RK-B
Kelompok : IX
BOGOR
2020
KATA PENGANTAR
Kelompok VII
PENDAHULUAN
Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labietae
Nama lain
Nama daerah
Tanaman kumis kucing dapat di temukan pada daerah yang teduh tidak teralu
kering 1-700m di jawadan [ulau – pulau lainnya di nusantara,tumbuh
menjulang sepanjang anak air atau selokian .karna daunnya sering di jadikan
untuk pengobatan ,sering di biarkan tumbuh di halaman (Dalimartha.,2000).
kumis kucing merupakan tabnaman obat yang telah banyak di kenaljuga
tumbuh di asia tenggara lainnya seperti Malaysia,Thailand,Vietnam dan
negara tetangga lainnya( almataret Al., 2011)
Gambaran tanaman secara manual dapat dilihat dengan mata biasa, dengan
bentuk-bentuk tanaman kumis kucing bisa dilihat berdasarkan bagianbagian
tanaman yaitu : akar, batang, daun, bunga dan biji.Tanaman ini berjenis akar
tunggang, batangnya berbentuk persegi empat agak beralur dan berwarna hijau
keunguan Daun berbentuk bulat telur, lonjong, berwarna hijau, panjang <10
cm dan lebar 3 –5 cm. Tangkai berbentuk bulat, berwarna ungu kehijauan,
atau hijau tergantung varietas. Posisi daun pada batang berhadapan dan
selang-seling, tulang daun bercabang-cabang. Ada dua jenis kumis kucing
yang dikenal: Orthosiphon stamineus yang berbunga ungu dan Orthosiphon
aristatus yang berbunga putih.
Zat Kegunaan
Minyak Atsir Anti nyeri
Anti infeksi
Pembunuh bakteri
Flavonoid Melindungi struktur sel
Meningkatkan efektivitas vitamin C
Antiinflamasi
Mencegah keropos tulang
Antibiotik
Antivirus
Menghambat penyerapan glukosa di usu
Orthosipon glikosida Diuretik
Antiinflamasi
Saponin Antiseptik
Menghambat Na+ / D-glucose
cotransport system (SGLUT) di membran brush
border intestinal
Garam Kalium Metabolisme energi
Katalisator sintesis glikogen dan protein
Myoinositol Aktivitas lipotropik
Mengatur respon sel terhadap rangsang
dari luar
Transmisi saraf
Pengaturan aktivitas enzim
1) Fase Pencucian
Dalam fase pertama ini, sebagian bahan aktif berpindah ke dalam bahan
pelarut. Semakin halus serbuk jamu, maka semakin optimal jalannya proses
pencucian jamu.
2) Fase Estraksi
Membran sel yang mengering dan menciut yang terdapat dalam jamu mula-
mula harus diubah dalam suatu keadaan yang memungkinkan suatu
perlintasan bahan pelarut ke dalam bagian dalam sel. Hal itu terjadi melalui
pembengkakan yang kemudian terbentuk ruang antar miselar, yang
memungkinkan bahan ekstraksi mencapai ke dalam ruang sel secara osmose.
Mengalirnya bahan pelarut ke dalam ruang sel menyebabkan protoplasma
membengkak dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan
kelarutannya. Gaya yang bekerja adalah adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan cairan ekstraksi yang mula-mula masih tanpa
bahan aktif yang mengelilinginya. Bahan kandungan sel akan mencapai ke
dalam cairan di sebelah luar selama difusi melintasi membran sampai
terbentuknya keseimbangan konsentrasi antara larutan di sebelah dalam dan
larutan di sebelah luar sel.Macam metode ekstraksi antara lain:
1) Maserasi
2) Soxhletasi
3) Perkolasi
4) Destilasi uap
Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi dan perkolasi, tetapi
kebanyakan ekstraksi obat dikerjakan dengan cara perkolasi. Dalam pabrik
ekstrak umumnya, perkolasi digunakan untuk melepaskan zat aktif dari obat.
Antioksidan
Tamat et al., (2007) menyatakan bahwa antioksidan merupakan zat yang dapat
menunda, mem-perlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi.
Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting dalam
mempertahankan mutu produk pangan. Tubuh manusia mempunyai sistem
antioksidan yang diproduksi terus menerus untuk menangkal atau meredam
radikal bebas, seperti enzim superoksida dismutase, katalase dan glutation
peroksidase.
Bila jumlah senyawa radikal bebas melebihi jumlah antioksidan alami dalam
tubuh maka radikal bebas akan menyerang komponen lipid, protein dan
DNA. Sehingga tubuh kita membutuhkan asupan antioksidan yang mampu
melindungi tubuh dari serangan radikal bebas tersebut (Prakash, 2001;
Winarsi, 2007; Hapsari, 2008).
Manfaat Antioksidan
Inisiasi : R• + AH ----------> RH + A•
Radikal lipida
AH + O2 -----------> A• + HOO•
Radikal bebas DPPH akan ditangkap oleh senyawa antioksidan oleh radikal
bebas untuk mendapatkan pasangan elektron dan mengubahnya menjadi
difenil pikrilhidrazin (DPPH-H). Radikal ini mempunyai kereaktifan rendah,
sehingga dapat mengurangi radikal bebas yang bersifat toksik (Cholisoh &
Utami, 2009).
Metode DPPH adalah metode yang paling sering dilaporkan digunakan untuk
menyaring aktivitas antioksidan dari berbagai tanaman obat. Metode
perendaman radikal bebas DPPH didasarkan pada pengurangan radikal bebas
DPPH yang diwarnai oleh inhibitor radikal bebas. Prosedur ini melibatkan
pengukuran penurunan penyerapan DPPH pada panjang gelombang
maksimum, yang sebanding dengan konsentrasi inhibitor radikal bebas yang
ditambahkan ke kelarutan reagen DPPH. Aktivitas ini dinyatakan sebagai
konsentrasi efektif, EC50 atau konsentrasi penghambatan, IC50 (Amelia,
2011)
METODE KERJA
1. PERSIAPAN SIMPLISIA
7. Disortasi kering
A. UJI STEROID/TRITERPENOID
1. Dimasukan sejumlah sampel ke plat tetes
2. Ditambahkan asam asetat anhidrid sampai terendam 5 menit
3. Ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat
4. Diamati Perubahan warna yang terjadi bila positif steroid berwarna
hijau kebiruan
B. UJI TERPENOID
C. UJI FENOL
D. UJI SAPONIN
F. UJI FLAVONOID
A. PERSIAPAN SAMPEL
1. Dibuat campuran heksan dengan etil asetat sebanyak 100 ml. dengan
berbagai perbandingan campuran
C. PERSIAPAN KLT
5. MASERASI
7.FRAKSINASI
A. PREPARASI MEDIA
1. Disiapkan media nutrient agar yang telah disterilisasi
2. Dituang kedalam cawan petri dan biarkan membeku
3. Digores bakteri E.coli di cawan petri yang telah berisi media padat
4. Digores bakteri S.aureus di cawan petri yang telah berisi media padat
9. UJI ANTIOKSIDAN
B.PREPARASI SAMPEL
1. Ditimbang 2 mg sampel
2. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
3. Diencerkan dengan metanol
4. Dipipet sampel sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml
5. Ditambahkan 2 ml DPPH
6. Didiamkan selama 30 menit dan disimpan ditempat yang gelap
7. Diencerkan dengan menggunkan methanol
8. Dibaca serapannya dengan menggunakan spektofotometer
C. PENYIAPAN KOLOM
12 . UJI BSLT
Tidak Dilakukan
HASIL PENGAMATAN
1. Persiapan simplisia
Pengumpulan bahan Sortasi basah Penimbangan awal
Data Pemanasan :
Bobot Kadar air
Pemanasan ke- (gram) (%)
1 46,1617 11,13
2 46,1434 12,03
3 46,1374 12,33
4 46,1330 12,55
5 46,1301 12,69
6 46,1266 12,86
7 46,1234 13,02
8 46,1213 13,12
9 46,1210 13,14
Terbentuk busa
Saponin +
mantap
Terbentuk larutan
Flavonoid -
berwarna merah
365 nm
254 nm
5. Maserasi
Bobot
(gram)
Bobot simplisia 100,9466
Menggunakan pelarut alkohol sebanyak 400 ml, 300 ml, 300 ml.
Didapatkan filtrat sejumlah 1000 ml
6. Rotari
Dari filtrat 1000 ml yang dihasilkan dari maserasi dirotari hingga didapatkan ekstrak
kental yang ditampung dalam cawan uap dengan data penimbangan :
sampel
Bobot cawan uap Kosong (gram) (+) sampel (gram) (gram)
Ekstrak kental 38,4563 45,7531 7,2968
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
Nilai % rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100 %
7,2968
= 100,9466 𝑥 100 %
= 7,23 %
Pindahkan kedalam
corong pisah
Lakukan pengocokan
atau ekstraksi
Lakukan pengulangan
ekstraksi dengan
etilasetat hingga 3x 100
ml
Setelah didapatkan ekstrak kental, cawan uap tersebut ditimbang. Didapatkan data
penimbangan sebagai berikut :
Chart Title
100.00 y = 14.926x + 4.5658
80.00 R² = 0.983
Axis Title
60.00
40.00 Series1
20.00 Linear (Series1)
0.00
0 5 10
Axis Title
Slope 14,92555831
Intersep 4,565756824
Dari tabel pengujian antioksidan terhadap simplisia kumis kucing pada hasil
ekstrak kental fraksi heksan, ekstrak kental fraksi air, ekstrak kental fraksi etilasetat,
didapatkan bahwa pada ekstrak kental fraksi air absorbi yang dihasilkan lebih rendah
daripada ekstrak kental fraksi lainnya. Maka nilai antioksidan yang lebih baik
adalah pada pada ekstrak kental fraksi air.
No.
Eluent perbandingan
Vial
1 - 22 Heksan : Etil asetat 3:1
23 - 40 Heksan : Etil asetat 1:1
41 –
Heksan : Etil asetat 1:5
44
45 –
Metanol : Hexan 3:1
47
48 - 55 Metanol : Hexan 5:1
1
2 3 4
Pada piala gelas 1 : vial no 32, 34, 39, 43, 44, 45, 54, 55, 56
Pada piala gelas 2 : vial no 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 35, 36, 53
Pada piala gelas 3 : vial no 47, 48, 50, 51, 52
Pada piala gelas 4 : vial no 41, 42, 49
Tidak
5:1 terbentuk
spot noda
Tidak
Etilasetat : 3:1 terbentuk
heksan spot noda
Tidak
1:1 terbentuk
spot noda
Tidak
3:1 terbentuk
spot noda
Metanol : Hexan
Tidak
5:1 terbentuk
spot noda
PEMBAHASAN
1.PEMBUATAN SIMPLISIA
Bahan baku yang diambil untuk simplisia di ambil dari berbagai wilyah Bagian yang diambil daun,
daun telah membuka sempurna dan dipilih yang mendapat sinar matahari penuh agar bahan baku yang
diambil mengandung zat akif yang banyak . Setelah itu dilakukan sortasi basah yang bertujuan
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing seperti tanah,pasir,batu dll lainnya dari bahan
simplisia. Simplisa kemudian dirajang perajangan pada simplisia adalah untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Perajangan pada daun tidak boleh terlalu besar
dan terlalu kecil. Simplisisa dikeringkan agara mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak . Cara
pengeringan yang saya lakukan adalah dengan pengeringan alamiah dengan diangin-anginkan dan
tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Karena daun merupakan bagian tanaman yang
bersifat lunak dan mengandung senyawa aktif yang mudah menguap
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi
ini adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan
dan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Praktikum ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam suatu sampel. Sampel yang
digunakan dalam praktikum ini adalah Daun kumis kucing . Penetapan kadar air dalam sampel –
sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan metode oven pengering, yang mana pengeringan
tersebut dengan cara memasukkan sampel ke dalam oven pengering pada suhu 100˚ C selama 1 jam
atau sampai beratnya konstan atau tetap. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
3. SKRINNING FITOKIMIA
Dalam percobaan ini dilakukan pengujian senyawa metebolit sekunder dalam ekstrak
tumbuhan kumis kucing, dimana perlakuan ini menggunakan beberapa perlakuan identifikasi
golongan steroid, identifikasi senyawa golongan saponin, identifikasi senyawa golongan triterpenoid,
identifikasi senyawa golongan flafonoid, identifikasi senyawa golongan tannin dan identifikasi
senyawa golongan Polifenol. Pengujian untuk mengetahui keberadaan senyawa metabolit sekunder ini
dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi tertentu misalnya FeCl3, dragendorf, lieberman
Uji alkaloid menggunakan pereaksi meyer (endapan putih-kuning) dan dragendorf (larutan
merah bata). Hal ini bertujuan untuk melihat hasil uji alkaloid dari pereaksi yang berbeda. pereaksi ini
digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa alkaloid. Hasil yang diperoleh pada pereaksi meyer
untuk sampel, larutan keruh dan ada endapan putih yang menandakan reaksi positif atau pereaksi
meyer mampu menarik senyawa alkaloid dalam sampel. Sedangkan hasil untuk pereaksi dragendorf
pada sampel diperoleh larutan warna merah bata yang menandakan terdapat senyawa alkaloid dalam
sampel.
Uji triterpenoid, steroid dan saponin menggunakan Liebermann burchard yang berfungsi
untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid (merah-ungu) dan steroid (biru-hijau) dalam sampel.
Hasil yang diperoleh pada pereaksi Liebermann burchard, larutan berwarna hijau kebiruan dan
berbusa yang menandakan positif adanya senyawa saponin dan steroid sehingga dapat disimpulkan
bahwa bahan alam yang digunakan mengandung saponin dan steroid Uji flavonoid menggunakan
metanol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil uji flavonoid dari pereaksi yang bersifat
garam dan basa. Hasil yang diperoleh pada larutan berwarna merah yang menandakan bahwa sampel
Uji tannin dan polifenol dilakukan dengan memindahkan sampel ke gelas kimia dan
dididihkan, disring dan dibagi menjadi dua bagian tabung reaksi. Adapun yang teridentifikasi adalah
hitam. Sedangkan pada tabung kedua tidak dapat di identifikasi karena tidak terjadi apa-apa saat
ditambahkan pereaksi.
Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase
stasioner (Fase diam) fase diam yang digunakan adalah plat silica . dan Fase gerak nya adalah
campuran pelarut Dilakukan uji kromatografi tipis yang bertujuan untuk mengetahiu pelarut yan tepat
saat maserasi agar banyak zat aktif ditarik oleh prlarut. Pada Praktikum kali ini dilakukan uji
kromatografi kolom dengan mencampurkan sampel dengan pelarut yang memiliki kepolaran yang
berbeda beda yaitu air (Polar) , methanol (polar), hekane (Non polar) dan etil asetat (semi polar)
kemudian sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah berisi 3 ml masing masing larutan
,dikocok kuat agar sampel terlarut semua pada pelarut . kemudian digunakan eluen dengan beberapa
perbandingan yaitu heksane : etil asetet (1;1), (1:5) , (5:1) , (3:1) . kemudian lempeng dibiarkan
hingga terjadinya pemisahan ,komponen kimia ini akan tampak sebagai noda pada lempeng klt jika
dilihat dengan lampu uv dalam pengamatan spot paling banyak dan paling terang terjadi pada
perbandingan heksan : etil asetat (3:1) dan dengan sampel yang menggunakan pelarut methanol
365 nm
Didapatkan niali RF yaitu 0.69 dan merupakan nilai Rf yang baik karena berada di rentang 0,2-0,8
5. MASERASI
Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak senyawa yang
tidak tahan panas atau belum diketahui sifatnya . pada praktikum ini dilakukan maserasi dengan
pelarut etanol karena sesuai denga/n hasil kromatografi lapis tipis didapatkan hasil yang baik dengan
menggunakan methanol sebagai pelarut polar ,yang berarti maserasi dengan pelarut polar akan dapat
menarik zat zat aktif yang terkandung dalam sampel daun kumis kucing dilakukan sebanyak 3 x 24
jam dengan jumlah volume 400,300,300 ml agar proses maserasi efektif dan efisien
Rotary evaporator merupakan alat yang menggunakan prinsip vakum distilasi . prinsip utama alat ini
terletak pada penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah titik didihnya
dan terpisah dari sumbernya dengan pemanasan secara vakum. Rotary evaporator mampu
menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung didalam pelarut tidak akan
rusak oleh suhu yang tinggi
Larutan ekstak dimasukkan kedlam labu evaporasi kemudian alat dihidupkan agar air panas,setelah
air pnas labu evaporator diturunkan samapai tercelup dalam wadah (heating bath) kemudian labu
diputar lalu penghisap dihidupkan untuk menghisap uap hasil pemanasan gas panas dari uap etanol
akan mengalir ke kondensor dan mengenai pipa yang berisi air dingn sehingga uap mengalami
pengembunan tujuan adanaya penguapan yaitu mempercepat penguapan etanol .
7. Fraksinasi
8. UJI ANTIMIKROBA
Pengujian Antimikroba dilakukan untuk mengetahui aktifitas zat aktif yang terdapat dalam kumis
kucing yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba , Digunakan media nutrient agar yang telah
digoreS bakteri E.Coli dan S.A lalu dicelupkan kertas cakram kedalam masing masing hasil fraksi
9 . UJI ANTIOKSIDAN
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada
sampel kumis kucing secara spektrofotometri metode DPPH digunakan dalam pengujian aktivitas
antioksidan adalah secara spektro dengan DPPH karena merupakan metode yang sederhana . adanya
aktivitas oksidan dalam sampel mengakibatkan perubahan warna pada larutan DPPH yang semula
berwarna ungu menjadi kuning pucat . perubahan warna disebabkan oleh berkurangnya ikatan
rangkap terkonjugasi pada DPPH Karen electron pada radikal DPPH berpasangan dengan atom
hydrogen dari antioksidan sehingga menjadi DPPH yang stabil. Dalam pengukuran aktivitas
antioksidan adalah vitamin C karena yang telah diketahui bahwa vitamin C adalah salah satu
antioksidan sekunder yang berfungsi menangkan radikal bebas . Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut bahwa semakin konsentrasi nya besar maka absorbansi semakin kecil dan begitupun
sebaliknya .
Kromatografi kolom yaitu pemisahan yang merupakan liquid chromatoghraphy karena fase
diamnya padatan dan fase geraknya cairan . pengisian silika kedalam kolom menggunakan cara
basah dengan melarutkan terlebih dahulu dengan pelarut kemudian dimasukka ke dalam kolom
,pada kromtografi kolom harus selalui dialiri eluen agar tidak kering ,apa bila kering eluen tidak
Kromatografi kolom ini dilakukan smpai semua sampel telah terelusi dengan ciri ciri cairn yang
kromatografi lapis tipis pada vial 1-55 tidak terbentuk spot warna itu bias dikarenakan eluen yang
tidak cocok dengan sampel sehingga sampel tidak terelusi dengan baik sehingga tidak terjadi
Pada pengujian toksisitas metode BSLT tidak dilakukan karena beberapa kendala yaitu, telur
larva yang belum menetas serta terbatasnya waktu untuk pengerjaan
Dilakukan identifikasi serbuk tanaman daun kumis kucing dengan tujuan untuk
memastikan bahwa tanaman yang digunakan benar-benar tanaman kumis kucing serta
tidak tercampur dengan serbuk atau zatzat yang tidak diinginkan
Serbuk simplisia daun kumis kucing berbentuk serbuk dengan bau khas, berwarna coklat
muda serta memiliki rasa yang pahit.
Dilakukan pengujian kadar air karena kandungan kadar air pada daun kumis kucing dapat
mempengaruhi kualitas dari ekstrak tersebut. Air dapat menjadi media kontaminasi yang
dapat mengganggu hasil pengujian yang lain. Bedasarkan hasil yang di peroleh
Hasil ekstraksi dari 100,9466 gram simplisia daun kumis kucing dengan pelarut alkohol
menghasilkan ekstrak cair daun kumis kucing lalu dipekatkan dengan rotary evaporator,
kemudian diperolehlah ekstrak kental sebanyak 7,2968 gram dengan nilai rendemen yang
dapat dihitung dengan rumus: Rendemen (%)= Berat ekstrak Berat simplisiax 100%
Berdasarkan hasil data yang di peroleh ,hasil fraksinasi dengan pelarut air ,heksan , dan
etil asetat didapatkan hasil ekstrak kental sebanyak 7,2968 gram
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pengujian antimikroba ekstrak kental,
ekstrak fraksi etilasetat dan ekstrak fraksi heksan terhadap bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus dengan menggunakan kontrol positif amoxicillin menghasilkan
bahwa pada ekstrak fraksi etilasetat yang dalam pengujian mendapatkan hasil yang baik
yaitu dengan diameter yang diperoleh sebesar 2,25 cm terhadap Escherichia coli dan 2,0
cm terhadap Staphylococcus aureus.
Metode DPPH adalah metode yang paling sering dilaporkan digunakan untuk menyaring
aktivitas antioksidan dari berbagai tanaman obat. Metode perendaman radikal bebas
DPPH didasarkan pada pengurangan radikal bebas DPPH yang diwarnai oleh inhibitor
radikal bebas. Prosedur ini melibatkan pengukuran penurunan penyerapan DPPH pada
panjang gelombang maksimum, yang sebanding dengan konsentrasi inhibitor radikal
bebas yang ditambahkan ke kelarutan reagen DPPH. Aktivitas ini dinyatakan sebagai
konsentrasi efektif, EC50 atau konsentrasi penghambatan, IC50 (Amelia, 2011)
Dari tabel pengujian antioksidan terhadap simplisia kumis kucing pada hasil ekstrak
kental fraksi heksan, ekstrak kental fraksi air, ekstrak kental fraksi etilasetat, didapatkan
bahwa pada ekstrak kental fraksi air absorbi yang dihasilkan lebih rendah daripada
ekstrak kental fraksi lainnya. Maka nilai antioksidan yang lebih baik adalah pada pada
ekstrak kental fraksi air.
Percobaan ini bertujuan menjelaskan teori dan prinsip dasar kromatografi kolom .kromato
grafi kolom termasuk dalam LC (liquid chromatography)karena fase diamnya padatan
,fase geraknya cairan,dan sampel berupa cairan fase diam yang digunakan yaitu
silika.fase geraknya yaitu pelarut (solven).
Pada pengujian toksisitas metode BSLT tidak dilakukan karena beberapa kendala yaitu,
telur larva yang belum menetas serta terbatasnya waktu untuk pengerjaan.
PENUTUP
Kesimpulan