Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PRAKTIKUM KIMIA FARMASI – II

“Penetapan Kadar Antalgin Secara Iodimetri”

DISUSUN OLEH :

Nama : Sri Marwatiningsih

Nim : F.15.128

Kelas : IV.C

LABORATORIUM KIMIA TERPADU

DIPLOMA – III AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

KENDARI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Penetapan Kadar Sntalgin Secara Iodimetri”. Makalah ini

buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia Farmasi-II.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Makalah ini

masih mempunyai banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna utuk

memperbaiki kesalahan yang terdapat pada makalh ini.

Penulis berharap agar Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

kemajuan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Kendari, Mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTRA ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................................................

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian.............................................................................................

B. Hasil dan Pembahasan......................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks. Titrasi-titrasi redoks

berdasarkan pada perpindahan electron antara titran dengan analit. Jenis

titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir,

meskipun demikian, penggunaan indikator yang dapat merubah warnanya

dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan (Gandjar, 2007).

Titrasi redoks yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri).

Iodimetri merupakan titrasi redoks yang mengacu kepada dengan suatu

larutan iod standar. Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod,

digunakan suatu larutan iod dalam bentuk kalium iodida, dan karena itu spesi

reaktifnya adalah iod triodida. Untuk tepatnya, semua persamaan yang

melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan I3- dan bukan dengan

I2- (Bassett, 1994).

Metode iodimetri memiliki kelebihan dibanding metode

spektrofotometri. Metode iodimetri dapat menghasilkan produk yang efisien

dengan biaya yang relatif rendah dan peralatan yang murah. Sedangkan

metode spektrofotometri kurang layak karena lebih mahal dan memakan

waktu yang lebih lama dibandingkan dengan iodimetri dengan perbedaan

akurasi yang signifikan (Rahmawati, 2012).


Sedangkan metode iodometri adalah titrasi yang melibatkan iodimetri

secara tidak langsung. Prinsip dasar dari metode titrasi iodometri ini adalah

penambahan berlebih ion iodida ke dalam larutan yang merupakan oksidator,

kemudian ion oksidator inilah yang mengoksidasi ion iodida menjadi iod, iod

yang bebas kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Iod mengoksidasi

tiosulfat menjadi ion tetrationat (Sugiarti, 2008).

Metampiron (antalgin) merupakan bahan-bahan kimia dalam obat

yang dapat menimbulkan efek negatif di dalam tubuh pemakainya jika

digunakan dalam jumlah banyak. Bahan kimia seperti antalgin dapat

mengakibatkan kerusakan pada organ pencernaan, berupa penipisan dinding

usus hingga menyebabkan pendarahan (Sari, 2006).

Larutan iodium dapat diguanakan sebagai zat penitrasi, sebab iodium

merupakan oksidator lemah, sehingga dapat menitrasi zat-zat yang

merupakan reduktor kuat. Iodium juga memiliki fungsi yang sangat beragam

antara lain digunakan masyarakat sebagai obat antiseptik. Iodium juga

digunakan sebagai campuran pada garam beryodium untuk meningkatkan

kualitas garam tersebut yang selanjutnya akan dikomsumsi oleh manusia.

Penambahan iodium ke dalam garam ini dapat mencegah penyakit gondok,

badan kerdil, gangguan motorik, bisu, tuli dan keterbelakangan mental.

Iodium juga sangat dibutuhkan oleh industri farmasi sebagai bahan tingtur

iodium (Filayati, 2012).


BAB II

PEMBAHASAN

Metampiron adalah derivate Pirazolon yang mempunyai efek

analgetikaantipiretika yang kuat. Antalgin adalah derivat metansulfonat dan

amidopirina yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi

sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh.

Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam

dan menyembuhkan rheumatic.

Analisis kuantitatif merupakan penentuan kadar suatu senyawa kimia yang

terkandung dalam suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Untuk

menentukan kadar tersebut dapat digunakan metode titrasi. Prosedur analitis yang

melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut

analisis volumetri.

Dalam percobaan ini, penetapan kadar metampiron (antalgin) dilakukan

secara iodimetri. Iodimetri merupakan titrasi reduksi oksidasi yang menggunakan

larutan standar iodium sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam.

Titrasi ini disebut juga dengan titrasi langsung karena bahan pereduksi langsung

dioksidasi dengan larutan baku iodium. Proses oksidasi reduksi atau redoks

menyangkut perubahan elektron pada zat-zat yang bereaksi. Oksidasi adalah

peristiwa pelepasan elektron dan reduksi adalah peristiwa pengikatan elektron.

Iodium ada lah oksidator lemah, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor

yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Dalam metoda analisis ini analit
dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida, dengan kata lain

I2 bertindak sebagai oksidator.

Prinsip kerja dalam percobaan ini adalah sejumlah larutan sampel

metampiron (antalgin) direaksikan dengan indikator amilum (larutan kanji) dan

dititrasi dengan larutan iodium sampai terbentuk warna biru dari ion amilum.

Larutan antalgin sebelum dititrasi dengan iodium, terlebih dahulu ditetesi HCl

encer untuk meningkatkan keasaman metampiron, sebab proses titrasi ini akan

lebih mudah jika dalam suasana asam. Dalam titrasi ini digunakan larutan kanji

sebagai indikator. Sebab, larutan kanji dapat membentuk senyawa kompleks

dengan iodium yang sulit dilepaskan. Selain itu, larutan kanji dapat menimbulkan

warna biru tua yang sukar dihilangkan warnanya karena rangkaiannya yang

panjang dan bercabang dengan Mr=50.000-1.000.000, sehingga titik akhir titrasi

dapat terlihat dengan jelas.

Titrasi dilakukan dengan penambahan sedikit demi sedikit larutan iodium

ke dalam larutan antalgin. Saat terjadi perubahan warna menjadi biru tua sampai

kehitaman, titrasi dihentikan dan dihitung kadar metampironnya. Titik akhir titrasi

menunjukkan larutan iodium telah habis bereaksi dengan metampiron (antalgin)

dan bereaksi dengan larutan kanji sehingga menghasilkan warna biru yang

menunjukkan titik akhir titrasi. Dalam titrasi ini terjadi reaksi:

NaHSO3 + I2 + H2O NaHSO4 + 2HI


Kadar metampiron yang diperoleh adalah 10%. Kadar ini masih jauh

dengan kadar yang semestinya. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, kadar

metampiron (antalgin) dalam tablet adalah tidak kurang dari 95,0% dan tidak

lebih dari 105,0%. Kadar yang tidak sesuai ini dipengaruhi karena kesalahan yang

terjadi akibat kurang telitinya praktikan pada saat titrasi, selain itu bahan-bahan

yang digunakan kemungkinan besar telah tercemar oleh zat lain karena tempat

penyimpanannya yang kurang baik. Faktor lain yang mempengaruhi kadar

metampiron adalah oksidasi dari iodida dalam keadaan asam oleh oksigen dari

udara dan penambahan larutan kanji yang terlalu dini karena iod memberi suatu

kompleks yang tidak dapat larut dalam air.

Kegunaan dari metode iodimetri dalam bidang farmasi adalah untuk

menetapkan kadar obat-obatan. Salah satu contohnya adalah untuk menetapkan

kadar asam askorbat atau vitamin C, natrium askorbat, metampiron (antalgin),

serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya. Penentuan kadar antalgin

bermanfaat untuk mengetahui apakah kadar antalgin yang terkandung dalam tablet

sampel sudah sesuai dengan kadar semestinya atau tidak, sebab kadar antalgin

yang melebihi kadar semestinya dapat mengakibatkan efek negatif bagi tubuh

konsumen.

Anda mungkin juga menyukai