struktur kimia dan
gugus karbonnya (Romadanu et al. 2014). Jumlah rendemen dalam proses ekstraksi
dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang digunakan dan jenis pelarut apabila
semakin polar maka hasil ekstraksi akan semakin banyak hasil rendemenya. Jenis
pelarut polar seperti metanol akan menghasilkan rendemen paling banyak
dibandingkan menggunakan pelarut lainnya (Maharany et al. 2017).
Hasil praktikum kali ini sesuai dengan penelitian Juwairiyah (2011) yang
menggunakan sampel keong. Hasil menunjukkan bahwa ekstraksi dengan pelarut
etanol memiliki nilai rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen
yang dihasilkan dengan ekstraksi yang menggunakan pelarut n-heksan. Hasil
menunjukan nilai rendemen protein, lemak dengan pelarut etanol sebesar 42.6%
dan 14.6%, sedangkan nilai rendemen protein dan lemak yang dihasilkan dengan
pelarut n-heksan sebesar 42% dan 14.5%.
Simpulan
tertinggi terdapat pada sampel keong matah merah yaitu sebesar 0.7679% dengan
penambahan pelarut etanol. Hasil persentase rendemen terendah terdapat pada
sampel Gracilaria sp. sebesar 0.5653% dengan penambahan pelarut n-heksan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Azmir J, Zaidul IS, Rahman MM, Sharif KM, Mohammed A, Sahena F, Jahurul
MH, Ghafoor K, Norulaini NA, Omar AK. 2013. Techniques for extraction
of bioactive compounds from plant materials: A review. Journal of Food
Engineering. 117(4): 426-436.
Azwanida NN. 2015. A review on the extraction methods use in medicinal plants
principle, strength and limitation. Medicinal and Aromatic Plants. 4(3): 1-
6.
Basir A. 2017. Aktivitas antibakteri dan antioksidan alga hijau Halimeda gracilis
dan Halimeda macroloba dari Kabupaten Administrasi, Kepulauan Seribu
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Baihaqi. 2017. Peningkatan efektivitas ekstraksi oleoresin pala (Myristica fragrans)
menggunakan metode berbantu ultrasonik [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Juwairiyah. 2011. Pembuatan konsentrat protein dari daging bekicot dengan proses
ekstraksi. VISIPENA. 2(1): 35-41.
Maharany F, Nurjanah, Suwandi R, Anwar E, Hidayat T. 2017. Kandungan
senyawa bioaktif rumput laut Padina australis dan Eucheuma cottonii
sebagai bahan baku krim tabir surya. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 20(1): 10-17.
Nile SH, Nile AS, Keum YS. 2017. Total phenolics, antioxidant, antitumor, and
enzyme inhibitory activity of Indian medicinal and aromatic plants extracted
with different extraction methods. Biotech. 7: 76.
Prasetyaningrum, Utami R, R Baskara KA. 2012. Aktivitas antioksidan, total fenol,
dan antibakteri minyak atsiri dan oleoresin kayu manis (Cinnamomum
burmannii). Jurnal Teknosains Pangan. 1(1):24-31.
6
Putra AAB, Bogoriani NW, Diantariani NP, Sumadewi NLU. 2014. Ekstraksi zat
warna alam dari bonggol tanaman pisang (Musa paradiasciaca L.) dengan
metode maserasi, refluks, dan sokletasi. Jurnal Kimia. 8(1): 113-119.
Rahmayani U, Pringgenies D, Djunaedi A. 2013. Uji aktivitas antioksidan ekstrak
kasar keong Bakau (Telescopium telescopium) dengan pelarut yang berbeda
terhadap metode DPPH (diphenyl picril hidrazil). Journal of Marine
Research. 2(4): 36-45.
Romadanu, Rachmawati SH, Lestari SD. 2014. Pengujian aktivitas antioksidan
ekstrak bunga lotus (Nelumbo nucifera). Fishtech. 3(1): 1-7.
Romansyah Y. 2011. Kandungan senyawa bioaktif antioksidan karang lunak
Sarcophyton sp. alami dan transplantasi di perairan Pulau Pramuka,
Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Souza VR, Pereira PA, Silva TL, Lima LC, Pio R, Queiroz F. 2014. Determination
of the bioactive compounds, antioxidant activity and chemical composition
of brazilian blackberry, red raspbery, strawberry, blueberry and sweet
cherry fruits. Food Chemistry. 156(1): 362-368.
Yariv I, Lipovsky A, Gedanken A, Lubart R, Fixler D. 2015. Enhanced
pharmacological activity of vitamin B12 and penicillin as nano particles.
International Journal of Nanomedicine. 10(1):3593-3601.
7
LAMPIRAN