Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN EKSTRAKSI BUAH KAPULAGA DENGAN

METODE MASERASI

Dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fitokimia yang
dibimbing oleh Bapak Dosen Nur Aji,M.Farm.,Apt, Ibu Dosen Rani Rubiyanti,
M.Farm., Apt. dan Bapak Irvan Herdiana M.farm,.Apt

Oleh : Kelompok 1

Agita Nurvantini (P2.06.30.1.18.001)

Alinda Agustina (P2.06.30.1.18.002)

Anggun Marselina (P2.06.30.1.18.003)

Awenda Maymanah (P2.06.30.1.18.004)

Dinda Khairunnisa (P2.06.30.1.18.005)

D3 Farmasi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA

Jl. Cilolohan No.35, Kahuripan, Tawang, Tasikmalaya, Jawa Barat 46115


Tlp: (0265) 340186
TAHUN AJARAN 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan
amal. Berkat rahmat dan karunia-Nya pula, penyusun dapat menyelesaikan tugas
Laporan Praktikum Fitokimia yang insyaallah tepat pada waktunya.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dosen Rani Rubiyanti, M.Farm.,


Apt. Bapak Dosen Nur Aji,M.Farm.,Apt dan Bapak Irvan Herdiana M.farm,.Apt
selaku pengampu Mata kuliah Fitokimia yang telah memberikan arahan terkait
tugas ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin penyusun tidak akan dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.

Penyusun menyadari tugas laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh sebab itu, penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat banyak kesalahan dalam penulisan tugas ini. Mudah-mudahan tugas
laporan ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Tasikmalaya, Februari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

A. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………1
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan Makalah……………………………………………………….2
1.4 Manfaat Makalah……………………………………………………...2
B. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Kapulaga…………………..……………………………….3
2.2 Klasifikasi Kapulaga…………………..………………………………4
2.3 Kandunga Kimia buah Kapulaga…………………..…………………5
2.4 Khasiat Kapulaga…………………..……………………………….…7
2.5 Ekstraksi…………………..……………………………….…………10
2.6 Pelarut…………………..……………………………………………14
C. BAB III PENUTUP
3.1 Alat dan Bahan.....................................................................................16
3.2 Prosedur Kerja......................................................................................16
D. BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan…………………..………………………………...18
4.2 Pembahasan …………………..……………………………….……..20
E. BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan…………………..……………………………….………….22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemurnian suatu senyawa dapat dilakukan dengan ekstraksi.
Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan
(biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut
kedua(biasanya organik), yang pada dasaranya tidak saling bercampur dan
menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam
pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan dengan merendam
campuran tersebut selama beberapa hari.
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang baik dan popular
dibanding kebanyakan metode lain. Alasan utamanya adalah bahwa
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarutdengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur
seperti alcohol, benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya
adalah zat terlarut dapat ditransfer dalam jumlah yang berbeda dalam
kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
preparatif,pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua
skala kerja.
Untuk itu kami melakukan sebuah kegiatan praktikum
untukmengelola dan memanfaatkan sebuah sumber daya alam yang
adasehingga dapat digunakan dalam waktu jangka panjang. Praktikum
yangdilakukan ialah mengekstrak simplisia buah kapulaga (Amomum
compactum) dengan metode maserasi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana metode ekstraksi simplisia buah kapulaga (Amomum
compactum) menggunakan metode maserasi?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk
mengekstraksi sampel dengan metode maserasi.
D. Manfaat
Mengetahui metode ekstraksi dengan maserasi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Kapulaga

Kapulaga merupakan tanaman tahunan berupa perdu dengan tinggi 1,5


m, berbatang semu, buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna
hijau. Mempunyai daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung
runcing dengan tepi rata.Pangkal daun berbentuk runcing dengan panjang 25-
35 cm dan lebar 10- 12 cm, pertulangan menyirip dan berwarna hijau
(Maryani, 2003). Batang kapulaga disebut batang semu, karena terbungkus
oleh pelepah daun yang berwarna hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak,
tingginya sekitar 1-3 m. Batang tumbuh dari rizome yang berada di bawah
permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai 20-30 batang semu, batang tua
akan mati dan diganti oleh batang muda yang tumbuh dari rizoma lain
(Sumardi, 1998).

Kapulaga berbunga majemuk, berbentuk bonggol yang terletak di


pangkal batang dengan panjang kelopak bunga 12,5 cm di kepala sari
terbentuk elips dengan panjang 2 mm, tangkai putik tidak berbulu, dan
berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung dengan panjang 12,5 mm,
berwarna putih atau putih kekuningan. Mahkota berbuah kotak dengan biji
kecil berwarna hitam (Maryani, 2003). Buahnya berupa buah kotak,terdapat
dalam tandan kecil-kecil dan pendek. Buah bulat memanjang, berlekuk,
bersegi tiga, agak pipih, kadang-kadang berbulu, berwarna putih kekuningan
atau kuning kelabu.Buah beruang 3, setiap ruang dipisahkan oleh selaput tipis
setebal kertas.Tiap ruang berisi 5-7 biji kecil- 11 kecil, berwarna coklat atau
hitam, beraroma harum yang khas. Dalam ruang bijibiji ini tersusun
memanjang 2 baris, melekat satu sama lain (Sinaga, 2008). Buah tersusun
rapat pada tandan, terdapat 5-8 buah pada setiap tandannya. Bentuk buah
bulat dan beruang tiga, setiap buah mengandung 14-16 biji dan kulit buah
berbulu halus. Panjang buah mencapai 10-16 mm (Sumardi, 1998).

3
2.2 Klasifikasi buah kapulaga

Kapulaga di daerah Sumatra dikenal dengan nama roude cardemon


(Aceh), kalpulaga (Melayu), pelage puwar (Minangkabau), di Jawa dikenal
dengan nama palago (Sunda), kapulaga (Jawa), Kapulaga (Madura), dan
kapolagha (Bali). Di Sulawesi dikenal dengan nama kapulaga (Makassar) dan
gandimong (Bugis) (Maryani, 2003).Kedudukan taksonomi kapulaga menurut
Backer dkk. (1968), sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Amomum

Jenis : Amomum compactum Soland. ex Maton

Tanaman kapulaga berasal dari pegunungan Malabar, pantai barat


India.Tanaman ini laku di pasar dunia, sehingga banyak ditanam di Srilanka,
Thailand dan Guatemala, sedangkan di Indonesia, kapulaga mulai
dibudidayakan sejak tahun 1986. Tanaman kapulaga tergolong dalam herba
dan membentuk rumpun, sosoknya seperti tumbuhan jahe dan dapat mencapai
ketinggian 2 - 3 meter dan tumbuh di hutan-hutan yang masih lebat (Anonim,
2011).Kapulaga (Amomum compactum Soland. ex Maton) bersinonim
dengan Amomum cardamomum Willd dan Amomum kapulaga Sprague
(Sinaga, 2008).

4
2.3 Kandungan Kimia Buah Kapulaga

Buah Kapulaga yang disuling mengandung minyak atsiri dengan


komposisi yaitu sineol, terpineol, borneol.Kadar sineol dalam buah lebih
kurang 12%(Sinaga, 2008).Biji kapulaga mengandung 3-7% minyak atsiri
yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta
kamfer.Disamping itu biji juga mengandung lemak,protein, kalsium oksalat
dan asam kersik.Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum
Cardamomi yang digunakan sebagai stimulus dan pemberi aroma. Rimpang
kapulaga 14 disamping mengandung minyak atsiri, juga mengandung
saponin, flavonoida dan polifenol, (Sinaga, 2008).

Komponen-komponen dalam kapulaga termasuk dalam golongan


fenol dan terpena (Santoso, 1988). Senyawa fenol aktif sebagai antibakteri
dengan mekanisme membentuk kompleks dengan protein sel sehingga
menghambat kerja enzim pada sel bakteri. Akibatnya struktur dinding sel
akan mengalami denaturasi protein. Diketahui pula bahwa pada umumnya
dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif sebagian besar tersusun
atas protein (Guenther, 1987). Berikut adalah senyawa kimia yang umum
menyusun buah kapulaga :

1. Terpenoida

Terpenoida atau isoprenoid merupakan salah satu senyawa organik


yang hanya tersebar di alam, yang terbentuk dari satuan isoprena
( CH3=C(CH3)- CH=CH2). Senyawa terpenoida merupakan senyawa
hidrokarbon yang dibedakan berdasarkan jumlah satuan isoprena
penyusunnya, kelompok metil dan atom oksigen yang diikatnya
(Robinson, 1995).

Senyawa terpenoida yang mempunyai aktifitas antimikrobia antara


lain borneol, sineol, pinene, kamfene dan kamfor (Conner, 1993).Senyawa
terpenoida terbentuk dari metabolit sekunder dari tumbuhan melalui jalur
pirufat, asetil koA, asam mevalonat. Terpenoida mempunyai rumus dasar
(C5H8)n atau dengan unit isoprene-2 metil-2,3 butadiena

5
(Harborne,1996).Terpenoida merupakan senyawa utama pada tumbuhan
yang menyusun minyak atsiri.

2. Saponin

Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba dan saponin tertentu


menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan
hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon
steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Saponin merupakan
glukosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter
(Robinson, 1995). Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan
permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel, apabila saponin
berinteraksi dengan 17 bakteri, maka bakteri tersebut akan pecah atau lisis
(Ganiswara,1995). Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
Poeloengan dan Praptiwi (2010), buah manggis yang mengandung saponin
mampu menghambat Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis.

3. Flavonoid

Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam


pelarut polar seperti etanol, menthanol, butanol, aseton, dan lain-lain.
Flavanoid dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon
flavanoid, gula yang terikat pada flavanoid mudah larut dalam air
(Harborne,1996). Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa
fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan
virus, bakteri, dan jamur (Khunaifi,2010).Mekanisme kerja
flavonoiddengan kecenderungan mengikat protein, sehingga mengganggu
proses metabolisme (Ganiswara, 1995). Pada penelitian yang dilakukan
Lathifah (2008), flavanoid pada blimbing wuluh berpotensi sebagai
antibakteri pada Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.

6
2.4 Khasiat Dan Manfaat Buah Kapulaga

Air rebusan seluruh bagian tanaman digunakan untuk obat kuat bagi
orang yang merasa lemas atau lemah akibat kecapaian.  Juga berguna bagi
orang yang berpenyakit encok atau rematik.  Kadang-kadang juga digunakan
sebagai afrodisiaka (untuk meningkatkan libido).  Air rebusan batang
digunakan sebagai obat menurunkan panas (demam). Buahnya dipergunakan
untuk bahan penyedap dan penyegar makanan dan minuman.
Buah juga berkhasiat menghilangkan rasa gatal pada tenggorokan, sebagai
obat batuk, dan obat sakit perut (Abuanjeli, 2017).

Biji kapulaga mengandung terpineol, terpineolasetat, sineol, borneol, dan


kamfer yang berkhasiat mengencerkan dahak, memudahkan pengeluaran air
dari perut, menghangatkan, membersihkan darah, menghilangkan rasa sakit,
mengharumkan, stimulant dan pemberi aroma (Rosmainar, 2017).

 Kandungan Kimia

Buahnya mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol,


terpineol, dan borneol.  Kadar sineol dalam buah lebih kurang 12%.  Di
samping itu buah kapulaga banyak mengandung saponin, flavonoida,
senyawa-senyawa polifenol, mangan, pati, gula, lemak, protein, dan silikat.
Biji mengandung 3 – 7% minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil
asetat, sineol, alfa borneol, dan beta kamfer.  Di samping itu biji juga
mengandung minyak lemak, protein, kalsium oksalat, dan asam kersik. 
Dengan penyulingan dari biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum
Cardamomi yang digunakan sebagai stimulans dan pemberi aroma
(Abuanjeli, 2017).

Salah satu penelitian menyebutkan, rendemen minyak atsiri yang


diperoleh dari destilasi uap sebesar 0,76 % dan kemudian di identifikasi
dengan menggunakan Spektroskopi IR dan GC-MS. Identifikasi dengan
menggunakan Spektroskopi IR menunjukkan adanya gugus C-H alkil, metil,
C-H Aril, OH bebas, dan karbonil. Sedangkan, dengan menggunakan GC-MS
diperoleh bahwa terdapat senyawa alpha pinen, sabinen, beta pinen, sineol, 3-

7
sikloheksen-1-metanol, 12-klorobisiklo, 9-oktadekenal, 9,12-asam
oktadekadienoat, metil ester dari asam risinoleat, 4Hsiklopentasiklookten-4-
on (Rosmainar, 2017)

Parthasarathy et al. (2008) dalam Anonimus (2015) juga menyebutkan,


Volatile oil dari biji kapulaga mengandung 1,5% α-pinena, 0,2% β-pinena,
2,8% sabinena, 1,6% myrsena, 0,2% α-phellandrene, 11,6% limonena, 36,3%
1,8-sineol, 0,7%. γ-terpinena, 0,5% terpinolene, 3% linalool, 2,5%
linalylacetate, 0,9% terpinen 4-ol, 2,6% α-terpineol, 31,3% α-terpinyl acetate,
0,3% citronellol, 0,5% nerd, 0,5% geraniol, 0,2% metil eugenol dan 2,7%
trans-nerolidol

 Manfaat

Air rebusan seluruh bagian tanaman digunakan untuk obat kuat bagi
orang yang merasa lemas atau lemah akibat kecapaian.  Juga berguna bagi
orang yang berpenyakit encok atau rematik.  Kadang-kadang juga digunakan
sebagai afrodisiaka (untuk meningkatkan libido).  Air rebusan batang
digunakan sebagai obat menurunkan panas (demam). Buahnya dipergunakan
untuk bahan penyedap dan penyegar makanan dan minuman.
Buah juga berkhasiat menghilangkan rasa gatal pada tenggorokan, sebagai
obat batuk, dan obat sakit perut (Abuanjeli, 2017).

Biji kapulaga mengandung terpineol, terpineolasetat, sineol, borneol, dan


kamfer yang berkhasiat mengencerkan dahak, memudahkan pengeluaran air
dari perut, menghangatkan, membersihkan darah, menghilangkan rasa sakit,
mengharumkan, stimulant dan pemberi aroma (Rosmainar, 2017).

Rimpang sering digunakan untuk menghilangkan bau mulut, untuk obat


batuk, dan menurunkan panas (sebagai antipiretikum). Rimpang yang
dikeringkan, digiling, 1alu direbus dapat menjadi minuman penghangat bagi
orang yang kedinginan, terutama bagi yang tinggal di pegunungan, di daerah
beriklim dingin atau di hutan yang sangat lembab.  Minuman ini sekaligus
dapat mengobati sakit panas dalam (Abuanjeli, 2017).

8
Semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan mulai dari batang, buah,
hingga rimpang. Buah Amomum cardamomum berkhasiat sebagai obat batuk
dan obat perut kembung.

1. Obat batuk : a) Dipakai ± 6 gram buah Amomum cardamomum, dicuci


dan direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit.  Hasil rebusan diminum
sekaligus.; b) Biji kapulaga dicuci, dikunyak-kunyah. Cairannya ditelan.

2. Batuk pada anak-anak : 15 butir buah kapulaga, 2 cabai jawa, 10 iris

lempuyang, 5 cm kayu manis dicuci.  Dua bawang merah dikupas,


dicuci, diparut.  Diseduh dengan ½ liter air, tutup tempatnya. Diminum

setiap 2 jam sampai sembuh.

3. Perut kembung : 5 biji kapulaga dicuci, 5 iris jahe dicuci sebelum diiris.
Rebus dengan segelas air sampai airnya tinggal setengah. Setelah dingin
diminum satu kali sehari.

4. Mual : 5 biji kapulaga, sepotong kencur 3 cm, cuci, lumatkan.  Seduh

dengan segelas air Sesudah dingin disaring dan airnya diminum.

5. Radang tenggorok : 10 buah kapulaga, sepotong kunyit 5 cm dicuci,

dimemarkan, diseduh dengan segelas air.  Setelah dingin disaring,

airnya separuh diminum pagi, separuh lagi malam.  Diulangi selama

beberapa hari.

6. Bau mulut : 8 buah kapulaga, 1 cangkir daun pegagan dicuci lalu diseduh

dengan ½ gelas air, tutupi.  Setelah dingin, disaring dan diminum

pagi-pagi pada saat perut masih kosong.

7. Perut mulas karena kedinginan : 4 buah kapulaga dicuci, direbus dengan


segelas air sampai airnya tinggal setengah. Saring, minum

hangat-hangat (Abuanjeli, 2017).

9
2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan


menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis
besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :

1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel,


biasanya melalui proses difusi.

2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk
fase ekstrak.

3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel (Wilson, et al., 2000).

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia


dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari
tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang ditetapkan
(Depkes RI 1995).

 Metode ekstraksi

Berdasarkan ada tidaknya proses pemanasan dapat dibagi menjadi dua


macam yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstrasi cara panas (Hamdani, 2009):

a) Ekstraksi cara dingin

Pada metode ini tidak dilakukan pemanasan selama proses ekstraksi


berlangsung dengan tujuan agar senyawa yang diinginkan tidak
menjadi rusak. Beberapa jenis metode ekstraksi cara dingin, yaitu:

10
1. Maserasi atau dispersi Maserasi

Merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut diam


atau dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan.
Metoda ini dapat dilakukan dengan cara merendam bahan dengan
sekali-sekali dilakukan pengadukan. Pada umumnya perendaman
dilakukan selama 24 jam, kemudian pelarut diganti dengan pelarut
baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan pengadukan secara
sinambung (maserasi kinetik). Kelebihan dari metode ini yaitu
efektif untuk senyawa yang tidak tahan panas (terdegradasi karena
panas), peralatan yang digunakan relatif sederhana, murah, dan
mudah didapat. Namun metode ini juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut
dalam jumlah yang banyak, dan adanya kemungkinan bahwa
senyawa tertentu tidak dapat diekstrak karena kelarutannya yang
rendah pada suhu ruang (Sarker, S.D., et al, 2006).

2. Perkolasi Perkolasi

Merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara


unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai
prosesnya 10 sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu
ruangan. Prosedur metode ini yaitu bahan direndam dengan
pelarut, kemudian pelarut baru dialirkan secara terus menerus
sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang
artinya sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut. Kelebihan dari
metode ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan untuk
memisahkan padatan dengan ekstrak, sedangkan kelemahan
metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup banyak
dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta tidak
meratanya kontak antara padatan dengan pelarut (Sarker, S.D., et
al, 2006).

11
b) Ekstraksi cara panas

Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi


berlangsung. Adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses
ekstraksi dibandingkan dengan cara dingin. Beberapa jenis metode
ekstraksi cara panas, yaitu:

1. Ekstraksi refluks

Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada


titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut
tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Pada
umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada
rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang
memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung
dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah
membutuhkan jumlah pelarut yang banyak ( Irawan, B., 2010).

2. Ekstraksi dengan alat soxhlet

Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut


yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Pada metode ini, padatan disimpan dalam alat soxhlet
dan dipanaskan, sedangkan yang dipanaskan hanyalah pelarutnya.
Pelarut terdinginkan dalam kondensor, kemudian mengekstraksi
padatan. Kelebihan metode soxhlet adalah proses ekstraksi
berlangsung secara kontinu, memerlukan waktu ekstraksi yang
lebih sebentar 11 dan jumlah pelarut yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan metode maserasi atau perkolasi. Kelemahan
dari metode ini adalah dapat menyebabkan rusaknya solute atau
komponen lainnya yang tidak tahan panas karena pemanasan
ekstrak yang dilakukan secara terus menerus (Sarker, S. D., et al.,
2006; Prashant Tiwari, et al., 2011)

12
3. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia


nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali
dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut : simplisia
dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan
ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15
menit, dihitung mulai suhu mencapai 90oC sambil sesekali diaduk,
serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki.

4. Digesti

Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan


menggunakan pemanasan pada suhu 30oC – 40oC. Cara ini dilakukan
untuk simplisia yang pada suhu biasa tidak tersari dengan baik. Jika
pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat
digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.

5. Dekoktasi

Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan


infus, perbedaannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30
menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini dapat dilakukan
untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap
pemanasan

6. Destilasi

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan


dalam labu berbeda. Airdipanaskan dan akan menguap, uap air akan
masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyakmenguap
yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang
telah terekstraksi menujukondensor dan akan terkondensasi, lalu akan
melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguapakan masuk
ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri

13
7. Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel


dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan
cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi padakondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan
menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-
4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

2.6 Pelarut

Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum
digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga
disebut pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih
mudah menguap, 13 meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk
membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya
terdapat dalam jumlah yang lebih besar (documents.tips).

 Klasifikasi Pelarut

Beberapa klasifikasi pelarut telah diusulkan. (Laitinen, 1960)


mengusulkan empat jenit pelarut. Pelarut Amfiprotik mempunyai baik sifat
asam maupun basa seperti halnya air. Sebagian, seperti metanol dan etanol,
memiliki sifat asam-basa yang mirip dengan air dan bersama dengan air,
disebut pelarut netral. Lainnya, yang disebut pelarut asam, seperti asam
asetat, asam format , asam sulfat, dan asam klorida adalah asam – asam yang
jauh lebih kuat dan basa – basa yang jauh lebih lemah daripada air. Pelarut
basa sepertiamonia cair dan etilendiamina mempunyai kebasaan yang lebih
besar dan keasaman yang lebih kecil daripada air.

 Pemilihan Pelarut

14
Pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
ekstraksi. Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi mempengaruhi
jenis komponen aktif bahan yang terekstrak karena masing-masing pelarut
mempunyai selektifitas yang berbeda untuk melarutkan komponen aktif
dalam bahan. Menurut Perry (1984), berbagai syarat pelarut yang digunakan
dalam proses ekstraksi, yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang tinggi. Pelarut
harus dapat melarutkan komponen yang diinginkan sebanyak mungkin dan
sesedikit mungkin melarutkan bahan pengotor.

b. Bersifat inert terhadap bahan baku, sehingga tidak bereaksi dengan

komponen yang akan diekstrak.

c. Reaktivitas. Pelarut tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada


komponen bahan ekstraksi

d. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.

e. Tidak korosif.

f. Tidak beracun.

g. Tidak mudah terbakar.

h. Stabil secara kimia dan termal.

i. Tidak berbahaya bagi lingkungan.

j. Memiliki viskositas yang rendah, sehingga mudah untuk dialirkan.

k. Murah dan mudah didapat, serta tersedia dalam jumlah yang besar.

l. Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan.

m. Memiliki tegangan permukaan yang cukup rendah.

BAB III

METODE

15
3.1 ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. Alat Maserator 10. Kertas Sating


2. Batang Pengaduk 11. Corong
3. Waterbath 12. Cawan uap
4. Simplisia Kapulaga 13. Penjepit kayu
5. Blender Simplisia 14. Spatel logam
6. Timbangan digital 15. Mesh no. 40 dan 60
7. Toples dan sendok 16. Evaporator
8. Gelas kimia 17. Bubble warp
9. Erlemeyer 18. Allumunium foil

B. Bahan
1. Simplisia Kapulaga
2. Alkohol 96%

3.2 PROSEDUR KERJA

1. Haluskan simplisia Kapulaga dengan menggunakkan blender simplisia.


2. Kemudian saring menggunakkan mesh dengan ukuran 40/60.
3. Timbang dengan seksama simplisisa yang akan dimaserasi.
4. Masukkan ke dalam alat maserator, kemudian basahi dengan pelarut lalu
aduk perlahan sampai semua terbasahi.
5. Masukkan sisa pelarut ke dalam maserator (pelarut yang digunakkan 1:10)
atau kesetimbangan dengan simplisia. Kemudian tutup alat maserator agar
tidak menguap.
6. Diamkan selama 3 hari, lakukan pengadukan pada 6 jam pertama. Simpan
pada suhu kamar yang terlindung dari cahaya matahari.
7. Setelah 24 jam ambil ekstrak pertama dengan menyaring hasil rendaman
lalu pisahkan pelarut dengan ekstraknya menggunakkan evaporator.
8. Hasil pemisahan tersebut berupa ekstraksi cair dari simplisia yang
kemudian diuapkan dengan menggunakkan waterbath sampai mejadi

16
ekstrak kental. (Cara tersebut dilang 2x dan pelarut hasil eksrak
digunakkan kembali)
9. Masukan hasil ektrak ke dalam botol kaca. Lalu simpan dalam lemari
pendingin.

BAB IV

17
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Dari hasil ekstraksi kapulaga dengan metode maserasi, di dapat hasil


dengan data sebagai berikut :

1. Berat simplisia (kapulaga) = 50 gr


2. Volume ekstrak = 360 mL
3. Berat ekstrak kental = 3, 06 gr
4. Rendemen = 6,12 %
5. Berat piknometer kosong = 16,027 gr
6. Berat piknometer + air = 26,025 gr
7. Volume piknometer = 10 mL
8. Berat air = 10 gr
9. Kerapatan air = 0,998 gr/mL
10. Berat piknometer + ekstrak = 19,087 gr
11. Berat ekstrak = 3,06 gr
12. Kerapatan ekstrak = 0,0085 gr
13. Bobot jenis = 0,0085

Perhitungan

1. Berat ekstrak kapulaga


a. Berat vial kosong = 9,76 gr
b. Berat vial + ekstrak = 12,82 gr
Berat ekstrak = (berat vial +ekstrak)- berat vial kosong

= 12,82 gr – 9,76 gr

= 3, 06 gr

2. Rendemen

18
R = Bobot ekstrak x 100 %

Bobot simplisia

R = 3,06 gr x 100 %

50 gr

R = 0,0612 gr x 100 %

R = 6,12 %

3. Volume Piknometer
 Kerapatan air
Kerapatan air = Mair

Vair

= Pk+air – Pk kosong

10

= 26,025 – 16,027

10

= 0,9998 gr/mL

 Berat jenis air


Berat jenis air = (Piknometer+air – (piknometer kosong)

= 26,025 – 16,027

 Vpx = (Pk+air – Pk kosong)


Kerapatan air

= (26,025 – 16,027)

0,998

= 10 ml

4. Berat piknometer + ekstrak

19
Berat piknometer+ekstrak = berat piknometer kosong + ekstrak

= 16,027 + 3,06

= 19,087 gr

5. Kerapatan ekstrak
Kerapatan ekstrak = M

= 3,06 gr

360 mL

= 0,0085 gr/mL

6. Bobot jenis ekstrak


Kerapatan zat = 0,0085

Kerapatan air 0,9998

= 0,0085

4.2 Pembahasan

Ekstraksi adalah suatu cara yang dilakukan untuk menarik zat yang dapat
larut (kandungan kimia) dari bahan yang tidak dapat larut (serbuk simplisia)
dengan menggunakan pelarut cair tertentu dari tanaman yang dapat digunakan
sebagai obat-obatan. Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak. Ekstrak
adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai
(etanol 96%), kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
menggunakan evaporator dan serbuk yang tersisa ditambahkan kembali pelur
yang telah terevaporator. Adapun prinsip ekstraksi yaitu osmosis dan difusi.
Dimana osmosis merupakan proses perpindahan pelarut dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi melalui membran semipermeabel, sedangkan
difusi merupakan proses perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi
kekonsentrasi rendah. Dengan osmosis dan difusi, pelarut yang memasuki sel
tumbuhan yang berisi senyawa kimia atau zat akan bercampur dengan pelarut

20
yang tidak bercampur dengan zat tumbuhan maka terjadilah kesetimbangan
(jenuh).

Pada percobaan kali ini menggunakan metode maserasi. Dasar maserasi


adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang
terbentuk saat penghalusan, ekstraksi zat tumbuhan dari sel yang masih utuh.
Semakin banyak perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan
semakin banyak hasil yang diperoleh.

Kelebihan dari maseasi yang paling utama yaitu menggunakan suhu


dingin, artinya dapat digunakan pada simplisia tidak tahan panas, proses dan
metode yang sederhana dan menggunakan alat yang sederhana, membutuhkan
harga yang terjangkau dan tidak menggunakan banyak pelarut serta efisien.
Namun kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang lama untuk
mndiamkan campuran simplisia dan pelarut karena menggunakan suhu
dingin.

Untuk metode maserasi, pertama-tama serbuk simplisia buah kapulaga di


timbang sebanyak 50gr, kemudian dimasukkan dalam gelas kimia, setelah itu
ditambahkan dengan cairan alcohol 96% sebanyak 500 mL (perbaningan
1:10) dan didiamkan selama 3 hari sambil sesekali diaduk, setelah itu
dievaporator dan ditambahkan lagi cairan pelarut hasil evaporator, dan
ditunggu sehari lalu ievaporator lagi hingga didapatkan ekstraknya. Untuk
mendapatkan ekstrak kental, ekstrak diuapkan menggunakan cawan uap
diatas penangas air.

Dari hasil maserasi, didapatkan ekstrak buah kapulaga berwarna coklat


sebanyak 3,02 gram. Pada saat pengerjaan dilakukan juga beberapa uji yaitu
mencari kerapatan ekstrak dengan hasil 0,0085 gram/mL dan bobot jenis
ekstrak sebesar 0,0085.

21
BAB V

KESIMPULAN

Masesari adalah metode ekstraksi dengan cara merendam simplisia dengan


pelarut yang sesuai. Pelarut yang digunakan adalah alkohol 96% dengan volume
500ml dan simplisia sebanyak 50gr. Adapun simplisia yang digunakan adalah
kapulaga. Berdasarkan hasil ekstraksi didapat bobot jenis ekstraksi yaitu 0,0085
dengan rendemen 6,12% dan berat ekstraksi kental 3,06gr.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Komoditas Unggulan: Kapulaga . Dinas Pertanian Tanaman


Pangan Daerah Jawa Barat. http://www.diperta.jabarprov.go.id/
index.php/subMenu/1479.

Backer, C. A., Bakhuizen, V. and Brink, R. C., 1968.Flora of Java.P. Noordhof


Groningen. The Netherlands.

Davidson, P. M., dan Mickey E. Parish. 1993. Methods for Evaluation. Di dalam
Davidson, P. M., dan Alfred, L. B. (eds.). Antimicrobials in Foods 2
nd edition. Marcel Dekker, Inc. New York.

Ganiswara, G.S. 1995. Farmakologi dan Terapi, Ed.IV. Fakultas Kedokteran


Bagian Farmakologi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Guenther, E. 1987.Minyak Atsiri. Universitas Indonesia. Jakarta

Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa


Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.

Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa


Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung

Khunaifi, M. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun (Anredera cordifolia


(Ten.) Steenis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.Skripsi.Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.Tidak
diterbitkan.

Lathifah, Q. A. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada


Buah belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) dengan Variasi
Pelarut.Skripsi.Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Malang. Malang. Tidak diterbitkan.

Maryani, H. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit pada Usia Lanjut.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Poeloengan, M dan Praptiwi. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah
Manggis (Garcinia mangostana Linn). Media Litbang Kesehatan.

Robinson, T. 1995.Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, diterjemahkan


oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB: Bandung.

Santoso, H.B. 1988. Kapulaga.Kanisius.Yogyakarta. Conner, D. E.


1993.Naturally Occuring Compounds. Di dalam : Davidson PM
and Brannen, A. L., Antimicrobial in Foods. Marcel Dekker Inc. New Yorks.

Sinaga,E. 2008.Amomum cardamomum Willd.Pusat Penelitian dan


Pengembangan Tumbuhan Obat. UNAS. Jakarta.

Sumardi . 1998. Isolasi dan identifikasi Minyak Atsiri dari Biji Kapulaga
(Amonium Cardamomum).Undergraduate thesis, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak
diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai