PERCOBAAN KE-3
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID TEMULAWAK
Disusun Oleh :
FENDI WIBAWA 1708067009
FIKA DEBI ASHARI 1708067010
HARI SETYAWATI 1708067011
IDHEN AURA MOERDHANITA 1708067012
KHOIRU NISA’ FITRIA SALAMAH 1708067014
TOTAL
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
iv
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI TEMULAWAK
(Curcuma xanthorriza)
A. Tujuan Praktikum
Dapat mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi
dan melakukan identifikasi flavonoid dari temulawak dan mengidentifikasi
isolat yang diperoleh.
B. Dasar Teori
1. Klasifikasi tanaman temulawak
Klasifikasi tanaman temulawak menurut Wijayakusuma (2007) :
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Scitamineae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorhiza roxb
2. Morfologi temulawak
Temulawak batang pohonya berbentuk batang semu dan tingginya
dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian
dihunungkan dengan pelepah dan tangkai aun (Haryanto, 2009). Rimpang
temulawak terdiri atas 2 jenis, yaitu rimpang induk (empu) dan rimpang
cabang. Rimpang induk berwarna kuning tua, cokelat kemerahan, dan
bagian dalamnya berwarna jingga cokelat. Rimpang cabang tumbuh keluar
dari rimpang induk, berukuran lebih kecil, dan memiliki warna lebih
muda. Akar temulawak memiliki ujung akar yang melebar (Dalimartha,
2000).
5
6
3. Farmakologi tanaman
Temulawak diketahui mempunyai banyak dimanfaatkan dalam
pengobatan. Temulawak dapat digunakan dalam pengobatan sakit limpa,
sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala, masuk angin, maag, sakit
perut, memperbanyak produksi ASI, menambah napsu makan, mengatasi
sembelit, nyeri haid, sakit cangkrang, cacar, sariawan an jerawat (Suparni
dan Ari, 2012).
4. Kandungan tanaman
Rimpang temulawak mengandung bahan aktif yakni minyak atsiri
fellandren, turmerol, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol dan kurkumin
(Thomas, 2012). Menurut Sidik dkk. (1992) rimpang curcuma sebagian
besar terdiri dari pati, kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid
memberikan warna kuning pada rimpang, terdiri dari zat kurkumin dan
desmetoksi. Kurkumin adalah suatu persenyawaan fenolitik, termasuk
golongan senyawa polifenol dengan rumus molekul C21H20O6 (Widodo
dkk., 2006). Fenol merupakan senyawa yang mempunyai sebuah cincin
aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol
dikelompokkan menjadi fenol sederhana dan asam folat, turunan asam
hidroksi sinamat dan flavonoid (Widiyanti, 2006). Flavonoid adalah
senyawa polifenol dengan inti terdiri dari 15 atom Carbon, tersusun atas
dua cincin gugus benzen yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier
yang terdiri dari 3 atom Carbon (Sovia, 2006). Berdasarkan penjelasan
tersebut kurkumin dapat digolongkan sebagai flavonoid karena termasuk
senyawa polifenol.
Kurkumin memiliki kelarutan praktis tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik (Majeed dkk., 1995), dalam suasana asam
kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga, dalam suasana basa
berwarna merah. Bila kurkumin terpapar cahaya dapat terjadi dekomposisi
struktur berupa degradasi struktur (Tonnesen, 1992).
7
D. Cara Kerja
1. Ekstraksi
Rimpang temulawak yang telah dihaluskan sebanyak 40 gram
dimasukkan kedalam beaker glass, ditambahkan 200 ml etanol
2. Isolasi
Ekstrak kental ditotolkan pada silika gel GF254
Bercak pita ditandai, lalu dikerok dan dilarutkan dengan etanol 70%
Gambar 3. Skema Isolasi Flavonoid Temulawak
10
3. Identifikasi
Padatan yang telah dilarutkan dengan etanol 70% ditotolkan pada silika
gel GF254
dengan senyawa lain. Hasil bercak pita yang didapat dari KLT preparatif
dikerok dan dilarutkan dengan etanol 70% kemudian dilakukan identifikasi.
Identifikasi dengan Kromatografi Lapis tipis dengan panjang gelombang 254
nm, menggunakan fase diam silika gel GF254 karena bersifat polar, fase
gerak menggunakan heksan dan etil asetat karena memiliki sifat nonpolar
yang diharapkan dapat menarik senyawa yang akan diidentifikasai yaitu
flavonoid. Identifikasi tidak menggunakan pembanding kuersetin karena
pembanding tidak tersedia.
Hasil identifikasi yang didapat dengan KLT tidak dapat dihitung harga Rf-
nya karena membentuk bercak yang berekor, yang dapat mengakibatkan
kesalahan-kesalahan pada harga Rf. Hasil yang demikian dapat disebabkan
karena jumlah cuplikan yang diteteskan terlalu banyak.
F. Kesimpulan
Hasil elstraksi didapatkan ekstrak temulawak dengan warna kuning
kecoklatan dengan bau aromatis, rendemen yang didapat sebanyak 25,85%.
Identifikasi flavonoid dengan metode Kromatografi Lapis Tipis tidak dapat
dihitung harga Rf karena bercak yang didapat tampak berekor karena jumlah
cuplikan yang diteteskan terlalu banyak.
G. Hasil Diskusi
Pertanyaan 1: (Dicky Prasetya Nugraha 1708087007)
- Bagaimana perbedaan hasil KLT yang tampak berekor dengan hasil yang
baik?
Jawab:
- Hasil KLT yang baik adalah adanya bercak tunggal menunjukkan bahwa
isolat telah murni (gambar a) (Suhendi, 2011). Hasil yang tampak berekor
dikatakan tidak baik karena dapat mempengaruhi harga Rf (gambar b).
14
(a) (b)
Pertanyaan 2: (Defry Romadhona 1708067007)
- Apakah hasil ekstraksi disimpan sebelum diuapkan? Berapa lama
penyimpanan yang baik?
Jawab:
- Hasil ekstraksi disimpan selama 5 hari. Menurut Sembiring dkk. (2006)
ekstrak temulawak yang telah diekstraksi selama 6 jam kemudian
disimpan selama 24 jam menghasilkan rendemen dengan jumlah 16,65-
32,49%.
DAFTAR PUSTAKA
15
16
Suhendi, A., Landyyun, R.S., dan Dedi, H. 2011. Isolasi dan Identifikasi
Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.). PHARMACON.
Vol. 12. No. 2. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suparni, I., dan Ari, W. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli
Indonesia. Edisi I. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Thomas, A.N.S. 2012. Tanaman Obat Tradisional I. Yogyakarta : Kanisius.
Tonnesen, H.H dan Karlsen, J. 1992. Studies On Curcumin and Curcuminoids.
VI. Kinetics of Curcumin Degradation in Aqueous Solution, Z. Lebensm,
Unters. Forsch. International Journal of Pharmaceutics. Volume 87.
Issues 1-3. Institute of Pharmacy.
Widodo, D.S., Kuncaka, A., dan Siswanta, D. 2006. Sistesis Organik Dengan
Pendekatan Elektrokimia : Reduksi Kurkumin. Jurnal Semnas Kimia dan
pendidikan Kimia. Jurusan Kimia F. MIPA UNNES. Semarang.
Widiyanti, R. 2006. Analisa Kandungan Antioksidan dan Fenol pada Jahe.
Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Wijayakusuma, M. 2007. Penyembuhan Dengan Temulawak. Jakarta : Sarana
Pustaka Prima.
LAMPIRAN
Rendemen = x
17