Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum

FITOKIMIA I
“SOKLETASI”
Diajukan untuk Memenuhi Nilai Laporan Praktikum Fitokimia I

OLEH

KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : A-S1 FARMASI 2020
ASISTEN : MUHAMAD TAUFIK IRIANTO, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Lembar Pengesahan

FITOKIMIA I
“SOKLETASI”

OLEH :
KELOMPOK II (DUA)
KELAS A S1-FARMASI 2020

1. ICHLASUL OKTOFANDI HALADA (821420048)


2. REZKY NUR AZIZ (821420008)
3. DERINA DWIFRILA RIDHANI GUBALI (821420015)
4. ASTIARA LAHAY (821420018)
5. SRI WAHYUNI (821420023)
6. MUSDHALIFAH M. BEGALI (821420028)
7. SAFIRA MAHADEWI MAMU (821420032)

Gorontalo, Maret 2022


NILAI
MengetahuiAsisten

MUHAMMAD TAUFIK IRIANTO, S.Farm


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Fitokimia I yang berjudul
“Sokletasi”.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan tauladan terbaik bagi umatnya sehingga bisa meniru kegigihan
dan kesungguhan beliau dalam berjuang.
Ungkapan terima kasih kepada dosen penanggung jawab, kepada
koordinator laboratorium dan kepada asisten penanggung jawab yang telah
membimbing kami sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami memohon
kritik dan saran dari asisten agar laporan ini menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, Maret2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud Percobaan 2
1.3 Tujuan Percobaan2
1.4 Prinsip Percobaan2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA3
2.1 Dasar Teori 3
2.2 Uraian Bahan 8
2.3 Uraian Tanaman 10
BAB III METODE PRAKTIKUM 12
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 12
3.2 Alat dan Bahan 12
3.3 Cara Kerja 12
BAB IV HASIL PENGAMATAN 13
4.1 Hasil Pengamatan13
4.2 Perhitungan 13
4.3 Pembahasan 13
BAB V PENUTUP 17
5.1 Kesimpulan 17
5.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang
berlimpah.Sebagian dari kekayaan alam tersebut adalah banyaknya jenis spesies
tanaman di Indonesia.Kurang lebih terdapat 30.000 sampai 40.000 spesies
tanaman yang menjadi kekayaan di Indonesia.Berbagai tanaman tersebut sebagian
telah dimanfaatkan sebagai makanan sehari-hari serta dapat pula dijadikan obat
tradisional oleh masyarakat (Khusna, 2017).
Tanaman yang dihasilkan di indonesia memiliki berbagai kandungan
senyawa yang banyak memberikan manfaat bagi tubuh manusia. Salah satunya
dapat dijadikan obat-obatan tradisional yang mudah dibuat di masyarakat. Proses
pengolahan berbagai tanaman menjadi obat-obatan dilakukan dengan banyak
metode, salah satunya adalah metode Ekstrasi (Tarwendah, 2017).
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang baik dan popular dibanding
kebanyakan metode lain. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.Seseorang tidak memerlukan
alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah.Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzen, karbon tetraklorida atau
kloroform (Marjoni, 2016).
Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain: Pelarut polar
untuk melarutkan garam alkaloid, glikosida, bahan penyamak dan Pelarut non
polar pelarut yang tidak larut dalam air. Proses pembuatan larutan suatu zat yang
berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran. Larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen antara duaatau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.Terdapat dua
metode ekstraksi yaitu ektraksi panas dan ekstraksi dingin.Salah satu metode
ekstraksi yang sering digunakan adalah metode ekstraksi dingin yaitu perkolasi
(Wajjar, 2012).

1
Menurut Anonim (2015) Sokletasi adalah suatu metode atau proses
pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga
semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada
pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul
setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut
tersebut dimasukkan kembali ke dalam labu dengan membawa senyawa kimia
yang akan diisolasi tersebut.
Alasan digunakan metode sokletasi pada praktikum ini adalah karena
metode ini memiliki beberapa keuntungan yaitu proses ektraksi yang kontinyu,
sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi, membutuhkan jumlah
pelarut yang lebih kecil dibandingkan dengan maserasi (Mukhriani, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan praktikum ekstraksi
panas dengan menggunakan sampel serbuk akar Paku(Davallia
denticulata)dengan menggunakan metode sokletasi.
1.2 Maksud Percobaan
1. Apa yang dimaksud dengan metode ekstraksi panas ?
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ekstrasi panas?
3. Bagaimana prinsip kerja dari metode ekstraksi panas “sokletasi”?
1.3 Tujuan Percobaan
1 Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan metode
ekstraksi panas
2 Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ekstraksi panas
3 Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari ekstraksi panas
“sokletasi”
1.4 Prinsip Percobaan
Prinsip Sokletasi adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil
yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit.Pelarut organik
dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang-ulang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut cair (Tambun, Limbong, Pinem, & Manurung, 2016). Ekstraksi
merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak. Untuk mendapatkan oleoresin dalam
rempah-rempah dilakukan dengan proses ekstraksi padat-cair atau leaching (Nasir,
Fitriyanti, & Kamila, 2009). Metode ekstraksi padat-cair dilakukan terjadi apabila
ada kontak antara padatan dan pelarut sehingga akan diperoleh larutan yang
diinginkan yang kemudian dipisahkan dari padatan sisanya.
Saat terjadi kontak antara pelarut dan bahan terjadi peristiwa pelarutan
dan difusi (Djoni Bustan et al., 2008). Ekstraksi yang benar dan tepat tergantung
dari jenis senyawa, tekstur, dan kandungan air bahan tumbuhan yang akan
diekstraksi (Harbone, 1996 dalam Putra et al., 2014). Ekstraksi efektif apabila
komponen aktif dari tanaman tidak kehilangan aktivitasnya dan memiliki
kemurnian tinggi, untuk itu diperlukan proses ekstraksi yang lebih baru dan lebih
baik (Sofyana et al., 2013).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari
simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Anggraini, 2017).
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
terisi diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Istiqomah,
2013). Ekstraksi adalah proses pemisahan substansi dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai (Fajeriyati, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi anatar lain yaitu ukuran
bahan baku, pemilihan pelarut, waktu proses ekatrasi suhu ektrasi. Ukuran bahan

3
baku yang kecil baku yang kecil akan menghasilkam hasil yang rendah. Pemilihan
pelarut akan mempengaruhi suhu ekstraksi dan waktu proses ekstraksi. Jika suhu
tinggi, maka akan menghasilkan sisa pelarut yang tinggi pula (Anam.2010:74).
2.2.2 Faktor-Faktor Ekstraksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi proses ekstraksi yaitu (Kirk-Othmer, 2018; Perry, R., et al, 2014):
a) Perlakuan pendahuluan
Perlakuan pendahuluan dapat berpengaruh terhadapat rendeman dan mutu
ekstrak yang dihasilkan. Perlakuan pendahuluan meliputi pengecilan ukuran dan
pengeringan bahan. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas
kontak antara padatan dengan pelarut, tahanan menjadi semakin berkurang, dan
lintasan kapiler dalam padatan menjadi semakin pendek (laju difusi berbanding
lurus dengan luas permukaan padatan dan berbanding terbalik dengan ketebalan
padatan), sehingga proses ekstraksi menjadi lebih cepat dan optimal. Teknik
pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan cara pemotongan, penggilingan,
maupun penghancuran.
b) Temperatur
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas akan meningkat dengan
meningkatnya temperatur. Namun temperatur yang terlalu tinggi dapat merusak
bahan yang diekstrak, sehingga perlu menentukan temperatur optimum.
Faktor pengadukan Pengadukan dapat mempercepat pelarutan dan meningkatkan
laju difusi solute. Pergerakan pelarut di sekitar bahan akibat pengadukan dapat
mempercepat kontak bahan dengan pelarut dan memindahkan komponen dari
permukaan bahan ke dalam larutan dengan jalan membentuk suspensi serta
melarutkan komponen tersebut ke dalam media pelarut (Larian, 2019).
2.2.3 Jenis-Jenis Ekstraksi
Berikut ini adalah jenis-jenis ekstraksi
a) Metode ekstraksi dengan cara dingin :
. 1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature

4
ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Depkes RI, 2016).
Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana yang paling banyak
digunakan baik untuk skala kecil maupun skala industri, dilakukan proses
perendaman sampel untuk menarik komponen yang diinginkan dengan kondisi
dingin diskontinyu (Putra et al., 2014).
Metode ekstraksi maserasi menguntungkan untuk isolasi senyawa bahan
alami karena dengan perendaman akan terjadi pemecahan dinding dan membran
yang ada didalam sitoplasma kemudian akan terlarut dalam pelarut organik dan
ekstraksi senyawa akan berlangsung dengan sempurna (Assagaf et al., 2012).
Proses perendaman ini dimaksudkan untuk melunakkan dan menghancurkan
dinding sel tanaman sehingga melepaskan senyawa fitokimia terlarut (Azwanida,
2015).
Keuntungan dan kelemahan: Dalam metode ini salah satu keuntungannya
adalah merupakan metode termudah dan sederhana. Pemilihan pelarut yang
digunakan dalam proses perendaman memiliki peran penting. Metode ini tidak
memerlukan pemanasan dengan suhu yang tinggi, akan tetapi membutuhkan
waktu yang cukup lama (Putra et al., 2014). Metode ini dapat mencegah rusaknya
senyawa-senyawa yang bersifat 19 termolabil (Mukhriani, 2014). Namun, limbah
organik menjadi masalah karena pelarut yang digunakan dalam volume yang
besar sehingga pengelolaan limbah yang tepat diperlukan (Azwanida, 2015).
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses mengekstraksi senyawa terlarut dari jaringan
selular simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Perkolasi cukup sesuai, baik untuk
ekstraksi pendahuluan maupun dalam jumlah besar (Fadhilaturrahmi, 2015).

5
b) Metode ekstraksi Cara panas :
1. Reflux
Prinsip dan mekanisme refluks yakni disolusi fisik sederhana (leaching)
dengan menggunakan teknik pemanasan dan pendingan kontinue selama jangka
waktu tertentu. Prosedur refluks meliputi penjamuran samlpel dengan pelarut
selektif, pemanasan larutan sampel, kondensasi uap kedalam campuran/larutan
panas dan kedua dalam proses pemanasan dan pendinginanya/ kondesasi
berlangsung berulang-ulang. Dalam hal ini, pemanasan yang dimaksud yaitu
dilakukan disuhu tertentu sesuai dengan kebutuhan (Firman, 2017).
2. Destilasi
Air Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan
masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang
terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah tereksraksi
menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga,
campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri.
3. Digesti
Merupakan maserasi kinetic (dengan pengadukan kontinu) pada
temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperature 40-50℃ (Depkes RI, 2016).
4. Soxhlet
Sokletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
cairan penyaridipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul-molekuldipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari
terkondensasi menjadi molekul-molekulair oleh pendingin balik dan turun
menyari simplisia dalam klonsong dan selanjutnya masukair oleh pendingin balik
dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke
dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon ( Rene: 20: 2011).

6
Gambar 2.2.3

Prinsip Kerja Alat Ekstraksi Soxhlet (Rassem et al., 2016)


Prinsipnya adalah ekstraksi dilakukan secara terus menerus menggunakan
pelarut yang relative sedikit. Bila ekstraksi telah selesai maka pelarut dapat
diuapkan sehingga akan diperoleh ekstrak (Leba, 2017). Biasanya pelarut yang
digunakan adalah pelarut-pelarut yang mudah menguap dan memiliki titik didih
rendah.Metode ini memiliki keuntungan yaitu tidak memakai banyak pelarut dan
tidak memakan banyak waktu, sedangkan kerugiannya adalah senyawa yang
bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang didapat terus berada
pada titik didih (Sutar, et al., 2010).
Keuntungan dan kelemahan: Pada metode soxhlet memiliki keuntungan
yaitu proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi, membutuhkan jumlah pelarut yang lebih kecil dibandingkan dengan
maserasi (Mukhriani, 2014). Keuntungan lainnya adalah sampel berulang kali
dilewati oleh pelarut baru.Prosedur ini mencegah kemungkinan pelarut menjadi
jenuh dengan bahan yang diekstraksi.Ekstraksi soxhlet memiliki beberapa
kelemahan, proses ekstraksi dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama
hingga berjam-jam bahkan hari (Rassem et al., 2016).Kemudian senyawa yang
bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-
menerus berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).
Sampel ideal untuk ekstraksi soxhlet juga terbatas pada padatan yang
kering dan telah dihaluskan dan banyak faktor yang mempengaruhi seperti suhu,
18 rasio sampel dan pelarut, kemudian kecepatan agitasi perlu dipertimbangkan
untuk metode ini (Amid, Salim, & Adenan, 2010).Pelarut yang digunakan dalam

7
sistem ekstraksi juga harus memiliki kemurnian tinggi. Prosedur ini dianggap
tidak ramah lingkungan dan dapat berkontribusi terhadap masalah polusi
dibandingkan dengan metode ekstraksi cairan superkritis (SF) (Azwanida, 2015)
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Klasifikasi
Menurut Lestari (2019), klasifikasi tanaman paku adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Filicales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Davallia
Gambar 2.3.1.Paku
Species : Davallia denticulata (Davallia denticulata)
2.2.2 Morfologi
Ciri tumbuhan paku melipu ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh yang
memiliki ukuran bervariasi dari yang tingginya sekitar 2 cm, misalnya pada
tumbuhan paku yang hidup mengapung di air, sampai tumbuhan paku yang hidup
di darat yang tingginya mencapai 5 m, misalnya Alsophyla glauca. Tumbuhan
paku purba yang telah menjadi fosil diperkirakan ada yang mencapai tinggi 15 m.
Bentuk tumbuhan paku yang hidup saat ini bervariasi, ada yang berbentuk
lembaran, perdu atau pohon, dan ada yang seper tanduk rusa (Sianturi, 2020).
a. Batang
Umumnya pertumbuhan batang tak nyata, namun pada paku pohon,
batangnya tumbuh menyerupai batang pinang. Batang tumbuhan paku umumnya
berupa akar tongkat atau rimpang, ada yang berbentuk batang
sesungguhnya.Batang tumbuhan paku dapat berbentuk yang, merambat, atau
memanjat.Beberapa tumbuhan paku yang hidup di tanah, batangnya tumbuh
sejajar dengan permukaan tanah sehingga disebut rimpang (Sianturi, 2020).

8
b. Daun
Daun pada tumbuhan paku umumnya dikenal dengan istilah ental
(frond).Daun tumbuhan paku terdiri atas helaian daun (lamina) dan tangkai.Daun
tumbuhan paku umumnya mengumpul atau menyebar di sepanjang tangkai dan
rachis. Daun muda umumnya menggulung yang dikenal dengan istilah coil atau
gelung. Bentuk daun pada daun muda berbeda dengan daun dewasa.Bentuk daun
bersirip (pinnate), anak daun disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip berada
disebut rakis (rachis) (Sianturi, 2020).
c. Akar
Sistem perakaran tumbuhan paku merupakan akar serabut.Perakaran
embrionya dibedakan menjadi katub atas dan bawah.Katub atas berkembang
menjadi rimpang dan daun, sedangkan katub bawahnya membentuk akar.Akar
tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh dari rimpang. Akar tumbuhan paku
awalnya berasal dari embrio kemudian gugur dan digan kan akarakar seper kawat
atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar yang berasal dari batangnya
(Sianturi, 2020).
2.2.3 Kandungan Senyawa Kimia
Pada tumbuhan paku telah ditemukan berbagai macam senyawa bioaktif
golongan terpenoid, steroid, fenilpropanoid, poliketida flavonoid, alkaloid,
stilben, santon, turunan asam benzoat, lipid, dan senyawa belerang. Beberapa
tumbuhan pakujuga telah dilaporkan memiliki aktivitas biologis antara lain
sebagai antiinflamasi dan antinosieptif antibakteri, antihelmintik, ekspektoran,
dan antioksidan (Lai, 2011).Tumbuhan yang memiliki potensi sebagai
antibakteri umumnya mengandung metabolit sekunder seperti senyawa golongan
flavonoid, tanin, alkaloid dan saponin. Flavonoid adalah kelompok fenol yang
mempunyai kecenderungan untuk menghambat aktivitas enzim mikroba dan
tanin dapat menggumpalkan protein (Nikham dan Basjir, 2012).
2.2.4 Manfaat/Khasiat
Banyak tumbuhan paku memiliki manfaat dan peranan penting dalam
kehidupan manusia, antara lain sebagai tanaman hias seperti Adiantum (suplir),
Platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku sarang burung), Nephrolepis,

9
Alsophoila (paku ang) dan lainnya. Manfaat lainnya yaitu sebagai bahan obat
seperti Equisetum (paku ekor kuda) untuk anti diuretik (lancar
seni),Cyclophorusuntuk obat pusing dan obat luar, Dryopteris untuk cacing pita,
Platyceriumbifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodium untuk anti
diuretik dan pencahat lemah dari sporanya.Digunakan pula sebagai bahan sayuran
seperti Marsilea (semanggi), pteridium aquilinium (paku garuda) dan lain-
lain.Digunakan untuk kesuburan tanah sepertiAzolla pinnata, karena mampu
bersimbiosis dengan Anabaena (alga biru) sehingga dapat mengikat unsur dari
udara.Digunakan untuk gulma pertanian seperti Salvinia natans (kayambang),
pengganggu tanaman padi (Sianturi, 2020).Tumbuhan paku telah banyak
digunakan sebagai bahan obat tradisional di beberapa negara, seperti di kepulauan
Hawaii yang menggunakan tumbuhan paku sebagai bahan obat dalam
penyembuhan beberapa penyakit, diantaranya penyakit diabetes, infeksi yang
disebabkan jamur ataupun bakteri. Selanjutnya tumbuhan paku yang secara
tradisional digunakan untuk menurunkan demam. Bagian daun dari tumbuhan ini
digunakan untuk mengobati perdarahan pada luka dan akar dari tumbuhan ini
digunakan dalam mengobati infeksi serta sebagai obat batuk (Ja dan Sharma,
2012).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 2014; Pubchem, 2022)
Nama resmi : ETANOL
Nama lain : Alkohol, Etil Alkohol, Metilkarbinol
Rumus struktur :

Rumus molekul : C2H6O


Berat molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau
khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

10
Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan
mendidih pada suhu 78˚C, mudah terbakar
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik
Khasiat : Sebagai zat tambahan, antiseptik, desinfektan, pelarut
polar
Kegunaan : Sebagai desinfektan
Penyimpanan : Dalam wadah terhindar jauh dari api.
2.3.2 Metanol (Chemical Book, 2016; Dirjen POM, 2014; Pubchem, 2022)
Nama resmi : METANOL
Nama lain : Metanol, Metil Alkohol, Alkohol Kayu, Karbinol
Rumus struktur :

Rumus molekul : CH4O


Berat molekul : 32,042 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau khas yang menyengat,
cukup mudah menguap dengan bau menyengat yang
agak manis seperti etil alkohol, mudah terbakar
Kelarutan : Larut dalam air dan sebagian besar pelarut organik,
larut dalam benzena
Khasiat : Sebagai pelarut lak, cat, pernis, semen, tinta, pewarna,
plastik dan pelapis industri; bahan pembersih,
penghilang cat dan aditif bensin
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Disimpan pada suhu 2-8˚C.

11
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Fitokimia 1 mengenai percobaan Ekstraksi Panas “Sokletasi”
dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret 2022 pukul 13.00-16.00 Wita
diLaboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu alat soklet, gelas
kimia, kelereng, lap halus, lap kasar, loyang besar, neraca ohaus, toples kaca.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu air, aluminium
foil, alkohol 70%, benang, es batu, kain kasa, label, lakban hitam,
metanol,pewarna makanan, serbukakar paku dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang serbuk akar paku sebanyak 28,5 g
4. Diukur pelarut metanol menggunakan gelas kimia sebanyak 250 mL
5. Dibungkus sampel dengan menggunakan kain kasa usahakan tinggi sampel
tidak melebihi pipa kapiler pada alat
6. Dimasukkan bungkusan sampel ke dalam selonsong alat soklet ujung
benangnya sampai menjulur keluar alat
7. Dimasukan kelereng dan pelarut dalam labu alas bulat
8. Digunakan pewarna makanan dan es batu sebagai pendukung ekstraksi
9. Dilakukan ekstraksi sampai terjadi 10 siklus atau pelarut sudah bening
10. Dimasukkan hasil ekstraksi ke dalam toples kaca yang ditutup rapat
11. Disimpan ekstrak cair ditempat yang sejuk dan terhindar dari cahaya
matahari

12
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan

Gambar 4.1
Paku (Davallia denticulata)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan ekstraksi panas
menggunakan metode Sokletasi. Menurut Sokletasi merupakan penyarian
simplisia secara berkesinambungan, cairan penyaridipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekuldipanaskan
sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekulair
oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam selongsong dan
selanjutnya masukair oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
selongsongdan selanjutnya masukkembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon ( Rene: 20: 2011).
Dalam penelitianSutar, et al. (2010), prinsip sokletasi adalah ekstraksi
dilakukan secara terus menerus menggunakan pelarut yang relative sedikit. Bila
ekstraksi telah selesai maka pelarut dapat diuapkan sehingga akan diperoleh
ekstrak (Leba, 2017). Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut-pelarut
yang mudah menguap dan memiliki titik didih rendah.Metode ini memiliki
keuntungan yaitu tidak memakai banyak pelarut dan tidak memakan banyak
waktu, sedangkan kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang didapat terus berada pada titik didih.Sampel

13
ideal untuk ekstraksi soxhlet juga terbatas pada padatan yang kering dan telah
dihaluskan dan banyak faktor yang mempengaruhi seperti suhu, 18 rasio sampel
dan pelarut, kemudian kecepatan agitasi perlu dipertimbangkan untuk metode ini
(Amid, Salim, & Adenan, 2010).Adapun digunakan tumbuhan paku karena
menurut Nikham dan Basjir (2012), pada tumbuhan paku telah ditemukan
berbagai macam senyawa bioaktif golongan terpenoid, steroid, fenilpropanoid,
poliketida flavonoid, alkaloid, stilben, santon, turunan asam benzoat, lipid, dan
senyawa belerang. Beberapa tumbuhan pakujuga telah dilaporkan memiliki
aktivitas biologis antara lain sebagai antiinflamasi dan antinosieptif antibakteri,
antihelmintik, ekspektoran, dan antioksidan. Tumbuhan yang memiliki potensi
sebagai antibakteri umumnya mengandung metabolit sekunder seperti senyawa
golongan flavonoid, tanin, alkaloid dan saponin. Flavonoid adalah kelompok
fenol yang mempunyai kecenderungan untuk menghambat aktivitas enzim
mikroba dan tanin dapat menggumpalkan protein(Lai, 2011).
Sebelum masuk ketahap sokletasi, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dibersihkan alat dengan
alkohol 70%. Menurut Wahyuni dkk (2017), digunakan alkohol 70% karena
alkohol 70% dapat menghambat pertumbuhan kuman dengan cara denaturasi
protein kuman pada alat praktikum.
Selanjutnya, ditimbangserbukakarpakusebanyak28,5g. Menurut
Kartukasari (2018), dalam proses penimbangan bahan sebaiknya menggunakan
alat timbang yang memiliki sistem digital dengan tujuan agar dalam
penimbangan bahan didapatkan hasil yang lebih
akurat.Diukurpelarutmetanolmenggunakangelaskimiasebanyak250mL. Dalam
penelitian Effendi (2019), pemakaian pelarut pada proses maserasi harus dapat
merendam semua sampel simplisia. Dengan menggunakan metanol sebanyak 250
mL, volume tersebut mampu dapat merendam semua sampel serbuk paku yang
akan disokletasi. Marfel (2017), penggunaan metanol sebagai pelarut dikarenakan
pelarut ini dapat melarutkan senyawa polar maupun non-polar sehingga sangat
baik mengekstrak senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada sampel yang
digunakan.

14
Langkah selanjutnya,
dibungkussampeldenganmenggunakankainkasausahakantinggisampeltidakmelebi
hipipa kapilerpadaalat. Menurut Ismail (2018), dibungkus (simplisia) dengan
menggunakan kain kasa berfungsi untuk menjaga sampel agar tidak tercampur
dengan pelarut secara langsung. Pelarut yang terkondensasi dan sampel tidak
dibiarkan tercampur secara langsung hal ini dilakukan agar hasil akhir dari proses
ekstrak ini lebih akurat.Menurut Ismail (2018), tinggi kain kasa tidak boleh
melebihi tinggi pipa F, hal ini dikarenakan jika tinggi kertas saring melebihi tinggi
pipa F maka uap yang terbentuk akan terhalang oleh kertas saring atau bahkan uap
yang terbentuk masuk ke dalamnya dan proses kondensasi akan berlangsung tidak
maksimal.
Dimasukkanbungkusansampelkedalamselonsongalatsokletujungbenangnya
sampaimenjulurkeluaralat. Dimasukankelerengdanpelarutdalamlabualasbulat.
Penggunaan kelereng sebagai batu didih berfungsi untuk meratakan panas
sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan menghindari
titik lewat didih (Martin, 2012).Digunakanpewarnamakanandanesbatu
sebagaipendukung ekstraksi. Menurut Dirga (2021), pada kondensor terdapat air
dingin yang masuk berasal dari bawah dan keluar dari atas. Hal ini dikarenakan
jika airnya berasal (masuk) dari atas maka air dalam kondensor atau kondensor
tidak akan memenuhi isi kondensor sehingga tidak dapat digunakan untuk
mendinginkan uap yang mengalir lewat kondensor tersebut. Oleh karena itu
kondensor air masuknya harus dari bawah sehingga kondensor akan terisi dengan
air dan dapat digunakan untuk mendinginkan komponen zat yang melewatinya
dari wujud uap menjadi cair.Pewarna ditambahkan dengan tujuan untuk
memastikan aliran sirkulasi air pada kondensor sedang berjalan sedangkan
penggunaan es batu berfungsi sebagai pendingin air yang bersirkulasi pada
kondensor
Dilakukanekstraksisampaiterjadi10 siklusatau pelarutsudahbening.
Menurut Rosita (2019), penyaringan yang berulang-ulang pada sokletasi bertujuan
agar dapat meningkatkan senyawa yang ingin diekstrak, karena pada sokletasi
dilakukan kurang lebih sebanyak 7 siklus bahkan lebih atau ditandai sampai

15
tetesan siklus tidak berwarna lagi. Tetesan siklus tidak berwarna lagi menandakan
semua senyawa pada simplisia sudah terekstraksi dengan sempurna.
Dimasukkanhasilekstraksike dalamtopleskacayangditutuprapat.
Disimpanekstrakcairditempatyangsejukdanterhindardaricahayamatahari.Menurut
Winahyu (2019), hasil ekstrak disimpan ditempat yang terlindung dari cahaya, hal
ini dilakukan untuk mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau mencegah
terjadinya perubahan warna.
Adapun kemungkinan kesalahan saat praktikum yakni berkurangnya es
batu atau yang berfungsi sebagai pendingin karena dapat mempengaruhi laju dari
proses sokletasi.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrasi cara panas adalah metode yang pastinya melibatkan panas dalam
prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat
proses penyarian dibandingkan cara dingin.
2. Jenis-jenis ekstraksi panas yaitu terdiri dari refluks, destilasi, digesti dan
sokletasi.
3. Prinsip dari sokletasi yaitu penyaringan yang berulang-ulang sehingga
hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi materi atau pengetahuan mengenai materi
yang dipraktekan dan praktikan diharapkan harus selalu bertanya apa yang tidak
dimengerti dalam materi yang dipraktekan tersebut.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Untuk laboratorium, alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan
lagi dan dirawat lagi agar pada proses praktikum praktikan dapat menggunakan
alat dengan baik tanpa ada hambatan.
5.2.3 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan agar jurusan dapat memberikan fasilitas yang lebih baik lagi
untuk praktikum selanjutnya, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami dan
mengetahui lebih dalam lagi tentang materi yang dipraktekan dan membuat
paktikan lebih semangat lagi dalam melakukan praktikum.
5.2.4 Saran Kepada Praktikan
Diharapkan agar praktikan dapat menyimak dengan baik saat asisten
memberikan arahan agar mempermudah dalam menyelesaikan praktikum tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amertaningtyas, Dedes dan Firman Jaya.(2017). Sifat Fisiko-Kimia Mayonnaise


dengan Berbagai Tingkat Konsentrasi Minyak Nabati dan Kuning Telur
Ayam Buras. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 21 (1): 1 - 6.

Amid, A., Salim, R. J. ., & Adenan, M. . (2010). The Factors Affecting The
Extraction Condition For Neuroprotective Activity Of Centella Asiatica
Evaluated By Metal Chelating Activity Assay. Journal Of Applied Sciences,
10(10), 837–842.

Anam, Choirul. 2010.”Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale) Kajian Dari


Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu”. Jurnal Pertanian MAPETA. Vol.
XII, No. 2, p: 72-144, ISSN : 1411-2817.

Assagaf, M., Hastuti, P., Hidayat, C., & Supriyadi. (2012a). Optimization of
Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) Oleoresin Extraction Origin From
North Maluku Using Response Surface Methodology (RSM). Agritech,
32(4), 383–391.

Azwanida, N. N. (2015). A Review on the Extraction Methods Use in Medicinal


Plants, Principle, Strength and Limitation. Medicinal & Aromatic Plants,
4(3) : 1-6.

Basjir, Erlinda T, Nikham. 2012. Uji Bahan Baku Antibakteri Dari Buah Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl). Hasil Radiasi Gamma dan
Antibiotik Terhadap Bakteri Patogen.Prosiding. Pertemuan Ilmiah Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Bahan: 168-174

Chemical Book. 2016. Methanol | 67-56-1 (chemicalbook.com). diakses 17 Maret


2022

Depkes RI, 2016. profil kesehatan tahun 2016. Jakarta. Dinas kesehatan kota
Surabaya.

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Dirga, A. Analisis Kadar Alkohol Pada Arak Dari Enau, Cetakan 1. Yogyakarta:
Penerbit KBM Indonesia

Djoni Bustan, M., Febriyani, R., & Pakpahan, H. (2018). PENGARUH WAKTU
EKSTRAKSI DAN UKURAN PARTIKEL TERHADAP BERAT OLEORESIN
JAHE YANG DIPEROLEH DALAM BERBAGAI JUMLAH PELARUT
ORGANIK (METHANOL). Jurnal Teknik Kimia (Vol. 15).
Fadhilaturrahmi, S. (2015). Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu
(Solanum melongena L.).Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
Harry Firman. (2017) Ciri-ciri efektivitas : Jakarta.

Ismail, S. I., dkk. 2018. Laporan Dasar-Dasar Pemisahan Analitik Estraksi


Temulawak Secara Soxhletasi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Ja dan Sharma. 2012. Challenges to radio over fiber (RoF) technology and its
mitigation schemes – A review: 338- 342.

Kirk Othmer, 2018, ”Encyclopedia of Chemical Technolog “, 4 nd .ed. Vol.7.


Interscience Willey.

Lai. 2011. Risk factors associated with symptomatic cholelithiasis in Taiwan: a


population-based study. BMC gastroenterology. 11(1)

Larian, M. G., 2019, “Fundamental of Chemical Engineering Operation”.


Merusen Co. Ltd, Tokyo, Jepang.

Leba, M. A. U. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi.


Cetakan.Pertama. Yogyakarta: CV. Budi Utama. 

Lestari.2019. Identifikasi Tumbuhan Paku Sejati (Filicinae) Epifit di Gunung


Pesagi Kabupaten Lampung Barat. Lampung: UIN

Martin, E. A. 2012. Kamus Sains. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif,


jurnal kesehatan. 72

Nasir, Subriyer., Fitriyanti., Kamila., dan Hilma. 2019. Ekstraksi Dedak Padi
Menjadi Minyak Mentah Dedak Padi (Crude Rice Brain Oil) dengan
Pelarut N-Hexana dan Ethanol. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 16 (2) : 1-10.

Perry, R.H. and Green, D.W. 2014.Perry’s Chemical Engineer’s Handbook.3rd


edition. McGraw Hill Book Company. Tokyo.

Pubchem. 2022. Ethanol | CH3CH2OH - PubChem (nih.gov). diakses 17 Maret


2022

Pubchem. 2022. Methanol | CH3OH - PubChem (nih.gov). diakses 17 Maret 2022


Putra et al.2014. “Ekstraksi Zat Warna Alam dari Bonggol Tanaman Pisang
(Musa Paradisiaca L.)dengan Metode Maserasi, Refluks dan Sokletasi.”
Jurnal Kimia. 8(1): 113-119.

Putra et al.2014. “Ekstraksi Zat Warna Alam dari Bonggol Tanaman Pisang
(Musa Paradisiaca L.)dengan Metode Maserasi, Refluks dan Sokletasi.”
Jurnal Kimia. 8(1): 113-119.

Rassem, H. H. A., A. H. Nour, dan R. M. Yunus. 2016. Techniques for Extraction


of Essential Oils From Plants: A Review. Australian Journal of Basic and
Applied Sciences 10(16) : 117-127
Rassem, H. H. A., A. H. Nour, R. M. Yunus. (2016). Techniques for Extraction of
Essential Oils from Plants : A Review. Australian Journal of Basic and
Applied Sciences; 10(16):117-127.

Rene Nursaerah M. L. 2011. Mempelajari Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit


Manggis dengan Berbagai Jenis Pelarut. Bandung: Universitas Pasundan

Rosita, J. M., Taufiqurrahman, I., & Edyson, E. 2019. Perbedaan Total Flavonoid
Antara Metode Maserasi Dengan Sokletasi Pada Ekstrak Daun Binjai
(Mangifera caesia)(Studi pendahuluan terhadap proses pembuatan sediaan
obat penyembuhan luka). Dentin, 1(1).

Sianturi, dkk.2020.Eksplorasi Tumbuhan Paku Pteridophyta di Wilayah


Ketinggian yang Berbeda. Semarang

Tambun, Rondang, Limbong, Harry P., Pinem, Christika, Manurung, Ester, 2016,
Pengaruh Ukuran Partikel, Waktu dan Suhu pada Ekstraksi Fenol dari
Lengkuas Merah, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 5, No. 4.

Anda mungkin juga menyukai