Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PENGAMATAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS


SIMPLISIA YANG MENGANDUNG PROTEIN

Dosen Pengampu :
Apt. Ayu Werawati, S.Si., M.Farm.
Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Ade Lia Puspita 221030790489
2. Eka Aura Pangastuti 221030790483
3. Intan Risty Anggun T. 221030790485
4. Quin Hemas Maheswari 221030790492
5. Raihan Sayyid Zaky H. 221030790482
6. Vika khairunnisa 221030790484
7. Windi Astuti 221030790505

Kelas:
03FKKP010

JURUSAN S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TANGERANG SELATAN

i
2023

I. KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan berkat
dan karunia-Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan/makalah dengan judul
“Pengamatan Makroskopis Dan Mikroskopis Simplisia Yang Mengandung Protein” dengan
baik dan tepat waktu.
Terwujudnya laporan ini, tidak lepas dari dukungan beberapa pihak antara lain Bapak
Apt. Ayu Werawati, S.Si., M.Farm dan teman seperjuangan yang telah berkerja sama
sehngga kita bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusun, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Tangerang, 10 Oktober 2023


Penulis

ii
Kelompok 1

II. DAFTAR ISI

I. KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
II. DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
IV. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
V. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................1
VI. TUJUAN.........................................................................................................................1
VII. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................2
VIII. PROSEDUR PENELITIAN..........................................................................................10
IX. ANALILIS DATA........................................................................................................11
X. PEMBAHASAN...............................................................................................................14
XI. KESIMPULAN.............................................................................................................15
XII. Daftar Pustaka...............................................................................................................16

iii
III. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber bahan obat tradisional yang
telah digunakan rakyatnya secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang
terdahulu. Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah selain karena bahan
bakunya mudah diperoleh, faktor ekonomi turut memengaruhi. Sebagian besar rakya
Indonesia hidup di pedesaan yang menyebabkan sulitnya jangkauan obat modern,
komunikasi dan transportasi, juga daya beli yang relative rendah.

Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang


merupakan polimer dari monomer monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Tumbuhan menyerap unsur-unsur hara dalam tanah
melalui akar dan disalurkan keseluruh bagian tanaman sampai ke daun sehingga
tumbuhan membentuk protein dan melakukan perombakan (proses katabolisme).
Nitrogen berperan dalam pembentukan sel, jaringan , dan organ tanaman.

Daun merupakan organ tanaman yang tumbuh pada batang, memiliki bentuk
bervariasi, dengan fungsi dasar fisiologis yaitu sebagai manufaktur bahan makanan
melalui proses fotosintesis dan tempat penguapan air melalui proses transpirasi. Daun
dapat berbentuk isolateral, isobilateral, dorsiventral, pseudodorsiventral atau bahkan
berbentuk jarum pada irisan melintang. Pada daun tersimpan kloroplas yang terpusat
di antara matriks sitoplasma dari sel-sel mesofil terutama di bagian palisade (Cutler et
al. 2007).
IV. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana cara mengidentifikasi simplisia protein?
B. Bagaimana perbedaan bentukprotein protein

V. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui ciri-ciri makroskopis, mikroskopis dan organoleptis dari simplisia
yang mengandung protein

iv
VI. TINJAUAN PUSTAKA
1. Daun Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.,)

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus L.

bayam duri (Amaranthus spinosus L.) merupakan gulma semusim. Siklus hidup
pada gulma semusim dimulai dari proses berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya
mati yang berlangsung selama satu tahun. Gulma bayam duri tergolong kedalam
gulma yang berdaun lebar. Bayam duri (Amaranthus spinosus L.) sering kali
ditemukan tumbuh secara liar di kebun - kebun, tepi jalan, tanah kosong dari dataran
rendah sampai dengan ketinggian 1.400 meter diatas permukaan laut.

Ciri-ciri morfologi dari bayam duri (Amaranthus spinosus L.) adalah memiliki
daun berbentuk oval dengan panjang antara 1,5 cm- 6,0 cm dan lebarnya berkisar
antara 0,5 cm- 3,2 cm yang berwarna kehijauan. Batang bayam duri memiliki ukuran
yang kecil dengan bentuk batangnya bulat, lunak, dan berair. Batang bayam duri yang
tumbuh tegak mampu mencapai tinggi 1 m. Pada bagian batangnya berwarna merah
dan memiliki duri yang terdapat pada pangkal batangnya.

v
Dapat dilihat dalam mikroskop bahwa daun bayam duri memiliki kristal kalsium
oksalat (senyawa anorganik yang berbentuk seperti amplop) terdapat juga stomata
(bagian tumbuhan sebagai salah satu jalur yang digunakan tumbuhan untuk berinteraksi
dengan lingkungannya), dan mesofil (jaringan dasar yang dikelilingi epidermis, atau terletak
di antara epidermis atas dan epidermis bawah)

2. Daun Kelor (Moringae Oleiferae Folium)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Brassicales

Famili : Moringaceae

Genus : Moringao

Spesies : Moringa oleifera L.

Daun kelor merupakan tumbuhan yang banyak hidup di Indonesia, baik secara liar
tumbuh di alam maupun dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Sebelum adanya
banyak penelitian mengenai kandungan fitokimia pada kelor, masyarakat sejak dulu
sudah menjadikan daun kelor sebagai tanaman herbal karena dipercaya mampu
memberikan banyak manfaat. Pemanfaatan senyawa fitokimia pada daun kelor telah
diteliti oleh Siti dan Bidura (2017) untuk meningkatkan produksi dan menurunkan
kolestrol pada telur ayam. Dalam penelitan ini, digunakan metode ekstraksi maserasi,
dimana daun kelor (Moringa oleifera Lam) yang digunakan ialah jenis daun yang
sudah tua (warna hijau sampai kuning).

vi
Daun kelor dapat berupa semak atau dapat pula berupa pohon dengan tinggi 12 m
dengan diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas rendah.
Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk telur,
sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau sampai hijau kecoklatan, bentuk
bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun
tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan
pedas, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak
keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak
berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah
3. Protein
Protein merupakan makromolekul yang terbentuk dari asam amino yang tersusun dari
atom nitrogen, karbon, dan oksigen, beberapa jenis asam amino yang mengandung sulfur
(metionin, sistin dan sistein) yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Dalam makhluk hidup,
protein berperan sebagai pembentuk struktur sel dan beberapa jenis protein memiliki peran
fisiologis (Bintang, 2010).
Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Protein
digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti dan memelihara sel tubuh yang
rusak, reproduksi, mencerna makanan dan kelangsungan proses normal dalam tubuh. Sumber
protein adalah kacang - kacangan dan hasil olahannya, telur, teri, ikan segar, daging, udang,
susu dan sebagainya perlu ditambahkan dalam menu makanan sebagai zat tambahan darah
untuk mencegah dan mengatasi anemia (Adriani dan Wirjatma, 2012).
Protein mempunyai beberapa fungsi protein:
a) Membentuk jaringan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
b) Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau mati.
c) Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan
metabolisme serta antibodi yang diperlukan.
Jika terlalu banyak mengkonsumsi protein hewani akan membuat sistem pencernaan
sulit untuk diuraikan dan diserap secara menyeluruh karena sisa-sisa makanan yang tidak
dapat diserap oleh tubuh akan menumpuk dan akhirnya membusuk didalam usus. Racun yang
dihasilkan oleh sisa-sisa makanan yang menumpuk akan dinetralkan oleh hati. Kondisi inilah
yang mengakibatkan sebagian besar enzim didalam usus dan hati menguras energinya hanya
untuk melindungi tubuh dari racun-racun yang ada di dalam pencernaan. Kerugian yang
didapatkan oleh tubuh adalah protein akan terbuang sia-sia melalui urine.
Sumber protein dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Protein Nabati
Hampir sekitar 70% penyedian protein di dunia berasal dari bahan nabati (hasil tanaman),
terutama berasal dari biji-bijian (serealia) dan kacang-kacangan. Sayuran dan buah-buahan
tidak memberikan kontribusi protein dalam jumlah yang cukup bearti, sebagian besar
penduduk
vii
2. Protein Hewani
Hasil-hasil hewani yang umum digunakan sebagai sumber protein adalah daging , telur, susu
dan ikan. Protein hewani disebut sebagai protein yang lengkap dan bermutu tinggi, karena
mempunyai kandungan asam-asam amino esensial yang lengkapnyang susunannya
mendekatiapa yang diperlukan oleh tubuh (Muchtadi, D 2010)
b. Tingkatan Struktur Protein
Menurut Fatciyah dkk (2011), protein dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkat struktur,
yaitu
1. Struktur polimer
Struktur polimer menggambarkan sekuens linier residu asam amino dalam
suatu protein. Faktor yang menentukan untuk menjaga atau menstabilkan ketiga tingkat
struktur tersebut adalah ikatan kovalen yang terdapat dalam struktur primer.
2. Struktur Sekunder
Struktur sekunder dibentuk karena adanya ikatan hidrogen antara hydrogen amida dan
oksigen kerbonil dari rangka peptida. Struktur sekunder utama meliputi α-heliks dan β-
strands (termasuk β-sheets).
3. Struktur tersier
Struktur tersier menggambarkan rantai polipeptida yang mengalami folded sempurna
yang kompak. Beberapa polipetida folded terdiri dari beberapa protein glubar yang
berbeda dihubungkan oleh residu asam amino.
4. Struktur kuartener
Struktur kuartener melibatkan asosiasi dua atau lebih rantai polipeptida yang membentuk
multi sub unit atau protein oligomerik.
c. Klasifikasi Protein
1. Protein bentuk serabut terdiri atas beberapa rantai peptida berbentuk spiral yang terjalin
satu sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku. Karakteristik protein berbentuk
serabut adalah rendahnya daya larut, mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi dan terhadap
enzim pencernaan. Protein ini terdapat dalam unsur-unsur struktur tubuh. Kolagen merupakan
protein utama jaringan ikat, kolagen tidak larut diair mudah berbubah menjadi gelatin bila
direbus dalam air, asam encer atau alkali. Sebanyak 30% total manusia adalah kolagen.
2. Protein Globular
Protein globar berbentuk bola, terdapat dalam cairan organ tubuh. Protein ini larut dalam
larutan garam dan asam encer, mudah berubah di bawah pengaruh suhu, kosentrasi garam
serta mudah mengalami denaturasi
3. Protein Konjugasi
Protein konjugasi adalah protein sederhana yang terikat dengan bahan-bahan nonasam amino.
Gugus non asam amino ini dinamakan gugus prostetik (Sumardjo, 2007).

viii
VII. PROSEDUR PENELITIAN
1 ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan :
 Mikroskop
 Cover glass
 Object glass
b. Bahan yang digunakan :
 Daun kelor
 Daun bayam duri
 Aquadest

2 PROSEDUR KERJA
 Ambil sedikit serbuk simplisia
 Letakkan di atas gelas obyek, tetesi dengan sedikit larutan kloralhidrat,
kemudian panaskan (jangan sampai mendidih) dan tutup dengan gelas
penutup.
 Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
 Gambar hasil pengamatan yang diperoleh pada kolom yang tersedia.
Tunjukkan bagian-bagian hasil pengamatan.
 Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing- masing simplisia.

ix
VIII. ANALILIS DATA
No Nama Amilum Foto Pembesaran

Rambut
Penutup

Rambut Penutup
1. 10 X
Kelor

Mesofil bayam
2. 10 X
duri

Mesofil

x
3. Mesofil Kelor 10 X

Rambut Penutup
4. 10 X
Bayam

Rambut
Penutup

5. Stomata Bayam 10 X

xi
Stomata

6. Stomata Kelor 10 X

Stomata

xii
IX. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini dilakukan identifikasi mikroskop terhadap beberapa
simplisia yaitu simplisia Bayam Duri (Amaranthus spinosus L) dan Daun Kelor
(Moringae Oleiferae Folium). Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui ciri
khas dari simplisia simplisia tersebut. Pengamatan menggunakan simplisia yang
berbentuk serbuk. Simplisia yang berbentuk serbuk diletakkan di atas kaca objek lalu
ditambahkan dengan larutan kloralhidrat. Tujuan dari penambahan larutan
kloralhidrat adalah untuk menghilangkan kandungan sel Seperti amilum dan klorofil
sehingga dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. Prosedur selanjutnya yaitu simplisia
dihangatkan usahakan jangan sampai mendidih. Tujuan serbuk simplisia yang ditetesi
oleh larutan kloralhidrat, dihangatkan di atas spiritus menyala adalah agar kloralhidrat
sedikit menguap karena pemanasan, sehingga simplisia dapat menempel sempurna
pada objek glass. Pemanasan juga dapat membuat isi sel seperti amilum rusak. Pada
identifikasi simplisia Bayam Duri, didapatkan Mesofil Bayam Duri memiliki bentuk
roset, didapatkan epidermis bagian atas dengan ditandai Stomata, dan didapatkan
Rambut penutup berbentuk tipis dan panjang. Simplisia kedua yang dilakukan uji
mikroskopik adalah simplisia daun kelor, didapatkan Mesofil Daun Kleor memiliki
bentuk roset, didapatkan epidermis bagian bawah dengan ditandai Stomata, dan
didapatkan Rambut penutup berbentuk tipis dan panjang

X. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi mikroskopik terhadap simplisia yang
sudah dibuat, simplisia yang di uji adalah simplisia bayam duri dan simplisia daun
kelor, di dapatkan pada kedua simplisia terdapat rambut penututp, stomata , dan
mesofil yang memiliki betuk yang berbeda

xiii
XI. Daftar Pustaka
Baraja, M. 2008. UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Ficus elastica Nois ex Blume .
Surakarta
Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Laksana, Toga, dkk, 2010, Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia ,UGM,
Yogyakarta.
Didik Gunawan & sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam. Bogor: Penebar Swadaya.
Andi Prastowo. (2013). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.
Sutrian, Y. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuhtumbuhan: Sel dan Jaringan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Poedjiadi. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

xiv

Anda mungkin juga menyukai