Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DAUN KUMIS


KUCING
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fitokim

Dosen : Sofyan Ramani, M.Farm,Apt

RK-B

Kelompok : IX

1. Monica Laudy Kurnia (17010128)


2. Nadya Paramitha Rahayu (17010138)
3. Queen Sahara Hasna A (17010150)
4. Radita Nuraeni (17010152)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmatNya sehingga


makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, Januari 2020

Kelompok VII

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................1

DAFTAR ISI ................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................3

1.1 Latar Belakang .......................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................6

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................8

2.1. Penyakit Jantung ...................................................................................8

2.2 Obat-Obat Penyakit Jantung ................................................................15

2.3 Interaksi Obat Jantung .........................................................................20

BAB III PENUTUP ...................................................................................32

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................32

3.2 Saran ....................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................34

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak


akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan
obat-obat baru ataupun untuk menujang berbagai kepentingan industri. Hal ini
terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Dari 250.000
jenis tumbuhan tingkat tinggi seperti dikemukan di atas 54 % diantaranya terdapat
di hutan-hutan tropika dan Indonesia dengan hutan tropikanya yang mengandung
lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi sangat berpotensial untuk diteliti
dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia.
Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Sejak zaman
dahulu, masyarakat Indonesia telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat
obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Saat ini, para peneliti semakin
berkembang untuk mengeksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis
yang positif bagi manusia. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dikembangkan, senyawa-senyawa yang memiliki potensi sebagai antioksidan
umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid.
Senyawa yang paling mudah ditemukan adalah flavonoid karena senyawa
ini adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-
senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna
kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan
menunjukkan bahwa flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik
yang termasuk polifenol dan mengandung antioksidan. Oleh karena jumlahnya
yang melimpah di alam, manusia lebih banyak memanfaatkan senyawa ini
dibandingkan dengan senyawa lainnya sebagai antioksidan.

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 4


Penelitian bahan alam biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan metode
kromatografi sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari senyawa
murni yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan uji aktivitas
biologi baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah diketahui struktur
molekulnya biasanya dilanjutkan dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan
senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


- Kandungan apa saja yang terdapat pada daun Kumis Kucing
- Bagaimana cara mengisolasi daun Kumis Kucing
1.3 Tujuan Penulisan
- Mengetahui kandungan zat aktif yang terdapat pada daun kumis kucing
- Mengetahui bagaimana cara mengisolasi daun kumis kucing

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kumis kucing (orthoshipon stamineus benth )

Klasifikasi tumbuhan

 Klasifikasi tanaman kumis kucing menurut USDA sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Tubiflorae

Suku : Labietae

Marga : orthoshipon stamineus Benth

 Nama lain

Tanaman kumis kucing mempunyai nama botani orthoshipon stamineus Benth


, dan mempunyai sinonim orthoshipon aristatus Mic., orthoshipon spicatus
B.Bs , orthoshipon glandiflorus Bold (Dalimarta , 2000). Kumis kucing juga
di kenal sebagai misai kucing atau cats whisker (Malaysia) (Almatar et
Al.,2013)

 Nama daerah

Tanaman kumis kucing dapat di temukan pada daerah yang teduh tidak teralu
kering 1-700m di jawadan [ulau – pulau lainnya di nusantara,tumbuh
menjulang sepanjang anak air atau selokian .karna daunnya sering di jadikan
untuk pengobatan ,sering di biarkan tumbuh di halaman (Dalimartha.,2000).
kumis kucing merupakan tabnaman obat yang telah banyak di kenaljuga
tumbuh di asia tenggara lainnya seperti Malaysia,Thailand,Vietnam dan
negara tetangga lainnya( almataret Al., 2011)

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 6


 Uraian tanaman

Gambaran tanaman secara manual dapat dilihat dengan mata biasa, dengan
bentuk-bentuk tanaman kumis kucing bisa dilihat berdasarkan bagianbagian
tanaman yaitu : akar, batang, daun, bunga dan biji.Tanaman ini berjenis akar
tunggang, batangnya berbentuk persegi empat agak beralur dan berwarna hijau
keunguan Daun berbentuk bulat telur, lonjong, berwarna hijau, panjang <10
cm dan lebar 3 –5 cm. Tangkai berbentuk bulat, berwarna ungu kehijauan,
atau hijau tergantung varietas. Posisi daun pada batang berhadapan dan
selang-seling, tulang daun bercabang-cabang. Ada dua jenis kumis kucing
yang dikenal: Orthosiphon stamineus yang berbunga ungu dan Orthosiphon
aristatus yang berbunga putih.

 Kandungan senyawa kimia

Pada daun kumis kucing terkandung senyawa saponin, polifenol, flavonoid,


sapofonin, myoinositol, orthosipon glikosida, minyak atsiri, dan garam
kalium. Daun kumis kucing berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat batu
ginjal, obat kencing manis, obat tekanan darah tinggi, dan obat encok

Zat Kegunaan
Minyak Atsir  Anti nyeri
 Anti infeksi
 Pembunuh bakteri
Flavonoid  Melindungi struktur sel
 Meningkatkan efektivitas vitamin C
 Antiinflamasi
 Mencegah keropos tulang
 Antibiotik
 Antivirus
 Menghambat penyerapan glukosa di usu
Orthosipon glikosida  Diuretik
 Antiinflamasi
Saponin  Antiseptik
 Menghambat Na+ / D-glucose
cotransport system (SGLUT) di membran brush
border intestinal
Garam Kalium  Metabolisme energi
 Katalisator sintesis glikogen dan protein
Myoinositol  Aktivitas lipotropik
 Mengatur respon sel terhadap rangsang
dari luar
 Transmisi saraf
 Pengaturan aktivitas enzim

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 7


Ekstraksi adalah penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah obat
dengan menggunakan pelarut tertentu yang dipilih dimana zat yang diinginkan
dapat larut. Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh – tumbuhan atau
hewan dikumpulkan, dibersihkan atau dicuci, dikeringkan dan dijadikan
serbuk. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak. Ekstrak tidak hanya mengandung
satu unsur saja tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada obat yang
digunakan dan kondisi dari ekstraksi.Proses ekstraksi pada dasarnya
dibedakan menjadi dua fase:

1) Fase Pencucian

Dalam fase pertama ini, sebagian bahan aktif berpindah ke dalam bahan
pelarut. Semakin halus serbuk jamu, maka semakin optimal jalannya proses
pencucian jamu.

2) Fase Estraksi

Membran sel yang mengering dan menciut yang terdapat dalam jamu mula-
mula harus diubah dalam suatu keadaan yang memungkinkan suatu
perlintasan bahan pelarut ke dalam bagian dalam sel. Hal itu terjadi melalui
pembengkakan yang kemudian terbentuk ruang antar miselar, yang
memungkinkan bahan ekstraksi mencapai ke dalam ruang sel secara osmose.
Mengalirnya bahan pelarut ke dalam ruang sel menyebabkan protoplasma
membengkak dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan
kelarutannya. Gaya yang bekerja adalah adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan cairan ekstraksi yang mula-mula masih tanpa
bahan aktif yang mengelilinginya. Bahan kandungan sel akan mencapai ke
dalam cairan di sebelah luar selama difusi melintasi membran sampai
terbentuknya keseimbangan konsentrasi antara larutan di sebelah dalam dan
larutan di sebelah luar sel.Macam metode ekstraksi antara lain:

1) Maserasi

Merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam


serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya.

2) Soxhletasi

Merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari


dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon.

3) Perkolasi

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 8


Adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi.

4) Destilasi uap

Adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap


(esensial) dari sampel tanaman Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk
menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung
komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara
normal

Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi dan perkolasi, tetapi
kebanyakan ekstraksi obat dikerjakan dengan cara perkolasi. Dalam pabrik
ekstrak umumnya, perkolasi digunakan untuk melepaskan zat aktif dari obat.

 Kromatografi lapis tipis

Merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murni dan


mengetahu kualitasnya . KLT dapat di gunakan untuk memisahkan senyawa –
senyawa yang bersifat hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon di
kerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna sebagai
pereaksi untuk kromatografi kolom. Pelarut yang di gunakan untuk
pengembangan sesuai dengan sifat kelarutan senyawa yang di analisis .Data
yang di peroleh dari KLT adalah nilai RF yang berguna untuk identifikasi
senyawa .

 Antioksidan

Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,


memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus,
antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi
antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990).

Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,


yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi
kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami)
(Continuing Profesional Development Dokter Indonesia, 2008).

Antioksidan merupakan substansi penting yang mampu melindungi tubuh dari


serangan radikal bebas dan meredamnya. Konsumsi antioksidan dalam jumlah
memadai mampu menurunkan resiko terkena penyakit degeneratif seperti
kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis dan lainlain. Konsumsi
makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologi
dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan.

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 9


Kecukupan antioksidan secara optimal dibutuhkan oleh semua kelompok
umur (Winarsi, 2007).

Secara umum, tahapan reaksi pembentukan reaksi radikal bebas melalui 3


tahapan reaksi yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Tahap inisiasi
merupakan awal pembentukan radikal bebas, tahap propagasi merupakan
pemanjangan rantai dan tahap terminasi merupakan bereaksinya senyawa
radikal dengan radikal lain atau dengan penangkap radikal sehingga potensi
propagasinya rendah. Reaktivitas radikal bebas dapat dihambat dengan cara
(Winarsi, 2007) :

1. Mencegah atau menghambat pembentukan radikal bebas baru.

2. Menginaktivasi atau menangkap radikal bebas dan memotong propagasi


(pemutusan rantai).

3. Memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.

Antioksidan merupakan substansi nutrisi maupun non nutrisi yang


terkandung dalam bahan pangan, mampu mencegah atau memperlambat
terjadinya kerusakan oksidatif dalam tubuh. Antioksidan merupakan senyawa
pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan. Antioksidan mampu
menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul
yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Senyawa ini
mempunyai berat molekul kecil tapi mampu menginaktivasi reaksi oksidasi
dengan mencegah terbentuknya radikal (Winarsi, 2007).

Tamat et al., (2007) menyatakan bahwa antioksidan merupakan zat yang dapat
menunda, mem-perlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi.
Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting dalam
mempertahankan mutu produk pangan. Tubuh manusia mempunyai sistem
antioksidan yang diproduksi terus menerus untuk menangkal atau meredam
radikal bebas, seperti enzim superoksida dismutase, katalase dan glutation
peroksidase.

Bila jumlah senyawa radikal bebas melebihi jumlah antioksidan alami dalam
tubuh maka radikal bebas akan menyerang komponen lipid, protein dan
DNA. Sehingga tubuh kita membutuhkan asupan antioksidan yang mampu
melindungi tubuh dari serangan radikal bebas tersebut (Prakash, 2001;
Winarsi, 2007; Hapsari, 2008).

 Manfaat Antioksidan

Antioksidan penting untuk kesehatan dan kecantikan serta menjaga kualitas


produk makanan. Di bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan berfungsi
untuk mencegah kanker, tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini,
dll. (Tamat et al., 2007).

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 10


Antioksidan juga mampu menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat
dicegah. Reaksi oksidasi dengan radikal bebas sering terjadi pada molekul
protein, asam nukleat, lipid dan polisakarida (Winarsi, 2007).

Mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah cukup dapat mengurangi risiko


penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, kanker, atero-sklerosis,
osteoporosis, dan lainnya. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan
dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat munculnya penyakit
degeneratif karena penuaan. Kecukupan antioksidan sangat dibutuhkan oleh
semua kelompok umur (Winarsi, 2007).

Antioksidan sangat penting sebagai penghambat peroksidasi lipid sehingga


mereka dapat digunakan untuk mencegah peroksidasi lipid dalam makanan.
Peroksidasi lipid adalah reaksi kimia yang sering terjadi pada bahan makanan
yang menghasilkan asam, bau dan lemak yang tidak menyenangkan selama
pemrosesan dan penyimpanan yang mempengaruhi kualitas dan keamanan
produk makanan (Heo et al., 2005).

 Sumber Antioksidan dan Mekanisme Kerjanya

Berdasarkan mekanisme kerja dan sumbernya, antioksidan diklasifikasikan


menjadi 3 golongan, yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder dan
antioksidan tersier. Antioksidan primer disebut juga sebagai antioksidan
endogenus, yaitu antioksidan yang diproduksi secara alami dan kontinue
oleh tubuh. Antioksidan primer merupakan jenis antioksidan enzimatis, yaitu
mampu memberikan atom hidrogen kepada radikal bebas sehingga radikal
bebas ini menjadi lebih stabil. Mekanisme kerja antioksidan primer adalah
dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru atau
mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi lebih stabil dan
kurang reaktif dengan cara memutus reaksi berantai (polimerisasi) atau
dikenal dengan istilah juga chain- breaking-antioxidant (Winarsi, 2007).

Contoh antioksidan primer adalah enzim superoksida dismutase (SOD),


katalase dan glutation peroksidase (GSH) (Prakash, 2001; Tamat et al., 2007;
Winarsi, 2007). Antioksidan sekunder disebut juga sebagai antioksidan
eksogenus atau antioksidan nonenzimatis, yaitu antioksidan yang tidak
diproduksi secara alami oleh tubuh dan didapatkan dari asupan makanan
maupun minuman. Mekanisme kerja antioksidan sekunder adalah dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara
menangkap radikal bebas (free radical scavenger). Sehingga radikal bebas
tidak akan bereaksi dengan komponen seluler. Antiksidan sekunder terdiri dari
antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami banyak
ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan. Komponen yang terkandung
didalamnya adalah vitamin C, vitamin E, β-karoten, flavonoid, isoflavon,

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 11


flavon, antosianin, katekin, isokatekin, asam lipoat, bilirubin dan albumin,
likopen dan klorofil (Winarsi, 2007).

Antioksidan sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia antara lain butylated


hydroxyanisol (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT),
tertbutylhydroquinone (TBHQ) dan propyl gallate (PG) (Heo et al., 2005).
Antioksidan tersier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan
biomolekuler yang rusak akibat aktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA
akibat radikal bebas dapat dicirikan oleh rusaknya single atau double strand
pada gugus basa dan non basa (Winarsi, 2007).

Fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.


Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut
sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen
secara cepat ke radikal lipida (R•, ROO•) atau mengubahnya ke bentuk lebih
stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A•) tersebut memiliki keadaan
lebih stabil dibanding radikal lipida (Asda, 2009).

Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat


laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan
rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil
(Gordon, 1990). Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi
rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi
lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi
pada tahap inisiasi maupun propagasi. Radikal-radikal antioksidan (A•) yang
terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi
untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida
baru (Gordon, 1990).

Inisiasi : R• + AH ----------> RH + A•

Radikal lipida

Propagasi : ROO• + AH -------> ROOH + A•

Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada

laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik

sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan. Pengaruh

jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur

antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji (Gordon, 1990).

AH + O2 -----------> A• + HOO•

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 12


AH + ROOH ---------> RO• + H2O + A•

Radikal bebas DPPH akan ditangkap oleh senyawa antioksidan oleh radikal
bebas untuk mendapatkan pasangan elektron dan mengubahnya menjadi
difenil pikrilhidrazin (DPPH-H). Radikal ini mempunyai kereaktifan rendah,
sehingga dapat mengurangi radikal bebas yang bersifat toksik (Cholisoh &
Utami, 2009).

DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul


diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara
transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter
radikal bebas dari DPPH (Cholisoh & Utami, 2009).

 Metode Uji Antioksidan Dengan Perendaman Radikal 2,2-Difenil

1-Pikril Hidrazil (DPPH)

Packer (1995) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat


diukur dengan kemampuannya menangkap radikal bebas. Radikal bebas yang
biasa digunakan sebagai model dalam mengukur daya tangkap radikal bebas
adalah DPPH yang merupakan senyawa radikal bebas yang stabil sehingga
ketika digunakan sebagai pereaksi dalam tes penangkapan radikal bebas, zat
ini cukup larut. Jika disimpan dalam keadaan kering dan kondisi penyimpanan
yang baik akan stabil selama bertahun-tahun (Amelia, 2011).

Metode DPPH adalah metode yang paling sering dilaporkan digunakan untuk
menyaring aktivitas antioksidan dari berbagai tanaman obat. Metode
perendaman radikal bebas DPPH didasarkan pada pengurangan radikal bebas
DPPH yang diwarnai oleh inhibitor radikal bebas. Prosedur ini melibatkan
pengukuran penurunan penyerapan DPPH pada panjang gelombang
maksimum, yang sebanding dengan konsentrasi inhibitor radikal bebas yang
ditambahkan ke kelarutan reagen DPPH. Aktivitas ini dinyatakan sebagai
konsentrasi efektif, EC50 atau konsentrasi penghambatan, IC50 (Amelia,
2011)

 Uji toksisitas pada ekstrak tanaman biasanya dilakukan dengan untuk


mengetahui tingkat keamanan suatu ekstrak. Dimana pengujian toksisitas
biasanya dengan menggunakan hewan uji. Salah satu hewan uji yang sesuai
adalah brine shrimp (udang laut) A. salina Leach, sejenis udang-udangan
primitif dan pertama kali ditemukan di Lymington, Inggris pada tahun 1755
dan termasuk family crustaceae tingkat rendah dari phylum arthropoda
(Sukandar, et al., 2007).

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 13


 Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) pertama kali diperkenalkan oleh
Michael, dkk pada tahun 1956. Metode pengujian ini didasarkan pada bahan
senyawa aktif dari tumbuhan yang bersifat toksik dan mampu membunuh
larva A. salina Leach. dan dapat digunakan sebagai uji praskrining aktivitas
antikanker (Sukandar, et al., 2007). Berdasarkan latar belakang di atas maka
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui toksisitas ekstrak daun Pletekan
(Ruellia tuberosa L.) terhadap larva udang A. salina Leach melalui uji Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT).

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 14


BAB III

METODE KERJA

1. PERSIAPAN SIMPLISIA

1. Dikumpulkan bahan baku yang diambil untuk simplisia di ambil dari


wilayah bogor.Bagian yang diambil daun, daun telah membuka
sempurna dan dipilih yang mendapat sinar matahari penuh

2. Disortasi basah dengan tujuan memisahkan kotoran-kotoran atau


bahan-bahan asing seperti tanah,pasir,batu dll lainnya dari bahan
simplisia.

3. Dilakukan penimbangan awal

4. Dicuci daun dengan menggunakan air yang mengalir hingga benar


benra bersih

5. Dirajang daun menggunakan pisau hingga dieroleh daun yang


berukuran kurang lebih 3 mm

6. Dikeringkan daun dengan cara mengangin-anginkan hingga benar


benar kering

7. Disortasi kering

8. Ditimbang kering untuk mendapatkan rendemen

9. DIgiling hingga halus

2 . UJI KADAR AIR / SUSUT KERING

1. Ditimbang Botol timbanag yang telah dikeringkan di oven selama 30


menit
2. DItimbang sampel sebanyak 2 gram
3. Dipanaskan Di oven dengan suhu 100o c selama 60 menit
4. Didinginkan di deksikator selama 20 menit
5. Ditimbang ,dilakukan hingga mendapatkan bobot tetap

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 15


3.SKRINING FITOKIMIA

A. UJI STEROID/TRITERPENOID
1. Dimasukan sejumlah sampel ke plat tetes
2. Ditambahkan asam asetat anhidrid sampai terendam 5 menit
3. Ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat
4. Diamati Perubahan warna yang terjadi bila positif steroid berwarna
hijau kebiruan
B. UJI TERPENOID

1. Pada plat tetes sejumlah sampel di oles


2. Ditambahkan vanilin dan 2 tetes asam sulfat pekat
3. Diamati perubahan yang terjadi bila positif terpenoid berwana merah
sampai ungu

C. UJI FENOL

1. Ditambahkan sejumlah sampel pada plat tetes


2. Ditambahkan larutan FeCl3 (10% b/v dalam etanol)
3. Diamati perubahan warna yang terjadi bila positif fenol berwarna
ungu,hitam atau merah

D. UJI SAPONIN

1. Dimasukkan sampel kedalam tabung reaksi


2. Ditambahkan aquadest sampai terendam dan dipanaskan dalam
waterbath 100 derajat celcius selama 15 menit
3. Setelah dingin dikocok kuat kuat arah vertical
4. Diamati apakah terbentuk busa ,dipertahankan selama 10 menit bila
positif saponin terbentuk busa mantap

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 16


E. UJI ALKALOID

1. Ditimbang 2-4 gram Sejumlah sampel


2. Ditambahkan 10 nl kloroform dan 10 ml amoniak
3. Disaring dalam tabung reaksi
4. Ditambahkan 0.5 ml asam sulfat 2N
5. Terbagi menjadi dua lapisan. Diambil lapisan atasnya
6. Lapisan asam pertama diuji dengan pereaksi mayer bila positif alkalid
berwarna endapan kuning
7. Lapisan asam kedua diuji dengan pereaksi dragon droff bila positif
terbentuk endapan merah bata

F. UJI FLAVONOID

1. 2 gr sampel ditambah 10 ml metanol kemudian dipanaskan

2. lalu disaring panas-panas dan dipekatkan di waterbath

3. Ditambahkan 3 tetes HCl pekat dan logam Mg bila positif flavonoid


berwarna merah

4. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS AWAL

A. PERSIAPAN SAMPEL

1. Dimasukan sampel sebanyak 3 spatel kedalam tabung reaksi


2. Dimasukkan sebanyak 3 ml air kedalam tabung reaksi yang berisi
sampel (tabung 1)
3. Dipanaskan diatas waterbath selama 15 menit
4. Dimasukkan 3 ml heksane (tabung 2) , 3 ml etil asetat (tabung 3) , 3 ml
metanol ( tabung 4)
5. Dihomogenkan

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 17


B. PERSIAPAN ELUEN

1. Dibuat campuran heksan dengan etil asetat sebanyak 100 ml. dengan
berbagai perbandingan campuran

heksana : etil asetat (1:1)

heksana: etil asetat (1:5)

heksana: etil asetat (5:1)

2. Dimasukkan eluen kedalam chamber


3. Dibiarkan jenuh kurang lebih 30 menit

C. PERSIAPAN KLT

1. Disiapkan plat untuk uji klt


2. Diberi jarak 1 cm dari ujung plat
3. Dibagi plat menjadi 4 bagian sama rata
4. Ditotolkan sampel ditabung 1,2,3,4 di atas plat
5. Dikeringkan plat dengan cara diangin anginkan
6. Dimasukkan plat kedalam chamber yang berisi eluen yang telah
dijenuhkan
7. Dibiarkan terelusi hingga eluen mencapai 1 cm dari atas plat
8. Diangkat dan diangin-anginkan agar Plat kering
9. Dibaca dibawah sinar uv

5. MASERASI

1. Ditimbang sebanyak 100 gram sampel


2. Ditambahkan 400 ml etanol ,didiamkan selama 24 jam
3. Disaring
4. Ditambahakan 300 ml etanol,didiamkan selama 24 jam
5. Disaring
6. Ditambahkan 300 ml etanol ,didiamkan selama 24 jam
7. Disaring
8. Ditampung hasil maserasi selama 3 x 24 jam kemudian diukur volume
nya

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 18


6.ROTARY EVAPORATOR

1. Disiapkan alat untuk rotary evaporator


2. Dimasukkan hasil maserasi kedalam labu evaporator
3. Dirotary sampai semua pelarut menguap
4. Ditampung semua hasil rotary evaporator

7.FRAKSINASI

1. Ekstrak hasil rotary ditambhkan 200 ml air


2. dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup.
3. Ditambahkan 100 ml heksane
4. Dikocok dengan kuat corong pisah agar sampel terlarut dalam pelarut
5. Corong pisah kemudian dibalik dan keran dibuka untuk
melepaskan tekanan uap yang berlebihan
6. didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung
7. Ditampung hasil pemisahan heksana
8. DIlakukan pemisahan dengan menggunakan heksan 3 x 100 ml
9. DIlakukan fraksinansi dengan menggunkan etil asetat 3 x 100 ml
10. Didapatkan fraksi heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air

8 . UJI ANTI MIKROBA

A. PREPARASI MEDIA
1. Disiapkan media nutrient agar yang telah disterilisasi
2. Dituang kedalam cawan petri dan biarkan membeku
3. Digores bakteri E.coli di cawan petri yang telah berisi media padat
4. Digores bakteri S.aureus di cawan petri yang telah berisi media padat

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 19


B. PREPARASI SAMPEL
1. Disiapkan 4 vial sampel
A = Amoxicilin
B = Fraksi etil asetat
C = Frasi heksan
D = Ekstrak
2. Dicelupkan cakran steril kedalam masing masing vial
3. Ditanam cakram diatas media yang telah digorekan oleh masing
masing bakteri
4. Dinkubasi selama 24- 48 jam dan diamati zona beningnya

9. UJI ANTIOKSIDAN

A. PEMBUATAN DERET STANDAR

1. Dibuat larutan induk vitamin C dengan konsentrasi 1000 rpm


2. Dipipet 5 ml larutan induk ,dimasukkan ke labu ukur 50 ml di
encerkan (100 rpm)
3. Dibuat deret standar dengan konsentrasi 2 ppm,3 ppm,4ppm,5 ppm,6
ppm dengan cara memipet 0,2 ml , 0,3 ml ,0.4 ml,0.5 ml dan 0.6 ml
larutan standar 100 rpm dan masukkan ke labu 10 ml
4. Ditambahkan masing masing labu ukur 2 ml larutan DPPH
5. Didiamkan selama 30 menit dan disimpan di tempat yang gelap
6. Diencerkan dengan menggunakan methanol
7. Dibaca serapan nya dengan menggunkan spektrofotometer

B.PREPARASI SAMPEL

1. Ditimbang 2 mg sampel
2. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
3. Diencerkan dengan metanol
4. Dipipet sampel sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml
5. Ditambahkan 2 ml DPPH
6. Didiamkan selama 30 menit dan disimpan ditempat yang gelap
7. Diencerkan dengan menggunkan methanol
8. Dibaca serapannya dengan menggunakan spektofotometer

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 20


10. KROMATOGRAFI KOLOM

A PEMBUATAN BUBUR SILIKA

1. Ditimbang silika gel sebanyak 3 gr


2. Dimasukkan ke dalam gelas kimia
3. Ditambahkan eluen secukupnya sambil diaduk sampai terbentuk bubur
silica
B, PEMBUATAN ELUEN

1. Dibuat perbandingan pelarut yaitu heksane : etil aetat (1:5)

C. PENYIAPAN KOLOM

1. Dimasukkan kapas ke dalam kolom


2. Ditambahkan sedikit eluen
3. Dituangkan bubur silika ke dalam kolom
4. Dimampatkan silica gel dan kapas dalam kolom
5. Ditambahkan eluen pada kolom dan pastikan eluen mengalir dengan
baik dan tidak bocok atau mampat
D.PEMISAHAN CAMPURAN

1. Dimasukkan kurang lebih 2 spatel sampel kedalam lumpang


2. Ditambhakan sedikit silica gel
3. Digerus hingga hpmpgen anatara silica gel dengan sampel
4. Dimasukkan kedalam kolom
5. Dituangkan eluen secukupnya agar silika gel tidak kering
6. Ditampung hasil pemisahan menggunakan vial

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 21


11 . KLT HASIL UJI KOLOM

1. Disiapkan plat untuk uji klt


2. Diberi jarak 1 cm dari ujung plat
3. Dibagi plat menjadi beberapa bagian sama rata
4. Ditotolkan sampel hasil kromatografi kolom (vial 1-55) di atas plat
5. Dikeringkan plat dengan cara diangin anginkan
6. Dimasukkan plat kedalam chamber yang berisi eluen yang sama
dengan kromatografi kolom yaitu heksan L etil asetat (1:5) yang telah
dijenuhkan
7. Dibiarkan terelusi hingga eluen mencapai 1 cm dari atas plat
8. Diangkat dan diangin-anginkan agar Plat kering
9. Dibaca dibawah sinar uv

12 . UJI BSLT

Tidak Dilakukan

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 22


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

1. Persiapan simplisia
Pengumpulan bahan Sortasi basah Penimbangan awal

Pencucian Perajangan Pengeringan

Sortasi kering Penimbangan kering Penggilingan

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 23


2. Kadar air
Pada pengujian kadar air, didapatkan data sebagai berikut :

kotak timbang bobot (gram)


kosong 44,3638
kosong +
sampel 46,3868
sampel 2,0230

Data Pemanasan :
Bobot Kadar air
Pemanasan ke- (gram) (%)
1 46,1617 11,13
2 46,1434 12,03
3 46,1374 12,33
4 46,1330 12,55
5 46,1301 12,69
6 46,1266 12,86
7 46,1234 13,02
8 46,1213 13,12
9 46,1210 13,14

(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) − (𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛)


Rumus kadar air = 𝑥 100 %
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 24


3. Uji Fitokim

Pengujian Hasil Pengamatan Standar


Hijau Kebiruan
Steroid + Hijau Kebiruan
Tidak terbentuk larutan berwarna
merah sampai ungu
Terbentuk larutan
Terpenoid - berwarna merah
sampai ungu

Tidak terbentuk larutan berwarna


hitam, ungu, merah
Terbentuk larutan
berwarna hitam, ungu,
Fenol -
merah

Terbentuk busa mantap

Terbentuk busa
Saponin +
mantap

Tidak terbentuk larutan berwarna


merah

Terbentuk larutan
Flavonoid -
berwarna merah

Dengan Mayer terbentuk endapan


kuning
Dengan Mayer
terbentuk endapan
kuning

Alkaloid + Dengan Dragondroff terbentuk


Endapan merah bata
Dengan Dragondroff
terbentuk Endapan
merah bata

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 25


4. Uji pendahuluan KLT
Dilakukan terhadap serbuk simplisia yang dilarutkan dengan berbagai pelarut, yaitu :
1) H2O
2) Heksan
3) Etilasetat (EA)
4) Metanol

Menggunakan eluent Heksan : Etil asetat dengan berbagai perbandingan sehingga


didapatkan data sebagai berikut :

Pembacaan Eluent Heksan : Etilasetat


pada sinar
1:1 1:5 5:1 3:1
Uv

365 nm

254 nm

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 26


Dari hasil yang didapatkan, disimpulkan bahwa pelarut yang cocok digunakan
untuk maserasi adalah metanol karena pada sampel yang menggunakan pelarut
metanol dengan eluent 3:1 heksan:etilasetat pada pengujian KLT didapatkan hasil
spot yang lebih baik karena spot dapat terlihat, banyak dan jelas. Nilai rf yang
dihasilkan adalah sebagai berikut :

5. Maserasi

Bobot
(gram)
Bobot simplisia 100,9466

Menggunakan pelarut alkohol sebanyak 400 ml, 300 ml, 300 ml.
Didapatkan filtrat sejumlah 1000 ml

6. Rotari

Dari filtrat 1000 ml yang dihasilkan dari maserasi dirotari hingga didapatkan ekstrak
kental yang ditampung dalam cawan uap dengan data penimbangan :

sampel
Bobot cawan uap Kosong (gram) (+) sampel (gram) (gram)
Ekstrak kental 38,4563 45,7531 7,2968
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
Nilai % rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100 %

7,2968
= 100,9466 𝑥 100 %

= 7,23 %

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 27


7. Fraksinasi
Setelah didapatkan ekstrak kental dari rotari, selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan
melarutkan sampel ekstrak kental dengan 200ml air. Kemudian diekstraksi dengan
pelarut heksan dan etilasetat. Didapatkan data sebagai berikut :

Cara Kerja Hasil

Ambil sediaan ekstrak


kental

pelarutan dengan air

Pindahkan kedalam
corong pisah

Sampel ekstrak kental


tidak semua larut dalam
air, sehingga sampel
tersebut kemudian
ditambahkan dengan
hexan 100 ml untuk
difraksi

Sampel yang dilarutkan


dengan heksan tersebut
dimasukkan dalam
corong pisah

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 28


Lakukan pengocokan

Tampung larutan air dan


heksan secara terpisah

Larutan air dimasukkan


kembali kedalam corong
pisah dan tambahkan
larutan heksan 100 ml
lalu kocong. Lakukan
hingga menggunakan
larutan heksan sebanyak
300 ml atau 3x ekstraksi
dengan 100 ml heksan

Tampung kembali larutan


air dan heksan pada
wadah yang berbeda

Kemudian pada bekas


wadah ekstrak kental
yang telah dengan heksan
ditambahkan dengan
etilasetat 100 ml
Dengan tujuan agar
semua ekstrak kental
dapat terambil atau
terlarutkan semua

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 29


Masukkan larutan
etilasetat tersebut
kedalam corong pisah
dan masukkan kembali
larutan air yang sudah
ditampung tadi

Lakukan pengocokan
atau ekstraksi

Lalu pisahkan dan


tampung air dan etilasetat
tersebut pada wadah

Lakukan pengulangan
ekstraksi dengan
etilasetat hingga 3x 100
ml

Setelah semua larutan


hasil fraksi terkumpul,
lalu pindahkan sedikit
demi sedikit pada cawan
uap yang telah diketahui
bobot kosongnya untuk
menguapkan pelarut

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 30


Setelah pemanasan,
didapatkan ekstrak kental
pada masing masing
fraksi. Kemudian
ditimbang bobotnya

Setelah didapatkan ekstrak kental, cawan uap tersebut ditimbang. Didapatkan data
penimbangan sebagai berikut :

Pelarut Kosong (gram) (+) sampel (gram) sampel (gram)


air 44,6121 47,2212 2,6091
etilasetat 79,6251 81,7457 2,1206
heksan 75,9469 78,5024 2,5555
TOTAL 7,2852

Dengan bobot pada ekstrak kental awal adalah : 7,2968 gram

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 31


8. Uji antimikroba
Didapatkan data sebagai berikut :

Terhadap bakteri Escherichia coli


Pengamatan sampel Diameter
3,4 cm 3,0 cm
Amoxicillin
± 3,2 cm
ekstrak kental awal hasil 1,3 cm 1,0 cm
maserasi ± 1,15 cm
Ekstrak kental hasil fraksi 2,5 cm 2,0 cm
etilasetat ± 2,25 cm
0 cm 0 cm
Ekstrak kental hasil fraksi
heksan ± 0 cm

Terhadap bakteri Staphylococcus aureus


Pengamatan sampel Diameter
3,3 cm 3,0 cm
Amoxicillin
± 3,15 cm
ekstrak kental awal hasil 0 cm 0 cm
maserasi ± 0 cm
Ekstrak kental hasil fraksi 2,0 cm 2,0 cm
etilasetat ± 2,0 cm
0 cm 0 cm
Ekstrak kental hasil fraksi
heksan ± 0 cm

Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pengujian antimikroba


ekstrak kental, ekstrak fraksi etilasetat dan ekstrak fraksi heksan terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan menggunakan kontrol positif
amoxicillin menghasilkan bahwa pada ekstrak fraksi etilasetat yang dalam
pengujian mendapatkan hasil yang baik yaitu dengan diameter yang diperoleh sebesar
2,25 cm terhadap Escherichia coli dan 2,0 cm terhadap Staphylococcus aureus.

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 32


9. Uji antioksidan Metode DPPH
Pada uji antioksidan, didapatkan data sebagai berikut :
Dilakukan pada panjang gelombang 516 nm
1. Vit C Uji Antioksidan dengan DPPH
KONSENTRASI ABS
ABS PEMBANDING %ic
(ppm) KONTROL
2 0,806 0,546 32,26
3 0,406 49,63
4 0,272 66,25
5 0,137 83,00
6 0,079 90,20

Chart Title
100.00 y = 14.926x + 4.5658
80.00 R² = 0.983
Axis Title

60.00
40.00 Series1
20.00 Linear (Series1)
0.00
0 5 10
Axis Title

Dari tabel dan grafik diatas, didapatkan data sebagai berikut :

Slope 14,92555831
Intersep 4,565756824

Didapatkan persamaan data sebagai berikut :


y = 14,926 x + 4,566
50 = 14,926 x + 4,566
45,434 = 14,926 x
3,044 = X

2. kumis kucing Uji Antioksidan dengan DPPH


KONSENTRASI ABS
Sampel ABS KONTROL %ic
(ppm) PEMBANDING
heksan 20 0,750 0,581 22,53
air 20 0,272 63,73
etilasetat 20 0,303 59,60

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 33


Prinsip dari uji antioksidan metode DPPH (suatu radikal sintetik yang stabil
dalam larutan air atau metanol dan mampu menerima sebuah elektron atau radikal
hidrogen untuk menjadi molekul diamagnetik yang stabil) adalah melihat nilai IC50
dari cara kerja yang sudah ditetapkan. Namun karena persediaan sampel yang sedikit
dan tidak dibuatnya deret konsentrasi pada pengujian serta terbatasnya bahan pereaksi
DPPH yang digunakan, untuk menilai uji antioksidan ini dilakukan dengan melihat
nilai absorbsinya. Karena perubahan warna violet DPPH menjadi kuning diikuti
penurunan serapan atau absorbsi menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. Semakin
turun nilai absorbsi maka semakin bagus aktifitas antioksidan yang terkandung.

Dari tabel pengujian antioksidan terhadap simplisia kumis kucing pada hasil
ekstrak kental fraksi heksan, ekstrak kental fraksi air, ekstrak kental fraksi etilasetat,
didapatkan bahwa pada ekstrak kental fraksi air absorbi yang dihasilkan lebih rendah
daripada ekstrak kental fraksi lainnya. Maka nilai antioksidan yang lebih baik
adalah pada pada ekstrak kental fraksi air.

10. Uji Kolom


Berdasarkan nilai antioksidan, maka sampel yang digunakan pada uji kolom adalah
ekstrak kental fraksi air.

Pada uji kolom didapatkan data sebagai berikut :

No.
Eluent perbandingan
Vial
1 - 22 Heksan : Etil asetat 3:1
23 - 40 Heksan : Etil asetat 1:1
41 –
Heksan : Etil asetat 1:5
44
45 –
Metanol : Hexan 3:1
47
48 - 55 Metanol : Hexan 5:1

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 34


Setelah didapatkan pemisahan, dilakukan grouping dengan menyamakan warna
larutan, lalu lakukan pengujian KLT untuk melihat hasil pemisahan pada
kromatografi kolom.

1
2 3 4

Pada piala gelas 1 : vial no 32, 34, 39, 43, 44, 45, 54, 55, 56
Pada piala gelas 2 : vial no 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 35, 36, 53
Pada piala gelas 3 : vial no 47, 48, 50, 51, 52
Pada piala gelas 4 : vial no 41, 42, 49

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 35


Dari grouping kemudian dilakukan pengujian KLT didapatkan data sebagai berikut :

Eluent Perbandingan Hasil Keterangan

Tidak
5:1 terbentuk
spot noda

Tidak
Etilasetat : 3:1 terbentuk
heksan spot noda

Tidak
1:1 terbentuk
spot noda

Tidak
3:1 terbentuk
spot noda
Metanol : Hexan

Tidak
5:1 terbentuk
spot noda

11. Uji Toksisitas BSLT


Pada pengujian toksisitas metode BSLT tidak dilakukan karena beberapa kendala
yaitu, telur larva yang belum menetas serta terbatasnya waktu untuk pengerjaan.

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 36


BAB V

PEMBAHASAN

- Monica Laudy Kurnia 17010128


Dari praktikum yang telah dilakukan dengan sampel daun kumis kucing
didapatkan nilai kadar air sebesar 13,14%. Pengujian kadar air dilakukan
hingga didapatkan bobot tetap agar hasil yang diperoleh benar dan
meyakinkan.
Pada pengujian fitokimia, didapatkan hasil positif pada pengujian
steroid; saponin dan alkaloid. Pengujian fitokimia harus dilakukan dengan
cermat baik pada proses pengujian maupun pada saat pengamatan agar hasil
yang didapatkan sesuai dengan yang sebenarnya.
Uji pendahaluan KLT didapatkan noda atau spot yang memiliki warna
yang optimal serta jumlah yang banyak pada sampel dengan pelarut metanol.
Hal yang harus diperhatikan pada pengujian ini adalah pada saat penotolan
agar hasil pemisahan yang terbentuk bagus dan tidak bertumpuk.
Proses maserasi adalah proses ekstraksi dingin dimana tidak dibutuhkannya
energi panas. Teknik maserasi ini sederhana dan mudah sehingga sering
digunakan.
Rotari adalah proses destilasi atau pemisahan pelarut dengan zat terlarutnya
berdasarkan perbedaan titik didih dengan bantuan pendingin. Dari proses
rotari ini didapatkan nilai rendemen sampel sebesar 7,23%.
Proses fraksinasi dilakukan dengan 2 pelarut yaitu heksan dan etilasetat.
Proses ini bertujuan untuk memisahkan sampel berdasarkan tingkat
kepolarannya. Jika dia polar akan tertarik pada pelarut air, jika semipolar
tertarik pada etilasetat sedangkan jika nonpolar akan tertarik pada pelarut
heksan.
Sampel kumis kucing dilakukan pengujian antimikroba didapatkan hasil yang
baik pada sampel ekstrak kental fraksi etilasetat terhadap bakteri E. coli
maupun Staphylococcus aureus.
Untuk pengujian antioksidan, karena terbatasnya pereaksi DPPH, pengujian
sampel ini tidak dibuat menjadi beberapa deret standar sehingga dalam
menentukan sampel mana yang memiliki daya antioksidan yang lebih baik
adalah dengan melihat nilai absorbansi karena semakin kecil nilai
absorbansinya semakin banyak sampel bereaksi dengan DPPH (radikal bebas
sintetik) dengan catatan sampel yang diuji dilakukan dengan perbandingan
konsentrasi yang sama. Pada praktikum yang dilakukan didapatkan nilai
absorbsi yang terkecil adalah pada sampel kental fraksi air sebesar 0,272 pada
panjang gelombang 516 nm.
Selanjutnya dilakukan pengujian kromatografi kolom. Sampel yang diuji
adalah ekstrak kental dari fraksi air karena berdasarkan hasil uji antioksidan,
ekstrak kental fraksi air memiliki daya antioksidan yang baik. Hasil dari
pemisahan kolom ini selanjutnya diuji KLT atau kromatografi lapis tipis.

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 37


Namun hasil pengamatan yang dilakukan pada uji KLT tersebut tidak
didapatkan adanya spot noda pada sampel yang telah digrouping. Hasil
negative yang didapatkan pada KLT hasil uji kolom kemungkinan disebabkan
karena adanya kesalahan baik berupa semua sampel masih berada didalam
kolom, hasil noda yang tipis sehingga sulit untuk diamati ataupun kesalahan
pada pereaksi yang digunakan. Sehingga lebih baik proses pemisahan metode
kolom ini harus sangat diperhatikan karena membutuhkan waktu dan
kesabaran.
Uji toksisitas metode BSLT menggunakan larva udang sebagai medianya.
Namun pengujian ini tidak dilakukan karena telur dari larva udang belum
menetas. Penagamatan uji ini dilakukan dengan meletakkan sampel bersamaan
dengan wadah larva udang yang disediakan. Kemudian amati dikemudian hari
apakah larva udang tersebut tetap hidup (baik baik aja) atau malah mati. Jika
larva udang tetap hidup (baik baik saja) artinya sampel tersebut tidak bersifat
toksik. Jika larva udang mati, maka sampel tersebut bersifat toksik.

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 38


- Nadya Paramitha Rahayu 17010138

1.PEMBUATAN SIMPLISIA

Bahan baku yang diambil untuk simplisia di ambil dari berbagai wilyah Bagian yang diambil daun,
daun telah membuka sempurna dan dipilih yang mendapat sinar matahari penuh agar bahan baku yang
diambil mengandung zat akif yang banyak . Setelah itu dilakukan sortasi basah yang bertujuan
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing seperti tanah,pasir,batu dll lainnya dari bahan
simplisia. Simplisa kemudian dirajang perajangan pada simplisia adalah untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Perajangan pada daun tidak boleh terlalu besar
dan terlalu kecil. Simplisisa dikeringkan agara mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak . Cara
pengeringan yang saya lakukan adalah dengan pengeringan alamiah dengan diangin-anginkan dan
tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Karena daun merupakan bagian tanaman yang
bersifat lunak dan mengandung senyawa aktif yang mudah menguap

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi
ini adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan
dan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.

2 . UJI KADAR AIR

Pemanasan ke- Bobot (gram) Kadar air (%)


1 46,1617 11,13
2 46,1434 12,03
3 46,1374 12,33
4 46,1330 12,55
5 46,1301 12,69
6 46,1266 12,86
7 46,1234 13,02
8 46,1213 13,12
9 46,1210 13,14

Praktikum ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam suatu sampel. Sampel yang
digunakan dalam praktikum ini adalah Daun kumis kucing . Penetapan kadar air dalam sampel –
sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan metode oven pengering, yang mana pengeringan
tersebut dengan cara memasukkan sampel ke dalam oven pengering pada suhu 100˚ C selama 1 jam
atau sampai beratnya konstan atau tetap. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 39


banyaknya air yang diuapkan (kadar air)/ Didapatkan kadar air tertinggi sebesar 13,14% dan kadar air
paling rendah 11.13%

3. SKRINNING FITOKIMIA

Dalam percobaan ini dilakukan pengujian senyawa metebolit sekunder dalam ekstrak

tumbuhan kumis kucing, dimana perlakuan ini menggunakan beberapa perlakuan identifikasi

golongan senyawa-senyawa yakni identifikasi senyawa golongan alkaloid, identifikasi senyawa

golongan steroid, identifikasi senyawa golongan saponin, identifikasi senyawa golongan triterpenoid,

identifikasi senyawa golongan flafonoid, identifikasi senyawa golongan tannin dan identifikasi

senyawa golongan Polifenol. Pengujian untuk mengetahui keberadaan senyawa metabolit sekunder ini

dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi tertentu misalnya FeCl3, dragendorf, lieberman

burchard dan meyer.

Uji alkaloid menggunakan pereaksi meyer (endapan putih-kuning) dan dragendorf (larutan

merah bata). Hal ini bertujuan untuk melihat hasil uji alkaloid dari pereaksi yang berbeda. pereaksi ini

digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa alkaloid. Hasil yang diperoleh pada pereaksi meyer

untuk sampel, larutan keruh dan ada endapan putih yang menandakan reaksi positif atau pereaksi

meyer mampu menarik senyawa alkaloid dalam sampel. Sedangkan hasil untuk pereaksi dragendorf

pada sampel diperoleh larutan warna merah bata yang menandakan terdapat senyawa alkaloid dalam

sampel.

Uji triterpenoid, steroid dan saponin menggunakan Liebermann burchard yang berfungsi

untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid (merah-ungu) dan steroid (biru-hijau) dalam sampel.

Hasil yang diperoleh pada pereaksi Liebermann burchard, larutan berwarna hijau kebiruan dan

berbusa yang menandakan positif adanya senyawa saponin dan steroid sehingga dapat disimpulkan

bahwa bahan alam yang digunakan mengandung saponin dan steroid Uji flavonoid menggunakan

metanol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil uji flavonoid dari pereaksi yang bersifat

garam dan basa. Hasil yang diperoleh pada larutan berwarna merah yang menandakan bahwa sampel

mengandung senyawa flavonoid.

Uji tannin dan polifenol dilakukan dengan memindahkan sampel ke gelas kimia dan

dididihkan, disring dan dibagi menjadi dua bagian tabung reaksi. Adapun yang teridentifikasi adalah

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 40


tabung pertama dengan pereaksi FeCl3, terdapat polifenol yang ditandai dengan larutan yang berwarna

hitam. Sedangkan pada tabung kedua tidak dapat di identifikasi karena tidak terjadi apa-apa saat

ditambahkan pereaksi.

4. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase
stasioner (Fase diam) fase diam yang digunakan adalah plat silica . dan Fase gerak nya adalah
campuran pelarut Dilakukan uji kromatografi tipis yang bertujuan untuk mengetahiu pelarut yan tepat
saat maserasi agar banyak zat aktif ditarik oleh prlarut. Pada Praktikum kali ini dilakukan uji
kromatografi kolom dengan mencampurkan sampel dengan pelarut yang memiliki kepolaran yang
berbeda beda yaitu air (Polar) , methanol (polar), hekane (Non polar) dan etil asetat (semi polar)
kemudian sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah berisi 3 ml masing masing larutan
,dikocok kuat agar sampel terlarut semua pada pelarut . kemudian digunakan eluen dengan beberapa
perbandingan yaitu heksane : etil asetet (1;1), (1:5) , (5:1) , (3:1) . kemudian lempeng dibiarkan
hingga terjadinya pemisahan ,komponen kimia ini akan tampak sebagai noda pada lempeng klt jika
dilihat dengan lampu uv dalam pengamatan spot paling banyak dan paling terang terjadi pada
perbandingan heksan : etil asetat (3:1) dan dengan sampel yang menggunakan pelarut methanol

Pembacaan Eluent Heksan : Etilasetat


pada sinar
Uv 1:1 1:5 5:1 3:1

365 nm

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 41


254 nm

Didapatkan niali RF yaitu 0.69 dan merupakan nilai Rf yang baik karena berada di rentang 0,2-0,8

5. MASERASI

Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak senyawa yang
tidak tahan panas atau belum diketahui sifatnya . pada praktikum ini dilakukan maserasi dengan
pelarut etanol karena sesuai denga/n hasil kromatografi lapis tipis didapatkan hasil yang baik dengan
menggunakan methanol sebagai pelarut polar ,yang berarti maserasi dengan pelarut polar akan dapat
menarik zat zat aktif yang terkandung dalam sampel daun kumis kucing dilakukan sebanyak 3 x 24
jam dengan jumlah volume 400,300,300 ml agar proses maserasi efektif dan efisien

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 42


6.ROTARY EVAPORATOR

Rotary evaporator merupakan alat yang menggunakan prinsip vakum distilasi . prinsip utama alat ini
terletak pada penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah titik didihnya
dan terpisah dari sumbernya dengan pemanasan secara vakum. Rotary evaporator mampu
menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung didalam pelarut tidak akan
rusak oleh suhu yang tinggi

Larutan ekstak dimasukkan kedlam labu evaporasi kemudian alat dihidupkan agar air panas,setelah
air pnas labu evaporator diturunkan samapai tercelup dalam wadah (heating bath) kemudian labu
diputar lalu penghisap dihidupkan untuk menghisap uap hasil pemanasan gas panas dari uap etanol
akan mengalir ke kondensor dan mengenai pipa yang berisi air dingn sehingga uap mengalami
pengembunan tujuan adanaya penguapan yaitu mempercepat penguapan etanol .

7. Fraksinasi

Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan komponen komponen berdasarkan perbedaan kepolaran


tergantung dari jenis senyawa yang terkandung dalam tumbuhan . dalam metode fraksinasi
pengetahuan mengenai sifat senyawa yang terdapat dalam ekstrak akan sangat mempengaruhi proses
fraksinasi . oleh karean itu jika digunakan air sebgai pengekstrak maka senyawa yang akan
terkestraksi akan bersifat polar jika digunakan pelarut non polar misalnya heksane maka yang akan
terkestraksi adalah pelarut non polar . metode yang digunakan untuk fraksinasi adalah metode corong
pisah pemisahan ini didasarkan pada bobot dari fraksi dimana fraksi yang lebih berat akan berada
dibawah dan bobot fraksi yang ringan aka nada di atas ,pada paraktikum kali ini digunakan pelarut
yaitu air dan heksana serta air dan etil asetat dan akan didapatkan 3 fraksi yaitu fraksi iar ,fraksi
heksan, dan fraksi etil asetat

8. UJI ANTIMIKROBA

Pengujian Antimikroba dilakukan untuk mengetahui aktifitas zat aktif yang terdapat dalam kumis
kucing yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba , Digunakan media nutrient agar yang telah
digoreS bakteri E.Coli dan S.A lalu dicelupkan kertas cakram kedalam masing masing hasil fraksi

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 43


,kertas cakram yang telah dicelupakan kesampel akan mendistribusinya kedalam cawan petri
kemudian di inkubasi selama 24 jam . lalu diamati apakah terbentuk zona bening apa tidak,zona
bening yang ada mennadkan adanya aktivitas antibakteri ,artinya akan menghambat pertumbuhan
bakteri pada zona tersebut dan didapatkan hasil positif zona bening pada control positif amoxilin dan
terdapat zona bening pada fraksi etil asetat yang menandakan bahwa zat aktif yang merupakan
antimikroba ada pada fraksi etil asetat

9 . UJI ANTIOKSIDAN

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada
sampel kumis kucing secara spektrofotometri metode DPPH digunakan dalam pengujian aktivitas
antioksidan adalah secara spektro dengan DPPH karena merupakan metode yang sederhana . adanya
aktivitas oksidan dalam sampel mengakibatkan perubahan warna pada larutan DPPH yang semula
berwarna ungu menjadi kuning pucat . perubahan warna disebabkan oleh berkurangnya ikatan
rangkap terkonjugasi pada DPPH Karen electron pada radikal DPPH berpasangan dengan atom
hydrogen dari antioksidan sehingga menjadi DPPH yang stabil. Dalam pengukuran aktivitas
antioksidan adalah vitamin C karena yang telah diketahui bahwa vitamin C adalah salah satu
antioksidan sekunder yang berfungsi menangkan radikal bebas . Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut bahwa semakin konsentrasi nya besar maka absorbansi semakin kecil dan begitupun
sebaliknya .

Uji Antioksidan dengan


DPPH
KONSENTR ABS
Sampel ABS %ic
ASI PEMBANDIN
KONTROL
(ppm) G
heksan 20 0,750 0,581 22,53
air 20 0,272 63,73
etilasetat 20 0,303 59,60 Dinyatakan
bahwa yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi yaitu fraksi air

10. UJI KOLOM

Kromatografi kolom yaitu pemisahan yang merupakan liquid chromatoghraphy karena fase
diamnya padatan dan fase geraknya cairan . pengisian silika kedalam kolom menggunakan cara
basah dengan melarutkan terlebih dahulu dengan pelarut kemudian dimasukka ke dalam kolom
,pada kromtografi kolom harus selalui dialiri eluen agar tidak kering ,apa bila kering eluen tidak

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 44


akan mengalir keluar kolom ,eluen yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu perbandingan
eluen

No. Vial Eluent perbandingan


1 - 22 Heksan : Etil asetat 3:1
23 - 40 Heksan : Etil asetat 1:1
41 – 44 Heksan : Etil asetat 1:5
45 – 47 Metanol : Hexan 3:1
48 - 55 Metanol : Hexan 5:1

Kromatografi kolom ini dilakukan smpai semua sampel telah terelusi dengan ciri ciri cairn yang

keluar dari kolom makin lama makin bening

Setelah didapatkan hasil kromatografi kolom kemudian dilanjutkan dengan melakukan

kromatografi lapis tipis pada vial 1-55 tidak terbentuk spot warna itu bias dikarenakan eluen yang

tidak cocok dengan sampel sehingga sampel tidak terelusi dengan baik sehingga tidak terjadi

pemisahan yang baik

11. UJI BSLT

Pada pengujian toksisitas metode BSLT tidak dilakukan karena beberapa kendala yaitu, telur
larva yang belum menetas serta terbatasnya waktu untuk pengerjaan

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 45


- -Queen Sahara Hasna A 17010150
o Persiapan simplisia
o Kadar air : 13,14%
o Uji fitokim :
o Positif : steroid, saponin, alkaloid
o Negatif : terpenoid,fenol,flavonoid
o Uji pendahuluan klt : bagus di metanol
o Maserasi : pake etanol
o Rotari : dpt rendemen 7,23%
o Fraksinasi : ada air, ea,heksan
o Uji antimikroba : bagus yg ea
o Uji antioksidan metode DPPH : bagus yg air
o Uji kolom (dilanjut klt) :vial 1-55 kltnya gak dpt
o 11. Uji toksisitas BSLT : gak nguji

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 46


- -Radita Nuraeni 17010152

Hasil Identifikasi Simplisia Daun Kumis Kucing

Dilakukan identifikasi serbuk tanaman daun kumis kucing dengan tujuan untuk
memastikan bahwa tanaman yang digunakan benar-benar tanaman kumis kucing serta
tidak tercampur dengan serbuk atau zatzat yang tidak diinginkan

Hasil Pemeriksaan Organoleptik.

Serbuk simplisia daun kumis kucing berbentuk serbuk dengan bau khas, berwarna coklat
muda serta memiliki rasa yang pahit.

Hasil pemeriksaan kadar air daun kumis kucing

Dilakukan pengujian kadar air karena kandungan kadar air pada daun kumis kucing dapat
mempengaruhi kualitas dari ekstrak tersebut. Air dapat menjadi media kontaminasi yang
dapat mengganggu hasil pengujian yang lain. Bedasarkan hasil yang di peroleh

Hasil Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan metabolit


sekunder yang terkandung dalam kumis kucing. Pada tahap ini dilakukan pengujian
terhadap jenisjenis metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, fenol ,terpenoid
dan steroid. Berdasarkan hasil data yang telah di peroleh daun kumis kucing positif
mengandung senyawa alkaloid, steroid dan saponin,pada uji senyawa terpenoid ,fenol dan
flavonoid menunjukan hasil yang negatif.

Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Kumis Kucing

Hasil ekstraksi dari 100,9466 gram simplisia daun kumis kucing dengan pelarut alkohol
menghasilkan ekstrak cair daun kumis kucing lalu dipekatkan dengan rotary evaporator,
kemudian diperolehlah ekstrak kental sebanyak 7,2968 gram dengan nilai rendemen yang
dapat dihitung dengan rumus: Rendemen (%)= Berat ekstrak Berat simplisiax 100%

Hasil ekstrak fraksinasi

Berdasarkan hasil data yang di peroleh ,hasil fraksinasi dengan pelarut air ,heksan , dan
etil asetat didapatkan hasil ekstrak kental sebanyak 7,2968 gram

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 47


Hasil Uji Aktivitas Antimikroba

Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pengujian antimikroba ekstrak kental,
ekstrak fraksi etilasetat dan ekstrak fraksi heksan terhadap bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus dengan menggunakan kontrol positif amoxicillin menghasilkan
bahwa pada ekstrak fraksi etilasetat yang dalam pengujian mendapatkan hasil yang baik
yaitu dengan diameter yang diperoleh sebesar 2,25 cm terhadap Escherichia coli dan 2,0
cm terhadap Staphylococcus aureus.

Hasil uji antioksidan metode DPPH

Metode DPPH adalah metode yang paling sering dilaporkan digunakan untuk menyaring
aktivitas antioksidan dari berbagai tanaman obat. Metode perendaman radikal bebas
DPPH didasarkan pada pengurangan radikal bebas DPPH yang diwarnai oleh inhibitor
radikal bebas. Prosedur ini melibatkan pengukuran penurunan penyerapan DPPH pada
panjang gelombang maksimum, yang sebanding dengan konsentrasi inhibitor radikal
bebas yang ditambahkan ke kelarutan reagen DPPH. Aktivitas ini dinyatakan sebagai
konsentrasi efektif, EC50 atau konsentrasi penghambatan, IC50 (Amelia, 2011)

Dari tabel pengujian antioksidan terhadap simplisia kumis kucing pada hasil ekstrak
kental fraksi heksan, ekstrak kental fraksi air, ekstrak kental fraksi etilasetat, didapatkan
bahwa pada ekstrak kental fraksi air absorbi yang dihasilkan lebih rendah daripada
ekstrak kental fraksi lainnya. Maka nilai antioksidan yang lebih baik adalah pada pada
ekstrak kental fraksi air.

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 48


Hasil uji kromatografi kolom

Percobaan ini bertujuan menjelaskan teori dan prinsip dasar kromatografi kolom .kromato
grafi kolom termasuk dalam LC (liquid chromatography)karena fase diamnya padatan
,fase geraknya cairan,dan sampel berupa cairan fase diam yang digunakan yaitu
silika.fase geraknya yaitu pelarut (solven).

Fase gerak yang kami gunakan pada percobaan ini yaitu :

No. Vial Eluent perbandingan


1 - 22 Heksan : Etil asetat 3:1
23 - 40 Heksan : Etil asetat 1:1
41 – 44 Heksan : Etil asetat 1:5
45 – 47 Metanol : Hexan 3:1
48 - 55 Metanol : Hexan 5:1

Setelah didapatkan pemisahan, dilakukan grouping dengan menyamakan warna larutan,


lalu lakukan pengujian KLT untuk melihat hasil pemisahan pada kromatografi
kolom.berdasarkan data yang di peroleh hasil dari uji KLT pertama menggunakan eluen
heksan : etil asetat dengan perbandingan 3:1,1:1,dan 5:1 menunjukan tidak adanya spot
noda.kedua meggunakan eluen metanol : heksan dengan perbandingan 3:1, 5:1 hasil nya
tidak menunjukan adanya spot noda

Uji Toksisitas BSLT

Pada pengujian toksisitas metode BSLT tidak dilakukan karena beberapa kendala yaitu,
telur larva yang belum menetas serta terbatasnya waktu untuk pengerjaan.

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 49


BAB VI

PENUTUP

Kesimpulan

 Kadar air : 13,14%


 Uji fitokim :
 Positif : steroid, saponin, alkaloid
 Negatif : terpenoid,fenol,flavonoid
 Uji pendahuluan klt : bagus di metanol
 Maserasi : pake etanol
 Rotari : rendemen 7,23%
 Fraksinasi : ada air, ea,heksan
 Uji antimikroba : bagus yg ea
 Uji antioksidan metode DPPH : bagus yg air
 Uji kolom (dilanjut klt) :vial 1-55 kltnya gak dpt
 11. Uji toksisitas BSLT : gak nguji

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 50


DAFTAR PUSTAKA

Achmad., S.A., 1986, Kimia Organik Bahan Alam, Kamunika,


Jakarta.
Dalimartha, 2005, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid 3,
Puspa Swara, Jakarta.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara
Modern Menganalisis Tumbuhan, Penerjemah:Kosasih, P. dan
Iwang Soediro, ITB, Bandung(hal:47-87).

ISOLASI DAUN KUMIS KUCING Hal 51

Anda mungkin juga menyukai